Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum Kimia Fisika

PENENTUAN KALOR REAKSI (TERMOKIMIA)

SRI RESTYATI M

H031 19 1018

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cabang dari ilmu fisika yang mempelajari tentang perubahan kalor disebut

termodinamika. Termodinamika berasal dari bahasa Yunani yaitu therme yang

berarti kalor dan dynamis yang berarti gaya. Termodinamika mempelajari tentang

fenomena atau kejadian yang berubah akibat adanya perubahan panas dan usaha yang

diberikan. Misalnya suatu benda dinaikkan suhunya maka akan timbul pemuaian,

penyusutan, penguapan atau pada termo elemen akan membangkitkan gaya gerak

listrik serta perubahan lainnya. Pada proses perubahan ini, terdapat suatu

perpindahan panas dan perpindahan gaya yang mengakibatkan terjadinya suatu usaha

[ CITATION JFG96 \l 1057 ].

Suatu termodinamika menggunakan terminologi sistem dan lingkungan untuk

mengidentifikasi subjek analisis. Setelah sistem dan interaksi yang berhubungan

dengan sistem lain teridentifikasi, maka satu atau lebih hukum fisika dapat

digunakan. Sistem adalah bagian dari alam semesta yang menjadi suatu perhatian.

Sistem dapat berupa sebuah benda bebas yang sederhana atau dapat berupa zat atau

campuran zat yang dipelajari sifat-sifatnya. Lingkungan (surroundings) adalah segala

sesuatu diluar sistem. Sistem dapat dipisahkan dengan lingkungannya oleh batas

sistem (boundary) yang dapat berada dalam kondisi diam atau begerak. Contoh

proses termodinamika yaitu balon yang sedang ditiup atau air panas dalam botol

(Moran dan Saphiro, 2004). Dari paparan ini, dilakukanlah percobaan penentuan

kalor reaksi untuk mengetahui hubungan antara sistem dan lingkungan pada suatu

peristiwa termodinamika.
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari percobaan ini yaitu:

1. bagaimana menentukan tetapan kalorimeter secara kalorimetrik?

2. bagaimana menentukan kalor penetralan suatu reaksi netralisasi asam-basa

antara HCl dan NaOH secara kalorimetrik?

1.3 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.3.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari cara

menentukan tetapan kalorimeter dan kalor penetralan larutan asam dan basa secara

kalorimetrik.

1.3.2 Tujuan Percoban

Tujuan dari percobaan ini yaitu:

1. menentukan tetapan kalorimeter secara kalorimetrik.

2. menentukan kalor penetralan suatu reaksi netralisasi asam-basa antara HCl dan

NaOH secara kalorimetrik.

1.4 Prinsip Percobaan

Prinsip dari percobaan ini adalah menentukan tetapan kalorimeter dengan

memasukkan akuades dengan volume yang sama dan suhu yang berbeda ke dalam

kalorimeter dan menentukan kalor penetralan dengan memasukan NaOH dan HCl

dengan suhu dan volume yang sama ke dalam kalorimeter dengan metil jingga

sebagai indikator.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Termokimia

Termodinamika adalah ilmu fisika yang membahas mengenai fenomena

termal yang didefinisikan dalam parameter suhu, kalor dan energi dalam. Hukum

pertama termodinamika adalah suatu persamaan kekekalan energi yang melibatkan

variabel suhu, kalor dan energi. Konsekuensi penting dari unsur ini adalah adanya

nilai energi dalam yang ditentukan oleh keadaan sistem. Hukum dasar

termodinamika menyediakan pemahaman kuantitatif energi hubungan antara

senyawa kimia dan reaksi kimia [ CITATION Sur13 \l 1057 ].

