Anda di halaman 1dari 12

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Kimia Fisik dengan judul Penentuan Tetapan


Kesetimbangan Ion Triodida disusun oleh :
Nama : Melani Ganing
NIM : 101314046
Kelas :B
Kelompok : VII (Tujuh)
Telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten dan dinyatakan
diterima.

Makassar, Mei 2012


Koordinator Asisten Asisten

Kurnia Ramadani K, S.Si. Yanti Madong


Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dr. Muhammad Wijaya, S.Si., M.Si.


A. JUDUL PERCOBAAN
Penentuan tetapan kesetimbangan ion triodida

B. TUJUAN PERCOBAAN

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan tetapan kesetimbangan reaksi


pembentukan ion triodida.

C. LANDASAN TEORI
Kebanyakan reaksi kimia merupakan reaksi reversibel. Pada awal proses
reversibel, reaksi berlangsung majuu ke arah pembentukan produk. Segera setelah
beberapa molekul produk terbentuk, proses balik mulai berlangsung yaitu proses
pembentukan molekul reaktan dari molekul produk. Bila laju reaksi maju dan reaksi
balik sama besar dan konsentrasi reaktan dan produk tidak lagi berubah seiring
berjalannya waktu, maka tercapailah kesetimbangan kimia (chemical equilibrium)
kesetimbangan kimia merupakan proses dinamik (Chang, 2004 : 66).
Banyak reaksi-reaksi kimia yang berjalan tidak sempurna, artinya reaksi-reaksi
tersebut berjalan sampai pada suatu titik dan akhirnya berhenti dengan meninggalkan
zat-zat yang tidak bereaksi. Pada temperatur, tekanan dan konsentrasi tertentu, titik
pada saat reaksi tersebut berhenti sama. Hubungan antara konsentrasi pereaksi dan hasil
reaksi tetap. Pada saat ini reaksi dalam keadaan setimbang. Pada saat setimbang,
kecepatan reaksi ke kanan sama dengan kecepatan reaksi ke kiri. Kesetimbangan di sini
merupakan kesetimbangan dinamis, bukan kesetimbangan statis. Jadi sebenarnya reaksi
masih ada tetapi karena kecepatannya sama, seakan-akan reaksi berhenti :

V1
A + B V2
C + D

Atas dasar ini dapat dianggap hampir semua reaksi berhenti pada kesetimbangan
(Sukardjo, 2002 : 220).
Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan
yang paling baik dan popular. Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat
dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Seseorang tidak memerlukan alat
yang khusus atau canggih kecuali corong pemisah. Prinsip metode ini didasarkan pada
distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tak saling
bercampur, seperti benzene, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat
terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut. Teknik ini
dapat digunakan untuk kegunaan prepafatif, pemurniann, pemisahan serta analisis pada
semua skala kerja (Khopkar, 2007 : 90).
Bila cairan-cairan tertentu seperti karbon disulfida dan air, dan juga eter dan air,
dikocok bersama-sama dalam suatu bejana dan campuran kemudian dibiarkan, maka
kedua cairan akan memisah menjadi dua lapisan. Cairan-cairan semacam itu dinamakan
sebagai tak-dapat-campur (karbon disulfida) atau setengah-campur (eter dan air),
tergantung pada satu ke dalam yang lain hampir tak dapat larut atau setengah dapat
larut. Jika iod dikocok bersama suatu campuran karbon disulfida dan air, serta
kemudian didiamkan, iod akan dijumpai terbagi dalam kedua pelarut itu, suatu keadaan
kesetimbangan terjadi antara larutan iod dalam karbon diisulfida dan larutan iod dalam
air (Svehla, 1985 : 139).
Hokum distribusi atau partisi dapat dirumuskan : bila suatu zat terlarut
terdistribusi antara dua pelarut yang tak-dapat campur, maka pada suatu temperatur
yang konstan untuk tiap spesi molekul terdapat angka banding distribusi yang konstan
pada kedua pelarut itu, dan angka banding distribusi ini tak tergantung pada spesi
pasangan lain apapun yang mungkin ada (Svehla, 1985 : 140).
Iodium, I2, sedikit larut di dalam air namun larut dalam air yang mengandung
ion I-, misalnya dalam larutan KI. I2 dan I- dalam larutan air akan membentuk ion tri-
iodida, I3- dan reaksinya merupakan reaksi kesetimbangan. Untuk reaksi :
I2(g) + I-(aq) I3-(aq)
Kesetimbangan ini berlangsung dalam larutan air, untuk itu perlu menghitung
konsentrasi-konsentrasi yang bersangkutan dalam air. Dari percobaan penentuan
tetapan distribusi di atas dapat dihitung nilai Kd kemudian dengan rumus :
[ I2] H2 O
Kd=
[ I 2 ] cc l4
Dapat dihitung konsentrasi [I2]H2O dengan persamaan [I2]H2O = Kd [I2]ccl4 dan
selanjutnya dapat dihitung [I3-]H2O dan [I-]H2O (Tim Dosen Kimia Fisik, 2012 : 21).
Ditemukan oleh Courtois ada tahun 1811. Iod tergolong unsur halogen, terdapat
dalam bentuk iodida dari air laut yang terasimilasi dengan rumput laut, sendawa Chili,
tanah kaya nitrat (dikenal sebagai kalis, yakni batuan sedimen kalsium karbonat yang
keras), air garam dari air laut yang disimpan, dan di dalam air payau dari sumur minyak
dan garam. Iod adalah padatan berkilauan berwarna hitam kebiru-biruan, menguap pada
suhu kamar menjadi gas ungu biru dengan bau menyengat. Iod membentuk senyawa
dengan banyak unsur, tapi tidak sereaktif halogen lainnya, yang kemudian menggeser
iodida. Iod menunjukkan sifat-sifat menyerupai logam. Iod mudah larut dalam
kloroform, karbon tetraklorida atau karbon disulfida yang kemudian membentuk
larutan berwarna ungu yang indah (Redaksi chem-is-try.org, 2008).
Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl 3). Kloroform
dikenal karena sering digunakan sebagai bahan pembius, meskipun kebanyakan
digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboratorium atau industri. Wujudnya pada suhu
ruang berupa cairan, namun mudah menguap (Wikipedia, 2012).

D. Alat dan Bahan


1. Alat :

a. Erlenmeyer tutup asah 250 ml 5 buah


b. Gelas ukur 250 ml 1 buah
c. Batang pengaduk 1 buah
d. Pipet volume 20 mL 1 buah
e. Pipet volume 5 mL 1 buah
f. Corong pisah 500 mL 1 buah
g. Statif dan klem 3 buah
h. Buret 50 ml 2 buah
i. Botol semprot 1 buah
j. Corong biasa 1 buah
k. Bulb pipet 2 buah
l. Gelas ukur 10 mL 1 buah
m. Pipet tetes 2 buah
n. Gelas ukur 25 mL 1 buah

2. Bahan :
a. Larutan jenih I2 dalam CHCl3 (kloroform)
b. KI (Kalium Iodida) 0,1 M
c. Larutan Na2S2O3 (Natrium Tiosulfat) 0,1 N
d. Indikator amilum
e. Aquadest
f. Aluminium foil
g. Tissue

E. PROSEDUR KERJA

1. Memipet 20 mL larutan jenuh I2 dalam CHCl3 dan memasukkannya ke dalam


corong pisah.
2. Menambahkan 200 mL larutan KI 0,1 M yang telah distandarisasi.
3. Mengocok campuran selama 60 menit.
4. Mendiamkan campuran sehingga terbentuk dua lapisan.
5. Kemudian memisahkan kedua lapisan pada erlenmeyer yang berbeda.
6. Memipet masing-masing 5 mL dari setiap lapisan dan memasukkannya ke dalam
erlenmeyer.
7. Menitrasi masing-masing lapisan dengan larutan natrium tiosulfat (Na 2S2O3) 0,1 N
serta ditambahkan indikator amilum. Menitrasi sebanyak 3 kali.
8. Mencatat volume natrium tiosulfat yang diperlukan pada proses titrasi.
9. Menghitung nilai K.
F. HASIL PENGAMATAN
Volume Na2S2O3 0,1 N yang diperlukan
Titrasi
I II III
5 mL larutan lapisan bawah
5,8 5,8 6,0
(I2 dalam CHCl3)
5 mL larutan lapisan atas
1,5 1.6 1,6
(I2 dalam H2O)

G. ANALISIS DATA
Diketahui : [Na2S2O3] = 0,1 N
[KI] = 0,1 N
Kd = 0,0091
Ditanyakan : K =.?
Penyenyelesaian :

(1,5+1,6+1,6)mL
V titran (I2 dalam H2O) = =1,5667 mL
3
(5,8+5,8+6,0) mL
V titran (I2 dalam CHCl3) = =5,8667 mL
3
grek
N=
L
gram/BE Mr
BE=
L valensi
gram
Mr/ valensi

L
gram valensi

Mr L

N=M valensi
N
M=
valensi
2S2O32- + I2 S4O62- + 2I-
Valensi = jumlah electron yang dilepas per mol
2 mg ekuivalen Na 2 S2 O 3 mgrek
=1
2 mmol Na 2 S 2 O 3 mmol

N
Jadi, M Tio=
valensi
mgrek
0,1
mmol mmol
=0,1
mgrek mL
1
mmol
2S2O32-(aq) + I2(aq) S4O62-(aq) + 2I-(aq)
1 mmol S2O32- 0,1 M ~ mmol I2
Untuk [I2]H2O
1,5667 mL Na2S2O3 0,1 M = x 0,1 mmol I2
= 5 x 10-2 mmol I2
= 5 x10-5 mol I2
Jadi, Mol I2 = 5 x10-5 mol 1,5667
5
= 7,8335 10 mol
n
[I2] H2O
v
5
7,8335 10 mol
3
5 x 10 L
1,5667 102 M
Untuk [I2]CHCl3
5,8667 mL Na2S2O3 0,1 M = x 0,1 mmol I2
= 5 x 10-2 mmol I2
= 5 x10-5 mol I2
Jadi, Mol I2 = 5 x10-5 mol 5,8667
5
= 7,8335 10 M
n
[I2] CHCl3
v
5
7,8335 10 M

5 x 103 L
2
5,8668 10 M
[I2] H2O Kd [I 2 ]CHCl3
2
0,0091 5,8668.10 M
5,34 104 M

Untuk [I3-]H2O
[I3-]H2O = b [I2]H2O
= 1,5667 x 10-2 M 5,34 x 10-4 M
= 1,5133 x 10-2 M
Untuk [I-]H2O
[I-]H2O = [I-]mula-mula [I3-]H2O
= 0,1 M 1,5133 x 10-2 M
= 8,4868 X 10-2 M

I2(g) + I-(aq) I3-(aq)


K = [I3-]H2O
[I2]H2O x [I-]H2O
= 1,5133 x 10-2 M
(5,34 x 10-4 M)(8,4867 x 10-2 M)
= 1,5133 M
4,5319 x 10-3 M2
= 3,3392 x 102 M-1

H. PEMBAHASAN
Tujuan percobaan ini yaitu untuk menentukan tetapan kesetimbangan reaksi
pembentukan ion triodida. Pada percobaan digunakan larutan jenuh I2 dalam CHCl3
yang direaksikan dengan larutan KI. Penambahan KI berfungsi sebagai penyedian ion
iodide (I-) yang kemudian akan bereaksi dengan I2 membentuk ion triodida. Campuran
ini kemudian dikocok yang berfungsi agar iod terdistribusi sempurna ke dalam dua
pelarut. Saat pengocokan, sekali-kali penutup corong dibuka dengan tujuan untuk
mengurangi tekanan dalam corong pisah selama proses pengocokan berlangsung.
Setelah dikocok, larutan didiamkan sehingga terbentuk 2 lapisan dimana lapisan atas
adalah larutan I2 dalam air sedangkan lapisan bawah adalah larutan I 2 dalam CHCl3.
Terbentuknya 2 lapisan disebabkan karena perbedaan massa jenis, massa jenis air lebih

gram
ringan dari massa jenis kloroform yaitu massa jenis air adalah 1 dan massa jenis
mL

gram
kloroform adalah 1,48 . Selain itu, disebabkan juga sifat kepolaran dimana air
mL
bersifat polar dan kloroform bersifat sedikit polar. Reaksi yang terjadi :
KI K+ + I-
I- + I 2 I3-
Kedua lapisan yang terbentuk dipisahkan kemudian masing-masing lapisan
dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N yang dapat mengikat iod sehingga
konsentrasi iod dapat ditentukan. Pada proses titrasi digunakan beberapa tetes amilum
yang berfungsi untuk mempermudah pembacaan titik akhir karena amilum sangat
sensitive terhadap iod yang akan membentuk kompleks berwarna biru sehingga jika
titrasi dilanjutkan dan memperlihatkan warna biru hilang yang menandakan sudah tidak
adanya I2 yang bereaksi dengan amilum namun I 2 telah habis bereaksi dengan tio sulfat.
Reaksi yang terjadi :
Pada lapisan atas
I3-(aq) + 2S2O32-(aq) 3I-(aq) + S4O62-(aq)
Pada lapisan bawah
I2(aq) + 2S2O32-(aq) 2I-(aq) + S4O62-(aq)
Berdasarkan hasil titrasi didapatkan volume rata-rata pada lapisan atas adalah
1,5667 mL dan volume rata-rata pada lapisan bawah adalah 5,8667 mL. hal ini
menandakan bahwa pada lapisan kloroform lebih banyak iod yang terdistribusi
dibandingkan dengan air. Hasil ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
iod lebih banyak terdistribusi pada air daripada ke kloroform. Karena dalam lapisan air
tersedia ion I- yang akan diikat oleh I2 menghasilkan ion triodida. Kesalahan ini
disebabkan karena pada proses pengocokkan masih membutuhkan waktu yang lama
dan dilakukan pengocokan yang kuat. Dari analisis datanya diperoleh konsentrasi
I2[H2O] adalah 5,34 102 M dan konsentrasi I2 dalam CHCl3 adalah
5,8668 10 M . Konsentrasi I3- adalah dan konsentrasi I-
2 2
1,5133 10 M
2
adalah 8,4867 10 M . Dengan hasil ini diperoleh harga tetapan kesetimbanga ion
triodida adalah 3,3392 102 M 1 .

I. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa nilai tetapan
kesetimbangan reaksi pembentukan ion triodida sebesar 3,3392 102 M 1 .
2. Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya agar lebih memperhatikan proses
pengocokan maupun saat menitrasi agar diperoleh hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Khopkar, S.M. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press.

Redaksi chem.-is-try.org. 2008. Yodium. http://www.chem-is-try,org/. Diakses pada


tanggal 26 Mei 2012. Makassar.

Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta : PT Kalman Media Pustaka.

Tim Dosen Kimia Fisik I. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Fisik I. Makassar :
Universitas Negeri Makassar.

Wikipedia. 2012. Kloroform. http://www.wikipedia.id/. Diakses pada tanggal 26 Mei


2012. Makassar.

Anda mungkin juga menyukai