Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KIMIA ANORGANIKII

LOGAM GOLONGAN 14 DAN 15

Disusun Oleh

KELOMPOK IV
RIDHA WAHYUNI
ANDRI SAHABUDDIN
NUR RAHMAT
EFRIN PRATAMA
ASRIADI

PROGRAM STUDI KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2014

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk
sederhana.
Atas bantuan dan bimbingan dari semua pihak maka makalah ini dapat
diselesaikan. Oleh karena itu penulis patut menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Melati Masri, M. Si dan Suriati Eka Putri, S. Si, M. Siselaku
pembimbing mata kuliah Kimia AnorganikII yang telah memberikan kami
kepercayaan untuk menyusun makalah ini.
2. Orang tua yang memberikan banyak motivasi dan bantuan baik moril
maupun materi sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
3. Teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
terdapat berbagai kekurangan di dalamnya. Olehnya itu penulis memohon maaf
atas kekurangan tersebut dan pembaca memberikan masukan berupa saran dan
kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, Oktober 2014

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Sampul ---------------------------------------------------------------------------------- i
Kata Pengantar ------------------------------------------------------------------------- ii
Daftar Isi -------------------------------------------------------------------------------- iii

BAB I PENDAHULUAN -------------------------------------------------------- 1


A. Latar Belakang -------------------------------------------------------- 1
B. Rumusan Masalah ----------------------------------------------------- 1

BAB II PEMBAHASAN ---------------------------------------------------------- 2


A. Timah (Sn) dan Timbal (Pb) serta Sifat-sifatnya ----------------- 2
B. Kelimpahan Timah (Sn) dan Timbal (Pb) Di Alam -------------- 6
C. Ekstraksi Timah (Sn) dan Timbal (Pb) ----------------------------- 8
D. Oksida, Hidroksida, dan Garam Pada Timah (Sn) dan Timbal
(Pb)----------------------------------------------------------------------- 10
E. Bismut (Bi)-------------------------------------------------------------- 14

BAB III PENUTUP ----------------------------------------------------------------- 16


A. Kesimpulan ------------------------------------------------------------ 16
B. Saran -------------------------------------------------------------------- 17

DAFTAR PUSTAKA ----------------------------------------------------------------- 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Timah dan timbal termasuk unsur-unsur golongan 14 (p) yang lebih bersifat
logam dibanding dengan tiga anggota pertama yaitu karbon, silikon, dan
germanium. Begitu pula dengan bismut yang lebih bersifat logam dari unsur-unsur
golongan 15(p).
Meskipun tidak sebanyak aluminium, timah merupakan logam yang juga
dapat dijumpai di sekitar kita. Timah, demikian juga timbel, merupakan juga
unsur-unsur yang bersifat logam dalam golongannya, tetapi lunak, tidak kuat, dan
mempunyai titik leleh rendah (232C) sehingga mudah ditempa menjadi bentuk
piringan, serta tahan terhadap korosi.
Timbal sebagai logam berat merupakan unsur yang terbanyak di alam.
Istilah logam berat digunakan karena timbel mempunyai densitas (rapatan) yang
sangat tinggi (11,34 g cm-3), jauh melebihi densitas tertinggi logam transisi
pertama (yaitu 8,92 g cm-3 untuk tembaga).
Timbal bersifat lembek-lemah dengan titik leleh 327 C, Nampak
mengkilat / berkilauan ketika baru dipotong, ketika segera menjadi buram ketika
terjadi kontak dengan udara terbuka. Hal ini terjadi karena pembentukan lapisan
timbel-oksida atau timbel karbonat yang melapisi secara kuat, sehingga dapat
mencegah terjadinya reaksi lebih lanjut. Karena sifat ini, timbel sering dipakai,
misalnya sebagai bingkai-bingkai kaca berwarna yang dibentuk sebagai lukisan
pada suatu jendela kaca. Selain itu, SnO2 dapat juga digunakan sebagai campuran
bahan atap dan pipa saluran air.
Memang pemakaian logam timbal di sekitar kita agak jarang dijumpai,
tetapi campuran timbel dan timah digunakan sebagai bahan solder untuk perekat
atau pemantri bahan-bahan elektronik. Timbel merupakan bahan paduan yang
mempunyai kemampuan sangat tinggi untuk menahan sinar X dan sinar Y,
sehingga lempengan timbal banyak dipakai sebagai pelindung bahan
radioaktif.Oleh sebab itu, untuk memahami dan mendalami lebih lanjut, maka
penting dibuatnya makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Berikut beberapa rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas :
1. Bagaimana yang dimaksud timah (Sn) dan timbal (Pb) serta sifat-
sifatnya?
2. Bagaimana kelimpahan timah (Sn) dan timbal (Pb) di alam?
3. Bagimana ekstraksi timah (Sn) dan timbal (Pb)?
4. Bagaimana oksida, hidroksida, dan garam pada timah (Sn) dan timbal
(Pb)?
5. Bagaimana yang dimaksud bismut (Bi)?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Timah (Sn) dan Timbal (Pb) serta Sifat-sifatnya


1. Timah (Sn)
Timah (Sn) adalah sebuah unsur kimia yang memiliki simbol Sn dan nomor
atom 50. Timah dalam bahasa Inggris disebut sebagai Tin. Kata Tin diambil
dari nama Dewa bangsa Etruscan Tinia. Nama latin dari timah adalah
Stannum dimana kata ini berhubungan dengan kata stagnum yang dalam
bahasa inggris bersinonim dengan kata dripping yang artinya menjadi cair /
basah, penggunaan kata ini dihubungkan dengan logam timah yang mudah
mencair.
Timah biasa terbentuk oleh 9 isotop yang stabil. Ada 18 isotop lainnya yang
diketahui.Timah merupakan logam berwarna putih keperakan, dengan kekerasan
yang rendah, dapat ditempa ("malleable"), mempunyai sifat konduktivitas panas
dan listrik yang tinggi, relatif lunak, tahan karat dan memiliki titik leleh yang
rendah dan memilki struktur kristal yang tinggi. Jika struktur ini dipatahkan,
terdengar suara yang sering disebut (tangisan timah) ketika sebatang unsur ini
dibengkokkan.
Unsur ini memiliki 2 bentuk alotropik pada tekanan normal. Jika
dipanaskan, timah abu-abu (timah alfa) dengan struktur kubus berubah pada 13,2
C menjadi timah putih (timah beta) yang memiliki struktur tetragonal. Ketika
timah didinginkan sampai suhu 13,2 C, ia pelan-pelan berubah dari putih menjadi
abu-abu. Perubahan ini disebabkan oleh ketidakmurnian (impurities) seperti
aluminium dan seng, dan dapat dicegah dengan menambahkan antimoni atau
bismut. Timah abu-abu memiliki sedikit kegunaan. Timah dapat dipoles sangat
licin dan digunakan untuk menyelimuti logam lain untuk mencegah korosi dan
aksi kimia. Lapisan tipis timah pada baja digunakan untuk membuat makanan
tahan lama.
Campuran logam timah sangat penting. Solder lunak, perunggu, logam
babbit, logam bel, logam putih, campuran logam bentukan dan perunggu fosfor
adalah beberapa campuran logam yang mengandung timah.
Timah dapat menahan air laut yang telah diestilasi dan air keran, tetapi
mudah terserang oleh asam yang kuat, alkali dan garam asam. Oksigen dalam
suatu solusi dapat mempercepat aksi serangan kimia-kimia tersebut. Jika
dipanaskan dalam udara, timah membentuk Sn2, sedikit asam, dan membentuk
stannate salts dengan oksida. Garam yang paling penting adalah klorida, yang
digunakan sebagai agen reduksi. Garam timah yang disemprotkan pada gelas
digunakan untuk membuat lapisan konduktor listrik. Aplikasi ini telah dipakai
untuk kaca mobil yang tahan beku. Kebanyakan kaca jendela sekarang ini dibuat
dengan mengapungkan gelas cair di dalam timah cair untuk membentuk
permukaan datar (proses Pilkington).
Baru-baru ini, campuran logam kristal timah-niobium menjadi
superkonduktor pada suhu sangat rendah, menjadikannya sebagai bahan

