Anda di halaman 1dari 15

PERCOBAAN VIII

Judul : Garam Mohr (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O


Tujuan : 1. Membuat kristal besi (II) ammonium sulfat
(NH4)2Fe(SO4)2.6H2O yang biasa disebut garam
Mohr
2. Menentukan besarnya/banyaknya air kristal dalam
garam Mohr hasil sintesa
Hari/Tanggal : Kamis, 20 Mei 2010
Tempat : Laboratorium Kimia FKIP UNLAM Banjarmasin

I. DASAR TEORI

Garam Mohr merupakan garam rangkap yang terbentuk dari reaksi besi
dengan asam sulfat dan larutan amoniak. Adapun senyawa-senyawa yang
terkandung di dalamnya antara lain :

1. Logam besi (logam transisi)

2. Larutan amoniak (NH3)

3. Asam sulfat (H2SO4)

Logam besi (unsur transisi)

Ferro (Fe) berasal dari bahasa latin yang berarti besi. Dalam sistem periodik
unsure, besi mempunyai simbol Fe dengan nomor atom 26. Besi merupakan
logam yang terletak pada golongan VIIIB dan periode 4. Posisi unsur dalam SPU
adalah mangan besi kobalt. Besi merupakan salah satu unsure paling banyak
di bumi, membentuk 5% daripada kerak bumi.
Sifat fisik besi :

1. Berkilau seperti warna keabuan

2. Berwujud padat

3. Mempunyai titik leleh 1811 K dan titik didih 3134 K

4. Merupakan logam feromagnetik

5. Penghantar panas yang baik

Sifat kimia besi :

1. Logam peralihan

2. Mudah teroksidasi dalam udara lembab

3. Besi murni bersifat reakstif

4. Logamnya mudah larut dalam asam mineral

5. Kompleks oktahedralnya bersifat paramagnetik

Kompleks besi mempunyai bilangan oksidasi +3, +2, +1, 0, +3 pada senyawa
[Fe(CN)6]3-, [Fe(H2O)6]3+, [FeF6]3-, sedangkan +2 pada senyawa [Fe(CN)6]4-,
[Fe(H2O)6]2+.

Besi dapat dibuat dari bijih besi dalam tungku pemanasan. Biji besi
biasanya mengandung Fe2O3 yang dikotori oleh pasir (SiO 2) sekitar 10%, sedikit
senyawa sulfur, posfor, aluminium dan mangan. Bahan penting yang digunakan
dalam pengolahan besi adalah kokas yang berfungsi sebagai reduktor dan batu
kapur (CaCO3) yang berfungsi sebagai fluks (bahan yang akan bereaksi dengan
pengotor dalam biji besi dan memisahkan kotoran tersebut dalam bentuk terak).
Ion besi (II) dapat mudah dioksidasikan menjadi Fe (III) maka merupakan
zat pereduksi yang kuat. Semakin kurang asam larutan, maka makin nyata efek
itu, dalam suasana netral atau basa bahkan oksigen dari atmosfer akan
mengoksidasikan ion besi (II). Garam garam besi (III) atau feri diturunkan dari
oksidasi besi (III), Fe2O3. Mereka lebih stabil daripada garam besi (II). Dalam
larutannya terdapat kation-kation Fe3+ yang berwarna kuning muda. Zat-zat
pereduksi mengubah ion besi (III) menjadi besi (II). Ion ferro [Fe(H 2O)6]2+
memberikan garam berkristal.

Besi yang sangat halus bersifat pirofor. Logamnya mudah larut dalam asam
mineral. Dengan asam bukan pengoksidasi tanpa udara, diperoleh Fe (II). Dengan
adanya udara atau bila digunakan HNO3 encer panas, sejumlah besi menjadi Fe
(III). HCl encer atau pekat dan H 2SO4 encer melarutkan besi , di mana dihasilkan
garam-garam besi (II) dan gas hidrogen. Besi murni cukup reaktif. Dalam udara
lembab cepat teroksidasi memberikan besi (III) oksida hidrat (karat) yang tidak
sanggup melindungi, karena zat ini hancur dan membiarkan permukaan logam
yang baru terbuka.

Garam-garam unsur triad besi biasanya terkristal dari larutan sebagai hidrat.
Jika diletakkan pada uap lebab atmosfer, tergantung pada tekanan parsial H 2O,
hidrat dapat terjadi dalam warna-warna yang berbeda. Pada udara kering, air
hidrat kering lepas dan padatan berangsur-angsur berubah warna. Senyawa besi
(II) menghasilkan endapan biru, jika direaksikan dengan heksasionoferat (III).

