Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL PENELITIAN

UJI EFEKTIVITAS ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL PUTRI MALU


(Mimosa pudica) PADA CACING Ascaridia galli
SECARA IN VITRO

OLEH:

REZKY WAHYUNI. P

O1A1 16 047

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Allah S.W.T. Tuhan semesta

alam karena atas Berkah dan Rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan Proposal

Penelitian dengan judul Uji Efektivitas Daya Antelmintik Ekstrak Putri Malu

(Mimosa pudica) pada Cacing Ascaridia galli Secara In Vitro. Tak lupa juga saya

ucapkan banyak terima kasih kepada para dosen yang telah mengajarkan banyak

hal sehingga penyusunan Proposal Penelitian ini dapat terselesaikan.

Penulis memohon maaf jika masih banyak terdapat kesalahan di dalam

Proposal Penelitian ini karena penulis hanya manusia biasa yang tak luput dari

kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat dibutuhkan

demi perbaikan dimasa mendatang.

Akhir kata, semoga segala bantuan dari berbagai pihak demi perbaikan dan

penyempurnaan Proposal Penelitian ini mendapat balasan di sisi Allah SWT dan

dengan kerendahan hati penulis berharap semoga Proposal Penelitian ini dapat

memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Kendari, Desember 2018

Penyusun
ABSTRAK

Infeksi cacing merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit


cacing. Obat cacing atau anthelmintik adalah obat untuk membunuh cacing dalam
lumen usus atau jaringan tubuh. Obat tradisional merupakan salah satu alternatif
untuk mengobati infeksi cacing karena dinilai lebih aman. Tumbuhan putri malu
(M. pudica L.) merupakan salah satu jenis tanaman yang secara tradisional telah
digunakan sebagai obat cacing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
efektivitas antelmintik bunga putri malu (Mimosa pudica) pada cacing Ascaridia
galli secara in vitro dan mengetahui konsentrasi ekstrak tanaman putri malu yang
efektif untuk menghambat pertumbuhan cacing tersebut. Aktivitas antelmintik
dari ekstrak akar putri malu diduga disebabkan oleh tanin yang merupakan salah
satu komponen utama metabolit sekunder yang terdapat pada akar putri malu.
Metode penelitian ini dilakukan dengan membuat simplisia serbuk putri
malu kemudian dimaserasi dengan menggunakan pelarut etanol 95%. Sebanyak
500 g serbuk simplisia dimasukkan ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari yaitu etanol 95% (4,2 L), ditutup dan dibiarkan selama 3 hari terlindung
dari cahaya. Setelah 3 hari ampas disaring menggunakan kertas saring dan corong
buchner. Setelah itu, ekstrak cair yang diperoleh dievaporasi dengan
menggunakan rotary evaporator pada suhu 300C - 400C hingga diperoleh ekstrak
kental putri malu.

Kata kunci: infeksi cacing, antelmintik, putri malu, Ascaridia galli, senyawa
tanin.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

ABSTRAK..............................................................................................................iii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................3

C. Tujuan Penelitian.........................................................................................4

D. Manfaat Penelitian.......................................................................................4

BAB II......................................................................................................................5

TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................5

A. Putri Malu (Mimosa pudica)........................................................................5

B. Aktivitas Antelmintik...................................................................................7

C. Ascaridia galli..............................................................................................9

D. Kerangka Konsep.......................................................................................11

BAB III..................................................................................................................12

METODE PENELITIAN.......................................................................................12

A. Waktu dan Tempat Penelitian....................................................................12

C. Alat Penelitian............................................................................................12
D. Bahan Penelitian.........................................................................................12

E. Definisi Operasional...................................................................................12

F. Prosedur Penelitian.....................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan salah satu penyakit yang menjadi

permasalahan utama di negara- negara berkembang seperti di Indonesia.

Salah satu penyakit infeksi yang paling umum tersebar di dunia yaitu infeksi

cacing, diperkirakan lebih dari 60% menyerang anak-anak di Indonesia.

Prevalensi infeksi cacing yang tinggi berdampak buruk bagi kesehatan.