Termodinamika dalam arti luas merupakan pengkajian hubungan kuantitatif

anatara kalor dan bentuk lain energi, seperti energi yang dikaitkan dengan gejala

elektromagnet, permukaan dan kimia. Termodinamika kimia dapat didefinisikan

sebagai cabang kimia yang mempelajari hubungan kalor, kerja dan bentuk lain energi

dengan kesetimbangan dalam reaksi kimia dan perubahan keadaan. Termodinamika

berkaitan erat dengan kimia disebut termokimia yang menangani pengukuran dan

penafsiran perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia, perubahaan keadaan dan

pembentukan larutan (Keenan dkk., 1986)

Termokimia adalah cabang dari termodinamika dimana bejana reaksi dan

isinya dari sistem akan bereaksi menghasilkan pertukaran energi antara sistem dan

lingkungan. Oleh karena itu kalorimetri dapat digunakan untuk mengukur energi

yang disediakan atau dibuang sebagai panas oleh reaksi dan dapat mengidentifikasi

kalor dengan perubahan energi internal (jika reaksi terjadi pada volume konstan) atau

perubahan entalpi (jika reaksi terjadi pada tekanan konstan). Sebaliknya, jika
diketahui perubahan energi atau perubahan entalpi reaksi, maka energi (ditransfer

sebagai panas) reaksi yang dihasilkan dapat diprediksi (Atkins dan Paula, 2006).

2.2 Sistem dan Lingkungan

Saat membahas dan menganalisa perubahan energi panas dengan reaksi

kimia, perlu diketahui terlebih dahulu definisi dari sistem. Sistem adalah benda atau

bagian spesifik dari alam semesta yang dipelajari atau ingin diketahui. Pada bidang

kimia, sistem biasanya meliputi zat yang terlibat dalam perubahan fisika dan kimia.

Lingkungan adalah bagian dari alam semesta diluar sistem [ CITATION Dou141 \l

1057 ].

Sistem terbagi menjadi 3 kategori yaitu sistem terbuka, sistem tertutup dan

sistem terisolasi. Sistem terbuka adalah sistem yang dapat terjadi pertukaran materi

atau energi antara sistem dengan lingkungannya. Sistem tertutup adalah sistem yang

memiliki dinding adiatermal sehingga hanya terjadi pertukaran energi dengan

lingkungannya. Sistem terisolasi adalah sistem yang tidak terjadi pertukaran materi

dan energi dengan lingkungannya (Anggarini dkk., 2016).

2.3 Kalor

Ketika suatu benda menyerap kalor maka suhu benda akan meningkat.

Meningkatnya suhu disebabkan getaran atom benda makin kencang. Jika benda

menerima kalor, maka kalor itu digunakannya untuk menaikkan suhu benda, atau

berubah wujud. Benda yang berubah wujud dapat berubah mencair, atau menguap.

Kalor hasil pembakaran sempurna disebut sebagai kalor bakar. Perubahan kalor pada

suatu reaksi dapat diukur melalui pengukuran perubahan suhu yang terjadi pada

reaksi tersebut (Tazi dan Sulistiana, 2011).

Nilai kalor dari suatu bahan bakar menunjukkan energi yang terkandung di
dalam bahan bakar setiap satuan massa bahan bakar. Nilai kalor ini penting diketahui

untuk mengukur kandungan energi dari setiap massa bahan bakar sehingga konsumsi

untuk menghasilkan energi tertentu dapat diketahui secara tepat. Besarnya panas

reaksi tergantung pada jumlah zat yang bereaksi, keadaan fisika, temperatur, tekanan,

dan jenis reaksinya baik pada kondisi tekanan atau volume tetap [ CITATION DPa09

\l 1057 ]

2.4 Kalorimeter

Alat yang digunakan untuk mengukur perubahan kalor selama reaksi kimia

ialah kalorimeter. Kalorimeter adalah alat yang dirancang dapat mengisolasi sistem

di dalamnya sehingga panas yang keluar dari benda sama dengan panas yang masuk

ke air dan wadahnya. Ada dua jenis kalorimeter, yaitu kalorimeter larutan dan

kalorimeter bom. Kalorimeter larutan adalah alat yang digunakan untuk mengukur

jumlah kalor yang terlibat pada reaksi kimia dalam suatu sistem larutan

(Safitri dkk., 2018). Kalorimeter bom adalah alat yang digunakan untuk mengukur

jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran sempurna dalam oksigen berlebih

suatu materi atau sampel tertentu. Sampel ditempatkan pada tabung beroksigen yang

tercelup dalam medium penyerap kalor (kalorimeter) dan sampel akan terbakar oleh

api listrik dari kawat logam yang terpasang dalam tabung [ CITATION Ray07 \l 1057 ].

