Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II

PERCOBAAN III

PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS TETRA AMIN TEMBAGA (II)


SULFAT MONOHIDRAT Cu(NH3)4SO4.H2O DAN GARAM RANGKAP
AMMONIUM TEMBAGA (II) SULFAT HEKSAHIDRAT
Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O

OLEH

NAMA : TAKDIR ANIS

STAMBUK : F1C1 14 022

KELOMPOK : IV (EMPAT)

ASISTEN : ANDRI HARDIANSYAH

LABORATORIUM KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2016
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terusi merupakan satu senyawa yang terbuat dari tembaga dan amonium

sulfat. Terusi biasanya disebut sebagai kristal CuSO4.5H2O, adalah kristal hidrat

yang paling banyak dibutuhkan untuk digunakan dalam bidang industri.

Pemanfaatan dari CuSO4.5H2O ini sangat luas. Misalnya, terusi sebagai fungisida

yang merupakan salah satu pestisida yang secara spesifik membunuh atau

menghambat cendawan akibat penyakit, dan reagen analisa kimia, sintesis senyawa

organik, pelapisan anti fokling pada kapal, sebagai kabel tembaga, electromagnet,

papan sirkuit, solder bebas timbal, dan magneto. Selain itu, terusi dapat digunakan

dalam pembuatan garam kompleks dan garam rangkap.

Garam kompleks merupakan senyawa garam yang terbuat karena adanya

interaksi antara dua atau lebih ion-ion kompleks dan garam rangkap merupakan

senyawa yang terbentuk karena adanya interaksi antara atom pusat dan ligan,

namun garam rangkap sangat berbeda dengan yang lainnya karena ion ligan yang

membentuknya lebih dari satu. Pemaparan mengenai garam kompleks dan garam

rangkap ini merupakan salah satu materi yang sangat penting dalam anorganik.

Senyawa kompleks dilaboratorium dapat disintesa dengan mereaksikan

ligan yang merupakan suatu basa dan mempunyai pasangan elektron bebas dengan

logam yang merupakan penerima pasangan elektron yang didonorkan oleh ligan.

Garam rangkap merupakan garam yang terdiri dari dua kation yang berbeda dengan

sebuah anion yang sama dalam satu kisi kristalnya. Garam rangkap sifatnya lebih

mudah membentuk kristal jika dibandingkan dengan garam tunggal. Kation garam
rangkap terdiri dari kation logam transisi yang bergabung dengan kation logam

alkali atau ion amonium

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan percobaan pembuatan

garam kompleks tetra amin tembaga (II) sulfat monohidrat Cu(SO4)2 (NH4)4.H2O

dan garam rangkap ammonium tembaga (II) sulfat heksahidrat Cu(SO4)2.6H2O,

untuk memberi gambaran tentang proses pembuatan kompleks tetra tembaga (II)

sulfat monohidrat dan garam rangkap ammonium tembaga (II) sulfat heksahidrat.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan ini adalah bagaimana mempelajari

proses pembuatan garam kompleks tetra amin tembaga (II) sulfat monohidrat dan

garam rangkap ammonium tembaga (II) sulfat heksahidrat.

C. Tujuan

Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk mempelajari proses

pembuatan garam kompleks tetra amin tembaga (II) sulfat monohidrat dan garam

rangkap ammonium tembaga (II) sulfat heksahidrat.

D. Manfaat

Manfaat dilakukannya percobaan ini adalah agar dapat mempelajari proses

pembuatan garam kompleks tetra amin tembaga (II) sulfat monohidrat dan garam

rangkap ammonium tembaga (II) sulfat heksahidrat.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk karena penggabungan

dua atau lebih senyawa sederhana, yang masing-masingnya dapat berdiri sendiri.