Walaupun jarang menyebabkan kematian, namun infeksi cacing berdampak

terhadap gizi, pertumbuhan fisik, mental, kognitif dan kemunduran

intelektual, khususnya bagi anak-anak[ CITATION Tiw13 \l 1033 ].

Askariasis merupakan salah satu infeksi parasit usus yang paling sering

terjadi serta ditemukan di seluruh dunia. Askariasis adalah penyakit cacingan

yang disebabkan oleh cacing gelang, salah satunya yaitu cacing Ascaris

lumbricoides. Infeksi askariasis terjadi secara simultan oleh beberapa cacing

sekaligus. Infeksi cacing gelang umumnya terjadi melalui mulut, luka di kulit,

melalui kista (telur) atau larva cacing. Gejala seperti mual muntah, mencret,

sakit perut baru muncul setelah jumlahnya di dalam tubuh cukup banyak.

Sekitar lebih dari 807 juta orang di dunia terinfeksi askariasis dan

diperkirakan lebih dari 60.000 orang meninggal karena askariasis. Kasus

askariasis hasil survei pada tahun 2002 - 2003 pada 40 SD di 10 provinsi di

Indonesia menunjukkan prevalensi berkisar antara 2.2 - 96.3% [ CITATION

Tjo11 \l 1033 ].

1
Penyakit cacingan sangat mengganggu manusia. Cacing di dalam tubuh

manusia akan mengambil sari makanan dari dalam tubuh dan menyebabkan

gejala klinik mulai dari yang ringan sampai yang paling berat. Selain itu, daya

tahan tubuh manusia yang terinfeksi akan melemah. Hal ini akan berakibat

pada turunnya kualitas sumber daya manusia yang ada. Oleh karena itu perlu

dilakukan pengendalian penyakit tersebut. Pencegahan askariasis selain harus

menjaga kebersihan lingkungan, pengobatannya dapat dilakukan dengan

menggunakan obat sintetis maupun obat tradisional. Untuk mencegah atau

mengobati penyakit askariasis ini maka di gunakan zat antelmintik atau obat

cacing yang dapat memusnahkan cacing dalam tubuh manusia dan hewan

[ CITATION Tjo11 \l 1033 ].

Penanggulangan terhadap infeksi cacing yang sering dilakukan orang

pada saat ini adalah dengan memberi obat cacing (antelmintik). Namun

pemberian obat cacing harus dilakukan berulang kali, sehingga akan timbul

galur cacing yang resistensi terhadap obat dan akumulasi residu dalam

jaringan tubuh. Selain itu, obat tidak terbeli oleh masyarakat, karena dianggap

mahal sehingga penyakit cacing dibiarkan ada dan berkembang [ CITATION

Ber98 \l 1033 ]. Pengobatan dengan menggunakan tanaman berkhasiat obat

merupakan salah satu alternatif yang dipilih untuk memperkecil adanya efek

samping karena pemberian obat sintetis. Telah banyak diketahui tanaman

obat yang berkhasiat sebagai anti cacing / antelmintik dan masih digunakan

hingga saat ini. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, diperoleh

tanaman yang mempunyai khasiat antelmintik diantaranya pepaya, pare, temu

2
giring dan temu hitam [ CITATION Tiw13 \l 1033 ]. Dari hal tersebut penulis

tertarik untuk meneliti tanaman lain yang dapat berpotensi sebagai

antelmintik dalam hal ini tanaman putri malu (Mimosa pudica).

Penelitian efek antelmintik ekstrak putri malu terhadap askariasis sudah

dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Antara lain melakukan uji

potensi anthelmintik menggunakan akar tanaman putri malu (Mimosa pudica

L.) terhadap Hymenolepis nana dan ada pula yang melakukan uji aktivitas

anthelmintik menggunakan ekstrak tanaman putri malu (Mimosa pudicaL.)

terhadap cacing gelang babi (Ascaris suum. L). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pemberian ekstrak tanaman putri malu mampu menurunkan jumlah

cacing dan mampu menginaktivasi 50% larva cacing. Selain itu, ekstrak

tanaman putri malu juga mampu menghambat penetasan telur cacing.