Besi membentuk dua deret garam yang penting. Garam-garam besi (II) (atau
ferro) diturunkan dari besi (II) oksida, FeO. Dalam larutan garam-garam ini
mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit hijau. Ion-ion gabungan dan
kompleks-kompleks yang berwarna tua adalah juga umum ion besi (II) dapat
mudah dioksidasi menjadi besi (III), maka merupakan zat pereduksi yang kuat.
Semakin kurang asam larutan ini, semakin nyatalah efek ini, dalam suasana netral
atau basa bahkan oksigen dari atmosfer akan mengoksidasi ion besi (II) harus
sedikit asam bila ingin disimpan untuk waktu yang agak lama.
Larutan Amonia (NH3)

Larutan amoniak disini berfungsi sebagai ligan yang mempunyai sebuah


orbital yang terisi (elektron tak berpasangan) untuk interaksinya dengan logam,
bentuk kompleks koordinasi yang klasik dengan logam. Mereka bergabung hanya
dengan interaksi elektron ligan dengan orbital d, s atau p yang kosong dari logam.
Ligan ini adalah basa lewis, dan logam adalah asam lewis. Ikatan ini dibentuk dari
rotasi simetrik di atas sumbu logam dengan ligan digambarkan sebagai suatu
ikatan. Ligan unidentat, mereka diikat pada logam melalui ligan atom tunggal.
Mereka mempunyai polarisabilitas yang kecil dan lemah dan ikatan yang lemah
untuk transisi.

Larutan asam sulfat (H2SO4)

H2SO4 dalam pembuatan garam Mohr digunakan untuk mengoksidasi olgam besi
(Fe) menjadi ion Fe2+. Kemudian ion Fe2+ akan bergabung dengan ion sulfat
(SO4)2- menjadi garam besi sulfat. Garam besi sulfat ini adalah garam terpenting
dari semua garam besi. Dalam skala besar garam sulfat ini dapat dibuat dengan
cara mengoksidasi perlahan-lahan FeS oleh udara mengandung air.

Garam besi (II) yang terpenting adalah garam besi (II) sulfat. Garam ini
diperoleh dengan cara melarutkan besi (II) sulfida ke dalam asam sulfat encer.
Larutan disaring dan diuapkan sehingga mengkristal FeSO4.7H2O berwarna hijau.

Besi (II) sulfat dengan garam sulfat dari logam alkali dapat membentuk garam
rangkap dengan rumus umum : M 2FeSO4.6H2O dengan M adalah K, Rb, Cs,
atau NH4. jika jumlah mol yang sama masing-masing dari besi (II) sulfat dan
amunium sulfat dilarutkan sampai jenuh dalam air panas, sedangkan ke dalam
larutan besi (II) sulfat ditambahkan sedikit asam sulfat kemudian kedua larutan
dicampur pada pendingin akan mengkristal garam berbentuk monoklin berwarna
hijau kebiru-biruan. Garam besi (II) amunium sulfat dengan rumus : (NH 4)2
Fe(SO4)2.6H2O disebut dengan Garam Mohr . Dibanding dengan garam (II)
klrorida, kristal garam mohr stabil di udara dan larutannya tidak mudah dioksidasi
oleh oksigen di atmosfer. Garam mohr digunakan dalam analisis volumetri untuk
menstandarkan volumetri kalium permanganat atau kalium dikromat.

II. ALAT DAN BAHAN

Alat-alat yang digunakan yaitu :


1. Gelas Kimia 200 mL : 2 buah
2. Corong : 1 buah
3. Gelas Ukur 100 mL : 1 buah
4. Gelas Ukur 10 mL : 1 buah
5. Batang Pengaduk : 1 buah
6. Hot Plate : 1 buah
7. Neraca analitik : 1 buah
8. Pipet tetes : 1 buah
9. Kaca arloji : 1 buah

Bahan-bahan yang diperlukan yaitu :


1. Serbuk besi
2. H2SO4 pekat
3. H2SO4 10 %
4. Amonia
5. Kertas saring

III. PROSEDUR KERJA


LARUTAN A
a. Melarutkan 3,5 gram besi ke dalam 50 mL H2SO4 10 %
b. Memanaskan hingga hampir semua besi melarut.
c. Menyaring larutan ketika masih panas.
d. Menambahkan 3 tetes asam sulfat pada filtrat.
e. Menguapkan larutan hingga terbentuk kristal pada permukaan larutan.
LARUTAN B
a. Menetralkan 50 ml H2SO4 10 % dengan 12 mL amonia
b. Menguapkan larutan (NH4)2 SO4 sampai jenuh.
LARUTAN C
a. Mencampurkan larutan Adan B ketika masih panas.
b. Mengaduk terus menerus sambil memanaskan.
c. Menyaring dengan kertas saring.
d. Mendiamkan dan mendinginkannya hingga terbentuk kristal berwarna
hijau muda.
e. Memanaskan filtrat
f. Mendiamkan dan menyaring dengan kertas saring.