2
konstruksi magnet superkonduktif yang menjanjikan. Magnet tersebut, yang
terbuat oleh kawat timah-niobium memiliki berat hanya beberapa kilogram tetapi
dengan baterai yang kecil dapat memproduksi medan magnet hampir sama dengan
kekuatan 100 ton elektromagnet yang dijalankan dengan sumber listrik yang
besar.
a. Sifat Umum Timah (Sn)
1) Timah merupakan logam perak keputih-putihan,
2) Dalam keadaan normal (13 160 C), logam ini bersifat mengkilap dan
mudah dibentuk.
3) Timah juga tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat.
4) Ditemukan dalam banyak alloy, dan digunakan untuk melapisi logam
lainnya untuk mencegah karat.
b. Sifat Fisik Timah (Sn)
1) Keadaan benda : Padatan
2) Titik lebur : 505.08 K (449.47 F)
3) Titik didih : 2875 K (4716 F)
4) Densitas : 7,365 g/cm3 (Sn putih) 5,769 g/cm3 (Sn abu-abu)
5) Volume molar : 16.29 10-6 m3/mol
6) Kalor penguapan : 295.8 kJ/mol
7) Kalor peleburan : 7.029 kJ/mol
8) Kalor jenis : 27,112 J/molK
9) Panas fusi : 7,03 kJ/mol
c. Sifat Kimia Timah (Sn)
1) Bobot atom : 118.710 sma
2) Berat jenis : 7,3 g/cm3
3) Jari-jari atom : 141 pm
4) Konfigurasi electron : [Kr]4d10 5s2 5p2
5) Bilangan oksidasi : +4, +2
6) Nomor atom : 50
7) Nomor massa : 118,71
8) Elektronegatifitas : 1,96 (skala pauli)
9) Struktur Kristal : tetragonal (Sn putih) kubik diamond (Sn abu-abu)
10) Konduktifitas termal : 66,8 W/mK
11) Jika timah dipanaskan dengan adanya udara maka akan terbentuk SnO2.
12) Timah larut dalam HCl, HNO3, H2SO4, dan beberapa pelarut organik
seperti asam asetat asam oksalat dan asam sitrat. Timah juga larut dalam
basa kuat seperti NaOH dan KOH.
13) Timah bereaksi dengan klorin secara langsung membentuk Sn(IV) klorida.
2. Timbal (Pb)
Logam timbal telah dipergunakan oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu
(sekitar 6400 SM) hal ini disebabkan logam timbal terdapat diberbagai belahan
bumi, selain itu timbal mudah di ekstraksi dan mudah dikelola. Unsur ini telah
lama diketahui dan disebutkan di kitab Exodus. Para alkemi mempercayai bahwa
timbal merupakan unsur tertua dan diasosiasikan dengan planet Saturnus. Logam
ini memperlihatkan penurunan sifat kovalensi. Logam Pb stabil sebagai ion Pb2+
dan Pb4+. Secara umum rerata konsentrasi Pb dikerak bumi adalah 16 g/g.

3
Umumnya mineral Pb ini terbentuk dari larutan hidrotermal bersuhu rendah. Pb
memiliki beragam mineralnya namun, hanya tiga jenis saja yang ditambang yaitu
: galena PbS, cerrusite PbCO3, dan alesite PbSO4. Dalam mineral bebatuan, Pb
diperkaya dalam bentuk feldspar. kandungan Pb di tanah mirip dengan
kelimpahannya dikerak bumi karena kestabilan Pb dalam siklus geokimianya. Di
tanah, ion-ion Pb diikat pada tanah liat atau terikat pada asam humat dan fulvat,
membentuk chelate yang berkekuatan moderat (Allen et al,1998 : Csuros Csuros,
2002 : Manahan, 2001).
Pb dikenal sebagai salah satu logam tipe B besama merkuri (Hg), Arsen
(As), selenium (Se), timah putih (Sn) yaitu logam yang mudah termetilasi atau
lepas ke atmosfer sebagai uap dari hasil pembakaran batubara oleh sebab itu Pb
juga disebut sebagai logam atmofilik. Timah hitam dalam bahasa Inggris disebut
sebagai Lead dengan simbol kimia Pb. Simbol ini berasal dari nama latin
timbal yaitu Plumbum yang artinya logam lunak. Logam timbal Pb adalah jenis
logam lunak berwarna coklat kehitaman dan mudah dimurnikan. Logam Pb lebih
tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik lainnya dan secara alamiah
terdapat pada batu-batuan serta lapisan kerak bumi. Timbal memiliki warna putih
kebiruan yang terlihat ketika logam Pb dipotong akan tetapi warna ini akan segera
berubah menjadi putih kotor atau abu-abu gelap ketika logam Pb yang baru
dipotong tersebut terekspos oleh udara.
Timbal memiliki empat isotop yang stabil yaitu 204Pb, 206Pb, 207Pb,
dan 208Pb. Standar massa atom Pb rata-rata adalah 207,2. Sekitar 38 isotop Pb
telah ditemukan termasuk isotop sintesis yang bersifat tidak stabil. Isotop timbal
dengan waktu paruh yang terpanjang dimiliki oleh 205Pb yang waktu paruhnya
adalah 15,3 juta tahun dan 202Pb yang memiliki waktu paruh 53.000 tahun.
Timbel sebagai logam berat memerupakan unsur yang terbanyak di alam.
Istilah logam berat digunakan karena timbel mempunyai densitas (rapatan) yang
sangat tinggi (11,34 g/cm3) jauh melebihi densitas tertinggi logam transisi pertama
yaitu (8,92 cm-3 untuk tembaga).
Timbal memiliki nomor atom 82 dan nomor massa 207,2. Dengan nomor
atom 82 maka timbal memiliki konfigurasi elektron [Xe] 4f14 5d10 6s2 6p2 dengan
jumlah elektron tiap selnya adalah 2, 8, 18, 32, 18, 4. Timbal memiliki titik leleh
232 0C, titik didih 1620 0C, memiliki densitas sebesar 11,34 g/cm-3. Jari-jari atom
timbal 175 pm, memiliki besar energi ionisasi 0,7155, 1,4505, dan 4,083 kj/mol -1.
Timbal berada pada golongan IVA (14) bersama dengan C, Si, Ge, dan Sn,
periode 6 dan berada pada blok s.
a. Sifat Umum Timbal (Pb)
Timbal atau Timah Hitam (Pb) adalah unsur yang bersifat logam, hal ini
merupakan anomali karena unsur-unsur diatasnya (Gol IV) yakni Karbon dan
Silikon bersifat non-logam. Di alam, timbal ditemukan dalam mineral Galena
(PbS), Anglesit (PbSO4 ) dan Kerusit (PbCO3,), juga dalam keadaan bebas.
Memiliki sifat khusus seperti dibawah ini, yakni:
1) Berwarna putih kebiru-biruan dan mengkilap.
2) Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan
menggunakan pisau atau tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.
3) Tahan asam, karat dan bereaksi dengan basa kuat.