Penggunaan ekstrak tanaman putri malu sebagai obat cacing telah digunakan

secara empiris sebagai terapi terhadap Ascaris sp. pada manusia[ CITATION

Can08 \l 1033 ]. Oleh karena itu dilakukan penelitian lanjutan dengan

menggunakan jenis ascaris species lain untuk mengetahui efektivitas

antelmintik bunga putri malu (Mimosa pudica) pada cacing Ascaridia galli

secara in vitro dan mengetahui konsentrasi ekstrak tanaman putri malu yang

efektif untuk menghambat pertumbuhan cacing tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang akan diteliti adalah:

1. Bagaimana efektivitas antelmintik bunga putri malu (Mimosa pudica) pada

cacing Ascaridia galli secara in vitro?

3
2. Bagaimana konsentrasi ekstrak tanaman putri malu yang efektif untuk

menghambat pertumbuhan cacing tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui efektivitas antelmintik bunga putri malu (Mimosa

pudica) pada cacing Ascaridia galli secara in vitro?

2. Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak tanaman putri malu yang efektif

untuk menghambat pertumbuhan cacing tersebut?

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa :

1. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

mengenai antelmintik serta dapat meningkatkan pemahaman, pengalaman,

dan keterampilan dalam melakukan suatu penelitian.

2. Memberikan informasi dan tambahan pustaka bagi pembaca yang dapat

dijadikan sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut dan juga sebagai

sumber literatur tambahan mengenai antihelmintik.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat dan kalangan medis tentang manfaat putri malu sebagai

antelmintik sehingga dapat digunakan sebagai alternatif terapi.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Putri Malu (Mimosa pudica)

(Sumber: [ CITATION Set08 \l 1033 ])

1. Klasifikasi

Klasifikasi dari tanaman Putri Malu:

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Rosales

Suku : Mimosaceae

Warga : Mimosa

Jenis : Mimosa pudica Duchass. & Walp

2. Sinonim

Mimosa asperata Blanco

3. Nama daerah

Rebah bangun (Minangkabau), daun kaget-kaget (Menado),

kucingan (Jawa), si kejut, riyud (Sunda)

5
4. Morfologi

Putri malu merupakan herba memanjat atau berbaring atau

setengah perdu dengan tinggi antara 0,3 – 1,5 m. Batang bulat, berambut,

dan berduri tempel. Batang dengan rambut sikat yang mengarah miring

ke bawah. Daun kecil – kecil tersusun majemuk, bentuk lonjong dengan

ujung lancip, warna hijau (ada yang warna kemerah-merahan). Bila daun

disentuh akan menutup (sensitive plant). Bunga bulat seperti bola, warna

merah muda, bertangkai. Buah berbentuk polong, pipih, seperti garis. Biji

bulat dan pipih. Akar berupa akar pena yang kuat. Tumbuhan ini

merupakan tumbhan asli Amerika tropis. Putri malu tumbuh liar di

pinggir jalan, tempat – tempat terbuka yang terkena sinar matahari dan

dapat ditemukan pada ketinggian 1 – 1200 m [ CITATION Set08 \l

1033 ].

5. Kandungan kimia Putri

Putri malu mengandung senyawa mimosin, asam pipekolinat,

tannin, alkaloid, dan saponin. Selain itu, juga mengandung triterpenoid,

sterol, polifenol dan flavonoid. Mimosin memiliki efek antihelmintik

melalui mekanisme neurotoksik dengan menghambat asetilkolinesterase

sehingga terjadi penumpukkan asetilkolin pada tubuh cacing yang

menyebabkan cacing mati dalam keadaan kaku dan melalui depresi

motorik. Efek mimosin yang lain diantaranya yaitu menghambat

metabolisme asam amino dan menghambat sintesis protein. Mimosin

6
juga memiliki ativitas antidermatofit dan juga antibakteri[ CITATION

Set08 \l 1033 ].