Menurut Warner senyawa kompleks, merupakan gabungan beberapa ion logam

yang cenderung berikatan koordinasi dengan zat-zat tertentu membentuk senyawa

kompleks yang mantap. Zat-zat tertentu itu disebut ligan. Ligan merupakan zat yang

memiliki satu atau lebih pasangan elektron bebas. Dalam menjelaskan proses

pembentukkan dan susunan koordinasi senyawa-senyawa kompleks, warner telah

merumuskan tiga dalil, yaitu beberapa ion logam mempunyai dua jenis valensi,

yaitu valensi tambahan atau valensi koordinasi (Rivai, 1995).

Senyawa kompleks merupakan senyawa yang terbentuk dari ion logam

yang berikatan dengan ligan secara kovalen koordinasi. Ikatan koordinasi

merupakan ikatan kovalen dimana ligan memberikan sepasang elektronnya pada

ion logam untuk berikatan. Ikatan ini terjadi ketika ion logam menyediakan orbital

kosong bagi pasangan elektron ligan untuk berkoordinasi (Elmila dan Fatimah,

2010).

Banyak sintesis senyawa kompleks yang telah dilakukan menghasilkan

senyawa antara sebagai katalis yang dapat membantu dalam reaksi-reaksi kimia.

Salah satu senyawa yang dapat digunakan dalam sintesis kompleks adalah ligan

yang berasal dari basa Schiff, dimana senyawa kompleks yang terbebtuk

merupakan salah satu senyawa antara yang dapat digunakan untuk bermacam

penerapan ilmu. Logam-logam transisi seperti Mn(II), Cu(II) merupakan asam yang

baik dalam pembentukan senyawa kompleks. Prinsip yang digunakan adalah


prinsip reaksi kondensasi dimana dua atau lebih molekul bergabung menjadi satu

molekul yang lebih besar. Senyawa kompleks yang terbentuk dan ion logam transisi

merupakan katalisator, dan dalam prosesnya terjadi hibridisasi yang berbeda-beda

untuk tiap logam. Struktur senyawa kompleks dapat dijelaskan melalui teori ikatan

valensi, teori medan kristal dan teori orbital molekul (Sembiring dan Illim, 2008).

Senyawa kompleks dari logam transisi sangat menarik terkait sifat

kimianya yang dapat diaplikasikan sebagai katalis dalam fasa homogen dan

heterogen. Sifat-sifat logam pusat seperti muatan, tingkat oksidasi, konfigurasi

elektron dan geometri memberikan pengaruh pada reaktifitas senyawa kompleks

tersebut. Katalis senyawa kompleks logam transisi dengan rumus umum

[M(L)n]x[A]y] dimana M adalah ion logam pusat, L adalah ligan lemah dan A

adalah anion lawan berdaya koordinasi lemah atau sama sekali non koordinasi

(Syukri dkk., 2013).

Tembaga banyak digunakan pada berbagai barang elektronik, misalnya

kabel, kumparan, dan lain-lain. Logam tembaga pada barang-barang tersebut

mengandung kadar tembaga yang cukup tinggi. Sehingga, biasanya bekas tembaga

dari barang-barang tersebut diolah kembali menjadi logam tembaga baru untuk

digunakan pada barang elektronik lagi. Hal itu memunculkan ide pengolahan

limbah tembaga untuk diolah menjadi bentuk yang lain dalam rangka peningkatan

nilai guna. Salah satunya sebagai bahan baku pembuatan kristal CuSO4.5H2O

(Fitrony, 2013).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 26 Mei 2016 pada pukul 10.00

– 12.30 WITA dan bertempat di Laboratorium Kimia Anorganik, Jurusan Kimia,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas kimia 600 mL

dan 100 mL, gelas ukur 10 mL, erlenmeyer 100 mL desikator, pipet ukur 5 mL,

pipet tetes, filler, spatula, timbangan analitik, corong, hot plate, batang pengaduk,

lemari asam, statif dan klem.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah terusi

(CuSO4.5H2O), amonia (NH3), etanol (C2H5OH), es batu, alumminium foil, akuades

(H2O), ammonium sulfat ((NH4)2SO4), tisu dan kertas saring.


