Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I

PERCOBAAN V

PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS TETRA AMIN TEMBAGA (II)

SULFAT MONOHIDRAT Cu(NH3)4 SO4.H2O DAN GARAM RANGKAP

AMMONIUM TEMBAGA (II) SULFAT HEKSAHIDRAT

Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O

OLEH :
NAMA : SARJUNA
STAMBUK : F1C1 13 050
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
ASISTEN : LA ODE MURSALIM ADE MUHIDIN

LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam ilmu kimia, kompleks atau senyawa koordinasi merujuk pada

molekul atau entitas yang terbentuk dari penggabungan ligan dan ionlogam.

Dulunya, sebuah kompleks artinya asosiasi reversibel dari molekul, atom, atau ion

melalui ikatan kimia yang lemah. Pengertian ini sekarang telah berubah. Beberapa

kompleks logam terbentuk secara irreversibel, dan banyak diantara mereka yang

memiliki ikatan yang cukup kuat.

Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara

senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam

kompleks.Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh usuran partikel dimana makin

halus solote, makin kecil usuran partikel, makin luas permukaan solote yang

kontak dengan solvent dan solut makin cepat larut. Selain itu, faktor suhu yakni

umunya kenaikan suhu menambah kenaikan kelarutan solute.

Suatu ion (molekul) kompleks terdiri dari satu ion (atom) pusat dan

sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom pusat itu. Atom pusat ini ditandai

dengan bilangan koordinasi, suatu angka bulat yang menunjukkan jumlah ligan

(monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang stabil dengan atom pusat.

Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ruangan yang tersedia sekitar atom/ion

yang disebut bulatan koordinasi yang masing-masing dapat terhuni 1 ligan

monodentat. Ketika menguraikan teorinya tentang ikatan-ikatan kimia yang

didasarkan atas pembentukan pasangan elektron, menerangkan pembentukan

kompleks terjadi karena penyumbangan suatu pasangan elektron seluruhnya oleh


satu atom ligan kepada atom pusat. Salah satu fenomena yang paling umum yang

muncul bila ion kompleks terbentuk adalah perubahan warna dalam larutan. Suatu

fenomena lain yang penting yang sering terlihat bila kompleks terbentuk adalah

kenaikan kelarutan, banyak endapan bisa melarut karena pembentukan kompleks.

Berdasarkan latar belakang diatas,oleh karena itu dilakukan percobaan

garam kompleks dan garam rangkap untuk mengetahui gambaran pembuatan dan

tekhnik pembuatan garam kompleks dan garam rangkap.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan ini yaitu bagaimana cara pembuatan

pembuatan garam kompleks tetra amin tembaga (II) sulfat monohidrat Cu(NH3)4

SO4.H2O dan garam rangkap ammonium tembaga (II) sulfat heksahidrat

Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O?

C. Tujuan

Tujuan pada percobaan ini yaitu untuk mempelajari pembuatan garam

kompleks tetra amin tembaga (II) sulfat monohidrat Cu(NH3)4 SO4.H2O dan

garam rangkap ammonium tembaga (II) sulfat heksahidrat Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O.

D. Manfaat

Manfaat dari percobaan ini yaitu dapat mengetahui cara pembuatan garam

kompleks tetra amin tembaga (II) sulfat monohidrat Cu(NH3)4SO4.H2O dan garam

rangkap ammonium tembaga (II) sulfat heksahidrat Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam artian luas senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk

karena penggabungan dua atau lebih senyawa sederhana, yang masing-masingnya

dapat berdiri sendiri. Menurut Warner senyawa kompleks, merupakan gabungan

beberapa ion logam yang cenderung berikatan koordinasi dengan zat-zat tertentu

membentuk senyawa kompleks yang mantap. Zat-zat tertentu itu disebut ligan.

Ligan merupakan zat yang memiliki satu atau lebih pasangan elektron bebas.

Dalam menjelaskan proses pembentukkan dan susunan koordinasi senyawa-

senyawa kompleks, warner telah merumuskan tiga dalil, yaitu beberapa ion logam

mempunyai dua jenis valensi, yaitu valensi tambahan atau valensi koordinasi

(Rivai, 1995).

Proses pembentukan dari garam rangkap terjadi apabila dua garam

mengkristal bersama-sama dengan perbandingan molekul tertentu. Garam-garam

itu memiliki struktur tersendiri dan tidak harus sama dengan struktur garam

komponennya. Kompleks ialah suatu satuan baru yang terbentuk dari satuan-

satuan yang dapat berdiri sendiri, tetapi membentuk ikatan baru dalam kompleks

itu. Dalam hal ini, kompleks yang terbentuk masing-masing berisi sebuah

komponen, tetapi ada pula yang terjadi dari lebih banyak komponen (Harjadi,

1993).

