Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1.1 Pengertian Termodinamika

Termodinamika berasal dari bahasa Yunani thermos yang artinya kalor/panas dan

dynamic yang artinya perubahan. Termodinamika adalah ilmu yang berurusan dengan

panas dan kerja dan sifat-sifat zat yang berhubungan dengan panas dan kerja. Seperti

semua sains, dasar termodinamika adalah observasi eksperimental. Dalam

termodinamika, penemuan ini telah diformalkan menjadi hukum dasar tertentu, yang

dikenal sebagai hukum termodinamika pertama, kedua, dan ketiga. Selain hukum-

hukum ini, hukum nol termodinamika, yang dalam pengembangan logis dari

termodinamika mendahului hukum pertama, telah ditetapkan. Termodinamika adalah

suatu ilmu yang menggambarkan usaha untuk mengubah kalor (perpindahan energi

yang disebabkan perbedaan temperatur) menjadi energi serta sifat-sifat pendukungnya.

Termodinamika berhubungan erat dengan fisika energi, panas, kerja, entropi dan

kespontanan proses. Termodinamika juga berhubungan dengan mekanika statik, suatu

cabang ilmu fisika yang mempelajari pertukaran energi internal bentuk kalor dan kerja,

sistem pembatas dan lingkungan Termodinamika adalah satu cabang dari fisika

dinamika, yang mempelajari tentang perilaku gerakan energi dan materi, termasuk

panas atau kalor (heat, therm) sebagai tenaga atau energi, dan juga mencakup

dinamika fluida (fluid dynamics) yang mempelajari tentang aliran fluida (fluid flow),

seperti gas, udara, air, dan benda bergerak di dalamnya, materi atau pun energi.

(Warroka A & Boedi S, 2020).


Aplikasi termodinamika dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak dan setiap

saat selalu berkembang. Secara alamiah dapat dilihat bagaimana energi dapat diubah

menjadi kerja yang bermanfaat bagi manusia. Kemampuan manusia menciptakan

mesin-mesin yang mampu mengubah kalor menjadi kerja sangat membantu dalam

memenuhi kebutuhan energi. Sebagai contoh penerapan prinsip dan metode

termodinamika dapat dilihat pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), PLTN,

refrigerator, mesin kalor, roket dan lain-lain (Ratini,N. 2015).

II.1.2 Sistem Termodinamika

Sistem dalam termodinamika merupakan bagian dari semesta yang menjadi

subjek pembahasan atau pusat perhatian yang diamati perubahannya dalam hal energi

dan entropinya. Di luar sistem dikenal sebagai lingkungan yang didefinisikan sebagai

segala sesuatu yang tidak termasuk dalam sistem atau segala keadaan di luar sistem.

Dikenal 3 bentuk sistem yang umum dijumpai, yaitu: (Sianturi,AT 2020)

a. Sistem terbuka

Sistem yang menyebabkan terjadinya pertukaran energi (panas dan kerja) dan

benda (materi) dengan lingkungannya. Sistem terbuka ini meliputi peralatan yang

melibatkan adanya suatu aliran massa kedalam atau keluar sistem seperti pada

kompresor, turbin, nozzle, dan motor bakar.

b. Sistem tertutup

Sistem yang mengakibatkan terjadinya pertukaran energi (panas dan kerja)

tetapi tidak terjadi pertukaran zat dengan lingkungan. Sistem tertutup terdiri atas
suatu jumlah massa yang tertentu dimana massa ini tidak bisa melintasi lapis

batas sistem. Tetapi, energi baik dalam bentuk panas (heat) maupun usaha

(work) bisa melintasi lapis batas sistem tersebut. Dalam sistem tertutup,

walaupun massa tidak bisa berubah selama proses berlangsung, tapi volume

bisa saja berubah disebabkan adanya lapis batas yang bisa bergerak (moving

boundary) pada salah satu bagian dari lapis batas sistem tersebut.

c. Sistem terisolasi

Sistem terisolasi ialah sistem yang menyebabkan tidak terjadinya pertukaran

panas, zat atau kerja dengan lingkungannya, contohnya: air yang disimpan

dalam termos dan tabung gas yang terisolasi. Dalam kenyataan, sebuah sistem

tidak bisa terisolasi sepenuhnya dari lingkungan, karena pasti ada terjadi sedikit

pencampuran, walaupun hanya sedikit melalui atmosfer atau kondisi lingkungan.

