Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa mempelajari pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat
terlarut dari kristalnya.
2. Mahasiswa mempelajari pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat
terlarut dari larutan yang lebih besar konsentrasinya.
C. LANDASAN TEORI
Kalor reaksi merupakan banyaknya kalor yang diserap atau dilepaskan saat
terjadi reaksi kimia. Kalor reaksi dapat ditentukan pada dua keadaan, yaitu pada
tekanan tetap atau volume tetap. Kalor reaksi pada tekanan tetap memperhitungkan
kerja tekanan volume, sedangkan kalor reaksi pada volume tetap tidak
memperhitungkankannya. (Ratna,dkk,2016)
Kalor reaksi pada tekanan tetap untuk reaksi yang tidak menghasilkan gas
memiliki kalor reaksi yang hampir sama dengan kalor reaksi pada volume tetap,
dikarenakan perubahan volume untuk reaksi yang hanya melibatkan padatan dan
cairan yang sangat kecil. Berbeda halnya dengan kalor reaksi untuk reaksi yang
melibatkan gas, perubahan volume gas harus diperhitungkan. Penentuan kalor
reaksi pada tekanan tetap untuk reaksi yang menghasilkan gas dilakukan dengan
memantau perubahan suhu dan perubahan volume gas selama reaksi terjadi.
(Ratna,dkk,2016)
Energi ikatan adalah energi rata-rata yang diperlukan untuk memutuskan
ikatan antar dua atom dalam senyawa. (Ratulani,2017:133)
Perubahan energi di dalam suatu sistem merupakan hal yang menjadi topik
utama dalam hukum pertama termodinamika. Prinsip termodinamika ini disebut
juga sebagai hukum konversasi energi yakni energi tidak dapat diciptakan dan
tidak dapat dimusnahkan namun hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk
lain. (Fatimah, 2017:23)
Dalam kimia, sumber perubahan energi tambahan yang penting berasal dari
kalor yang diberikan atau diambil dari lintasannya suatu reaksi kimia. Penelitian
tentang pengaruh kalor ini disebut termokimia. Karena reaksi kimia biasanya di
pelajari pada tekanan tetap, kalor reaksi diukur pada tekanan tetap. Nilai tersebut
ditabelkan dalam bentuk entalpi reaksi. (David,2001:204-205)
Entalpi merupakan fungsi keadaan yang hanya tergantung pada keadaan
awal dan keadaan akhir dan tidak tergantung pada prosesnya. (Ratulani,2017:132)
Di dalam termodinamika, perubahan energi dapat berlangsung secara dapat
balik (reversible) dan tidak dapat balik (irreversible). Proses termodinamika yang
dapat menuju ke keadaan semula dikatakan sebagai proses dapat balik, sebaliknya
proses tidak dapat balik adalah proses yang tidak dapat menuju ke keadaan semula.
(Ratulani,2017:134)
Termodinamika membahas mengenai arah spontanitas suatu reaksi kimia
dan aspek energi yang berpengaruh di dalamnya, tetapi perubahan detail yang
terjadi dalam suatu reaksi tidak dapat dijelaskan. Dengan kata lain, termodinamika
tidak tergantung pada detail proses reaksi kimia, dalam hal kompleksan yang
terjadi dalam suatu reaksi, termodinamika hanya mengambil data pada bagian
keadaan awal atau keadaan akhir reaksi. Padahal, reaksi yang secara teori
termodinamika dapat berlangsung spontan dapat kita cegah apabila kita
mengetahui bagaimana reaksi (mekanisme) berlangsung. (Fatimah, 2017:2)
Dalam termodinamika, terdapat dua konsep penting yakni kerja dan energi.
Konsep ini dimunculkan sejak era klasik yang pertama kali dirumuskan oleh
alkemis, teolog, ahli fisika, dan matematika Isaac Newton berkaitan dengan hukum
gerak tubuh makroskopik kecepatan dibandingkan dengan kecepatan cahaya.