C. Prosedur Kerja

1. Pembuatan Garam Kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O

4 mL NH3 pekat

- diencerkan dengan 3 mL H2O


- diaduk

Terbentuk kristal

- ditambahkan 2,5 gram terusi


- ditambahkan 8 mL etanol
- dimasukkan kedalam gelas kimia yang
berisi es batu
- disaring

Kristal Filtrat

- dicuci 5 mL etanol
- dikeringkan dalam desikator
- ditimbang
- dihitung rendamennya

Rendamen = 172 %
2. Pembuatan Garam Rangkap Cu(SO4)2(NH4)2SO4.6H2O

2,5 g ammonium sulfat

- dimasukkan ke dalam gelas piala yang


berisi 15 mL akuades yang telah
dihangatkan
- ditambahkan 2,5 gram terusi
- diaduk sambil dipanaskan
- didinginkan pada suhu kamar
- disaring

Kristal Filtrat

- dicuci dengan etanol


- dikeringkan dengan oven
- ditimbang
- dihitung rendamennya

Rendamen = 128,3 %
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Data Pengamatan

a. Pembuatan Garam Kompleks

No Perlakuan Hasil pengamatan

1. 4 mL Ammonia + 3 mL akuades Larutan ammonia

2. Larutan ammonia + 2,5 g terusi +


diaduk + 8 mL etanol + Larut, berwarna biru tua dan
didinginkian dalam wadah berisi terbentuk endapan
es batu
3. Kristal ditimbang Berat kristal + kertas saring =
5,504 gram

b. Pembuatan Garam Rangkap

No Perlakuan Hasil pengamatan

1. 15 mL akuades dipanaskan Larut, berwarna biru toska


+ 2,5 gram ammonium
sulfat + 2,5 g terusi
2. Diuapkan sampai Terbentuk kristal
volumenya ½ dan
didinginkan dalam suhu
ruang dan disaring

3. Kristal ditimbang Berat kertas saring + Kristal = 6,421 g,


berat kertas saring = 1,294 g
2. Analisis Data

a. Garam Kompleks (Cu(NH3)4SO4.H2O)

 Berat secara teori

Diketahui :

Berat CuSO4.5H2O = 2,5 gram


Mr CuSO4.5H2O = 249,5 gram/mol
g
Mol CuSO4.5H2O =
Mr
2,5 gram
= = 0,01 mol
249,5 gram/mol

Ditanyakan : Berat Cu(NH3)4SO4.H2O = ?

CuSO4.5H2O + NH4OH Cu(NH3)4SO4.H2O

Mol Cu(NH3)4SO4.H2O = mol CuSO4.5H2O

Massa Cu(NH3)4SO4.H2O = n × Mr

= 0,01 mol × 245,5 gram/mol

= 2,445 gram

 Berat Praktek

Berat praktek Cu(NH3)4SO4.H2O = 2,445 gram

 Rendamen

berat secara praktek


Rendamen =  100%
berat secara teori
4,21 gram
= ×100%
2,445 gram
= 172%
b. Garam Rangkap Cu(NH2)2(SO4)2.6H2O

 Berat secara teori

Diketahui :

Berat CuSO4.5H2O = 2,5 gram


Berat (NH4)2SO4 = 1,7 gram
Mr CuSO4.5H2O = 249,5 gram/mol
g
Mol CuSO4 5H2O =
Mr
2,5 gram
= = 0,01 mol
249,5 gram/mol
g
Mol (NH4)2SO4 =
Mr
2,5 gram
= = 0,0189 mol
132 gram/mol

Ditanyakan : Berat Cu(NH4)2(SO4)2.6H2O = ?

CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O

M 0,01 mol 0,0189 mol -

T 0,01 mol 0,01 mol 0,01 mol

S - 0,0089 mol 0,01 mol

Berat Cu(NH4)2(SO4)2.6H2O = n × Mr

= 0,01 mol × 399,5 gram/mol

= 3,995 gram

 Berat Praktek

Berat praktek Berat Cu(NH4)2(SO4)2.6H2O = berat kertas saring dan kristal


– berat kertas saring

= 6,421 g – 1,294 g

= 5,127 g
 Rendamen

berat secara praktek


Rendamen =  100%
berat secara teori

5,127 gram
= ×100 %
3,995 gram

= 128,3 %

B. Pembahasan

Garam merupakan hasil reaksi antara senyawa asam dan senyawa basa,

prosesnya menyebabkan proses netralisasi sehingga sejumlah asam dan basa murni

yang ekivalen dicampur dan larutannya diuapkan menghasilkan suatu kristal yang

tidak memiliki ciri-ciri khas suatu asam atau basa. Garam rangkap dibentuk jika

dua garam mengkristal bersamaan dalam perbandingan mol tertentu, dan dalam

larutan garam rangkap ion-ion komponennya akan terionisasi. Garam kompleks

memiliki ikatan koordinasi yang dapat membentuk ion-ion, salah satunya adalah

ion kompleks.

Percobaan ini tentang pembuatan garam kompleks tetra amin tembaga (II)

sulfat monohidrat Cu(NH3)4SO4.H2O dan garam rangkap ammonium tembaga (II)

sulfat heksahidrat Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O. percobaan ini bertujuan untuk memberi

gambaran tentang proses pembuatan kompleks tetra tembaga (II) sulfat monohidrat

dan garam rangkap ammonium tembaga (II) sulfat heksahidrat.

Percobaan pertama pada praktikum ini adalah pembuatan garam kompleks

kompleks tetra amin tembaga (II) sulfat monohidrat Cu(NH3)4SO4.H2O. garam ini

merupakan garam yang terbentuk karena terjadi suatu proses dimana ion atom pusat
dan ligan saling mengkompleks sehingga dapat terbentuk senyawa kompleks yang

dapat menimbulkan warna. Perlakuan-perlakuan pada percobaan ini yaitu

CuSO4.5H2O ditambahkan akuades menghasilkan warna biru tua. Penambahan

akuades pada CuSO4.5H2O bertujuan untuk melarutkan CuSO4.5H2O, warna biru

tua yang dihasilkan pada perlakuan berasal dari CuSO4.5H2O itu sendiri yang

berwarna biru tua. Ditambahkan ammoniak. Tujuan ditambahkannya ammoniak

adalah untuk membuat campuran tersebut menjadi suasana asam, karena ammoniak

yang digunakan bersifat pekat dan mudah menguap. Larutan yang dihasilkan

berwarna biru tua. Ammonia pekat bertindak sebagai ligan yang akan

menggantikan ligan pergi (H2O). Ligan NH3 lebih kuat daripada H2O sehingga akan

lebih mudah bagi NH3 untuk menggantikan H2O. percobaan ini melakukan

penambahan etanol yang bertujuan untuk mengikat molekul air yang terdapat dalam

larutan yang mungkin dapat menggangu proses pengendapan. Pada percobaan ini

juga ditambahkan es batu. es batu yang bersifat dingin bertujuan agar mempercepat

pembentukan ktistal. Endapan yang dihasilkan disaring, berat kristal yang

dihasilkan adalah 4,21 gram adapun rendamennya yaitu 172 %.

Percobaan kedua yaitu pembuatan garam rangkap ammonium tembaga (II)

sulfat heksahidrat Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O. Garam ini terbentuk sebagai hasil reaksi

antara CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4. Garam tembaga (II) sulfat pentahidrat

(CuSO4.5H2O) berwarna biru sedangkan garam ammonium sulfat ((NH4)2SO4)

berwarna putih. Hasil pencampuran tersebut menghasilkan larutan yang berwarna

biru keruh. Warna biru keruh terjadi akibat campuran yang kurang sempurna

(heterogen) tapi setelah melakukan proses pemanasan, kekeruhan tersebut


berangsur-angsur hilang dan membentuk larutan homogen berwarna biru.