4
4) Daya hantar listrik kurang baik. (Konduktor yang buruk)
5) Massa atom relative 207,2
6) Memiliki Valensi 2 dan 4.
7) Tahan Radiasi.
8) Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-logam
biasa, kecuali emas mercuri.
b. Sifat Fisika Timbal (Pb)
1) Fasa pada suhu kamar : padatan
2) Densitas : 11,34 g/cm-3
3) Titik leleh : 327,5 0C
4) Titik didih : 1749 0C
5) Panas Fusi : 4,77 kJ/mol
6) Panas Penguapan : 179,5 kJ/mol
7) Kalor jenis : 26,650 J/molK
c. Sifat Kimia Timbal (Pb)
1) Bilangan oksidasi : +2, +4
2) Elektronegativitas : 2,33 (skala pauli)
3) Energi ionisasi 1 : 715,6 kJ/mol
4) Energi ionisasi 2 : 1450,5 kJ/mol
5) Energi ionisasi 3 : 3081,5 kJ/mol
6) Jari-jari atom : 175 pm
7) Radius ikatan kovalen : 146 pm
8) Jari-jari Van Der Waals : 202 pm
9) Struktur Kristal : kubik berpusat muka
10) Sifat kemagnetan : diamagnetik
11) Resistifitas termal : 208 nohm.m
12) Konduktifitas termal : 35,3 W/mK
13) Timbal larut dalam beberapa asam
14) Bereaksi secara cepat dengan halogen
15) Bereaksi lambat dengan alkali dingin tetapi bereaksi cepat dengan alkali
panas menghasilkan plumbit.
Timbal sering kali memiliki sifat tampak seperti gas mulia yaitu tidak
reaktif, ditunjukkan oleh harga potensial standarnya sebesar 0,13 V. Kereaktifan
yang rendah ini dikaitkan dengan overvoltage yang tinggi terhadap hidrogen, dan
juga dalam beberapa hal tidak terlarutkan oleh H2SO4 pekat dan HCl pekat.
Berbagai macam timbal oksida mudah direduksi menjadi logamnya. Hal
ini bisa dilakukan dengan menggunakan reduktor glukosa, atau mencampur antara
PbO dengan PbS kemudian dipanaskan.
2PbO + PbS 3 Pb + SO2
Bila dipanaskan dengan nitrat dari logam alkali maka logam timbal akan
membentuk PbO yang umumnya disebut sebagai litharge. PbO adalah contoh dari
timbal dengan biloks 2. PbO larut dalam asam nitrat dan asam asetat. PbO juga
larut dalam larutan basa membentuk garam plumbit.
PbO2 adalah contoh dari timbal dengan biloks +4 dan merupakan agen
pengoksidasi yang kuat. Karena PbO larut dalam asam dan basa maka PbO

5
bersifat amfoter. Senyawa timbal dengan dua macam biloks juga ada yaitu Pb 3O4
yang dikenal dengan nama minium.
Tetraethylend TEL, (C2H5)4Pb, adalah suatu senyawa organologam yang
mempunyai titik didih rendah, dan telah lama dipakai sebagai bahan anti letupan
karena sifatnya yang dapat menaikkan angka oktan bahan bakar minyak (bensin)
hingga mencapai 80. Namun, disisi lain ternyata TEL memberikan dampak polusi
terhadap lingkungan hidup yaitu mencemari udara. Senyawa Pb yang dihasilkan
dari pembakaran pada mesin kendaraan bermotor sangat berbahaya, dan jika
masuk kedalam tubuh manusia dapat menimbulkan gangguan pada sistem syaraf
dan sistem peredaran darah.

B. Kelimpahan Timah (Sn) dan Timbal (Pb) Di Alam


1. Timah (Sn)
Timah tidak ditemukan dalam unsur bebasnya dibumi akan tetapi diperoleh
dari senyawaannya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral cassiterite atau
tinstone. Cassiterite merupakan mineral oksida dari timah SnO2, dengan
kandungan timah berkisar 78%. Contoh lain sumber biji timah yang lain dan
kurang mendapat perhatian daripada cassiterite adalah kompleks mineral sulfide
yaitu stanite (Cu2FeSnS4) merupakan mineral kompleks antaratembaga-besi-
timah-belerang dan cylindrite (PbSn4FeSb2S14) merupakan mineral kompleks dari
timbale-timah-besi-antimon-belerang dua contoh mineral ini biasanya ditemukan
bergandengan dengan mineral logam yang lain seperti perak. Timah merupakan
unsur ke-49 yang paling banyak terdapat di kerak bumi dimana timah memiliki
kandungan 2 ppm jika dibandingkan dengan seng 75 ppm, tembaga 50 ppm, dan
14 ppm untuk timbal. Cassiterite banyak ditemukan dalam deposit
alluvial/alluvium yaitu tanah atau sediment yang tidak berkonsolidasi membentuk
bongkahan batu dimana dapat dapat mengendap di dasar laut, sungai, atau danau.
Alluvium terdiri dari berbagai macam mineral seperti pasir, tanah liat, dan batu-
batuan kecil. Hampir 80% produksi timah diperoleh dari alluvial/alluvium atau
istilahnya deposit sekunder. Diperkirakan untuk mendapatkan 1 kg Cassiterite
maka sekitar 7 samapi 8 ton biji timah/alluvial harus ditambang disebabkan
konsentrasi cassiterite sangat rendah.
Dibumi timah tersebar tidak merata akan tetapi terdapat dalam satu daerah
geografi dimana sumber penting terdapat di Asia tenggara termasuk china,
Myanmar, Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Hasil yang tidak sebegitu banyak
diperoleh dari Peru, Afrika Selatan, UK, dan Zimbabwe.
a. Cassiterite
Cassiterite adalah mineral timah oksida
dengan rumus SnO2. Berbentuk kristal dengan
banyak permukaan mengkilap sehingga
tampak seperti batu perhiasan. Kristal tipis
Cassiterite tampak translusen. Cassiterite
adalah sumber mineral untuk menghasilkan
logam timah yang utama dan biasanya terdapat
dialam di alluvial atau aluvium.