Akurasi nilai pembakaran hasil pengukuran kalorimter bom sangat ditentukan

oleh hasil pengamatan suhu air di dalam kalorimeter sebelum dan sesudah

pembakaran. Biasanya kesalahan hasil pengamatan suhu berasal dari kesalahan

operator (kurang cermat, salah baca dan lainnya), kesalahan alat ukur temperatur

(termometer) dan kesalahan internal kalorimeter yang biasanya disebabkan oleh

faktor kecepatan pendinginan kalorimeter. Semakin tinggi kecepatan pendinginan


maka semakin besar radiasi panas kalorimeter ke udara sekelilingnya, sehingga

semakin besar kesalahan pengamatan suhu kalor (Herlambang dan Djuhana, 2016).

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas kimia 250 mL,

termometer, stopwatch, pengaduk lingkar, gelas ukur 50 mL, gabus, pipet tetes,

kalorimeter, sikat tabung, bahan isolasi (plastik), hotplate dan penutup.

3.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan NaOH 1 M, larutan

HCl 1 M, larutan indikator metil jingga, sabun cair, tissue roll dan akuades.

3.3 Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan ini dilakukan pada Selasa, 3 November 2020 pukul 13.30 WITA di

Laboratorium Kimia Fisika, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.

3.4 Prosedur Percobaan

Gambar 1. Rangkaian Alat


3.4.1 Penentuan Tetapan Kalorimeter

Alat kalorimeter dirangkai sedemikian rupa, kemudian 50 mL akuades diukur

suhunya dan dimasukkan ke dalam kalorimeter. Suhu akuades dicatat sebagai T1.

Kemudian 50 mL air dimasukkan ke dalam gelas kimia lain yang dipanaskan hingga

suhu mencapai 50 °C. Setelah itu suhu air dicatat sebagai T2. Air panas dituangkan

ke dalam kalorimeter dan dicatat suhunya sebagai T, kemudian diaduk. Stopwatch

dijalankan dan diukur suhu air setiap 30 detik selama 5 menit sambal diaduk

perlahan.

3.4.2 Penentuan Kalor Penetralan

50 mL larutan NaOH 1 M dan 50 mL larutan HCl 1 M dibiarkan pada suhu

kamar hingga mencapai kesetimbangan termal. Diukur suhu larutan NaOH 1 M dan

larutan HCl 1 M dan disuhunya dicatat sebagai T. Dimasukkan 50 mL HCl 1 M ke

dalam kalorimeter kemudian dituangkan NaOH 1 M ke dalam larutan asam

kemudian dicatat suhunya tiap 30 detik selama 5 menit sambil diaduk perlahan.

Ditambahkan 2-3 tetes larutan indikator metil jingga untuk mengetahui untuk

mengetahui terjadi penetralan yang sempurna pada larutan.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Penentuan Tetapan Kalorimeter

T1 = 32 °C = 305 K

T2 = 80 °C = 353 K

Vtotal = 100 mL

Tabel 1. Hasil Pengamatan penentuan tetapan kalorimeter


No T (°C) T (K) t (menit)

1 48 321 0,5

2 48 321 1

3 47,5 320,5 1,5

4 47 320 2

5 47 320 2,5

6 47 320 3

7 47 320 3,5

8 46,5 319,5 4

9 46,5 319,5 4,5

10 46 319 5

4.1.2 Penentuan Kalor Penetralan

T HCl = 31 °C = 304 K

T NaOH = 31 °C = 304 K

Vtotal = 100 mL
Tabel 2. Hasil Pengamatan penentuan kalor penetralan
No T (°C) T (K) t (menit)

