Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I

PERCOBAAN I
GARAM MOHR

OLEH :

NAMA : SARJUNA

STAMBUK : F1C1 13 050

KELOMPOK : VIII

ASISTEN : ANDI TENRI NURWAHIDAH

LABORATORIUM KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2014
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam ilmu kimia, garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion

positif (kation) dan ion negatif (anion), sehingga membentuk senyawa netral

(tanpa bermuatan). Garam terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa. Komponen

kation dan anion ini dapat berupa senyawa anorganik seperti klorida dan bisa juga

berupa senyawa organik seperti asetat dan ion monoatomik seperti sulfat.

Garam Mohr merupakan garam rangkap yang memiliki rumus kimia

FeSO4.(NH4)2SO4.6H2O. Bentuk fisik dari garam Mohr adalah berwarna

kehijauan berbentuk kristal. Warna hijau ini disebabkan oleh adanya ion Fe (II).

Senyawa Fe merupakan salah satu senyawa pembentuk garam kompleks atau

garam rangkap garam Mohr. Senyawa Fe dalam bentuk garam Mohr atau

K4Fe(CN)6 berpotensi sebagai reduktor dalam reaksi reduksi iodat dalam garam.

Garam Mohr atau besi (II) ammonium sulfat (FeSO4.(NH4)2SO4.6H2O)

dapat digunakan untuk mempelajari reaksi-reaksi yang terjadi pada ion Fe (II).

Besi yang murni adalah logam berwarna putih perak yang kukuh dan liat. Melebur

pada 1535oC. Asam klorida (HCl) encer atau pekat dan asam sulfat (H2SO4) encer

melarutkan besi yang menghasilkan besi (II) dan gas hidrogen.

Berdasarkan uraian diatas, oleh karena itu percobaan ini dilakukan untuk

mengetahui teknik dan cara pembuatan garam rangkap atau garam mohr.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan

masalah dalam percobaan ini yaitu bagaimana teknik dan cara pembuatan garam

rangkap atau garam mohr.

C. Tujuan

Tujuan yang mendasari laporan pembuatan garam Mohr adalah untuk

memberikan gambaran tentang teknik dan cara pembuatan garam rangkap atau

garam Mohr.

D. Manfaat

Manfaat yang diperoleh pada percobaan ini adalah dapat mengetahui

teknik atau cara pembuatan garam rangkap atau garam Mohr.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Besi merupakan salah satu jenis limbah yang banyak dijumpai di

industri-industri pengolahan logam seperti industri pembuatan paku, alat-alat

rumah tangga dan alat-alat mekanik. Limbah besi ini berpotensi menimbulkan

masalah pencemaran lingkungan. Salah satu alternatif mengatasinya adalah

dengan mengolahnya menjadi besi (II) dalam bentuk senyawa fero dan besi (III)

dalam bentuk senyawa feri. Besi (II) ini bermanfaat untuk berbagai keperluan

seperti sebagai coagulant dalam proses penjernihan air, sebagai pewarna

permanen tinta dalam industri tinta, dan sebagai penajam dalam perwarnaan wool

dalam industri textil. Serbuk besi dapat dilarutkan dalam asam sulfat membentuk

besi (II) berupa senyawa fero sulfat (FeSO4) (Aladin, dkk., 2010).

Besi merupakan unsur utama dalam inti bumi, elemen yang berlimpah

dalam kerak bumi (sekitar 5,0% massa keseluruhan, 0,5% -5%

dalam tanah, dan sekitar 2,5 bagian per miliar dalam air laut.) Dalam kerak,

besi ditemukan terutama sebagai mineral oksida hematit, Fe2O3, dan magnetit,

Fe3O4. Bentuk mineral umum lainnya adalah siderit, FeCO3, dan berbagai bentuk

FeO (OH). Besi memiliki inti yang sangat stabil dan memiliki empat belas isotop

yang dikenal. Empat isotop, 54Fe (5,9%), 56Fe (91,72%), 57Fe (2,1%), dan 58Fe

(0.28%) membentuk dasarnya 100 persen alami besi. Besi murni memiliki

struktur lembut, putih, logam berkilau. Besi dapat mengoksidasi di udara lembab

tapi stabil di udara kering. Besi memiliki tujuh bilangan oksidasi (2, 0, +1, +2, +3,
+
4, dan +6) dengan +2 disebut ferrous atau Fe (II) dan +3 ferric atau Fe(III) yang

paling umum (Nivaldo, 2012).