Dalam analisis sistem terisolasi, energi yang masuk kesistem sama dengan

energi yang keluar dari sistem.

II.1.3 Hukum Termodinamika (Nadia L, 2019)

1. Hukum Nol Termodinamika

Hukum ini menyatakan bahwa dua benda berada dalam kesetimbangan

panas jika tidak ada pertukaran kalor antara dua benda tersebut saat

keduanya disentuhkan. Kondisi ini hanya dapat dicapai jika suhu kedua

benda tersebut sama, sebab perpindahan kalor terjadi karena adanya


perbedaan suhu. Berkaitan dengan kesetimbangan panas, inilah inti dari

hukum ke nol termodinamika.

2. Hukum I Termodinamika

Hukum I Termodinamika menjelaskan tentang energi yang ada dalam

suatu sistem dan dikenal sebagai hukum Kekekalan Energi. Dalam Hukum

Kekekalan Energi, energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, hanya

dapat berubah bentuk, dari bentuk satu ke bentuk lainnya. Oleh karena itu,

Hukum I Termodinamika sering disebut Hukum Kekekalan Energi. Hukum I

Termodinamika menyatakan bahwa kalor dan kerja mekanik dapat saling

tukar antara sistem/zat dengan lingkungannya, maka sejumlah kerja mekanik

dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kalor, dan sebaliknya. Dengan

demikian, energi panas/kalor (Q) yang diberikan oleh lingkungan ke sistem

sama dengan kerja eksternal (W) yang dilakukan sistem ditambah dengan

perolehan energi dalam sistem (ΔU) karena kenaikan suhu.

Energi dalam suatu sistem (U) sendiri merupakan jumlah dari energi

kinetik (Ek) dan energi potensial (Ep) dari molekul pembangun sistem.

Energi yang tersimpan dalam suatu sistem atau zat, merupakan sifat

mikroskopik, sehingga tidak dapat diukur secara langsung. Sehubungan

hukum kekekalan enargi dari suatu sistem termodinamika, ada beberapa

proses yang dikenal sebagai proses isotermik, isokhorik, isobarik, dan

adiabatik. Dari energi yang ada pada proses tersebut, dapat pula dihitung

berapa kapasitas panas kalornya, entalpi, dan kalor yang dihasilkan dari

proses tersebut.
Jika kalor diberikan kepada sistem, volume dan suhu sistem akan

bertambah (sistem akan terlihat mengembang dan bertambah panas).

Sebaliknya, jika kalor diambil dari sistem, volume dan suhu sistem akan

berkurang (sistem tampak mengerut dan terasa lebih dingin). Prinsip ini

merupakan hukum alam yang penting dan salah satu bentuk dari hukum

kekekalan energi. Sistem yang mengalami perubahan volume akan

melakukan usaha dan sistem yang mengalami perubahan suhu akan

mengalami perubahan energi dalam. Dengan demikian kalor yang diberikan

kepada sistem akan menyebabkan sistem melakukan usaha dan mengalami

perubahan energi dalam. Prinsip ini dikenal sebagai hukum kekekalan energi

dalam termodinamika atau disebut Hukum I Termodinamika. Sehubungan

dengan energi dalam (U) sistem, untuk suatu proses dengan keadaan akhir

(2) dan keadaan awal (1), maka secara umum perubahan energi dalam dapat

dirumuskan sebagai berikut:

ΔU = U2 – U1

Perubahan energi dalam ΔU tidak bergantung pada proses bagaimana

keadaan sistem berubah, tetapi hanya bergantung pada keadaan awal dan

keadaan akhir sistem tersebut. Dalam termodinamika proses-proses

dibedakan atas empat jenis, yaitu isotermal, isokhorik, isobarik, dan adiabatik.

3. Hukum II Termodinamika

Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi, yang mengatakan

bahwa entropi dari setiap sistem yang terisolasi selalu meningkat seiring
dengan meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya. Sistem

terisolasi secara spontan berevolusi menuju kesetimbangan termal menuju

keadaan entropi maksimum sistem, yaitu entropi alam semesta (sistem

terisolasi utama) hanya meningkat dan tidak pernah berkurang.