6
b. Stannite
Stannite adalah mineral sulfida dari tembaga,
besi dan timah. Rumus kimianya adalah Cu2FeSnS4
dan merupakan salah satu mineral yang dipakai untuk
memproduksi timah. Stannite mengandung sekitar 28%
timah, 13% besi, 30% tembaga, dan 30% belerang.
Stannite berwarna biru hingga abu-abu.
c. Cylindrite
Cylindrite merupakan mineral sulfonat yang
mengandung timah, timbal, antimon, dan besi.
Rumus mineral ini adalah Pb2Sn4FeSb2S14.
Cylindrite membentuk kristal pinakoidal triklinik
dimana biasanya berbentuk silinder atau tube
dimana bentuk nyatanya adalah gulungan dari
lembaran kristal ini. Warna cylindrite adalah abu-
abu metalik dengan spesifik gravity 5,4. Pertama
kali ditemukan di Bolivia pada tahun 1893.
2. Timbel (Pb)
Timbal tidak ditemukan bebas dialam akan tetapi biasanya ditemukan
sebagai biji mineral bersama dengan logam lain misalnya seng, perak, dan
tembaga. Sumber mineral timbal yang utama adalah Galena (PbS)yang
mengandung 86,6% Pb dengan proses pemanggangan, Cerussite (PbCO3), dan
Anglesite (PbSO4). Kandungan timbal dikerak bumi adalah 14 ppm, sedangkan
dilautan adalah:
a. Permukaan samudra atlantik : 0,00003 ppm
b. Bagian dalam samudra atlantik : 0,000004 ppm
c. Permukaan samudra pasifik : 0,00001 ppm
d. Bagian dalam samudra pasifik : 0,000001 ppm
a. Galena
b. Galena adalah mineral timbal yang amat
penting dan paling banyak tersebar di
penjuru belahan bumi dan umumnya
berasosiasi dengan mineral lain seperti
sphalerite, calcite, dan flourite. Deposit
galena biasanya mengandung sejumlah
tertentu perak dan juga terdapat seng,
kadmium, antimoni, arsen, dan bismuth,
sehingga umumnya produksi timbal dari galena menghasilkan juga logam-logam
tersebut. Warna galena adalah abu-abu mengkilap dan formulanya adalah PbS.
Struktur kristalnya kubik dan oktahedral dan spesifik graviti 7,2 7,6.
c. Cerrusite
Cerrusite merupakan salah satu mineral timbal yang
mengandung timbal karbonat dan menjadi sumber timbal
yang utama setelah galena. Mineral ini juga terdapat dalam
bentuk granular yang padat atau benbentuk fibrous.
Warnanya umumnya tidak berwarna, hingga putih, abu-

7
abu, biru, atau hijau dengan penampakan dari transparan hingga translusen.
Mineral ini bersifat tidak larut dalam air akan tetapi larut dalam asam encer seperti
asam nitrat. Dan spesifik gravitinya 6,53-6,57.
d. Anglesite
Anglesite merupakan mineral timbal yang
mengandung timbal sulfat PbSO4. Mineral ini
terjadi sebagai hasil oksidasi mineral gelena
akibat pengaruh cuaca. Warna mineral ini dari
putih, abu-abu, hingga kuning, jika tidak murni
maka warnanya abu-abu gelap. Mineral ini
memiliki spesifik graviti 6,3 dengan kandungan
timbal sekitar 73%.

C. Ekstraksi Timah (Sn) dan Timbal (Pb)


1. Timah (Sn)
Timah di alam terutama terdapat sebagai mineral kaserit atau batu timah,
SnO2, dan mineral inilah yang merupakan sumber utama logam timah. Prinsip
pengolahannya menjadi logam adalah dengan mereduksi bijih oksida tersebut.
Pada zaman kuno, reduksi biji SnO2 dilakukan dengan menggunakan batubara
panas (glowing coal), menurut persaman berikut:
SnO2 (s) + 2C (s) Sn (l) + CO2 (g)
Pada tahap awal, bijih timah dipekatkan dalam suatu wadah dengan proses
flotasi-buih. Dalam proses ini, serbuk bijih timah dibuat suspensi dalam air,
kemudian ke dalam suspensi ini disemprotkan udara melalui saluran yang
berlubang-lubang dan berputar agar terjadi gelembung-gelembung udara yang
naik ke permukaan. Penambahan zat aditif tertentu, seperti minyak pinus dan
natrium etil xantat ke dalam suspensi akan mengakibatkan terbentuknya buih atau
busa yang menyelimuti bijih timah, sehingga terbawa keatas bersama dengan
gelembung-gelembung udara. Bijih-bijih timah yang mengapung kemudian
dikumpulkan dengan cara penumpahan keluar, sedangkan bijih pengotor yang
tidak dipengaruhi oleh zat aditif tersebut akan jatuh kebagian dasar wadah. Bijih
timah yang sudah pekat kemudian dipanggang. Oleh karena bijih timah sudah
dalam bentuk oksidanya, maka proses pemanggangan ini bertujuan untuk
mengoksidasi logam pengotor dan menghilangkan belerang dan arsen sebagai
oksidanya yang mudah menguap. Proses selanjutnya adalah mereduksi oksida
timah dengan karbon. Tehnik modern untuk proses ini menggunakan tanur
bergaung (reverberatory) pada temperatur 1200 1300 C. Kesulitan utama
dengan tehnik ini adalah adanya unsur besi sebagai pengotor bijih yang
mengakibatkan hasil yang diperoleh bercampur dengan logam besi dan menjadi
lebih keras. Hal ini terjadi karena besi oksida sebagai pengotor memiliki sifat
oksidator yang mirip dengan SnO2. Oleh karena itu, sangat vital proses reduksi
bijih kasiterit dilaksanakan dengan kondisi tekanan oksigen yang cukup tinggi
untuk mencegah terjadinya reduksi oksida logam pengotor menjadi logam besi.
Untuk itu, lelehan timah yang belum murni dari hasil reduksi dengan karbon
dipisahkan dari logam-logam lain yang tidak meleleh. Selanjutnya lelehan timah
ini diaduk dengan kuat, kemudian dialiri dengan udara (oksigen atmosfer) atau