Sistem termodinamika adalah ukuran makroskopik. Dalam mekanika klasik, salah
satu persamaan dasar yang populer adalah persamaan kedua Newton mengenai
gaya F = ma. Dengan m adalah massa benda, dan a adalah percepatan. F dan a
keduanya adalah vektor yakni besaran yang memiliki bobot dan arah, sementara
m adalah besaran skala yang hanya memiliki bobot, oleh karena percepatan adalah
vektor dan percepatan berkaitan dengan perubahan kecepatan (v), maka kecepatan
adalah vektor. (Fatimah, 2017:23)
Energi dapat berada dalam bentuk termal, mekanis, kinetik, potensial,
elektrik, kimia, nuklir, dan jenis lain yang dalam konversasinya dapat dinyatakan
dalam bentuk energi total sistem. Dalam analisis termodinamika seringkali energi
diklarifikasikan ke dalam dua kelompok yakni kelompok makroskopis dan
kelompok mikroskopis. Bentuk mikroskopis dari energi berkaitan dengan energi
kinetik dan potensial, sedangkan bentuk mikroskopis dari energi berkaitan
ddengan struktur molekul, aktivitas ion dan aspek-aspek lain yang mempengaruhi
energi. Jumlah dari keseluruhan bentuk mikroskopis dari energi dalam suatu
sistem disebut sebagai energi internal dan diberi notasi U. (Fatimah, 2017:23)
Pada konsep hukum I termodinamika, antara lain :
a. Pada proses ekspansi adiabatik tidak ada perpindahan kalor neto sehingga
energi internal dan kerja yang dilakukan oleh gas adalah konstan.
b. Pada proses ekspansi-bebas, berdasarkan hukum I termodinamika maka
entropi sama, kerja yang dilakukan positif dan energi internal berkurang
karena digunakan untuk melakukan kerja.
c. Proses tidak ada perpindahan kalor neto antara sistem dan lingkungan
merupakan proses isotermal karena suhu konstan sehingga tidak ada
perpindahan kalor neto antara sistem dan lingkungan.
d. Proses tidak ada perpindahan kalor neto antara sistem dan lingkungan
merupakan proses siklus karena siklus kembali ke titik semula sehingga
tidak ada perpindahan kalor neto antara sistem dan lingkungan.
e. Pada saat pispon dipanaskan maka ada pengaruh suhu sehingga terjadi
proses isotermal.
Pada Pada konsep hukum II termodinamika, antara lain :
a. Entropi semua sistem yang tidak ada pertukaran energi dengan sistem yang
tidak ada pertukaran energi dengan lingkungan harus tetap.
b. Proses setelah tercapainya kesetimbangan pada saat dua benda padat
diletakkan saling bersentuhan dalam satu kotak terisolasi, maka entropi
benda padat yang bersuhu awal lebih tinggi akan bertambah.
c. Proses setelah tercapainya kesetimbangan pada saat dua benda padat
diletakkan saling bersentuhan dalam satu kotak terisolasi, maka entropi
benda padat yang bersuhu awal lebih rendah dan entropi sistem gabungan
dua benda padat akan bertambah sedangkan entropi benda padat yang
bersuhu awal lebih tinggi akan berkurang.
d. Selama mesin carnot adalah mesin reversibel maka 100% efisien karena
dapat kembali ke keadaan semula. (Rahmawati,dkk,2017)
Pengukuran termokimia dilakukan menggunakan suatu alat yang kita sebut
sebagai kalorimeter. Alat terdiri dari suatu termostat bertemperatur yang memiliki
suatu kapasitas panas tertentu. (Fatimah, 2017:29)
Suatu senyawa dapat dibuat langsung dari unsur-unsurnya. Kalornya
disebut kalor pembentukan dan dapat ditentukan dengan percobaan. Kalor ini
merupakan selisih entalpi senyawa dengan unsur-unsur pembentuknya. “kalor
pembentukan unsur bebas pada suhu 25°C dan tekanan 1 atm adalah nol.” Suhu
25°C dan tekanan 1 atm dipilih sebagai keadaan standar karena dianggap
merupakan kondisi yang umum dari permukaan bumi. Kondisi ini harus
dinyatakan mengingat entalpi sistem dipengaruhi oleh suhu dan tekanan.