Banyak sintesis senyawa kompleks yang telah dilakukan menghasilkan

senyawa antara sebagai katalis yang dapat membantu dalam reaksi-reaksi kimia.

Salah satu senyawa yang dapat digunakan dalam sintesis kompleks adalah ligan

yang berasal dari basa Schiff, dimana senyawa kompleks yang terbebtuk
merupakan salah satu senyawa antara yang dapat digunakan untuk bermacam

penerapan ilmu. Logam-logam transisi seperti Mn(II), Cu(II) merupakan asam

yang baik dalam pembentukan senyawa kompleks. Prinsip yang digunakan adalah

prinsip reaksi kondensasi dimana dua atau lebih molekul bergabung menjadi satu

molekul yang lebih besar. Senyawa kompleks yang terbentuk dan ion logam

transisi merupakan katalisator, dan dalam prosesnya terjadi hibridisasi yang

berbeda-beda untuk tiap logam. Struktur senyawa kompleks dapat dijelaskan

melalui teori ikatan valensi, teori medan kristal dan teori orbital molekul

(Sembiring, 2008).

Senyawa kompleks telah banyak dipelajari dan diteliti melalui suatu

tahapan-tahapan reaksi (mekanisme reaksi) dengan menggunakan ion-ion logam

serta ligan yang berbeda-beda. Ligan memiliki kemampuan sebagai donor

pasangan elektron sehingga dapat dibedakan atas ligan monodentat, bidentat,

tridentat dan polidentat. Salah satu keistimewaan dari reaksi kompleks adalah

reaksi pergantian ligan melalui efek trans. Reaksi pergantian ligan ini terjadi

dalam kompleks oktahedral dan segi empat. Ligan –ligan yang menyebabkan

gugus yang letaknya trans terhadapnya bersifat labil, dikatakan mempunyai efek

trans yang kuat (Rilyanti, dkk., 2008).

Pengembangan sintesis senyawa kompleks masih terus berkembang

hingga saat ini. Kebutuhan aplikasi senyawa kompleks terutama sebagai katalis

terus dikembangkan. Senyawa-senyawa kompleks dari unsur-unsur di blok d

memiliki kelebihan dibanding senyawa lain karena memiliki orbital d yang

kosong. Orbital d inilah yang umunya berperan dalam proses katalisis. Senyawa
kompleks dilaboratorium dapat disintesa dengan mereaksikan ligan yang

merupakan suatu basa dan mempunyai pasangan elektron bebas dengan logam

yang merupakan penerima pasangan elektron yang didonorkan oleh ligan.

Berdasarkan banyaknya elektron yang didonorkan oleh ligan maka ligan dapat

diklasifikasikan menjadi ligan monodentat, ligan bidentat dan ligan multidentat..

Ligan monodentat hanya dapat mendonorkan sepasang elektron yang dimilkinya

ke logam. Ligan bidentat dapat mendonorkan dua pasang elektron yang

dimilikinya ke logam, sedangkan banyak elektron yang bisa didonorkan ke logam

pada ligan multidentat. Ligan-ligan multidentat ini pula yang dapat membentuk

struktur kelat dalam kimia koordinasi oleh karena banyaknya pasangan elektron

yang bisa didonorkan ke logam (Saria, 2012).


III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 4 Desember 2014 pada pukul

07.30 – 10.00 WITA dan bertempat di Laboratorium Kimia Anorganik Jurusan

Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo,

Kendari.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas kimia 100 ml, gelas

ukur 25 ml, lemari asam, corong, pemanas listrik, batang pengaduk dan desikator,

pipet tetes, neraca analitik, spatula.

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah tembaga (II) sulfat

pentahidrat (CuSO4.5H2O), amonia pekat (NH3), aquades (H2O), etanol

(C2H5OH), ammonium sulfat ((NH4)2SO4), kertas saring dan alumunium foil.


C. Prosedur Kerja

1. Pembuatan garam kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O

CuSO4.5H2O (terusi)

- Ditimbang sebanyak 3,75 gram


- Dimasukkan kedalam gelas kimia 10 mL
- Dicampurkan 5,65 mL larutan amonia
pekat dan 3,75 mL aquades
- Ditambahakn perlahan-lahan 5,65 mL
etanol
- Diaduk
- Didinginkan
Terbentuk Kristal

- Disaring

Kristal Residu

- Direkristalisasi
- Dikeringkan
- Ditimbang
- Dihitung ndamennya

Rendamen : 30,27 %
2. Pembuatan garam rangkap Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O

CuSO4.5H2O (terusi)

- Ditimbang sebanyak 2,5 gram


- Dimasukkan kedalam gelas kimia 100 mL
- Dilarutkan dengan aquades sebanyak 25
mL
- Ditambahakan amonium sulfat 1,5 gram
- Diaduk
- Diuapakan hingga volumenya 20 mL
- Didinginkan
Terbentuk Kristal