IV. HASIL PENGAMATAN


LARUTAN A
No Variabel yang diamati Hasil Pengamatan
1. Menimbang Fe Massa = 3,53 gram
- Larutan berwarna abu-abu,
2. Melarutkan besi + 50 mL H2SO4 10%
dinding gelas kimia terasa
hangat.
- Besi mulai melarut, larutan
- - Mengaduk larutan
berubah kecoklatan, bagian
atas abu-abu.
- Bau menyengat
- Larutan abu-abu
- Berbuih putih
3. Memanaskan larutan sampai besi - Filtat : Larutan kehijauan dan
melarut. terdapat endapan putih
- Mengaduk
- Residu : Kristal abu-abu tampak
berkilau
Menyaring larutan
4.

Larutan kehijauan + endapan


putih

- Larutan berbuih, warna berubah


Filtrat + 3 tetes H2SO4 pekat menjadi hijau keruh
5.

- Memanaskan
- Mengaduk
LARUTAN B
No Variabel yang diamati Hasil Pengamatan
1. 50 mL H2SO4 + 12 mL amonia - Larutan bening
- Keluar asap
- Larutan tampak berminyak
- Memanaskan

LARUTAN C
No Variabel yang diamati Hasil Pengamatan
1. Mencampurkan larutan A dan larutan - Larutan hijau keruh (hampir
B. putih)
- Mengaduk terus menerus sambil - Larutan bening seperti bias hijau
memanaskan (kehijauan) (++)
Mendiamkan - Terbentuk kristal warna biru
2.
muda
- Larutannya bening bias hijau (+)
Menyaring
- Kertas saring I
- Garam Mohr + kertas saring I
3. = 0,8705 g
Mendiamkan
= 7,7623 g
Menyaring
- Terbentuk kristal warna biru
- Kertas saring II
4. Garam Mohr + kertas saring II muda

5. = 0,8705 g
= 5,8293 g

V. ANALISIS DATA
Dalam percobaan ini, pembuatan larutan A diawali dengan nelarutkan besi
serbuk dengan 50 mL H2SO4 10% diperoleh larutan berwarna abu-abu dan dinding
gelas kimia terasa hangat. Hal ini menunjukkan reaksi ini adalah reaksi eksoterm
yaitu reaksi yang disertai dengan pelepasan kalor. Besi yang digunakan dalam
percobaan ini adalah besi serbuk. Maksud penggunaan besi serbuk ini adalah
mempercepat reaksi. Karena laju reaksi berbanding lurus dengan luas permukaan
zat. Selanjutnya adalah mengaduk larutan sehingga besi mulai melarut (larutan
berubah warna kecoklatan, bagian atas abu-abu). Ini dilakukan untuk
mempercepat reaksi dan membuat besi melarut.
Kemudian memanaskan larutan sehingga reaksi pembentukan FeSO4 berada
dalam bentuk ion-ion Fe2+ dan SO42-, belum terbentuk kristal FeSO4. Saat
memanaskan terdapat buih putih pada larutan, buih (gelembung-gelembung) yang
timbul ini berasal dari gas hidrogen. Adapun reaksi yang terjadi adalah reaksi
penggaraman logam. Reaksinya yaitu :
Fe ( s) + H2SO4 ( aq) FeSO4 ( aq) + H2 (g)
Adapun tujuan pemanasan yang dilakukan adalah sebagai katalis yaitu
untuk mempercepat terjadinya reaksi sehingga hampir semua besi dapat melarut.
Dengan adanya pemanasan maka kelarutan garam FeSO4 akan meningkat
kemudian larutan disaring saat masih panas untuk menghindari terbentuknya
kristal FeSO4 pada suhu rendah. Saat setelah disaring diperoleh filtrat berupa
larutan kehijauan dan terdapat endapan putih dan residu berupa kristal abu-abu
yang tampak berkilau.
Langkah selanjutnya adalah menetesi filtrat dengan 3 tetes H2SO4 pekat dan
ternyata larutannya tetap kehijauan dan ada endapannya. Penambahan H 2SO4
pekat bertujuan untuk memperkecil kelarutan garam mohr, karena garam mohr
memiliki kelarutan yang kecil pada suasana asam. Apabila penambahan asam
sebelum dipekatkan maka tidak akan menyebabkan kepekatan berkurang. Setelah
penambahan H2SO4 larutan dipanaskan dan larutannya menjadi hijau keruh. Hal
ini karena dalam larutan ini, garam-garamnya mengandung kation Fe 2+ sehingga
berwarna hijau dan dalam pembuatan larutan A, pembentukan FeSO 4 dan logam
Fe merupakan reaksi elektron berdasarkan prinsip termokimia. Pemanasan
dilakukan juga untuk menghilangkan gas H2.

