KIMIA ANORGANIK II
LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2020
PERCOBAAN II
PEMBUATAN KRISTAL TEMBAGA(II) SULFAT
1. 1. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa dapat mengkaji konsep dasar dan perubahan-perubahan yang terjadi
pada suatu reaksi anorganik melalui pengamatan di laboratorium.
1. 2. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa mengetahui teknik pembentukan
kristal tembaga(II) sulfat dan mampu membuatnya, serta mampu menghitung %
rendeman kristal tembaga(II) sulfat.
1.4.2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan:
Cu
H2SO4 pekat
HNO3 pekat
Aquades
Kertas saring
3
1. 6. DIAGRAM ALIR
Tembaga
panjang
- Dimasukkan sebanyak 1,25 gram kedalam gelas kimia
- Ditambahkan 5 ml H2SO4
- Diberi label A pada gelas kimia
Tembaga + H2SO4
- Ditambahkan aquades sebanyak 20 mL
- Diaduk campuran tersebut
- Diamati perubahan yang terjadi hingga terdapat gas berwarna
coklat
Kristal CuSO4
4
1. 7. TUGAS PENDAHULUAN
1. Jelaskan sifat dari tembaga(II) sulfat!
Berbentuk kristal padat, berwarna biru. Mempunyai titik diidh 150ºC dan titik
beku 110ºC, densitas 2.2840 g/cm3 dan berat molekul sebesar 249.68 g.
Larutan tembaga (II) sulfat berwarna biru, hal ini disebabkan oleh hidrasi air.
Ketika tembaga (II) sulfat dipanaskan dengan api, maka kristalnya akan
terdehidrasi dan berubah warna menjadi hijau abu-abu.
5
1. 8. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.8.1. HASIL PENGAMATAN
No Tembaga Perlakuan Hasil Gambar
Pengamatan
1 Panjang 1,25 gram Tembaga
Tembaga + ditambahkan
5 mL H2SO4 dan
H2SO4 + 5 HNO3 sehingga
mL HNO3 + terdapat gas
20 mL warna coklat.
Aquadest Ketika
ditambah
aquadest
larutan menjadi
biru muda dan
terjadi reaksi
eksoterm,
setelah larutan
didiamkan
selama 7 hari
pada suhu
ruangan,
terbentuk
kristal seberat
1,599 gram
2 Pendek 1,25 gram Tembaga
Tembaga + ditambahkan
5 mL H2SO4 dan
H2SO4 + 5 HNO3 sehingga
mL HNO3 + terbentuk gas
20 mL warna coklat,
Aquadest larutan
berwarna putih
mendidih,
setelah
ditambahkan
aquadest
larutan menjadi
biru muda,
terjadi reaksi
eksoterm,
terbentuk
kristal setelah
didiamkan
selama 7 hari
seberat 2,0788
gram
6
Menghitung Rendemen:
1.8.2. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini didapat bahwa, tembaga (II) sulfat merupakan
padatan kristal biru dengan struktur kristal triklin. Pentahidratnya kehilangan lima
molekul air pada suhu yang berbeda. Kristal ini dapat dibuat dengan mereaksikan
temabga dengan asam sulfat dan asam nitrat sehingga terbentuk kristal.
Pada praktikum ini digunakan dua buah tembaga, yaitu tembaga panjang dan
tembaga pendek. Walaupun memiliki panjang yang berbeda namun cara kerja untuk
membentuk kristal dari kedua tembaga itu tetap sama, tetapi warna larutan yang
dihasilkan berbeda dimana pada tembaga panjang larutan berwarna biru sedangkan
pada tembaga pendek larutan berwarna putih. Pertama dimasukkan tembaga
sebanyak 1,25 gram ke dalam gelas kimia, lalu ditambhakan H2SO4 sebanyak 5 mL
dan beri label A gelas kimia tersebut. Kemudian ditambahkan aquadest sebanyak 25 ml
dan aduk campuran tersebut secara perlahan, lalu ditambahkan HNO3 pekat sebanyak 5 mL
dan aduk secara perlahan dan dipanaskan sampai tidak ada lagi gas coklat, setelah itu
diamkan larutan selama 7 hari sampai terbentuk krista CuSO4. Hasil berat kristal tembaga
(II) sulfat dari tembaga yang berukuran pendek adalah sebesar 2,0788 gram, sedangkan berat
kristal tembaga (II) sulfat dari tembaga yang berukuran panjang adalah sebesar 1,599 gram.
Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa berat yang dihasilkan dari tembaga berukuran pendek
lebih banyak dibandingkan dengan berat yang dihasilkan dari tembaga yang berukuran
panjang, hal ini disebabkan tembaga yang berukuran panjang mempunyai luas permukaan
yang lebih kecil, sehingga tembaga yang berukuran panjang akan lebih sulit untuk larut dan
akan mempengaruhi proses terbentuknya kristal tembaga (II) sulfat.
Perubahan warna terjadi disebabkan oleh logam tembaga, tembaga merupakan
logam golongan transisi yang mempunyai orbital d yang kosong, akibatnya logam tembaga
dapat mengalami eksitasi. Pada saat elektron ditingkat energi paling tinggi terjadi
ketidakstabilan yang mengakibatkan elektron akan turun ke tingkat energi rendah sehingga
foton dilepaskan dan terjadi pelepasan warna. Warna yang dilepaskan sesuai dengan warna
setiap unsur atau senyawa, dimana tembaga (II) sukfat mempunyai warna biru.
7
Fungsi dari penambahan H2SO4 pada praktikum ini adalah agar kristal CuSO4
dapat terbentuk, ketika H2SO4 dan aquadest dicampurkan akan terjadi reaksi eksoterm
yang menyebabkan suhunya semakin panas. Jumlah volume H2SO4 yang ditambahkan
berpengaruh pada cepat atau tidaknya proses Cu tersebut larut. Sedangkan fungsi dari
penambahan HNO3 pekat adalah untuk mempercepat larutnya logam tembaga yang ada
dalam larutan.
Gas coklat yang mempunyai bau menyengat merupakan gas nirit yang
dihasilakn dari proses penambhan HNO3. Pada saat penambahan HNO3 ini
terbentuk gas NO yang tidak berwarna karena gas tersebut sangat reaktif, ketika
gas NO teroksidasi oleh oksigen di udara menjadi gas NO2 yang berwarna
coklat dan berbau menyengat. Adapun reaksi yang terjadi adalah:
Cu(s) + 3H2O(l) + H2SO4(aq) + 2HNO3(aq) CuSO4.5H2O(s) + 2NO2(g)
1. 9. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum kali ini adalah kristal
tembaga (II) sulfat dapat dibentuk dengan cara memasukkan potongan tembaga
kedalam gelas kimia, lalu ditambahkan H2SO4. Kemudian ditambahkan larutan
HNO3 pekat, dan akan muncul gas berwarna coklat yang dihasilkan dari NO2,
lalu ditambahkan aquadest dan larutan akan berubah menjadi warna biru dari
reaksi H2SO4 dan aquadest tersebut. Kemudian diamkan selama 7 hari hingga
terbentuk kristal tembaga (II) sulfat. Cara menghitung % rendemen kristal
tembaga (II) sulfat yaitu massa kristal dibagi dengan massa tembaga lalu dikali
dengan 100%, didapat bahwa tembaga panjang mempunyai rendemen sebesar
1,2792% dan tembaga pendek mempunyai rendemen sebesar 1,66304%.
Fitrony., Rizqy, F., Lailatul, Q., dan Mahfud. 2013. Pembuatan Kristal Tembaga
Sulfat Pentahidrat (CuSO4.5H2O) dari Tembaga Bekas Kumparan. JURNAL
TEKNIK POMITS 2(1):121-122.
Keenan, Kleinfelter dan Wood. 1992. Kimia Untuk Universitas Jilid 2 Edisi ke
Enam. Jakarta: Erlangga
Svehla, G. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Jakarta:
Kalman Media Pustaka.