- Disaring

Kristal Residu

- Dikeringkan dalam desikator


- Ditimbang
- Dihitung rendamennya

Rendamen : 30,53 %
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Data Pengamatan

a. Pembuatan Garam Kompleks

No. Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar

CuSO4.5H2O 3,75 gram +

1. ammonia pekat 11,3 mL + Berwarna biru

aquades 3,75 mL

Berwarna biru
2. Diaduk hingga homogeny
muda

Ditambahkan etanol 5,65 mL, Larutan campuran


3.
lalu disaring berwarna biru tua

Disaring,residu diambil Berat kristal = 0


4.
kemudian ditimbang. gram
b. Pembuatan Garam Rangkap

Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar


No.

CuSO4.5H2O 2,5 gram +


Berwarna biru
1. ammonium sulfat 1,5 gram +
muda
aquades 25 ml

Dipanaskan, diaduk hingga Berwarna berubah


2.
homogeny menjadi biru tua

Didiamkan dalam suhu kamar Larutannya berubah


3.
selama semalam menjadi hijau toska

Disaring,residu diambil Berat kristal = 0


4.
kemudian ditimbang. gram
2. Analisis Data

Reaksi

- Pembuatan Garam Kompleks

CuSO4.5H2O + 4NH3 Cu(NH3)4SO4 + 4H2O

- Pembuatan Garam Rangkap

CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 + H2O Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O

Perhitungan

- Pembuatan Garam Kompleks

Massa CuSO4. 5H2O = 3,75 g

Volume Amonia = 5,65 mL

Massa kristal Cu(NH3)4SO4.H2O = 4,25 g -1,04 g

= 3,21 g

Massa kristal secara teoritis


massa
Mol CuSO4. 5H2O = Mr

3,75 g
=249,5 g/mol

=0,015 mol

37 % . ρ . 1000 g/kg
M NH3 = Mr

0,37 . 0,91kg/L . 1000 g/kg


= 17 g/mol

= 19,8 mol/L

Mol NH3 = M.V

= 19,8 mol/L . 5,65 mL

= 19,8 mol/L . 5,65 . 10-3 L


= 111,87 . 10-3 mol

= 0,11 mol

CuSO4 5H2O + 4NH3 Cu(NH3)4SO4.H2O + 4H2O

0,015 0,44 -

0,015 0,015 0,015

- 0,0425 0,015

Massa Cu(SO4)2(NH4)2. 6H2O = mol . Mr

= 0,0425 mol . 249,5 g/mol

= 10,60375 g

Massa Cu(NH3)4SO4.H2O eksperimen


% Rendamen =
Massa Cu(NH3)4SO4.H2O teori

3,21 g
= . 100 %
10,60375 g

= 30,27 %

- Pembuatan Garam Rangkap

Massa CuSO4. 5H2O = 2,5 g

Massa Amonia Sulfat = 1,5 g

Massa kristal Cu(NH3)4SO 4 H2O = 2,26 g - 1,04 g

= 1,22 g

Massa kristal secara teoritis


massa
Mol CuSO4. 5H2O = Mr

2,5 g
=249,5 g/mol

= 0,01 mol
massa
Mol (NH4)2SO4 = Mr

1,5 g
=132 g/mol

= 0,01 mol

CuSO4 5H2O + (NH4)2SO4 + H2O Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O

0,01 0,01 -

0,01 0,01 0,01

- - 0,01

Massa Cu(NH3)4SO4 H2O = mol . Mr

= 0,01 mol x 399,5 g/mol

= 3,995 g

m Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O eksperimen
Rendamen =
m Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O teori

1,22 g
= . 100 %
3,995 g

= 30,53 %
B. Pembahasan

Garam merupakan senyawa yang umumnya merupakan hasil reaksi asam

dan basa yang dapat bersifat asam, basa, ataupun netral. Larutan garam dapat

menghantarkan listrik. Garam-garam kuat akan menunjukkan daya hantar listrik

yang lebih tinggi dari pada garam-garam lemah. Garam-garam kuat merupakan

klorida daril ogam alkali dan alkali tanah, sedang klorida dari aluminium, raksa

kadmium, dan berilium adalah garam lemah.

Kompleks merupakan suatu senyawa yang ligannya (ion, molekul atau atom

donor elektronnya) membentuk ikatan-ikatan koordinasi atau kovalen koordinasi

dengan suatu atom-atom pusat. Ligannya sebagai donor pasangan electron dan

atom pusatnya sendiri bertindak sebagai akseptor donor pasangan electron

tersebut. Tak jarang pula kompleks-komplek stersebut mengandung elektron-

elektron tak berpasangan, tak berwarna, serta bersifat paramagnetik.