Alkaloid tannin merupakan poliphenol tanaman yang larut dalam

air dan dapat menggumpalkan protein. Berdasarkan struktur kimianya

tannin dapat dibedakan menjadi tannin terkondensasi dan tannin yang

larut air. Alkaloid tannin memiliki efek vermifuga dengan cara merusak

protein tubuh cacing [ CITATION Set08 \l 1033 ].

B. Aktivitas Antelmintik

Infeksi cacing merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

parasit cacing. Data World Health Organization menunjukkan 2 miliar orang

di dunia telah terinfeksi cacing. Data Departemen Kesehatan Republik

Indonesia menunjukkan prevalensi infeksi cacing di Indonesia sebesar 24,1%.

Masyarakat biasanya mengatasi infeksi cacing dengan mengkonsumsi obat

cacing seperti mebendazol dan sebagainya. Obat cacing atau anthelmintik

adalah obat untuk membunuh cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh.

Manusia merupakan hospes definitif beberapa cacing kelas nemathelmintes

atau nematoda (caing bulat) dan platyhelminthes (cacing pipih), yang dapat

mengakibatkan masalah bagi kesehatan. Anthelmintik yang beredar di

masyarakat harganya relatif mahal dan memiliki efek samping, misalnya

mebendazol dapat menyebabkan efek samping seperti keluarnya cacing

melewati mulut, disertai efek mual, muntah dan diare serta timbulnya reaksi

alergi. Obat tradisional merupakan salah satu alternatif untuk mengobati

infeksi cacing karena dinilai lebih aman, lebih murah, mudah dibeli dan efek

7
sampingnya relatif lebih ringan dibanding dengan obat dari sintesis

[ CITATION Rob18 \l 1033 ].

Tumbuhan putri malu (M. pudica L.) merupakan salah satu jenis

tanaman yang secara tradisional telah digunakan sebagai obat cacing.

Pemanfaatan potensi tanaman putri malu (M. pudica L.) sebagai obat cacing

sangat menguntungkan karena tanaman ini relatif mudah didapatkan di

Indonesia. Ekstrak akar tanaman putri malu mampu menurunkan jumlah

cacing. Aktivitas antelmintik dari ekstrak akar putri malu diduga disebabkan

oleh tanin yang merupakan salah satu komponen utama metabolit sekunder

yang terdapat pada akar putri malu. Tanin adalah senyawa polifenol yang

secara alami terdapat pada tanaman leguminosa. Tanin tidak dapat dicerna

lambung dan memiliki efek antinutrisi berupa kemampuan berikatan kuat

dengan protein dan derivatnya (enzim), karbohidrat, vitamin, dan mineral.

Kehadiran tanin akan mengikat unsur tersebut sehingga tidak dapat diserap

dan kemudian mengeluarkannya bersama feses [ CITATION Can08 \l

1033 ].

Beberapa peneliti telah melaporkan aktivitas antelmintik tanin terhadap

beberapa spesies parasit cacing, terutama terhadap nematoda. Tanin

mempunyai aktivitas menghambat motilitas L3 dan cacing dewasa

[ CITATION Bru061 \l 1033 ]. Tanin kondensasi murni yang diperoleh dari

beberapa tanaman dapat menurunkan motilitas dan kemampuan mi-grasi L3

[ CITATION Mol00 \l 1033 ]. Selain menyebabkan paralisa larva cacing,

tanin kondensasi juga mampu menghambat proses pelepasan kutikula larva

8
cacing nematoda, melalui penghambatan enzim yang berperan dalam proses

pelepasan kutila larva infektif [ CITATION Bru074 \l 1033 ]. Penghambatan

dalam proses pelepasan kutila larva infektif akan menyebabkan penurunan

jumlah larva yang mampu berkembang menjadi cacing dewasa [ CITATION

Bru08 \l 1033 ]. Berdasarkan penelitian secara in vivo, pemberian tanaman

yang mengandung tanin mampu menurunkan jumlah cacing pada ruminansia

[ CITATION Ant00 \l 1033 ], serta memiliki kadar titer antibodi terhadap

antigen sekretori dan eksetori cacing dewasa yang lebih tinggi dibanding

domba kelompok kontrol [ CITATION Nie02 \l 1033 ].

