Anda di halaman 1dari 15

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tembaga banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari salah satunya

sebagai bahan dasar kabel listrik karena daya hantar listriknya yang sangat tinggi.

Tembaga atau Cupper berlambang unsur Cu berasal dari bahasa Yunani kypros

atau siprus berarti merah. Tembaga (II) sulfat mempunyai banyak kegunaan di

bidang industri di antaranya untuk membuat campuran Bordeaux (sejenis

fungisida) dan senyawa tembaga lainnya. Senyawa ini juga digunakan dalam

penyepuhan dan pewarnaan tekstil serta sebagai bahan pengawet kayu.

Tembaga adalah salah satu dari dua logam dibumi selain emas yang

berwarna merah atau kekuningan, mempunyai nomor atom 29 dengan kepadatan

8,92 g/cm3. Bentuk anhidratnya digunakan untuk mendeteksi air dalam jumlah

kelumit, tembaga sulfat juga dikenal sebagai vitriol biru. Tembaga (II) sulfat

merupakan padatan kristal biru, CuSO4.5H2O triklin.

Pembuatan terusi yaitu pentahidratnya kehilangan empat molekul air pada

110 °C dan yang ke lima pada 150 °C membentuk senyawa anhidrat berwarna

putih. Pentahidrat ini dibuat dengan mereaksikan tembaga (II) oksida atau

tembaga (II) karbonat dengan asam sulfat encer, larutannya dipanaskan hingga

jenuh dan pentahidrat yang biru mengkristal jika didinginkan. Senyawa ini dibuat

dengan memompa udara melalui campuran tembaga panas dengan H2SO4 encer.

Dalam bentuk pentahidrat, setiap ion tembaga (II) dikelilingi oleh empat molekul

air pada setiap sudut segi empat, kedudukan kelima dan keenam dari oktahedral

ditempati oleh atom oksigen dari anion sulfat, sedangkan molekul air kelima
terikat oleh ikatan hidrogen. Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukanlah

percobaan tentang cara pembuatan terusi.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam percobaan pembuatan terusi adalah bagaimana

teknik dan proses pembuatan terusi?

1.3 Tujuan Percobaan

Tujuan yang ingin dicapai pada percobaan pembuatan terusi adalah untuk

mengetahui teknik dan proses pembuatan terusi.

1.4 Manfaat Percobaan

Manfaat yang dapat diperoleh dari percobaan pembuatan terusi adalah

dapat mengetahui teknik dan proses pembuatan terusi.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Senyawa Kompleks

Senyawa kompleks sangat penting dalam kimia bioanorganik. Selama

dekade terakhir terbentuk kesadaran tentang pentingnya berbagai logam dan non

elemen logam dalam sistem biologis. Beberapa 25 elemen yang saat ini ada

penting bagi kehidupan, sepuluh dapat diklasifikasikan sebagai jejak ion logam;

Fe, Cu, Zn, Mn, Co, Cr, Sn, V dan Ni dan empat sebagai ion logam curah; Na, K,

Mg dan Ca. Selain itu ada beberapa bukti sementara bahwa Cd dan Pb mungkin

diperlukan pada level yang sangat rendah (Ullah dkk., 2013).

2.2 Tembaga

Tembaga sulfat digunakan sebagai algaecide dan fungisida dalam

budidaya dan pertanian. Sebagai contoh, tembaga sulfat merupakan pengobatan

yang efektif bagi lumut di tambak udang. Dalam industri akuakultur, tembaga

sulfat digunakan sebagai bahan kimia terapi untuk berbagai infeksi ektroparasit

dan bakteri. Hal ini mengurangi kejadian parasit ikan seperti protozoa, trematoda,

jamur eksternal dan bakteri. Para ilmuwan telah membuktikan tembaga sulfat

pentahidrat beracun daripada pengawet untuk banyak ikan hias dan komersial

bernilai tinggi (Kirici dkk., 2017).

2.3 Terusi

Kristal CuSO4.5H2O merupakan salah satu bahan yang banyak dibutuhkan

di industri. Pemanfaatan kristal CuSO4.5H2O sangat luas, diantaranya yaitu


sebagai fungisida yang merupakan p estisida yang secara spesifik membunuh atau

menghambat cendawan akibat penyakit, reagen analisa kimia, sintesis senyawa

organik, pelapisan anti fokling pada kapal, sebagai kabel tembaga, electromagnet,

papan sirkuit, solder bebas timbal, dan magneton dalam oven microwave. kristal

CuSO4.5H2O juga bisa dibuat dari tembaga bekas ataupun tembaga dalam bentuk

sponge yang diperoleh dari larutan CuCl2. Pada skala industri dibuat dengan

memompa udara melalui campuran tenaga panas dengan H2SO4 encer (Rodiah

dkk., 2018).