(Ratulani,2017:132)
Jika suatu sistem dapat melakukan kerja ekspansi dan kerja kompresi pada
tekanan konstan, maka energi yang diberikan sebagai kalor diubah menjadi kerja
untuk memberikan tekanan balik terhadap lingkungan, sehingga dU < dq.
(Yuli,2018:72)
Jika suatu reaksi atau suatu perubahan fisika berlangsung di dalam
termostat, maka panas yang dilepaskan atau yang diserap oleh perubahan akan
diserap pula oleh seluruh zat di dalam kalorimeter dan oleh kalorimeter itu sendiri.
(Fatimah, 2017:29)
Bila kalor dilepaskan oleh reaksi (∆H negatif), reaksi dikatakan eksotermik.
Reaksi ini di mana kalor diambil (∆H positif) disebut endotermik.
(David,2001:205)
Proeses pengatoman bersifat endotermik, karena diperlukan energi untuk
memutuskan ikatan. Dalam reaksi terjadi pemutusan ikatan pereaksi dan
pembentukan ikatan hasil reaksi. Dengan kata lain, pengatoman pereaksi,
membutuhkan energi, sedangkan pengatoman hasil reaksi melepaskan energi.
a. Energi pengatoman pereaksi = energy yang dibutuhkan
b. Energi pengatoman hasil reaksi = energi yang dilepaskan
Sehingga ∆H (kalor reaksi) adalah perbedaan energi yang dibutuhkan dengan
energy yang dilepaskan. (Ratulani,2017:134-135)
Walaupun ada alat untuk mengatur kalor reaksi, tetapi ada reaksi yang
berlangsung terlalu cepat atau lambat sehingga sulit diukur. Disamping itu, ada
reaksi yang tidak terjadi tetapi kita ingin mengetahui kalor reaksinya. Masalah ini
dapat dipecahkan dengan menggunakan Hukum Hess yang menyatakan “kalor
yang menyertai reaksi tidak bergantung pada jalan yang ditempuh, tetapi hanya
pada keadaan awal dan akhir.” (Ratulani,2017:131)
Perubahan kalor adalah fungsi dari perubahan tenperatur dan tergantung
pada kapasitas panas. Suatu contoh, dua buah benda yang masing-masing memiliki
massa m1 dan m2 dan memiliki temperatur awal T1 dan T2 dengan T2 lebih tinggi
dibandingkan dengan T1. Jika kedua benda dapat melebur menjadi satu secara
fisika dan tidak ada interaksi/reaksi kimia di dalamnya maka temperatur kedua
benda pada kesetimbangan akan sama besar, katakanlah sebesar Tf. Panas yang
keluar atau yang diserap oleh masing-masing benda tergantung pada suatu
konstanta kita sebut sebagai kapasitas panas atau kapasitas panas spesifik, c1 dan
c2 untuk masing-masing benda. Oleh karena T2 > T1 maka panas mengalir dari
benda 2 ke benda 1 dan besarnya adalah 𝑚2 . 𝑐2 (𝑇2 − 𝑇𝑓 ) = 𝑚1 . 𝑐1 (𝑇𝑓 −
𝑇1 ). (Fatimah, 2017:28)
Jika suatu benda diketahui kapasitas panasnya dan perubahan
temperaturnya, maka perubahan kalor yang dialami oleh benda dapat dinyatakan
sebagai (dq = mCp∆T) dengan catatan bahwa Cp adalah suatu kapasitas panas yang
bernilai konstan, m dan ∆T berturut-turut adalah massa dan perubahan temperatur.