LARUTAN B
Dalam pembuatan larutan ini adalah pembuatan ammonia sulfat, yaitu
menetralkan 50 mL H2SO4 10% dengan penambahan amonia hingga netral yaitu
pH sekitar 7 dan diperoleh larutan bening dari reaksi ini. Persamaan reaksinya
adalah :
H2SO4 + 2NH3 (NH4)2SO4
Selanjutnya larutan ammonium sulfat dipanaskan/diuapkan sampai jenuh.
Dari percobaan ini tidak tampak terbentuk kristal melainkan hanya larutan yang
tampak berminyak. Adapun tujuan pemanasan/penguapan adalah menguapkan
NH3 yang mungkin tidak bereaksi dengan H2SO4. Dalam pembuatan larutan B ini
menambahkan H2SO4 dengan ammonia dengan maksud untuk menetralkan sampai
pH kira-kira 7 tidak diuji dengan indikator kertas untuk memastikan apakah pH-
nya benar-benar sudah netral, dan didalam percobaan ini pH netral yang dimaksud
hanya berdasarkan perkiraan saja.

LARUTAN C
Larutan C yang dimaksud disini adalah campuran antara larutan A dan
larutan B. Saat mencampurkan larutan A dengan larutan B maka kedua larutan
dicampurkan saat larutan masih dalam keadaan panas. Hal ini bertujuan untuk
menguapkan sisa-sisa zat yang tidak bereaksi seta agar tidak terjadi pengkristalan
pada suhu yang rendah. Hal ini karena suatu larutan panas akan mencapai keadaan
jenih saat larutan ini dingin dan zat terlarutnya akan menguap. Secara teoritis
reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut :

pendinginan
Fe2SO4 + (NH4)2SO4 (NH4)2Fe(SO4)2. 6H2O.
+6H2O

Penguapan yang dilakukan disertai dengan pengadukan yang tujuannya


adalah untuk membantu agar kedua larutan dapat bercampur sempurna. Hasil dari
penguapan ini adalah berupa larutan bening seperti bias biru kehijauan.
Selanjutnya baru larutan didiamkan sampai terbentuk kristal yaitu garam Mohr
yang berwarna biru kehijauan (biru muda).
Setelah beberapa hari dibiarkan maka terbentuk kristal warna biru kehijauan
dan larutannya berwarna bening bias hijau. Baru kemudian larutan campuran ini
disaring sehingga diperoleh kristal garam Mohr yang dimaksud. Garam Mohr
yang terbentuk ini beratnya setelah ditimbang adalah seberat 6,8918 gram.
Kemudia filtrat dipanaskan kembali untuk memastikan apakah semua garam Mohr
sudah terbentuk. Seperti halnya perlakuan sebelumnya maka larutan didiamkan
hingga terbentuk kristal garam Mohr. Setelah mendiamkan ini ternyata kristal
garam Mohr terbentuk kembali. Garam Mohr ini kemudiandisaring dan diperoleh
berat garam Mohr yang kedua ini yaitu 4,9588 gram. Jumlah ini lebih kecil
daripada berat garam Mohr yang pertama, hal ini karena garam Mohr kedua ini
merupakan sisa garam Mohr yang terbentuk dari garam Mohr yang pertama yaitu
setelah filtrat hasil penyaringan pertama dipanaskan dan didiamkan kembali.
Dari percobaan ini, maka total garam Mohr yang diperoleh sebesar 11,8506
gram. Untuk membandingkan jumlah ini (menghitung % rendemen) maka
dilakukan perhitungan berat garam mohr secara teorotis yaitu diperoleh sebesar
24,696 g. Maka dengan perhitungan % rendemen diperoleh % rendemen garam
Mohr yaitu sebesar 47,9859 %. Jumlah ini memang tidak mencapai 100% karena
pada dasarnya sangat sulit untuk mendapatkan garam Mohr sebanyak 100 %,
selain itu hal ini mungkin karena proses pendiaman yang kurang lama akibatnya
masih ada sejumlah garam Mohr yang belum terbentuk.
Garam Mohr yang diperoleh dalam percobaan ini bentuknya adalah
monoklin berwarna biru kehijauan. Dalam senyawa kompleks Fe 2+ berperan
sebagai atom pusat dengan H2O sebagai ligannya. Jadi reaksi yang berlangsung
dalam pembentukan garam Mohr ini adalah :
FeSO4 + (NH4)2SO4 + 6H2O (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dapat ditarik kesimpulan yaitu :
1. Garam Mohr merupakan senyawa kompleks besi dengan ligan amonium dan
sulfat dengan rumus molekul (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O
2. Garam Mohr dibuat melalui cara kristalisasi, yaitu melalui penguapan dan
didapatkan kristal berwarna biru kehijauan.
3. Garam Mohr (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O dibuat dengan mereaksikan FeSO4 pekat
dengan larutan (NH4)2SO4 pekat dalam keadaan yang panas dan jenuh.
4. Reaksi pembentukan garam Mohr :
FeSO4 + (NH4)2SO4 + 6H2O (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O
5. Dalam percobaan ini diperoleh garam Mohr seberat 11,8506 gram, sementara
dari hasil perhitungan diperoleh berat garam Mohr teoritis yaitu 24,696 gram
dan % rendemen garam Mohr yang diperoleh adalah 47,9859 %
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Hiskia. 2001. Kimia Unsur dan Radiokimia. Bandung : Citra Aditya
Bakti