C. Ascaridia galli

Cacing Ascaridia galli (A. galli) adalah makroparasit yang paling

banyak menyerang ayam di seluruh dunia. Morfologi dari A. galli adalah

bewarna putih kekuningan dengan ukuran cacing jantan 50-76 mm dan betina

72-112 mm, telur berbentuk oval dengan ukuran 73-92 μm sampai 45-57 μm.

Pada bagian anterior A. galli terdapat sebuah mulut yang dilengkapi dengan

tiga buah bibir, satu bibir pada bagian dorsal dan dua buah pada lateroventral,

terdapat sayap yang sempit dan membentang sepanjang sisi

tubuh[ CITATION Bal14 \l 1033 ].

Cacing ini menghisap sari-sari makanan dalam usus ayam yang

ditumpanginya, sehingga ayam akan menderita kekurangan gizi. Pada ayam

muda dapat menyebabkan kerugian yang besar karena pertumbuhannya

terlambat, jumlah pakan yang meningkat dan dalam keadaan lanjut dapat

menyebabkan kematian [ CITATION Moe12 \l 1033 ]. Walau jarang

9
menyerang manusia, namun kemungkinan terinfeksi telur cacing ini dapat

terjadi saat manusia mengkonsumsi daging ayam sebagai salah satu

kebutuhan protein hewani yang merupakan inang dari cacing ini[ CITATION

Tiw13 \l 1033 ].

Ascaridia galli adalah salah satu nematoda terbesar yang terdapat pada

usus kecil unggas. Hal itu dapat menyebabkan penurunantingkat

pertumbuhan, penurunan berat badan, penyakit serius,lesi patologis dan

kerugian ekonomis terutama pada burung asli seperti ayam, kalkun, angsa dan

beberapa burung lain. Selain itu juga, kerusakan ususmukosa yang

menyebabkan kehilangan darah, infeksi sekunderdan kadang-kadang

obstruksi usus kecilunggas karena beban penyakit cacing yang tinggi dapat

terjadi [ CITATION Gar11 \l 1033 ].

10
D. Kerangka Konsep

Kegunaan dari putri malu adalah untuk


Putri malu obat susah tidur (insomnia), bronkitis,
panas tinggi, herpes, rematik dan
cacingan. [ CITATION Set08 \l 1033 ]

Ekstraksi
(maserasi)

Ekstraketanol

Identifikasi Uji aktivitas


senyawa tanin Antelmintik

Ascaridia galli

Ekstrak Ekstrak Ekstrak NaCl Pirantel Pamoat


10 % 10 % 10 % 0,9 % 0,5 %

Efek Antelmintik

Keterangan :

= Variabel bebas

11
= Variabel terikat

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

Universitas Halu Oleo.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk eksperimental laboratorium yaitu penelitian

yang dilakukan dalam laboratorium dengan menggunakan ekstrak putri malu

sebagai sampel.

C. Alat Penelitian

Alat yang digunakan adalah alat-alat gelas (gelas piala, gelas ukur, labu

erlenmeyer, labu alas bulat), corong Buchner,kertas saring, batang

pengaduk, kertas saring, rotary evaporator, timbangan analitik, hot plate,

cawan petri, dan inkubator.

D. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain ekstrak putri

malu, aquades steril, etanol 95 %, FeCl3 1%, kapas, tisu, aluminium foil,

cacing Ascaridia galli, NaCl 0,9%, Pirantel Pamoat 0,5%,dan Aquades.

E. Definisi Operasional

12
1. Bunga putri malu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah simplisia

tanaman obat tradisional yang akan digunakan sebagai uji antelmintik.

2. Variabel Terikat

a. Efek Antelmintik

Efek yang diharapkan dapat membunuh cacing Ascaridia galli

dalam waktu tertentu.

b. LC50

Konsentrasi yang dapat menyebabkan 50% dari hewan uji mati,

dalam satuan persen ( % ) yang di hitung dengan menggunakan analisis

probit Y = A + BX.

c. LT50

Waktu yang dibutuhkan untuk menimbulkan efek toksik pada 50%

hewan uji, dalam hitungan jam, menit, detik, yang dihitung dengan

menggunakan analisis probit Y = A + BX.