Percobaan ini menggunakan air. Air berfungsi sebagai pelarut, air mempunyai

momen dipol yang besar yang dapat ditarik baik ke ion positif (kation) maupun ke

ion negatif (anion) untuk menjadi ion hidrasi. Dari sifat air tersebut maka digunakan

air sebagai pelarut karena garam tembaga (II) sulfat pentahidrat (CuSO4.5H2O) dan

garam ammonium sulfat ((NH4)2SO4) dapat bereaksi dan larut dalam air serta tetap

berupa satu spesies ion. Endapan yang dihasilkan disaring, berat Kristal yang

dihasilkan adalah 5,127 gram adapun rendamennya yaitu 128,3 %.

Hasil penimbangan kristal yang dilakukan jika dilihat secara praktek dan

secara teori menunjukkan hasil yang sangat jauh perbedaannya. Percobaan pada

pembuatan garam kompleks kompleks tetra amin tembaga (II) sulfat monohidrat

Cu(NH3)4SO4.H2O berat kristal secara praktek sebesar 4,21 gram dan secara teori

sebesar 2,445 gram, adapun rendamennya ialah 172 %. Selanjutnya pada

pembuatan garam rangkap ammonium tembaga (II) sulfat heksahidrat

Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O berat kristal secara praktek adalah 5,127 gram dan secara

teori adalah 3,995 gram, adapun rendamennya ialah 128,3 %. Penyebab perbedaan

yang sangat jauh ini di sebabkan karena dalam melakukan pembuatan garam

kompleks tetra amin tembaga (II) sulfat monohidrat Cu(NH3)4SO4.H2O dan garam

rangkap ammonium tembaga (II) sulfat heksahidrat Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O banyak

melakukan kesalahan-kesalahan seperti kurang teliti dalam melakukan

pengamatan, pengambilan sampel yang tidak benar, reaksi yang tidak sempurna,

adanya zat asing yang ikut bereaksi, reagen yang tidak murni mengandung zat

pengotor, dan mungkin alat-alat yang digunakan kalibrasinya kurang memadai.


V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan pada percobaan ini, maka

dapat disimpulkan bahwa proses pembuatan garam kompleks tetra amin tembaga

(II) sulfat monohidrat Cu(NH3)4SO4.H2O dan garam rangkap ammonium tembaga

(II) sulfat heksahidrat Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O yaitu percobaan pada garam

kompleks menghasilkan kristal berwarna biru tua dengan berat rendamen sebesar

172 %. Garam kompleks dibuat dari senyawa kompleks lain campuran antara terusi

yang bertindak sebagai penyedia atom pusat dan direaksikan dengan senyawa

lainnya yaitu ammonia pekat. Garam rangkap menghasilkan kristal berwarna biru

muda dengan berat rendamen sebesar 128,3 %. Garam rangkap dibuat dari senyawa

kompleks lain, dalam hal ini adalah terusi yang bertindak sebagai penyedia atom

pusat dan direaksikan dengan senyawa lainnya yaitu ammonium sulfat.


DAFTAR PUSTAKA

Elmila, I. dan Fahimah M. 2010. Peningkatan Sifat Magnetik Kompleks Polimer


Oksalat [N(C4H9)4][MnCr(C2O4)3] Dengan Menggunakan Kation Organik
Tetrabutil Amonium. Prosiding Kimia Fmipa. Sk-091304 .

Fitrony, Rizqy F., Lailatul Q., dan Mahfud. 2013. Pembuatan Kristal Tembaga
Sulfat Pentahidrat (CuSO4.5H2O) dari Tembaga Bekas Kumparan. Jurnal
Teknik Pomits. 2 (1).

Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Indonesia Press. Semarang.

Sembiring, Z. dan Illim. 2008. Teknik Kimia. Balai pustaka. Jakarta.

Syukri, Emdeniz, Yetria, R., Admi, Hidayaturrahmat, Rika F.Y., Prieta R.P. dan
Eka, M.S.D. 2013. Studi Spektroskopi Blending Garam Transisi MCl2 (M
= Mn, Fe, Co dan Ni) dengan ZnO. Jurnal Sains. 11 (1).

Anda mungkin juga menyukai