2.4 Kristalisasi

Kristalisasi adalah teknik pemisahan zat padat-cair kimia. Dalam hal ini,

terjadi perpindahan massa zat terlarut dari larutan cair ke fase kristal padat murni.

Untuk kristalisasi, jenuh dan suhu adalah dua faktor penting. Kristalisasi

menemukan aplikasi utama dalam industri makanan dan farmasi. Produksi wafer

silikon kristal, garam bubuk untuk makanan, produksi sukrosa dari bit gula adalah

beberapa aplikasi industri. Banyak peneliti telah melakukan penelitian tentang

ukuran kristal, pertumbuhan dan struktur, faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan kristal dan aspek penting lainnya dari kristalisasi (Kulkarni, 2015).

2.5 Rendamen

Rendamen adalah perbandingan jumlah (kuantitas) minyak yang

dihasilkan dari ekstraksi tanaman aromatik. Rendemen menggunakan satuan

persen (%). Semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan menandakan nilai

minyak yang dihasilkan semakin banyak. Nilai rendemen kimia yang ideal
(rendemen teoretis) adalah 100 %, sebuah nilai yang sangat tidak mungkin dicapai

pada prakteknya (Lerebulan dkk., 2018).

2.6 Bahan

2.6.1 Akuades (H2O)

Akuades merupakan air hasil penyulingan yang bebas dari zat-zat pengotor

sehingga bersifat murni dalam laboratorium. Akuades berwarna bening, tidak

berbau, dan tidak memiliki rasa. Akuades biasa digunakan untuk membersihkan

alat-alat laboratorium dari zat pengotor. Akuades juga merupakan pelarut yang

jauh lebih baik dibandingkan hampir semua cairan yang umum dijumpai.

Senyawa yang segera melarut di dalam akuades mencakup berbagai senyawa

organik netral yang mempunyai gugus fungsional polar seperti gula, alkohol,

aldehida, dan keton (Adani dkk., 2017).

2.6.2 Asam Nitrat (HNO3)

Asam nitrat adalah agen pelarutan yang umum digunakan dalam industri

nuklir, kimia dan metalurgi. Ini juga merupakan asam yang biasa digunakan untuk

berbagai proses organik, industri pupuk dan produksi litium dari air asin. Sebagai

hasil akhirnya, dihasilkan sejumlah besar cairan asam berair, yang mengandung

ion nitrat. Pembuangan cairan asam berair seperti itu adalah masalah serius dan

global. Kontaminasi nitrat dalam air minum menyebabkan methemoglobinemia,

penyakit di mana ion nitrat bereaksi dengan dalam air minum menyebabkan

methemoglobinemia (Jaiswal dkk., 2015).


2.6.3 Asam Sulfat (H2SO4)

Asam sulfat adalah larutan asam kuat yang banyak digunakan dalam

penelitian di Laboratorium. Asam sulfat lebih banyak digunakan karena lebih

mudah dan tidak dapat menguap agen dehidrasi. Dari semua bahan kimia yang

tersedia, asam sulfat telah sering digunakan sebagai pembersih dan agen de-

ashing. Jadi, digunakannya asam sulfat untuk tujuan kombinasi dapat

menguntungkan dalam hal ini komposisi biaya dan karbon aktif (Ayyalusamy

dan Susmita, 2018).


III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Percobaan Pembuatan Terusi dilakukan pada hari Rabu, 9 Oktober 2019

pukul 13.00-15.30 WITA dan bertempat di Laboratorium Organik, Jurusan Kimia,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo,

Kendari.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan pembuatan terusi adalah gelas

kimia, gelas ukur, corong, batang pengaduk, pipet tetes dan hot plate.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan pembuatan terusi adalah serbuk

tembaga (Cu) 3 gram, asam sulfat (H2SO4) pekat, asam nitrat (HNO3) pekat,

akuades (H2O), kertas saring dan alluminium foil.