8
uap air panas agar bahan pengotor yang ada teroksidasi kembali. Oksida-oksida
pengotor ini pada pengadukan akan biasanya akan membentuk film yang
mengambang di atas permukaan larutan, sehingga dapat dipisahkan dari logam
timahnya.
2. Timbal (Pb)
Di alam timbel terutama terdapat sebagai galena, PbS, namun beberapa bijih
lain yang mungkin terbentuk sebagai akibat pengaruh iklim atau cuaca pada
galena adalah sebagai karbonat, cerrusite (kerusit), PbCO3, dan sebagai sulfat
anglesite (anglesit), PbSO4. Dalam proses interaksinya, mula-mula bijih galena
dipekatkan dengan tehnik flotasi-buih, selanjutnya ditambahkan sejumlah kwarsa,
SiO2, kemudian diikuti dengan pemanggangan terhadap campuran ini. Persamaan
reaksi utama pada proses ini adalah:
2 PbS (s) + 3 O2 (g) 2PbO (s) + 2 SO2 (g)
Kemudian proses reduksi dilaksanakan dengan batubara coke (C) dan air-
kapur dengan persamaan reaksi utamanya adalah:
PbO (s) + C (s) Pb (l) + CO (g)
PbO (s) + CO (g) Pb (l) + CO2 (g)
Maksud penambahan SiO2 sebelum pemanggangan dan penambahan air-
kapur pada proses reduksi adalah agar PbSO4 yang mungkin terjadi dalam proses
pemanggangan galen apada temperatur tinggi diubah menjadi PbSiO3 oleh karena
hadirnya kwarsa menurut persamaan reaksi :
PbSO4 (s)+ SiO2 (s) PbSiO3 (s) + SO3 (g)
Silikat ini pada proses reduksi akan diubah oleh air kapur, CaO, menjadi
PbO yang selanjutnya tereduksi oleh batubara menjadi logam timbel, Pb, dan
kapur diubah menjadi kalsium silikat sebagai kerak atau ampas menurut
persamaan reaksi:
PbSiO3 (s) + CaO (s) PbO (s) + CaSiO3 (s)
Alternatif lain pada proses reduksi adalah pemakaian bijih galena segar
sebagai reduktor pengganti batubara (coke):
PbS (s) + 2 PbO (s) Pb (l) + SO2 (g)
Sampai dengan tahap ini, logam timbel yang dihasilkan masih belum murni,
dan mengandung banyak unsur pengotor seperti tembaga, perak, zink, arsen,
antimon, dan bismut. Oleh karena itu masih perlu proses pemurnian lebih lanjut
yang meliputi beberapa tahap seperti diuraikan berikut ini.
Pertama-tama, logam timbal yang dihasilkan dilelehkan selama beberapa
waktu pada temperatur dibawah titik leleh tembaga sehingga tembaga pengotor
akan mengkristal dan dapat dipisahkan. Tahap berikutnya, udara ditiupkan diatas
permukaan lelehan timbel sehingga pengotor seperti arsen dan antimon akan
diubah menjadi arsenat dan antimon atau oksidanya, termasuk bismut sebagai
buih di atas permukaan dapat dipisahkan dengan disendoki keluar. Selanjutnya,
untuk memisahkan pengotor seperti emas atau perak ditambahkan kira-kira 1-2%
zink agar pengotor itu larut dalam lelehan zink. Campuran ini kemudian
didinginkan secara perlahan dari sekitar 480 C menjadi 420 C, sehingga logam
emas atau perak akan terbawa ke dalam zink yang akan mengkristal lebih dulu
untuk dipisahkan dari lelehan timbel. Kelebihan zink, jika ada, dapat dipisahkan
dengan tehnik penyulingan hampa atau pada tekanan sangat rendah.

9
Pemurnian tahap akhir biasanya dilakukan dengan tehnik elektrolisis
menurut metode Betts. Proses ini memakai elektrolit larutan timbel heksa
fluorosilikiat, PbSiF6 dan asam heksa fluorisilikat, H2SiF6. Lembaran-lembaran
tebal timbel dipasang sebagai katode dan plat-plat timbel yang belum murni
dipasang sebagai anode. Anode timbel akan mengalami oksidasi menjadi larutan
Pb2+ yang kemudian akan tereduksi menjadi logam Pb dan melekat pada katode.
Dengan proses ini akan diperoleh timbel dengan kemurnian yang sangat tinggi,
(~99,9%).

D. Oksida, Hidroksida, dan Garam Pada Timah (Sn) dan Timbal (Pb)
1. Timah (Sn)
Timah mempunyai konfigurasi elektronik terluar 5s2 5p2 dan oleh karena
itu dapat membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +2 dan +4. Secara khusus,
kestabilan timah(II) sering dikaitkan dengan inert pair effect (efek pasangan
electron inert), 5s2, karena dalam senyawanya electron 5s2 ini tidak terlibat dalam
pembentukan ikatan. Pelepasan 2 elektron membentuk timah(II) atau stano akan
tentu sangat lebih mudah daripada pelepasan empat electron dengan membentuk
timah(IV) atau stani. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa timah(II) pada
umumnya lebih bersifat ionik sedangkan timah(IV) lebih bersifat kovalen; sifat
kovalen timah(IV), seperti halnya atom karbon yang segolongan, menyarankan
terbentuknya hibridisasi sp3-tetrahedron. Timah(IV) relative stabil, berbeda dari
timbel(IV); oleh karena itu, timah(II) bersifat sebagai reduktor.
Timah(II). Stano oksida, SnO, berupa serbuk hitam atau hijau bergantung
cara pembuatannya. Oksida ini dapat dibuat dengan mereaksikan larutan panas
senyawa timah(II) dengan karbonat atau pemanasan timah(IV) oksalat tanpa
udara.
Sn2+(aq) + CO32-(aq) SnO (s) + CO2(g)
Sn(COO)2(s) SnO (s) + CO2(g) +CO (g)
Sifat stano oksida terhadap asam dan basa. Timah(II) oksida bereaksi
dengan asam membentuk ion Sn2+, dan dengan basa kuat membentuk ion stanit,
[Sn(OH)4]2-. Jadi SnO menunjukkan sifat amfoterik. Dengan melepaskan molekul
air, ion stanit sering pula ditulis dengan rumus formula SnO22-
SnO (s) + 2 H3O+(aq) Sn2+(aq) + 3 H2O (l)
SnO (s) + 2 OH-(aq) + H2O (l) [Sn(OH)4]2-(aq)
Larutan basa kuat mengandapkan timah(II) dari larutannya sebagai
hidroksida putih-gelatin, tetapi penambahan basa ini secara berlebihan
mengakibatkan endapat larut kembali membentuk ion sianit, seperti halnya pada
oksidanya menurut persamaan reaksi :
Sn2+(aq) + 2 OH-(aq) Sn(OH)2(s)
Sn(OH)2(s) + 2 OH-(aq) [Sn(OH)4]2-(aq)
Garam timah(II) yang sering dijumpai ialah garam klorida. Garam ini dapat
diperoleh sebagai dihidrat, SnCl.2H2O, dibuat dengan penguapan larutan yang
diperoleh dari reaksi antara oksidanya dengan asam hidroklorida ,enurut
persamaan reaksi :
SnO (s) + 2 HCl (aq) + H2O (l) SnCl2.2H2O (s)