Garam-garam besi (II) atau fero diturunkan dari besi (II) oksida, FeO

dalam larutan. Garam-garam ini mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit

hijau. Ion besi (II) dapat mudah dioksidasikan menjadi besi (III), maka merupakan

zat pereduksi yang kuat. Semakin kurang asam larutan ini, semakin nyatalah

efeknya dalam suasana netral atau basa bahkan oksigen dari atmosfer akan

mengoksidasikan ion besi (II). Maka larutan besi (III) harus sedikit asam bila

ingin disimpan untuk waktu yang agak lama (Setiono, 1985).

Besi merupakan logam dengan kelimpahan terbanyak kedua setelah

aluminium pada kulit bumi dan ditemukan dalam bentuk divalen dan trivalen

dimana dalam bentuk divalent berperan sebagai mikronutrisi esensial. Penentuan

besi dapat menggunakan berbagai metode, seperti spektrofotometri serapan atom,

metode flow injection, dan fluorometri, namun yang banyak digunakan pada

penentuan besi adalah spektrofotometri UV-tampak karena akurasi yang baik,

cepat, dan mudah (Dinararum, et all., 2013).

Supersaturasi merupakan suatu kondisi dimana konsentrasi padatan

(solute), dalam suatu larutan melebihi konsentrasi jenuh larutan tersebut, maka

pada kondisi inilah kristal pertama kali terbentuk. Ada 4 metode untuk

membangkitkan supersaturasi, yaitu : Pengubahan suhu, penguapan solven, reaksi

kimia, dan pengubahan komposisi solven. Pembangkitan supersaturasi dengan

cara pengubahan suhu lebih dikenal dengan istilah Cooling, yaitu penurunan suhu

apabila suatu larutan jenuh diturunkan suhunya maka konsentrasi jenuh larutan

tersebut akan turun, sehingga kondisi supersaturasi tercapai dan kristal mulai

terbentuk (Fachry, et all., 2008).


III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 6 November 2014,

pada pukul 07.30-10.00 WITA, dan bertempat di Laboratorium Kimia Anorganik,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo Kendari.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu gelas kimia, batang

pengaduk, corong, erlenmeyer, dan pemanas hot plate.

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu serbuk besi,

H2SO4 10%, amonia, H2SO4 pekat dan kertas saring.


C. Prosedur Kerja

2,5 gram serbuk


Fe
- dilarutkan dalam 37,5 mL H2SO4
- dipanaskan
- disaring dalam keadaan panas

Filtrat Residu

- ditambahkan H2SO4 10%


- dipanaskan hingga terbentuk kristal pada lapisan permukaan

Larutan A 37,5 mL H2SO4

- ditambahkan ammonia
- diuapkan hingga jenuh

Larutan B

- dicampurkan dalam keadaaan panas


- didinginkan
- diamati kristal warna hijau yang terbentuk
- disaring

Kristal Garam Cairan

- ditimbang
- dihitung rendamennya

% Rendamen =
DAFTAR PUSTAKA

Aladin, A., Syarif, T., Wiyani, L., Rasyid R., 2010. Pengolahan Serbuk Limbah
Besi Menjadi Besi (II) Tinjauan Kinetika Model Quasi Steady State.
Reaktor Vol. 13 (2):74-80.

Dinararum, Retno Rahayu., Sugiarso, R. Djarot K.S. 2013. Studi Gangguan


Krom (III) pada Analisa Besi dengan Pengompleks 1,10-fenantrolin pada
pH 4,5 secara Spektrofotometri UV -Tampak. Jurnal Sains dan Seni
Pomits. Vol.2 No.2.

Fachry, A. Rasyidi., Tumanggor, Juliyadi., Yuni, Ni Putu Endah L. 2008.


Pengaruh Waktu Kristalisasi dengan Proses Pendinginan Terhadap
Pertumbuhan Kristal Amonium Sulfat dari Larutannya. Jurnal Teknik
Kimia. Vol.15 No.2.

Setiono, P., L.,, Handyana, 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro
Dan Semimikro. Jakarta. Kalman Media Pustaka.