1 35 308 0,5

2 36 309 1

3 36 309 1,5

4 36 309 2

5 36 309 2,5

6 36 309 3

7 36 309 3,5

8 36 309 4

9 36 309 4,5

10 36 309 5

4.2 Grafik

4.2.1 Penentuan Tetapan Kalorimeter

Waktu Vs Suhu
321.5
321
f(x) = − 0.41 x + 321.17
320.5 R² = 0.91
Suhu (K)

320
319.5
319 319
318.5
318
0 1 2 3 4 5 6
Waktu (menit)

Grafik 1. Perubahan suhu terhadap waktu tetapan kalorimeter


4.2.2 Penentuan Kalor Penetralan

Waktu Vs Suhu

309 f(x) = 0.11 x + 308.6


R² = 0.27
308.6
Suhu (K)

308.2

307.8

307.4
0 1 2 3 4 5 6
Waktu (menit)

Grafik 2. Perubahan suhu terhadap waktu kalor penetralan

4.3 Perhitungan

4.3.1 Penentuan Tetapan Kalorimeter

T 1 + T2 + 2 Ta
W = V x ρair x Cair x
T a - T1

Keterangan:

W = Tetapan kalorimeter (J/K)

V = Volume total (100 mL)

ρair = Massa jenis air (1 g/mL)

cair = Kalor jenis air (4,2 J/g.K)

T1 = Suhu awal air (305 K)

T2 = Suhu awal air panas (353 K)

Ta = Suhu pada kesetimbangan termal setelah air dicampur (319 K)

(305 + 353 - 2( 319) ) K


W = 100 mL x 1 g/mL x 4,2 J/g.K x = 600 J/K
(31 9 - 305) K

Jadi, nilai tetapan kalorimeter adalah 600 J/K.


4.3.2 Penentuan Kalor Penetralan

ΔHT = - (Cair × m NaCl + W) (T’ – T) (1000


MxV)

Keterangan:

ΔHT = Kalor penetralan (J/mol)

Cair = Kalor jenis air (4,2 J/g.K)

mNaCl = Massa larutan NaCl (100 g)

W = Tetapan kalorimeter (600 J/K)

T’ = Suhu pada kesetimbangan termal setelah pencampuran (309 K)

T = Suhu awal larutan (304 K)

M = Molaritas kedua larutan (1 mol/L)

V = Volume larutan asam atau basa (100 mL)

ΔHT = - (4,2 J/g.K x 100 g + 600 J/K) (309-304)K (1000 mL/L


1 mol/L x 100 m L )

= - 51.000 J/mol

= -51 kJ/mol

Jadi nilai kalor penetralan HCl 1 M dan NaOH 1 M sebesar -51 Kj/mol.

4.4 Pembahasan

Pada percobaan ini dilakukan penentuan tetapan kalorimeter serta penentuan

kalor penetralan. Pada percobaan ini digunakan alat kalorimeter adiabatik sederhana

yang disusun sendiri. Alat kalorimeter ini terdiri dari wadah kaca dan penutupnya,

yang dilengkapi dengan termometer sebagai pengukur suhu dan pengaduk lingkar

untuk mengaduk larutan agar homogen. Penutup kalorimeter ini berfungsi untuk

mencegah terjadinya pertukaran kalor dengan lingkungan. Di dalam wadah kaca


dimasukkan gelas kimia yang berfungsi sebagai tempat mereaksikan larutan. Pada

bagian bawah gelas kimia diletakkan gabus dan ruang antara gelas kimia yang diisi

dengan bahan isolasi yang terbuat dari potongan-potongan plastik. Hal ini bertujuan

untuk menyangga gelas kimia, sekaligus untuk memperlambat pertukaran kalor

dengan lingkungan.