10
Garam ini dalam larutan air mudah terhidrolisis membentuk endapan putih
gelatin timah(II) hidroksiklorida, Sn(OH)Cl, menurut persamaan reaksi :
SnCl2(aq)+ 2H2O (l) Sn(OH)Cl (s) + H3O+(aq) + Cl-(aq)
Permasalahan yang muncul yaitu bagaimana cara menyediakan larutan stano
klorida yang relative stabil misalnya untuk keperluan laboratorium? Dengan
memperhatikan persamaan reaksi tadi arah kesetimbangan harus diusahakan agar
bergeser ke kiri. Untuk itu perlu penambahan sedikit asam klorida ; demikian juga
karena stano mudah teroksidasi oleh udara menjadi stani maka seyogyanya larutan
disediakan dalam keadaan segar. Stano klorida juga dapat diperoleh dari reaksi
antara logam timah dengan asam hidroklorida.
Timah(II) klorida, seperti diduga menurut VSEPR, mempunyai bentuk
molekul huruf V dengan sudut Cl-Sn-Cl~95o. Bentuk maupu besarnya sudut ini
berkaitan dengan adanya sepasang electron menyendiri (lone pair electron).
Umumnya, adanya pasangan electron menyendiri akan memberikan sifat basa
Lewis. Namun kenyataannya, tkmah(II) klorida bersifat asam Lewis. Jadi
pasangan electron menyendiri Nampak tidak reaktif, dan dengan demikian benar-
benar memberikan efek pasangan inert. Sebagai contoh timah(II) klorida bereaksi
dengan ion klorida membentuk ion triklorostanat(II), [SnCl3]-. Sudut ikatan Cl-Sn-
Cl yaitu ~ 90o; hal ini menyarankan bahwa ion timah(II) dalam senyawa ini
menggunakan orbital p murni dalam ikatannya. Bila halnya demikian, pasangan
electron menyendiri berada dalam orbital s yang lebih terbenam dari orbital p
sehingga spesies tidak menunjukkan sifat basa Lewis, dan bukan kemungkinan
orbital hibrida sp2 atau sp3. Jadi, ion timah(II) menggunakan orbital p kosong
untuk membentuk ikatan dengan pasangan electron ion klorida.
Garam stano yang lain yaitu stano sulfide, SnS, yang berupa padatan coklat
tua, sering digunakan untuk mengenali adanya ion Sn2+. Garam ini dapat
diperoleh dari larutan timah(II) yang dialiri gas hydrogen sulfide. Ion stano,
demikian juga stanit, ternyata bersifat reduktor aktif. Sebagai contoh, bismut
hidroksida diredusi oleh stanit menjadi logamnnya dan stanit berubah menjadi
timah(IV) sebagai stanat, [Sn(OH)6]2-, menurut persamaan reaksi :
2 Bi(OH)3(s) + 3 [Sn(OH)4]2-(aq) 2 Bi (s) + 3 [Sn(OH)6]2-(aq)
Timah(IV). Timah yang dibakar dalam udara akan mengalami oksidasi
lanjut, yaitu diperoleh stani oksida yang berwarna kuning ketika panas dan
menjadi putih setelah dingin. Hal ini menunjukkan bahwa timah, demikian juga
timah(II), mudah dioksidasi. Oleh karena itu, reaksi timah dengan asam nitrat
pekat (oksidator kuat)juga menghasilkan stani oksida dan gas NO2.
Sn (s) + O2(g) SnO2(s)
Sn (s) + 4 HNO3(l) SnO2(s) + 4 NO2(g) + H2O (l)
Seperti halnya stano oksida, stani oksida juga bereaksi dengan asam, dan
dengan basa membentuk ion stanat, [Sn(OH)6]2- , yang juga sering ditulis dengan
formuanSnO3-, menurut persamaab reaksi :
SnO2(s) + 4 H3O+(aq) Sn4+(aq) + 6 H2O (l)
-
SnO2(s) + 2OH (aq) + 2H2O (l) [Sn(OH)6]2-(aq)
Timah(IV) hidroksida tidak dikena, melainkan sebagai ion kompleks stanat
yang juga dapat diperoleh dari reaksi langsung timah dengan basa kuat dalam
keadaan panas, menurut persamaan reaksi :

11
Sn (s) + 2 OH-(aq) + 4 H2O [Sn(OH)6]2-(aq) + 2 H2(g)
Namun demikian, jika ke dalam larutan timah(IV) ditambahkan basa alkali
ternyata diperoleh endapan putih. Endapan ini sangat mungkin berupa oksidanya
atau yang terhidrat menurut persamaan reaksi :
SnX4(aq) + 4 MOH (aq) SnO2.2H2O (s) + 4 MX (aq)
Timah(IV) kloridaberupa cairan tak berwarna, dapat diperoleh dari reaksi
langsung antara logam timah dengan gas klorin (bersifat oksidator kuat) secara
berlebihan menurut persamaan reaksi :
Sn (s) + 2 Cl2 (g) SnCl4 (l)
Kenyataan bahwa stani klorida bukan penghantar listrik dan larut dalam
pelarut organic nonpolar seperti CCl4 menandakan bahwa garam initersusun oleh
ikatan kovalen dengan dengan bantuan tetrahedron. Stani klorida dapat larut
dalam air, tetapi mengalami hidrolisis membentuk oksidanya atau yang terhidrat,
dan dalam asam klorida pekat terbentuk asam heksaklorostanat, berdasarkan
persamaan reaksi :
SnCl4(l) + 2 H2O (l) SnO2(s) + 4 HCl (aq)
SnCl4(l) + 2 HCl (pekat) H2[SnCl6]
Seperti halnya stano sulfida, stani sulfide merupakan senyawa khas untuk
mengidentifikasi adanya stani. Jadi, jika ked ala larutan timah(IV) dialiri gas H2S
akan diperoleh endapan kuning. Berbeda dari stano sulfida, endapan ini larut
dalam sulfide, misalnya NaS, membentuk ion tiostianat, [SnS3]2-, tetapi di
endapkan kembali dengan penambahan asam, menurut persamaan reaksi :
SnX4(aq) + 2 H2S (aq) SnS2(s) + 4 HX (aq)
SnS2(s) + Na2S (aq) [SnS3]2-(aq) + 2 Na+(aq)
2- +
[SnS3] (aq) + 2 H3O (aq) SnS2(s) + H2S (g) + 2 H2O (l)
Endapan stani sulfida juga larut dalam asam klorida pekat membentuk ion
heksaklorostanat(IV) menurut persamaan reaksi :
SnS2(s) + 6 HCl (pekat) + 2 H2O (l) [SnCl6]2-(aq) + 2 H2S (g) + 2 H3O+(aq)
2. Timbal (Pb)
Sifat-sifat timbal sangat mirip denga timah, namun satu hal yang berbeda
adalah bahwa peran pasangan electron inert (6s2) dalam senyawa timbel(II)
relative lebih besar dalam menstabilkan senyawa-senyawanya dibandingkan
dengan peran tersebut dalam senyawa timah(II). Oleh karena itu, timbal(II)
relative lebih stabil dan lebih banyak ditemui daripada timbel(IV). Dengan
demikian, timbal(II) bukan reduktor yang baik tidak seperti halnya timah(II),
melainkan timbal(IV) merupakan oksidator yang lebih baik disbanding timah(IV).
Ada tiga macam oksida timbal yang penting yaitu PbO yang berwarna
kuning, PbO2 yang berwarna coklat, dan Pb3O4 yang berwarna merah meni.
Timbel(II) oksida yang mempunyai struktur sama dengan timah(II) oksida, dapat
diperoleh dari pemansan timbal dengan udara :
2 Pb (s) + O2 (g)
2 PbO (s)
Jadi, berbeda dengan pemasan timah dengan udara yang menghasilkan
timah(IV) oksida, pemasan timbal dengan udara di atas 500C akan menghasilkan
Pb3O4.