3.3 Prosedur Kerja

Serbuk tembaga gram Asam Sulfat (H2SO4)

- ditimbang 3 gram
- dipipet 7 mL dimasukkan
- dimasukkan ke dalam gelas ke dalam gelas kimia 50
mL
kimia 50 mL
- ditambahkan akuades 40
- dicampurkan dengan 20 mL
mL
HNO3 pekat
- dihomogenkan
- diaduk hingga tembaga larut

- dipanaskan (sampai uapnya


tidak berwarna coklat)
- dicampurkan

- dipanaskan hingga volumennya


menjadi setengah

- disaring ketika masih panas

Filtrat Residu

- didinginkan sampai
terbentuk kristal

- ditimbang

- ditimbang % rendamen

% rendamen = 50,12 %
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Data Pengamatan

No. Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar

3 g serbuk tembaga
+ 20 mL HNO3
Larutan berwarna biru
1. (dipanaskan)
dan terdapat asap coklat
Larutan A

40 mL H2O + 7 mL
H2SO4
Larutan berwarna
2. (dihomogenkan)
bening
Larutan B

Larutan A + larutan
B (dipanaskan
Larutan berwarna biru
sampai volume
3. dan terbentuk Kristal
setengah) dan
sebanyak 6,25 gram
didiamkan selama 24
jam

4.2 Reaksi – reaksi yang Terjadi

Cu(s) + 2NO3 CuO(aq) + 2NO2(g) ↑ + H+

CuO(aq) + H2SO4 CuSO4(aq) + H2O(aq)


CuSO4(aq) + 5H2O CuSO4.5H2O (terusi)(s)

4.3 Analisis Data

4.3.1 Berat Teori

Massa Cu = 3g

Mr Cu = 63,5 g/mol
massa Cu
Mol Cu =
Mr Cu
3g
= 63,5 g/mol

= 0,05 mol

Volume H2SO4 = 7 mL

[H2SO4] = 18 M

Mol H2SO4 = V H2SO4 x M H2SO4

= 7 x 10-3 L x 18 mol/L

= 126 x 10-3 mol

= 0,126 mol

Reaksi 1 Cu + HNO3 + H2SO4 CuSO4 + NO2 + H3O

Mula-mula : 0,05 mol 0,126 mol

Reaksi : 0,05 mol 0,05 mol 0,05 mol

Setimbang : - 0,076 mol 0,05 mol

Reaksi 2

CuSO4 + HNO3 CuS04.5H2O


Berat CuSO4 secara teori = Mol × Mr

= 0,05 mol × 249,5 g/mol

= 12,47 g

4.3.2 Berat Praktek

Berat Praktek = 6,25 g

4.3.3 Rendamen

Berat Praktek
% Rendamen = Berat Teori × 100%

6,25 g
= × 100%
12,47 g
= 50,12 %

4.2 Pembahasan

Beberapa senyawa kimia dapat mengikat molekul-molekul air pada suhu

kamar membentuk hidrat. Umumnya Senyawa hidrat ini akan melepaskan

molekul airnya jika dipanaskan yang menyebabkan molekul hidratnya akan

berwarna putih dan berubah bentuk dari triklin menjadi monoklin yang disebut

sebagai senyawa anhidrat, meskipun penggabungan molekul air tersebut

berlangsung secara kimia. Namun, pada proses pendinginan akan menyebabkan

molekul anhidrat tadi menyerap uap air di udara dan mengikat molekul air sebagai

hidrat akan terjadi kembali, sehingga warna senyawa akan berubah menjadi biru

kembali dengan bentuk triklin. Salah satu contoh senyawa hidrat adalah

CuSO4.5H2O yang dikenal dengan nama terusi atau blue vitriol. Terusi ini dapat
dibuat dari garam tembaga (II) sulfat, dimana senyawa ini dapat membentuk tiga

macam senyawa hidrat dan salah satunya yakni CuSO4.5H2O.

Proses pembuatan terusi diawali dengan mereaksikan serbuk tembaga

dengan larutan asam sulfat tembaga dengan larutan HNO3 pekat. Penambahan

larutan HNO3 berfungsi untuk melarutkan serbuk tembaga, karena larutan asam

sulfat tidak dapat melarutkan serbuk tembaga. Asam ini adalah salah satu contoh

dari asam pengoksidasi, selain ion H+, larutan asam ini juga mengandung ion

nitrat, suatu oksidator yang lebih kuat dari pada ion H+. Reaksi yang kuat antara

tembaga dan HNO3 pekat diperlihatkan dengan menghasilkan gas merah coklat

yang keluar adalah nitrogen dioksida (NO2), yang terbentuk pada reaksi.