3. Variabel bebas

a. Ekstrak putri malu yang dibuat dengan konsentrasi 10%, 20%, dan

30%.

b. Sirup Pirantel Pamoat yang diberikan pada kelompok kontrol positif,

yaitu sediaaan sirup combantrin rasa jeruk (125 mg/ 5ml).

c. NaCl 0,9 % yang diberikan pada kelompok kontrol negatif.

13
4. Variabel Terkontrol

Cacing Ascaridia galli yang dikumpulkan dari usus ayam di tempat

pemotongan ayam di sebuah pasar tradisional, spesies Ascaridia galli

dengan ciri putih, kecil, panjang 8 – 15 cm.

F. Prosedur Penelitian

1. Pengambilan dan Preparasi Sampel

Sampel yang digunakan adalah tanamana putri malu yang diambil dari

daerah Kendari Kelurahan Lalolara. Sampel kemudian dibersihkan dari

kotoran (sortasi basah), dicuci dengan air mengalir sampai bersih, kemudian

ditiriskan. Selanjutnya dikeringkan di bawah sinar matahari secara tidak

langsung (sampel ditutupi kain hitam). Setelah itu dilakukan sortasi kering.

Tahap selanjutnya simplisia kering digrinder sehingga menjadi simplisia

serbuk dan diayak, kemudian disimpan dalam wadah bersih dan tertutup

rapat.

2. Ekstraksi

Serbuk dimaserasi dengan menggunakan pelarut etanol 95%. Sebanyak

500 g serbuk simplisia dimasukkan ke dalam bejana kemudian dituangi

dengan penyari yaitu etanol 95% (4,2 L), ditutup dan dibiarkan selama 3

hari terlindung dari cahaya. Setelah 3 hari ampas disaring menggunakan

kertas saring dan corong buchner. Setelah itu, ekstrak cair yang diperoleh

dievaporasi dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 30 0C - 400C

hingga diperoleh ekstrak kental putri malu.

14
3. Identifikasi senyawa tanin

Identifikasi Tanin dilakukan dengan melarutkan ekstrak kental putri

malu dalam 10 mL akuades kemudian disaring dan filtrat ditambah dengan

3 tetes FeCl3 1%. Jika terbentuk warna biru tua, biru kehitaman atau hitam

kehijauan menunjukkan adanya senyawa tanin.

4. Pengambilan dan Penyiapan Hewan Uji

Cacing Ascaridia galli dikumpulkan dari usus ayam di tempat

pemotongan ayam di sebuah pasar tradisional. Cacing dimasukkan dalam

termos yang berisi larutan NaCl fisiologis. Cacing yang diperoleh dicuci dan

dibilas berulang-ulang hingga bersih dengan larutan NaCl fisiologis.

5. Uji Aktivitas Antelmintik secara in vitro

Sampel dibagi dalam 5 kelompok perlakuan yaitu :

a. Kelompok I : diberi ekstrak putri malu 10%

b. Kelompok II : diberi ekstrak putri malu 20%

a. Kelompok III : diberi ekstrak putri malu 30%

b. Kelompok IV : diberi NaCl 0.9%

c. Kelompok V : diberi Pirantel Pamoat0,5%

Prosedur pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

a. Disiapkan 5 cawan petri, masing-masing berisi cacing Ascaridia galli

sebanyak 3 ekor, kemudian diinkubasi pada suhu 370C salama 3 jam.

b. Untuk mengetahui apakah cacing lisis/mati, paralisis, atau masih normal

setelah diinkubasi, cacing-cacing tersebut diusik dengan batang

pengaduk. Jika cacing diam, dipindahkan ke dalam air panas dengan

15
suhu 500C, apabila dengan cara ini cacing tetap diam, berarti cacing

tersebut telah lisis, tetapi jika bergerak, berarti cacing itu hanya paralisis.

c. Hasil yang diperoleh dicatat. Batasan lisis dalam percobaan ini adalah

bila cacing mati atau cacing tidak bergerak bila dimasukkan ke dalam air

panas dengan suhu 500C.

6. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data deskriptif yang

didapat dari jumlah cacing yang lisis/mati dan jumlah cacing yang paralisis

tiap jam pada tiap kelompok uji. Selanjutnya, data tersebut dianalisa dengan

analysis of variance (ANOVA). Data hasil in vitro (satuan persen)

ditransformasi akar kuadrat terlebih dahulu sebelum dianalisa dengan

ANOVA. Analisis lanjut dilakukan menggunakan regresi linier untuk

mengetahui hubungan konsentrasi ekstrak putri malu dengan persentase

kematian cacing dan untuk mengetahui LC50 (Lethal Concentration 50%)

dan PC50 (Paralisis Concentration 50%) dari ekstrak putri malu

[ CITATION Suh10 \l 1033 ] dan [ CITATION Tiw13 \l 1033 ].

16
DAFTAR PUSTAKA

Anthanasiadou. (2000). Effects of short term exposure to condensed tannins on


adult T. colubriformis. Vet Rec .

Balqis. (2014). Gambaran Histopatologis Usus Halus Ayam Kampung (Gallus


domesticus) Yang Terinfeksi Ascaridia galli Secara Alami. Jurnal
Medika Veterinaria .

Beriajaya. (1998). Efek Antelmintik Infus Dan Ekstrak Rimpang Bangle (Zingiber
purpureum) Terhadap Cacing Haemonchus Contortussecarain Vitro.
Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner .

Brunet. (2008). Effect of the con-sumption of Lysiloma latisiliquumon the larval


establish-ment of gastrointestinal nematodes in goats. Vet. Parasitol .

Brunet. (2007). The kinetics of exsheathment of infective nematode larvae is


disturbed in the presence of a tannin rich plant extract (sainfoin) both in
vitroand in vivo. Parasitology .

Brunet, & Hoste. (2006). Monomers of condensed tannin affect the larval
exsheatment of parasitic nematodes of ruminants. J. Agric. Chem.

Candra. (2008). Potensi anthelmintik akar tanaman putri malu (Mimosa pudica L.)
terhadap Hymenolepis nanapada mencit. Media Peternakan .

Garedaghi. (2011). Identification of Immunogenic Relevant Antigens in the


Excretory-secretory (ES) Products of Ascaridia galli Larvae. Advances
in Environmental Biology .

Moerfiah. (2012). Efektivitas Ekstrak Etanol Biji Labu Merah (Cucurbita


moschata) Sebagai Antelmintik Terhadap Cacing Ascaridia Galli
Secara In Vitro. Ekologia .

17
Molan. (2000). The effect of condensed tannins from seven herbages on
Trichostrongylus colubriformislarval migration in vitro. Folia
Parasitol.

Niezen. (2002). The effect of feeding sulla (Hedysarum coronarium) or lucerne


(Medicago sativa) on lamb parasite burdens and development of
immunity to gastrointestinal nematodes. Vet Parasitol .

Robiyanto. (2018). Potensi Antelmintik Ekstrak Etanol Daun Mangga Arumanis.


Pharmaceutical Sciences and Research .

Setiawati. (2008). Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya


Untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).
Lembang: Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Suharti. (2010). Efektivitas Daun Jarak (Jatropha curcassLinn) Sebagai


Anticacing Ascaridia galli dan Pengaruhnya terhadap Performa Ayam
Lokal. Media Peternakan .

Tiwow. (2013). Uji Efek Antelmintik Ekstrak Etanol Biji Pinang (Areca catechu)
Terhadap Cacing Ascaris lumbricoides dan Ascaridia galli Secarain
Vitro. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi .

Tjokropranoto. (2011). Anthelmintic Effect Of Ethanol Extract Of Pare Leaf


(Momordica charantia L.) Against Female Ascaris suum Worm In
Vitro. Jurnal Medika Planta .

18

Anda mungkin juga menyukai