Konsep Hukum II Termodinamika bermula dari pendapat Kelvin-Planck,

yang menyatakan tidak mungkin membuat mesin yang menyerap kalor dari

reservoir panas dan mengubah seluruhnya menjadi kerja. Demikian juga

dengan pernyataan Clausius, yang menyatakan bahwa tidak mungkin

membuat mesin pendingin yang menyerap kalor dari reservoir bersuhu

rendah dan membuang ke reservoir bersuhu tinggi tanpa bantuan kerja dari

luar. Masih menurut menurut Clausius, suatu sistem yang melakukan proses

reversible (dapat dibalik arahnya) pada suhu konstan disertai penyerapan

kalor Q mengalami perubahan entropi sebagai:

ΔS = Q/T Dengan:

ΔS = perubahan entropi

Q = kalor yang diserap dan

T = suhu proses.

4. Hukum III Termodinamika

Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum

ini menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol

absolut, semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai

minimum. Hukum ini juga menyatakan bahwa entropi benda berstruktur

kristal sempurna pada temperatur nol absolut bernilai nol.Aplikasi:


Kebanyakan logam bisa menjadi superkonduktor pada suhu sangat rendah,

karena tidakbanyak keacakan gerakan kinetik dalam skala molekular yang

menggangu aliran elektron. Hukum suhu 0 Kelvin (-273,15 Celcius): Teori

termodinamika menyatakan bahwa panas (dan tekanangas) terjadi karena

gerakan kinetik dalam skala molekular. Jika gerakan ini dihentikan,

makasuhumaterial tsb akan mencapai 0 derajat kelvin.

Hukum-hukum termodinamika pada prinsipnya menjelaskan peristiwa

perpindahan panas dan kerja pada proses termodinamika.Berdasarkan

persamaanperubahan entropi suatu zat dapat mencapai nilai absolutnyapada

suhu tertentu, sehingga pengukuran perubahan entropi dari satu suhu

tersebut ke suhu lainnya.Hukum ketiga termodinamika memberikan dasar

untuk menetapkan entropi absolut suatu zat, yaitentropi setiap kristal

sempurna adalah nol pada suhu nol absolut atau nol derajat Kelvin (K).

Padakeadaan ini setiap atom pada posisi yang pasti dan memiliki energi

dalam terendah.Entropi dan energi bebas Gibbs juga merupakan fungsi

keadaan sehingga kedua besaran ini memiliki nilai pada keadaan standart,

seperti halnya dengan entalphi. Hasil pengukuran standart untuk entropi dan

Energi bebas Gibbs juga dilakukan pada keadaan 25°C dan dengan tekanan

1 atm. Energi bebas Gibbs pembentukan standart memiliki arti perubahan

energi bebas yang menyertai reaksi pembentukan satu mol senyawa dari

unsur-unsur penyusunnya. Demikian pula untuk entropi standar yang dapat

dipergunakan untuk menentukan entropi reaksi sebagai harga

pembandingnya.
II.1.2. Uraian Bahan

1. Asam Klorida (Dirjen POM, 1979)

Nama Resmi : ACIDUM HIDROCHLORIDUM

Nama lain : Asam Klorida

BM/RM : 36,46 g/mol / Hcl

Pemerian :cairan tidak berwarna, berasa asam bau jika diencerkan

dengan 2 bagian volume udara

Kelarutan : larut dalam air dan etanol (95%) p

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : zat tambahan

2. Natrium Bikarbonat (Dirjen POM, 1979:424)

Nama Resmi : NATRII SUBCARBONAS

Nama Resmi : Natrium Bikarbonat

Rm/Bm : NaHCO3/89,01 g/mol

Pemerian : Serbuk Putih atau hablur, tidak berbau, rasa asin

Kelarutan : larut dalam II bagian air, praktis tidak larut dalam etanol

(95%) p

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : sampel

3. Kalium karbonat (Dirjen POM 1979)

Nama Resmi : CAlSII CARBONAT

Nama lain : Kalsium Karbonat

RM/BM : CaCO3/ 68,09


Pemerian : serbuk hablur tidak berbau, tidak berasa

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, sangat sukar larut dalam air

yang mengandung karbohidrat

Anda mungkin juga menyukai