Pembuatan terusi ini dilakukan dalam lemari asam karena larutan yang

digunakan merupakan larutan yang berbahaya dengan konsentrasi tinggi. Setelah

melalui proses pemanasan, larutan disaring ketika masih panas menggunakan

kertas saring. Fungsi penyaringan ini adalah untuk memisahkan antara filtrat dan

residu. Setelah itu campuran didiamkan beberapa hari sampai terbentuk kristal

CuSO4 pentahidrat yang berwarna biru vitriol. Setelah itu kridtal yang terbentuk

ditimbang sehingga menghasilkan berat kristal secara praktek adalah sebesar 6,25

gram. Kristal yang terbentuk dipisahkan dengan penyaringan yang kemudian

dikeringkan di udara terbuka setelah itu dicuci dengan sedikit akuades untuk

menghilangkan zat pengotornya, setelah pencucian dilakukan rekristalisasi dengan

melarutkan kristal dengan akuades hingga kristal terbentuk kembali sehingga

diperoleh senyawa CuSO4 pentahidrat (terusi) yang benar-benar murni.

Berdasarkan hasil perhitungan dari analisis data, maka % rendamen yang


diperoleh adalah sebesar 50,12 %. Nilai rendamen ini menandakan bahwa terusi

yang diperoleh cukup tergolong baik serta tidak terdapat zat pengotor yang

terkandung di dalamnya. Hal ini disebabkan nilai rendamen yang didapat tidak

melebihi dari 100 % dan tidak kurang dari 50 %.


V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa proses pembuatan terusi dilakukan dengan mereaksikan serbuk tembaga

dengan larutan asam dan HNO3 pekat dengan melakukan pengadukan, proses

pemanasan, penyaringan dan setelah itu didiamkan beberapa hari dan

rekristalisasi, serta % rendamen yang diperoleh adalah sebesar 50,12 %.


DAFTAR PUSTAKA

Adani, S. I. dan Yunita A. P., 2017, Pengaruh Suhu dan Waktu Operasi pada
Proses Destilasi untuk Pengolahan Akuades di Fakultas Teknik
Universitas Mulawarman, Jurnal Chemugry, 1(1).

Ayyalusamy, S. dan Susmita M., 2018, Optimization of Preparation Conditions


for Activated Carbons from Polyethylene Terephthalate Using
Response Surface Methodology, Brazilian Journal of Chemical
Engineering, 35(03).

Jaiswal, S. K., Mandal D. dan Viesweswara R. V. R. L., 2015, Recovery and


Reuse of Nitric Acid Effluents Containing Free Nitric Acid in Absence
and Presence of Metal Nitrates, Chemical Engineering Journal, 1(1).

Kirici, M.,Turk C. dan Caglayan C., 2017, Toxic Effects of Copper Sulphate
Pentahydrate on Antioxidant Enzyme Activities and Lipid Peroxidation
of Freshwater Fish Capoeta Umbla (Heckel, 1843) Tissues, Journal
Applied Ecology and Enviromental Research, 15(3).

Kulkarni, S. J., 2015, a Review on Studies Research on Crystalization,


International Journal of Research and Review, 2(10).

Leleburan, C., Fety F. dan Julius P., 2018, Rendemen dan Total Fenolik Santan
Kelapa pada Berbagai Tingkat Kematangan, Jurnal MIPA UNSRAT
Online, 7(1).

Lely, N., Shohibah Y. dan Lasmaryna S., 2019, Sintesis dan Karakterisasi
Senyawa Kompleks Zn(Ii) Sulfametoksazol dan Schiff Base dari
Sulfametoksazol dan Vanillin serta Uji Aktivitas Antibakteri
Salmonella Thipy, Jurnal Penelitian Sains, 21(2).

Rodiah, S., Annisa W.B., Desti E., Riska A., Ade O., Fitria W., Nurul K.,
Mariyamah dan Rima D., 2018, Pembuatan Kristal Tembaga(II) sulfat
Pentahidrat dengan Variasi Ukuran Tembaga Bekas, Jurnal Prosiding
Seminar Nasioal Sains dan Teknologi, 1(1).

Anda mungkin juga menyukai