Pada percobaan penentuan tetapan kalorimeter digunakan air sebagai bahan

utama, dimana air diberikan dua perlakuan yaitu air yang dimasukkan kedalam

kalorimeter sebanyak 50 mL dibiarkan hingga mencapai kesetimbangan termal dan

sebanyak 50 mL dipanaskan hingga suhunya mencapai 80 °C. Hal ini bertujuan

untuk mengetahui suhu campuran dari kedua air tersebut, sehingga kita dapat

menentukan tetapan kalorimeter.

Ketika air dalam kalorimeter dicampurkan dengan air panas dengan

suhu 80 oC, terjadi perubahan suhu. Perubahan suhu tersebut diukur setiap 30 detik

selama 5 menit. Pada 30 detik pertama suhu kalorimeter mencapai 48 °C. Hal ini

terjadi karena adanya tabrakan antara molekul-molekul air yang memiliki suhu

berbeda. Setelah pencampuran, air yang memiliki suhu tinggi akan melepaskan kalor

ke air yang suhunya lebih rendah. Setelah 5 menit, suhu air mengalami penurunan

sampai mencapai 46 °C.

Kalorimeter biasanya tidak sepenuhnya bersifat adiabatik dan selalu ada

pertukaran kalor dengan lingkungan, maka perlu dilakukan koreksi terhadap kalor

yang hilang. Karena itulah pada pengukuran suhu dilakukan setiap selang setengah

menit selama 5 menit. Kemudian dari data yang diperoleh dibuat grafik suhu

terhadap waktu sehingga diperoleh nilai suhu akhir (Ta). Untuk penentuan tetapan

kalorimeter diperoleh nilai Ta yaitu 319 K. Dari nilai Ta tersebut dapat dihitung
tetapan kalorimeter yaitu sebesar + 600 J/K. Berdasarkan tetapan kalorimeter yang

bernilai positif, maka dapat diketahui bahwa reaksi yang terjadi bersifat endoterm.

Selanjutnya, pada percobaan penentuan kalor penetralan, digunakan larutan

asam klorida (HCl) dan larutan basa natrium hidroksida (NaOH). Pada percobaan ini

digunakan HCl dan NaOH yang memiliki suhu dan konsentrasi yang sama agar dapat

terjadi reaksi penetralan yang sempurna. Sebelum larutan dimasukkan kedalam

kalorimeter, terlebih dahulu diukur suhu kedua larutan hingga suhu kedua larutan

sama. Larutan HCl dimasukkan ke dalam kalorimeter kemudian ditambahkan dengan

NaOH. Hal ini dilakukan agar terjadi keseimbangan antara larutan asam dan basa

sehingga terjadi reaksi netralisasi. Reaksi netralisasi ini dapat dibuktikan dengan

menambahkan indikator metil jingga yang memiliki trayek pH 3,2-4,4. Pada suasana

asam indikator memberikan warna merah dan pada suasa basa indikator memberikan

warna kuning. Suasana netral ditandai dengan terbentuknya warna jingga kekuningan

pada larutan. Hasil yang ditunjukkan setelah penambahan indikator yaitu larutan

berubah warna menjadi kuning yang menunjukkan larutan bersifat basa.

Pada percobaan ini juga dilakukan koreksi yaitu dengan mengukur suhu

campuran HCl dan NaOH dalam kalorimeter setiap 30 detik selama 5 menit. Hasil

pengamatan menunjukkan pada setengah menit pertama, suhu larutan adalah 35 °C

dan setelah 5 menit suhunya menjadi 36 °C. Dari data tersebut kemudian dibuat

grafik sehingga didapat suhu akhir (T’) yaitu 309 K. Menurut teori, besar kalor

penetralan antara asam kuat dan basa kuat adalah -57 kJ/mol (Bird, 1993). Dari data

tersebut dapat dilihat bahwa hasil yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan teori

dimana kalor penetralannya yang diperoleh pada percobaan yaitu -51 kJ/mol.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. nilai tetapan kalorimeter adibatik sederhana adalah + 600 J/K.