Anonim. 2009. Sintesis dan Pembuatan Garam Mohr (online).


http://dynnosblog.blogspot.com/2009/07sintesis-dan-pemanfaatan-garam-
mohr-bab.html. Diakses pada tanggal 25 Mei 2010

Novi. 2010. Garam Mohr (online).


http://novienobie.blogspot.com/2010.05.01.archieve.html. Diakses pada
tanggal 25 Mei 2010

Saadi, parham dan Mahdian. 2008. Panduan Praktikum Kimia Anorganik.


Banjarmasin : FKIP UNLAM

Yuniarti, Yeni. 2009. Garam Mohr (online).


http://yeniyuniarti.blogspot.com/2009/10/garam-mohr.html. Diakses pada
tanggal 25 Mei 2010
LAMPIRAN
PERHITUNGAN

Diketahui : Massa Fe = 3,53 gram


Ar Fe = 56 gram/mol
Maka :
FeSO4 + (NH4)2SO4 + 6H2O (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O
Mol FeSO4 :
Fe + H2SO4 FeSO4 + H2
Mol Fe mol FeSO4
3,53 g
Sehingga : mol Fe =
56 g /mol
= 0,063 g/mol
Mol FeSO4 = 0,063 mol
FeSO4 + (NH4)2SO4 + 6H2O (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O
Mol FeSO4 mol (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O
Mol garam Mohr = 0,063 mol
Mr garam Mohr = 392 g/mol
Berat garam Mohr = 0,063 mol x 392 g/mol = 24,696 gram
Jadi berat garam Mohr teoritis adalah 24,696 gram

Maka dapat ditentukan % hasil garam Mohr (% rendemen)


Garam Mohr 1 (m1)
m1 = (berat garam Mohr + kertas saring 1) berat kertas saring 1
= (7,7623 0,8705)g
= 6,8918 g
Garam Mohr 1 (m2)
m2 = (berat garam Mohr + kertas saring 2) berat kertas saring 2
= (5,8293 0,8705)g
= 4,9588 g
Garam Mohr total
Garam Mohr total = (6,8918 + 4,9588)g = 11,8506 g
% Rendemen
massa garam Mohr percobaan
% rendemen = 100
Massa garam Mohr teoritis
11,8506 gram
= 24,696 gram x 100 %
= 47,9859 %

FLOWCHART
a. \

3,53 g Fe + 50 mL H2SO4 10 %
- Melarutkan
- Mengaduk
- Memanaskan sampai hampir semua besi melarut
Larutan
- Menyaring

Residu Filtrat
- Menambahkan 3 tetes H2SO4
pekat
- Memanaskan
- Mengaduk
Larutan yang dipermukaanya
terbentuk Kristal (Larutan A)
b. Larutan B

12 mL amonia + 50 mL H2SO4 10 %
- Menetralkan sampai pH =7
Larutan (NH4)2SO4
- Memanaskan sampai jenuh

Larutan (NH4)2SO4 jenuh (larutan B)

Larutan C

Larutan A Larutan B

- Mencampurkan
- Mengaduk terus menerus sambil
memanaskan
Larutan A + larutan B
- Mendiamkan
Larutan + Kristal
- Menyaring

Filtrat Kristal garam Mohr basah


- Mengeringkan
Kristal garam Mohr
(NH4)2Fe(SO4)2.6H2O

Anda mungkin juga menyukai