Tro, Nivaldo, J., 2012. Chemistry A Molecular Approach Third Edition. United
States Of America. Westmont College.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Tabel Pengamatan
Hasil Pengamatan
No. Perlakuan
Sebelum Sesudah
1. 37 mL H2SO4 10% + 2,5 gram
Terdapat endapan
0
Fe + dipanaskan 145 C + berwarna coklat
diaduk

2. 37 mL H2SO4 10% + 2,5 gram


Warna coklat Bening
Fe + disaring (Larutan A) bening
3. 37 mL H2SO4 10% + 10 mL
Bening Tetap bening
amonia + dipanaskan (Larutan

B)

4. Larutan A dan larutan B

dicampurkan + dimmasukkan
Tidak terbentuk
ke dalam gelas kimia yang Bening
kristal
berisi bongkahan es + ditutup

dengan alumunium foil

2. Reaksi yang terjadi :

Fe(s) + H2SO4(aq) FeSO4(aq) + H2(g)

2NH3(aq) + H2SO4(aq) (NH4)2SO4(aq)

(NH4)2FeSO4(s) + 6H2O (NH4)2FeSO4.6H2O(s)


3. Analisis data :

Diketahui : Massa Fe = 2,5 gram

Massa kristal garam Mohr = 0 gram

Mr Fe = 56 gram/mol

BM garam Mohr = 392 gram/mol

Ditanyakan : % Rendamen = ...?

Jawab :

Mol Fe = Mol garam Mohr

Gram
Mol Fe =
Mr

2,5 gram
= = 0,044 mol
56 gram/mol

Massa garam Mohr = mol garam Mohr BM garam Mohr

= 0,044 mol 392 gram/mol

= 17,248 gram

Berat praktek
Jadi, % Rendamen = 100%
Berat tori

0
= 100%
17,248 gram

=0%
B. Pembahasan

Garam rangkap adalah garam yang dalam kisi kristalnya mengandung

dua kation yang berbeda dengan proporsi tertentu. Garam rangkap biasanya lebih

mudah membentuk kristal besar dibandingkan dengan garam-garam tunggal

penyusunnya. Contoh kristal garam rangkap adalah garam mohr, yang pada

percobaan ini yakni besi (II) ammonium sulfat. Garam mohr cukup stabil terhadap

udara dan terhadap hilangnya air dan umumnya dibuat untuk membuat larutan

baku Fe2+ bagi analisis volumetrik dan sebagai zat pengkalibrasi dalam

pengukuran magnetik.

Praktikum ini dilakukan bertujuan untuk pembuatan garam mohr.

Pembuatan garam mohr dilakukan dengan mereaksikan besi dengan asam sulfat

dan larutan amonia. Besi yang digunakan adalah serbuk besi, yang bertujuan

untuk mempercepat reaksi karena laju reaksi berbanding lurus dengan luas

permukaan zat.

Perlakuan pertama yang dilakukan yaitu membuat larutan A dengan

melarutkan serbuk besi sebanyak 2,5 gram ke dalam 37,5 mL asam sulfat 10%

dan kemudian dipanaskan. Perlahan-lahan serbuk besi akan melarut dengan warna

abu-abu kehitaman, disebabkan karena asam sulfat merupakan pelarut yang

mengandung proton yang dapat diionkan dan bersifat asam kuat atau lemah.

Pemanasan juga dilakukan untuk mempercepat reaksi antara serbuk besi dengan

asam sulfat sehingga serbuk besi dapat melarut semua. Kemudian larutan disaring

ketika masih panas, tujuan dari penyaringan ini adalah untuk menghindari

terbentuknya kristal pada suhu yang rendah. Filtrasi hasil saringan ditambahkan
beberapa tetes asam sulfat pekat, penambahan ini bertujuan agar larutan bersifat

sedikit asam, karena dalam suasana netral atau basa, ion Fe2+ sangat mudah

dioksidasi oleh oksigen dari udara menjadi ion Fe3+ dimana akan menggangu

proses reaksi. Kemudian larutan dipanaskan kembali untuk menghilangkan

pengotor dan mengkristalkan larutan. Kemudian larutan diuapkan dengan tujuan

untuk mengurangi molekul air yang ada pada larutan.

Perlakuan selanjutnya yaitu pembuatan larutan B dengan menetralkan

asam sulfat dan amonia. Proses penetralan dilakukan untuk memperoleh pH=7,

akan tetapi pada percobaan ini praktikan tidak mengukur nilai pH. Kemudian

larutan ini diuapkan sehingga terbentuk larutan jenuh.

Perlakuan yang terakhir yaitu dengan mencampurkan larutan A dan

larutan B. Campuran ini didinginkan sehingga diperoleh kristal. Akan tetapi pada

percobaan ini, tidak ada kristal yang terbentuk, hal ini mungkin disebabkan oleh

faktor volume H2SO4 yang digunakan terlalu sedikit, pada proses pelarutan serbuk

besi tidak semua serbuk besi habis terlarut, pH pada pencampuran larutan A dan

larutan B tidak sama dengan 7, sedangkan pada proses penetralisasi antara asam

sulfat dan amonia harus memiliki pH=7.

Anda mungkin juga menyukai