12
Timbal(IV) oksida dapat diperoleh dari oksidasi timbal(III) dalam larutan
basa. Dengan oksidator larutan natrium hipklorit, NaClO, timbal(III) dapat diubah
menjadi timbal(IV) oksida menurut persamaan reaksi berikut :
ClO- (aq) + H2O (l) + 2 e- Cl- (aq) + 2 OH- (aq)
Pb2+ (aq) + 4 OH- (aq) PbO2 (s) + 2 H2O (l) + 2 e- +
Pb2+ (aq) + 2 OH- (aq) + ClO- (aq) PbO2 (s) + Cl- (aq) + 2 H2O (l)
Timbal(IV) oksida merupakan oksidator yang baik dan dapat mengoksidasi
asam klorida menjadi gas klorin :
PbSO4 (s) + 4 HCl (aq) PbCl2 (s) + Cl2 (g) + 2 H2O (l)
Pb3O4 dapat diperoleh dari oksidasi PbO dalam udara terbuka dengan
pemanasan pada temperatur sekitar 400-500 C, menurut persamaan reaksi :
6 PbO (s) + O2 (g)
2 Pb3O4 (s)
Apabila larutan basa alkali ditambahkan ke dalam larutan timbal (II),
diperoleh endapan putih Pb(OH)2. Basa inipun bersifat amfoter, oleh karena itu
larut kembali dalam basa alkali berlebihan dengan membentuk ion plumbit dan
dapat juga bereaksi dengan asam menghasilkan kembali garam timbal (II). Yang
aktif tetapi tidak demikian halnya dengan ion plumbit yang bukan merupakan
reduktor yang baik.
Timbal(II) klorida, PbCl2, berupa padatan putih yang sukar larut dalam air,
tapi larut dalam air panas. Garam ini dapat diperoleh dari interaksi langsung
unsur-unsurnya, berbeda dari logam timah yang menghasilkan timah(IV) klorida.
Timbal(II) klorida dapat juga diperoleh dari reaksi antara timbal (II) oksida
dengan asam klorida atau dari reaksi pengendapan ion Pb2+ dan ion Cl-. Ternyata
endapan timbal (II) klorida larut dalam larutan klorida konsentrasi tinggi dengan
menbentuk ion kompleks tetrakloroplumbat(II) :
PbCl2(s) + 2Cl-(aq) [PbCl4]2-(aq)
Kristal timbal(II) nitrat, tak berwarna dan mudah larut dalam air, dapat
diperoleh dari reaksi timbal (II) oksida dengan asam nitrat. Garam ini ternyata
mudah terhidrolisis dalam air membentuk endapan putih hidroksinitrat, kecuali
jika larutan dibuat sedikit asam dengan asam nitrat.
Pb (NO3)2(aq) + 2 H2O (l) Pb(OH)(NO3) (s) + NO3-(aq) + H3O+(aq)
Persamaan reaksi keseimbangan diatas mudah dipahami bahwa dengan
penambahan sedikit asam nitrat kedalam larutan akan mencegah terjadinya
hidrolisis.
Padatan timbal(II) nitrat juga tidak stabil dari pada temperatur agak tinggi,
seperti halnya dengan senyawa nitrat dari logam-logam berat lainnya, akan terurai
menjadi oksidanya dengan membebaskan gas coklat, NO2, menurut persamaan
reaksi:
2 Pb(NO3)2(s) 2 PbO (s) + 4 NO2(g) + O2 (g)
Larutan timbal(II) yang paling stabil dalam air adalah larutan timbal asetat,
Pb(CH3COO)2. Oleh karena itu, larutan ini sering disediakan untuk menguji
timbal(II).

13
Ternyata cukup banyak ion-ion yang dapat digunakan untuk menguji
karakteristik timbal(II). Sifat khas adanya timbel(II) dalam larutan tidak hanya
diendapkan oleh ion klorida tetapi juga pembentukan endapan putih oleh ion
sulfat, SO42-. Demikian juga Pb2+ membentuk endapan kuning dengan ion kromat,
CrO42-. Seperti halnya timah(II), timbel(II) juga diendapkan oleh ion sulfida
dengan warna hitam menurut persamaan reaksi umum :
M2+(aq) + S2-(aq)MShitam
E. Bismut (Bi)
Bismut adalah logam golongan utama yang mempunyai nomor atom
tertinggi. Ia mempunyai sifat metalik yang paling rendah, rapuh, berwarna putih
kemerahan, mempunyai struktur As dan Sb, serta penghantar listrik paling rendah.
Berikut sifat-sifat dari bismut :
a. Sifat Fisika Bismut (Bi)
1) Fase : solid
2) Massa jenis : 9.78 g cm3
3) Massa jenis cairan pada t.l. : 10.05 g cm3
4) Titik lebur : 544.7 K, 271.5C, 520.7F
5) Titik didih : 1837 K, 1564 C, 2847F
6) Kalor peleburan : 11.30 kJ mol1
7) Kalor penguapan : 151 kJ mol1
8) Kapasitas kalor : 25.52 J mol1K1
b. Sifat Kimia Bismut (Bi)
1) Bilangan oksidasi : +3, +5
2) Elektronegativitas : 2.02 (skala Pauling)
3) Energi ionisasi : ke-1: 703 kJmol1
ke-2: 1610 kJmol1
ke-3: 2466 kJmol1
4) Jari-jari atom : 156 pm
5) Jari-jari kovalen : 1484 pm
6) Jari-jari van der Waals : 207 pm
7) Struktur kristal : rhombohedral
8) Pembenahan magnetik : diamagnetik
9) Keterhambatan elektris : (20 C) 1.29 m
10) Konduktivitas termal : 7.97 Wm1K1
11) Ekspansi termal : (25 C) 13.4 mm1K1
Bismut, seperti halnya arsen dan antimon, dapat berada dalam beberapa
alotrop; struktur yang paling stabil dalam temperatur kamar tersusun oleh jaringan
heksagonal berkerut dimana tiap atom terikat oleh tiga atom lain terdekat dan tiga
atom lain lebih jauh. Bismut, seperti halnya air mengalami ekspansi jika memadat.
Bismut terbakar dalam udara menjadi Bi2O3. Oksida ini berwarna kuning, bersifat
basa, dan menghasilkan ion BiO+ dan Bi3+ jika dilarutkan dalam larutan asam.
Sebagian besar bismut yang digunakan dalam pedagangan berkaitan
dengan rendahnya titik leleh aloi (dengan Pb, Sn, Cd) seperti pada sekering listrik
(fuse), solder, sistem penyemprot air otomatis (sprinkler), sumbat pengaman
dalam silinder bertekanan gas, dan pembalut. BiOCl digunakan dalam kosmetik,