(Fatimah, 2017:28)
Namun demikian kapasitas panas Cp tidak selalu merupakan nilai konstan
melainkan dapat berurpa suatu fungsi dari temperatur atau tekanan. Jika Cp adalah
fungsi dari temperatur, maka besarnya perubahan kalor dapat dinyatakan sebagai
( dq = 𝑚 ∫ Cp (T)dT ). Jika perubahan berlangsung di dalam sistem tertutup dari
temperatur T1 menuju T2, maka besarnya perubahan kalor adalah 𝑑𝑞 =
𝑇
𝑚 ∫𝑇 2 Cp (T)dT. Prinsip tersebut digunakan dalam termokimia untuk menentukan
1
E. PROSEDUR KERJA
1. Penentuan tetapan kalorimeter
a. Masukkan air sebanyak 20 mL ke dalam gelas ukur 25 mL.
b. Masukkan 20 mL air dalam gelas ukur ke dalam kalorimeter. Catat
temperaturnya.
c. Masukkan air sebanyak 20 mL ke dalam gelas kimia 100 mL.
d. Panaskan 20 mL air di dalam gelas kimia sampai kira-kira 10 derajat di atas
temperatur kamar menggunakan kompor pemanas listrik. Catat
temperaturnya.
e. Campurkan air yang telah dipanaskan ke dalam kalorimeter, aduk dan amati
temperaturnya selama 10 menit dengan selang waktu 1 menit setelah
pencampuran.
f. Buat kurva pengamatan temperature terhadap selang waktu, untuk
menentukan harga penurunan temperatur air panas dan penaikan temperatur
air dingin.
g. Hitung tetapan kalorimeter.
2. Penentuan Kalor Penetralan HCl dan NaOH
a. Masukkan 20 mL HCl 2M ke dalam kalorimeter. Catat temperaturnya
b. Ukur 20 mL NaOH 2M. Catat temperaturnya (atur sedemikian sehingga
temperaturnya sama dengan temperatur HCl).
c. Campurkan NaOH ke dalam kalorimeter, catat temperatur campuran
selama 5 menit dengan selang waktu setengah menit.
d. Buat grafik untuk memperoleh perubahan temperatur akibat reaksi
tersebut.
e. Hitung ∆H penetralan jika kerapatan larutan = 1,03 g/ml dan kalor jenisnya
3,96 J/gr.K.
F. HASIL PENGAMATAN
1. Penentuan Tetapan Kalorimeter
Suhu awal air = 29°C + 273 = 302 K
Suhu akhir air = 39°C + 273 = 312 K
G. ANALISIS DATA
1. Penentuan tetapan kalorimeter
Diketahui :
Massa air dingin = 20 ml x 1 gr/ml = 20 gr
Massa air panas = 20 ml x 1 gr/ml = 20 gr
Volume air dingin = 20 ml
Volume air panas = 20 ml
Td (Suhu air dingin) : 29℃ = 302𝐾
Tp (Suhu air panas) : 39℃ = 312𝐾
k = 126 JK-1
2. Penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH
Diketahui :
Kerapatan larutan : 1,03 gr/ml
Kalor jenis larutan : 3,96 J/gr.k
Pada reaksi dihasilkan 0,04 mol NaCl
Volume larutan = 40 mL
Massa larutan : 40 × 1,03 = 41,2 𝑔𝑟
Suhu awal HCl : 302 𝐾
Suhu awal NaOH : 302 𝐾
Suhu Konstan : 304 K
Volume(V) HCl = 20 ml
Molaritas(M) HCl = 2 M
Mol(n) HCl = 20 ml x 2 M = 40 mmol = 0,04 mol
Volume(V) NaOH = 20 ml
Molaritas(M) NaOH = 2 M
Mol(n) NaOH = 20 ml x 2 M = 40 mmol = 0,04 mol
Tetapan kalorimeter : 126 JK-1
Ditanyakan :
a. Kalor yang diserap (q4) = …?
b. Kalor yang diserap kalorimeter (q5) = …?
c. Kalor yang dihasilkan reaksi(q6) = …?
d. Kalor penetralan (∆Hn) = …?
Penyelesaian :
a. Kalor yang diserap (q4)
q4= massa larutan x kalor jenis larutan x penaikan temperature
q4= 41,2 g x 3,96 J/g.K x 2 K
q4= 326,304 J
b. Kalor yang diserap kalorimeter (q5)
q5= tetapan kalorimeter x penaikan temperature
q5= 126 JK-1x 2 K
q5= 252 J
c. Kalor yang dihasilkan reaksi (q6)
q6= q4 +q5
q6 = 326,304 J + 252 J
q6 = 578,304 J
d. Kalor penetralan (∆Hn)
𝑞6
∆Hn = 𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝐶𝑙
578,304 J
∆Hn = 0,04 𝑚𝑜𝑙
H. ANALISIS GRAFIK
1. Penentuan tetapan kalorimeter
311
310
309
Suhu (K)
308
307
306
y = -0,0074x + 309,73
R² = 0,8922
305
0 100 200 300 400 500 600 700
Waktu (detik)
Grafik 1. Hubungan antara waktu dan suhu campuran air dingin dan air panas
2. Penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH
305
304,8
304,6
Suhu (K)
304,4
304,2
304
y = -0,0018x + 304,4
303,8 R² = 0,2727
303,6
0 50 100 150 200 250 300 350
Waktu (detik)
Grafik 2. Hubungan antara waktu dan suhu campuran HCl 2M dan NaOH 2M
I. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil percobaan pertama kami terbukti bahwa terjadi perpindahan
kalor antara air panas dan air dingin di dalam kalorimeter, digunakan kalorimeter
karena alat tersebut sudah dirancang sedemikian rupa agar perpindahan kalor
berjalan lebih baik. Pada praktikum kami air panas sebagai pelepas kalor dan air
dingin sebagai penerima kalor, proses perpindahan kalor berlangsung sampai pada
suhu konstan yaitu 33 ℃. Dari data perubahan suhu yang kami amati kami
mendapatkan nilai tetapan kalorimeter sebesar 126 J/K.
Berdasarkan hasil percobaan kedua kami yaitu pencampuran antara HCl dan
NaOH yang bertindak sebagai sistem adalah HCl dan NaOH dan yang bertindak
sebagai lingkungan adalah air dan sebagai medium pelarut kedua zat tersebut. Pada
reaksi tersebut suhu larutan meningkat dari suhu awal, hal ini terjadi karena pada
saat reaksi terjadi pelepasan kalor. Kalor yang dilepaskan oleh sistem reaksi (HCl
dan NaOH) diserap oleh lingkungan pelarut dan material lain (kalorimeter).
Akibatnya suhu lingkungan naik yang ditunjukkan oleh kenaikan suhu larutan. Jadi
dalam percobaan tersebut yang diukur bukanlah suhu sistem, tapi suhu lingkungan
tempat terjadinya reaksi. sedangkan sistem pada reaksi tersebut suhunya turun dan
mencapai keadaan stabil membentuk NaCl dan H2O.Reaksi ini berlangsung secara
endoterm karena adanya kenaikan suhu ( sebelum direaksikan suhu yang didapat
adalah 29℃ tepat setelah direaksikan 32℃ dan setelah reaksi suhunya dalah 31℃)
menunjukkan adanya panas / kalor yang diserap, sementara nilai ∆H yang positif
(>0) semakin menunjukkan bahwa reaksi berlangsung secara endoterm. Kita juga
mengetahui kalor penetralan ∆Hn = 14, 4576 kJ/mol
Juwita, Ratulani. 2017. Kimia Dasar. Padang: Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (STKIP) PGRI.