2. nilai kalor penetralan HCl 1M dan NaOH 1M adalah – 51 kJ/mol

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Saran untuk laboratorium adalah sebaiknya kebersihan laboratorium tetap

dijaga dan fasilitas laboratorium dapat ditingkatkan.

5.2.2 Saran untuk Percobaan

Saran untuk percobaan ini yaitu sebaiknya percobaan dilakukan secara duplo

agar diperoleh hasil yang lebih akurat.


DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, F., Fadiawati, N., Tania, L., dan Fauzi, M. M., 2016, Alat Penentuan
Jenis-Jenis Sistem Berbasis Barang Bekas, Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Kimia, 5, (1); 63-75.

Atkins, P. dan Paula, J. D., 2006, Physical Chemistry, Oxford University Press,
United States.

Chang, R., 2007, Chemistry 10th Edition, McGraw-Hill, New York.

Gabriel, J. F., 1996, Fisika Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Giancoli, D. C., 2014, Physics 8th Edition, Pearson Education Inc, United State of
America.

Herlambang, B. dan Djuhana, 2016, Modifikasi Sebuah Prototipe Kalorimeter Bahan


Bakar (Bomb Calorimetry) untuk Meningkatkan Akurasi Pengukuran Nilai
Kalor Bahan Bakar Cair, Jurnal Teknik Mesin, 2, (5); 13-17.

Keenan, C. W., Kleinfer, D. C. dan Wood, J. H., 1986, Ilmu Kimia untuk Universitas,
Erlangga, Jakarta.

Moran, M. J. dan Saphiro, H. N., 2004, Termodinamika Teknik Edisi 4, Erlangga,


Jakarta.

Patabang, D., 2009, Analisis Nilai Kalor secara Eksperimental dan Teoritik dari
Briket Arang Kulit Kemiri, Mektek, 11, (3); 177-180.

Safitri, H. N., Masturi, dan Edie, S. S., 2018, Pengembangan Alat Praktikum
Kalorimeter Bom pada Pokok Bahasan Kalor. Unnes Physics Education
Journal, 7, (1); 43-48.

Suryantari, R., 2013, Problem Solving dengan Metode Identifikasi Variabel


berdasarkan Skema: Tinjauan terhadap Formulasi Hukum Pertama
Termodinamika, Jurnal Fisika Indonesia, 49, (17); 28-31.

Tazi, I. dan Sulistiana, 2011, Uji Kalor Bakar Bahan Bakar Campuran Bioetanol dan
Minyak Goreng Bekas, Jurnal Neutrino, 3, (2); 163-174.
Lampiran 1. Bagan Kerja

a. Penentuan Tetapan Kalorimeter

50 mL akuades 50 mL akuades

- Diukur suhu akuades - Dimasukkan ke dalam


gelas piala
- Dimasukkan ke dalam - Dipanaskan hingga suhu
kalorimeter 50 °C
- Dicatat suhu sebagai - Diukur suhu akuades (T2)
T1 - Dimasukkan ke dalam

kalorimeter dan stopwatch

dijalankan

- Diaduk perlahan dengan pengaduk lingkar

- Diukur suhu tiap 30 detik selama 5 menit

- Dicatat hasil pengamatan

Hasil
b. Penentuan Kalor Penetralan

50 mL HCl 50 mL NaOH

- Dimasukkan ke dalam - Dimasukkan ke dalam gelas

kalorimeter piala

- Diukur suhu HCl - Diukur suhu NaOH

- Dibiarkan pada suhu - Dibiarkan pada suhu kamar

kamar hingga mencapai hingga mencapai

kesetimbangan termal kesetimbangan termal

- Dimasukkan ke dalam

kalorimeter

- Ditutup kalorimeter dan dinyalakan stopwatch

- Diaduk perlahan dengan pengaduk lingkar

- Diukur suhu tiap 30 detik selama 5 menit

- Ditambahkan 2-3 tetes indikator metil jingga

- Dicatat dan diamati perubahan yang terjadi


Hasil

Anda mungkin juga menyukai