Pembuatan garam kompleks terbentuk dari ion atom pusat dan saling

mengkompleks sehingga membentuk senyawa kompleks sehingga membentuk

warna yang menjadi cirri khas senyawa kompleks. Percobaan pembuatan garam

kompleks ini menggunakan tembaga sebagai logam transisi pembentuk senyawa

kompleks dikarenakan tembaga lebih bersifat elektropositif. Logam-logam transisi

dapat membentuk kompleks karena memiliki orbital-orbital yang masih kosong.

Ion logam yang bertindak sebagai atom pusat akan menyediakan orbital-orbital

kosong yang dimilikinya dan molekul netral atau anion yang bertindak sebagai

ligan akan menyediakan pasangan elektronnya untuk mengisi orbital-orbital

kosong yang tersedia.


Pembuatan garam kompleks tetra amin tembaga (II) sulfat monohidrat,

dilakukan juga dengan mereaksikan CuSO4.5H2O dan ammonia pekat sehingga

ion Cu2+ akan bertindak sebagai atom pusat penerima pasangan electron bebas dan

tetra amin akan menjadi ligan pemberi elektron bebas yang akan membentuk

ikatan koordinasi dan membentuk struktur oktahedral sehingga terbentuk senyawa

kompleks. Endapan yang terbentuk disaring untuk memisahkan kristal dari filtrat

dan dicuci agar kristal yang dihasilkan lebih murni dan meminimalisir adanya zat-

zat pengotor pada garam. Proses pembentukan garam tersebut sangat lambat

sehingga larutan ini didiamkan selama satu malam dengan tujuan agar

pembentukkan kristal dapat terjadi secara lebih sempurna. Penguapan ini tidak

menjamin bahwa molekul air telah terpisah seluruhnya dari garam yang terbentuk

maka dimasukkan dalm desikator untuk menghilangkan sisa-sisa molkul air.

Kristal yang terbentuk ditimbang dan didapatkan berat kristalnya adalah

sebesar 3,21 g. Sedangkan secara teoritis, berat garam kompleks tetra amin

tembaga (II) sulfat monohidrat diperoleh sebesar 3,742 gram. Dari hasil ini kita

membandingkan antara berat praktik dan teori yaitu dengan rendamen sebesar

30,27 %.

Pembuatan garam rangkap dimana garam rangkap Ammonium Tembaga (II)

Sulfat Monohidrat CuSO4(NH4)2SO4.6H2O akan terbentuk dengan

mengkristalnya dua garam secaraa bersamaan dengan perbandingan molekul

tertentu. Pembuatan garam rangkap ini dilakukan dengan mereaksikan

CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4.


Air digunakan sebagai pelarut karena garam-garam tersebut larut dalam air

dan mempunyai momen dipol yang besar dan ditarik baik ke kation maupun anion

untuk membentuk ion terhidrasi. Kebanyakan garam anorganik lebih dapat larut

dalam air murni dari pada dalam pelarut organik. Setelah endapan dikeringkan

didapatkan berat kristalnya adalah sebesar 1,22 gram. Sedangkan, secara teoritis

beratnya diperoleh sebesar 3,995 gram. Dari hasil ini kita membandingkan antara

berat praktik dan teori yaitu dengan rendamen sebesar 30,53 %


V. KESIMPULAN

Kesimpulan dari percobaan ini adalah garam kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O

dapat dibuat dari garam CuSO4.5H2O dan larutan NH3 dengan berat yang

diperoleh sebesar 3,742 gram dengan rendemen 30,27 %. Garam rangkap

CuSO4(NH4)2SO4.6H2O dapat dibuat dari garam CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4

dengan berat yang diperoleh sebesar 3,995 gram dan rendemenya sebesar 30,53%.
DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, 1993, Ilmu Kimia AnalitikDasar, PT.Gramedia: Jakarta.

Rilyanti, M. Z., Sembiring. R., A., T., Handayani. E., M., Subki. 2008. “Sintesis
Senyawa Kompleks Cis-[CO(bipi)2(CN)2] dan Uji Interaksinya dengan
Gas NO2 Menggunakan Metoda Spektrofotometri uv-vis dan ir”. Jurnal
Sains dan Teknologi. Vol.2 (2).

Rivai,H., 1995, Asas Pemeriksaan Kimia,Universitas Indonesia Press, Semarang.

Saria, Y., Lucyanti., Hidayati, N., Lesbani, A., 2012, “ Sintesis Senyawa
Kompleks Kobalt dengan Asetilasetonato”,Jurnal Penelitian Sains.Vol.
15 (3).

Sembiring, Z. dan Illim. 2008. “Sintesis dan Karakterisasi Kompleks Cu(II) dan
Mn(II) dengan Derivat Ligan Basa Schiff 1,5-dimethylcarbazone dan
Anilina”. Jurnal Kimia. Vol.3 (2).

Anda mungkin juga menyukai