14
dan beberapa senyawa bismut digunakan dalam medis. Aloi bismut dengan timbel
dan antimon digunakan untuk piringan pita stereo/tiruan.
Bismut terdapat dalam di alam sebagai bijih sulfida dan Bi2S3 (bismuth
glance), dan dalam bijih tembaga, timah, dan timbel. Bismut dapat diperoleh dari
bijihnya dengan proses yang sederhana, yaitu dipanggang untuk memperoleh
oksidanya, Bi2O3, kemudian direduksi dengan karbon atau dengan H2. Bismut
dapat terdapat dalam senyawanya dengan tingkat oksidasi +3 dan +5; senyawa
bismuth dengan tingkat oksidasi +5 (NaBiO3, BiF5) bersifat oksidator kuat. Semua
garam bismut(III) halida dapat dijumpai, namun hanya BiF5 saja yang ditemui
sebagai garam. Seperti halnya timah dan timbel, bismut(III) lebih stabil daripada
bismut(V).

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Timah merupakan logam berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang
rendah, dapat ditempa ("malleable"), mempunyai sifat konduktivitas panas dan
listrik yang tinggi, relatif lunak, tahan karat dan memiliki titik leleh yang
rendah dan memilki struktur kristal yang tinggi.Logam timbal Pb adalah jenis
logam lunak berwarna coklat kehitaman dan mudah dimurnikan. Timbal
memiliki warna putih kebiruan yang terlihat ketika logam Pb dipotong akan
tetapi warna ini akan segera berubah menjadi putih kotor atau abu-abu gelap
ketika logam Pb yang baru dipotong tersebut terekspos oleh udara.
2. Timah tidak ditemukan dalam unsur bebasnya dibumi akan tetapi diperoleh
dari senyawaannya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral cassiterite atau
tinstone.Timbal tidak ditemukan bebas dialam akan tetapi biasanya ditemukan
sebagai biji mineral bersama dengan logam lain misalnya seng, perak, dan
tembaga. Sumber mineral timbal yang utama adalah Galena (PbS) yang
mengandung 86,6% Pb dengan proses pemanggangan, Cerussite (PbCO3),
dan Anglesite (PbSO4).
3. Timah (Sn)
Timah di alam terutama terdapat sebagai mineral kaserit atau batu timah, SnO2,
dan mineral inilah yang merupakan sumber utama logam timah. Prinsip
pengolahannya menjadi logam adalah dengan mereduksi bijih oksida tersebut.
Pada zaman kuno, reduksi biji SnO2 dilakukan dengan menggunakan batubara
panas (glowing coal), menurut persaman berikut:
SnO2 (s) + 2C (s) Sn (l) + CO2 (g)
Timbal (Pb)
Di alam timbel terutama terdapat sebagai galena, PbS, namun beberapa bijih
lain yang mungkin terbentuk sebagai akibat pengaruh iklim atau cuaca pada
galena adalah sebagai karbonat, cerrusite (kerusit), PbCO3, dan sebagai sulfat
anglesite (anglesit), PbSO4. Dalam proses interaksinya, mula-mula bijih galena
dipekatkan dengan tehnik flotasi-buih, selanjutnya ditambahkan sejumlah
kwarsa, SiO2, kemudian diikuti dengan pemanggangan terhadap campuran ini.
Persamaan reaksi utama pada proses ini adalah:
2 PbS (s) + 3 O2 (g) 2PbO (s) + 2 SO2 (g)
Kemudian proses reduksi dilaksanakan dengan batubara coke (C) dan air-kapur
dengan persamaan reaksi utamanya adalah:
PbO (s) + C (s) Pb (l) + CO (g)
PbO (s) + CO (g) Pb (l) + CO2 (g)
4. Timah tidak ditemukan dalam unsur bebasnya dibumi akan tetapi diperoleh
dari senyawaannya. Senyawaan tersebut antara lain, Timah Oksida (SnO2),
Timah (II) Klorida (SnCl2), Timah(IV) Klorida (SnCl4), Timah(II) Sulfide(SnS)
dan Timah(IV) sulfide(SnS2).Persenyawaan timbal yang umum adalah Tetra

16
Etil Lead (TEL), PbO2, Timbal(II) Klorida (PbCl2), Timbal
tetroksida(Pb3O4), dan Timbal(II) Nitrat.
5. Bismut terdapat dalam di alam sebagai bijih sulfida dan Bi2S3 (bismuth
glance), dan dalam bijih tembaga, timah, dan timbel. Bismut dapat diperoleh
dari bijihnya dengan proses yang sederhana, yaitu dipanggang untuk
memperoleh oksidanya, Bi2O3, kemudian direduksi dengan karbon atau dengan
H2. Bismut dapat terdapat dalam senyawanya dengan tingkat oksidasi +3 dan
+5; senyawa bismuth dengan tingkat oksidasi +5 (NaBiO3, BiF5) bersifat
oksidator kuat. Semua garam bismut(III) halida dapat dijumpai, namun hanya
BiF5 saja yang ditemui sebagai garam.

B. Saran
Adapun Saran penulis sehubungan dengan bahasan makalah ini, kepada
rekan-rekan mahasiswa agar lebih meningkatkan, menggali dan mengkaji lebih
dalam tentang permasalahan yang telah dibahas diatas.

17
DAFTAR PUSTAKA

Cotton dan Wilkinson. 2007. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI Press


Saiti, Taro. 1996. Kimia Anorganik. Tokyo : Iwanami Shoten
Sugiyarto, Kristian H. 2001. Dasar-dasarKimia Anorganik Logam. Yogyakarta :
Universitas Negeri Yogyakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai