KIMIA UNSUR
TEMBAGA
DISUSUN OLEH :
1
masa depan di Duck Pond dan Voisey's Bay kira-kira berpotensi
menghasilkan hingga 1,4 juta ton tambahan. Patut dicatat bahwa deposit
Teluk Voisey saja memiliki kapasitas untuk hampir menggandakan
produksi tembaga historis provinsi tersebut. Tembaga pertama kali
ditemukan di Newfoundland ca. 1776, tetapi tidak menjadi terkenal
komersial sampai penemuan deposit tembaga Notre Dame Bay pada
akhir 1850-an. Tradisi menceritakan bahwa penemuan ini muncul ketika
seorang pencari emas mengidentifikasi pemberat kapal penangkap ikan
lokal sebagai bijih tembaga. Ini mengantarkan ledakan tembaga
Newfoundland tahun 1875 hingga 1914, selama periode itu
Newfoundland menduduki peringkat untuk sementara, sebagai
produsen tembaga terbesar keenam di dunia (Pollock, 2000).
Tembaga (Cu) dengan nomor atom 29 memiliki konfigurasi elektron
3d104s1. Terutama ditemukan pada Amerika di Superior, Gunung Ural
di Siberia, As-sam dan (Singhbhum), serta Negara Bagian Jharkhand
India. Ada tiga bilangan oksidasi penting dari tembaga (Cu) yaitu nol
(0) (Logam murni), senyawa yang ditambahkan ous-suffix +1, dan
senyawa yang ditambahkan ic-suffix +2. Beberapa bijih yang penting
dari tembaga adalah Malachite [CuCO3.Cu(OH)2], Azurite 2[CuCO-
3.Cu(OH)2], Chalcocite atau Tembaga (I) Sulfida [Cu2S], Copper Pyrites
[Cu FeS2] [Cu2S.Fe2S2]. Kekurangan Tembaga mengakibatkan
ketidakmampuan untuk menggunakan Besi (Fe) yang disimpan di Hati
dan akan mengakibatkan anemia. Besi murni (Fe) tidak efektif dalam
pemanfaatan glukosa. Tembaga (Cu) membantu dalam konversi
makanan Fe (besi) menjadi Hemoglobin. Kekurangan tembaga
menyebabkan stres oksidatif yang merupakan gangguan keseimbangan
antara pertahanan oksidan dan antioksidan. Ketidakseimbangan ini
diciptakan baik oleh kelebihan pembentukan oksidan atau radikal bebas
atau oleh defisiensi pertahanan antioksidan, ini menyebabkan inaktivasi
NO, modifikasi oksidatif DNA dan protein, oksidasi lipid dan aktivasi
gen sensitif redoks (Alsharif, 2018).
2
Metabolisme manusia membutuhkan sejumlah kecil kandungan
tembaga (Cu). Tembaga (Cu) adalah komponen enzim yang dibutuhkan
untuk produksi energi, antioksidan dan sintesis adrenalin, dan
pembentukan jaringan ikat. Tembaga (Cu) yang berlebihan dalam tubuh
dapat menyebabkan keracunan, mual, muntah, dan kerusakan hati dan
ginjal. Hal yang sama berlaku untuk seng (Zn). Seng (Zn) merupakan
unsur penting dalam metabolisme dalam jumlah kecil, sehingga jika
anak kekurangan seng (Zn) maka pertumbuhan dan perkembangannya
akan terhambat. Seng (Zn) juga membantu penyembuhan luka dan
membentuk struktur protein dan membran sel. Terlalu banyak seng
dapat menyebabkan rasa pahit dan basi pada air minum, dapat
menyebabkan muntah, diare dan menyebabkan gangguan reproduksi
(Khaira, 2014).
3
III. METODOLOGI PERCOBAAN
3. 1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kimia unsur kali
ini adalah tabung reaksi, gelas beker, corong, pipet tetes, penjepit
tabung, gelas ukur dan pembakar.
3. 2. Bahan
Bahan-bahan yang dibutuhkan pada kimia unsur kali ini
adalah tembaga, kalium tatrat, glukosa, tembaga(II) oksida,
tembaga(II) klorida, asam sulfat, asam nitrat, asam klorida pekat,
natrium hidroksida, larutan tembaga(II) sulfat, kalium iodide,
natrium tiosulfat.
3. 3. Prosedur Percobaan
3.3.1. Percobaan Pertama
1. Sekeping tembaga diambil dengan penjepit
2. Tembaga dipanaskan pada nyala pembakar
3. Kemudian diamati yang terjadi
3.3.2. Percobaan Kedua
1. Sebanyak 2 ml asam nitrat encer dimasukan ke
tabung reaksi
2. Sekeping logam tembaga ditambahkan ke tabung
3. Campuran dipanaskan
4. Kemudian diamati gas yang dihasilkan
3.3.3. Percobaan Ketiga
1. Sebanyak 2ml larutan tembaga(II)sulfat
ditambahkan kedalam masing-masing tiga tabung
reaksi
2. Kedalam tabung satu ditambahkan NaOH encer
3. Kedalam tabung dua ditambahkan amonia
4. Kedalam tabung tiga ditambahkan HCl pekat
5. Kemudian diamati yang terjadi pada ketiga tabung
tersebut
4
3.3.4. Percobaan Keempat
1. Sebanyak 8,6 gram natrium sitrat, 1 gram Na2 CO3 ,
dan 40ml aquades dicampurkan dalam gelas piala
(larutan A)
2. Sebanyak 0,8 gram CuSO4 5H2 O dan 5ml aquades
dicampurkan dalam gelas piala (larutan B)
3. Larutan B dimasukkan ke dalam larutan A
4. Aquades ditambahkan sampai volume larutan 50
ml
5. Tiga tabung reaksi, masing-masing ditambahkan 5
ml larutan benedict dan 1 gram glukosa.
6. Ketiga tabung dipanaskan sampai terbentuk
endapan dan diamati
7. Endapan dibiarkan mengendap semua
8. Kemudian didekantasi dan dicuci dengan aquades
dan diamati
9. Endapan pada tabung 1, ditambah HCl encer,
tabung 2 ditambah asam sulfat encer, tabung 3
ditambah asam nitrat encer, diamati
3.3.5. Percobaan Kelima
1. Sebanyak 0,1 gram CuO dimasukan ke dalam 3
tabung reaksi yang berbeda
2. Tabung 1 ditambahkan HCl encer
3. Tabung 2 ditambahkan asam sulfat encer
4. Tabung 3 ditambahkan asam nitrat encer
5. Penambahan asam dilakukan perlahan-lahan
sampai asam berlebih
6. Kemudian campuran dipanaskan dan diamati
3.3.6. Percobaan Keenam
1. Sebanyak 0,5 gram CuO dimasukan dalam tabung
reaksi
2. Sebanyak 5-10 ml Hcl pekat ditambahkan
5
3. Campuran dipanaskan dan diamati warna larutan
4. Sebanyak 1 gram Cu ditambahkan
5. Campuran didihkan selama 5 menit
6. Larutan disaring dan filtratnya dimasukan ke dalam
gelas piala yang berisi 200 ml air
7. Diamati perubahan yang terjadi
3.3.7. Percobaan Ketujuh
1. Sebanyak 3ml larutan CuSO4 dimasukan ke dalam
tabung reaksi
2. Sebanyak 3 ml larutan KI ditambahkan ke
dalamnya
3. Diamati yang terjadi
4. Larutan natrium tiosulfat ditambahkan sampai
larutan menjadi jernih dan diamati warna endapan
yang terbentuk.
3.3.8. Percobaan Kedelapan
1. Secara kualitatif CuCl2 anhidrat dimasukan ke
dalam tabung reasksi
2. Dipanaskan
3. Diamati gas yang dihasilkan dan bentuk residunya.
3. 4. Skema Kerja
(Terlampir).
6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Pengamatan
No Perlakuan Pengamatan
7
4.2. Pembahasan
Tembaga (Cu) adalah logam dengan nomor atom 29, massa
atom 63,546, titik lebur 1083 °C, titik didih 2310 °C, jari-jari atom
1,173 A° dan jari-jari ion Cu2+ 0,96 A°. Tembaga adalah logam transisi
(golongan I B) yang berwarna kemerahan, mudah regang dan mudah
ditempa. Tembaga bersifat racun bagi makhluk hidup (Kundari, 2008).
Tembaga memiliki struktur elektronik [Ar] 3d 10 4s1. Keberadaan
tembaga di kerak bumi tidak melimpah, hanya sekitar 55-69 ppm dan
kelimpahannya menempati urutan ke 25 (Sriatun, 2012).
Tembaga merupakan konduktor panas dan listrik yang baik.
Selain itu unsur ini memiliki korosi yang cepat sekali. Tembaga murni
sifatnya halus dan lunak, dengan permukaan berwarna jingga
kemerahan. Tembaga dicampurkan dengan timah untuk membuat
perunggu. Ion Tembaga (II) dapat berlarut ke dalam air, di mana fungsi
mereka dalam konsentrasi tinggi adalah sebagai agen anti bakteri,
fungsi, dan bahan tambahan kayu. Dalam konsentrasi tinggi maka
tembaga akan bersifat racun, tetapi dalam jumlah sedikit tembaga
merupakan nutrien yang penting bagi kehidupan manusia dan tanaman
tingkat rendah. Di dalam tubuh, tembaga biasanya ditemukan di bagian
hati, otak, usus, jantung, dan ginjal. Meskipun tidak melimpah, unsur
tembaga terdistribusi secara luas berupa nuggets tembaga
(potongan/lempengan logam), sulfida, arsenida, klorida, dan karbonat.
Tembaga digunakan dalam aliasi yaitu kuningan/brass (Cu/Zn dengan
20-50% Zn), perak nikel (55-65% Cu, 10-18% Ini, 17-27% Zn), broze
phosopor (Cu dengan 1,25-10% Sn dan 0,35% P). Tembaga sangat
lambat teroksidasi superfisial dalam uap udara, kadang-kadang
menghasilkan lapisan hijau hidrokso karbonat dan hidrokso sulfat.
Dengan adanya oksigen, tembaga mudah larut dalam HNO3 dan
H2SO4. Ia juga larut dalam larutan KCN atau amonia dengan adanya
oksigen (Sriatun, 2012).
Percobaan pertama dilakukan dengan cara menjepit sekeping
logam tembaga kemudian dipanaskan di atas pemanasan bunsen.
8
Kemudian peristiwa yang terjadi diamati. Hasil menunjukkan
perubahan warna pada tembaga menjadi warna hijau kebiruan dan
terjadi persamaan reaksi :
2Cu + O2 → 2CuO
(Cotton, 1989)
Gambar 4.2.1
Pemanasan Sekeping Logam
9
Gambar 4.2.2
Pembakaran Cu + HNO3 encer
10
Gambar 4.2.3
NaOH encer + CuSO4
Gambar 4.2.4
Amonia + CuSO4
11
Hasil ini sesuai dengan referensi, yang menyatakan bahwa
amonia melarutkan reagen berlebih, menghasilkan warna biru tua
karena pembentukan ion kompleks tetraaminocuprat (II). Jika
larutan mengandung garam amonium (bila dinetralkan dengan
larutan asam kuat dan amonia), tidak akan terjadi pengendapan,
tetapi warna biru akan segera terbentuk. Reaksi ini khas untuk ion
tembaga (II) (Svehla, 1979).
Pada penambahan HCl pekat pada larutan CuSO4
menghasilkan warna putih bening kebiruan dengan persamaan
reaksi yang terjadi adalah :
CuSO4 + HCl → CuCl2 + H2SO4
(Cotton, 1989)
Gambar 4.2.5
HCl pekat + CuSO4
12
langsung memanaskan 5 ml larutan benedict + 1 g glukosa. Hasil
dari pemanasan tersebut adalah larutan memekat dan berubah warna
menjadi oranye pekat serta terbentuk endapan.
Gambar 4.2.6
Hasil Pemanasan Larutan Benedict
Dengan Glukosa
13
Pada penambahan H2SO4 encer terjadi reaksi sebagai berikut :
CuO + H2SO4 → CuSO4 +H2O
(Svhela, 1979)
Pada penambahan HNO3 encer terjadi reaksi sebagai berikut :
CuO + HNO3 → Cu(NO3)2 + H2O
(Svhela, 1979)
Gambar 4.2.7
Hasil penambahan CuO dengan
HCl encer, H2SO4 encer, dan HNO3 encer
Pada tabung reaksi yang berisi CuO dan HCl encer sebelum
pemanasan terjadi perubahan warna menjadi hitam. Pemanasan
kemudian dikakukan dan menghasilkan pemisahan larutan menjadi
2 fasa, dan larutan berubah menjadi hitam bening. Pada tabung
reaksi yang berisikan CuO dan H2SO4 memiliki warna hitam
sebelum dipanaskan. Kemudian dipanaskan, menghasilkan
pengamatan yaitu larutan memisah menjadi dua bagian yaitu atas
berwarna hitam pekat dengan kekeruhan dan bawah berwarna biru
gelap yang bening. Hasil tersebut sesuai dengan referensi, menurut
referensi tembaga (II) sulfat akan terdekomposisi menjadi tembaga
(II) oksida (CuO) dan belerang trioksida (SO3). Warna tembaga(II)
sulfat yang berwarna biru berasal dari hidrasi air. Ketika tembaga
(II) sulfat dipanaskan dengan api, maka kristalnya akan terdehidrasi
dan berubah warna menjadi hijau abu-abu (Cotton, 1989). Pada
tabung yang berisikan CuO dan HNO3 encer sebelum dan sesudah
14
dipanaskan larutan hanya berwarna hitam yang mana tidak terjadi
perubahan setelah dipanaskan.
Gambar 4.2.8
Hasil Akhir (Pemanasan)
Pada Percobaan 5
15
Gambar 4.2.9
Hasil CuO + HCl pekat dipanaskan
16
Gambar 4.2.9
Filtrat Dimasukkan Dalam Air
Gambar 4.2.10
CuSO4 + KI
17
Gambar 4.2.11
CuI + Na2S2O3
18
Gambar 4.2.12
Hasil Pemanasan CuCl2 anhidrat
19
V. KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Tembaga memiliki lambang Cu dan merupakan
unsur dengan nomor atom 29 yang terletak di golongan II B.
Tembaga merupakan konduktor panas dan listrik yang baik,
mudah larut dalam asam nitrat, asam sulfat, dan asam
amonia.Tembaga tidak dapat bereaksi dalam suhu kamar
tetapi mudah bereaksi pada suhu tinggi. Tembaga
mempunyai dua bilangan oksidasi yaitu tembaga (I) dan
tembaga (II) dilihat dari data potensial elektroda dan
umumnya ion tembaga (I) mengalami disproporsionisasi
dalam larutan air.
5.2. Saran
Perlakuan percobaan harus dilakukan secara teliti
dan benar agar hasil yang didapatkan sesuai dengan
referensi, ketelitian serta kebersihan alat juga harus
diperhatikan. Perlakuan percobaan harus sesuai dengan
prosedurnya.
20
DAFTAR PUSTAKA
Alsharif, M. A., Mustafa, S. K. (2018). Copper (Cu) an Essential Redox
Active Transition Metal in Living System— A Review Article. American
Journal of Analytical Chemistry. 9(1). 15-26.
Cotton,F.A. dan Wilkinson G. (1989). Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI
Press
Doebrich, J. (2009). Copper – A Metal for the Ages. Virginia : U.S.
Geological Survei.
Khaira, K. (2014). Analisis Kadar Tembaga (Cu) Dan Seng (Zn) Dalam Air
Minum Isi Ulang Kemasan Galon Di Kecamatan Lima Kaum Kabupaten
Tanah Datar. Jurnal Saintek. 6(2). 116-123.
Kundari, N.A., dan Wiyuniati, S. (2008). Tinjauan Kesetimbangan Adsorpsi
Tembaga dalam Limbah Pencuci PCB dengan Zeolit. Seminar Nasional
IV SDM Teknologi Nuklir. Yogyakarta.
Nuriadi, Napitupulu, M., Rahman, N. (2013). Analisis Logam Tembaga
(Cu) Pada Buangan Limbah Tromol (Tailing) Pertambangan Poboya.
Jurnal Akademika Kimia, 2(2), 90–96.
Pollock, J., Wardle, RJ. (2000). Copper. St. John’s : Geological Survey of
Newfoundland and Labrador.
Sriatun, Taslimah, Suhartana. (2012). Buku Ajar Kimia Unsur. Semarang :
UPT UNDIP Press Semarang.
Svehla, G. (1979). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimakro. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.
21
LAMPIRAN
Skema Kerja
3.4.1 Percobaan Pertama
Sekeping tembaga
Dijepit.
Hasil
3.4.2 Percobaan Kedua
Tabung reaksi
Dipanaskan .
hasil
Tabung reaksi
Ditambahkan 2 ml CuSO4
hasil
3.4.4 Percobaan Keempat
Gelas beker
Larutan Benedict
Dibagi per 5 ml ke tabung reaksi .
hasil
23
Endapan
hasil
Endapan
hasil
Dipanaskan
hasil
24
3.4.6 Percobaan Keenam
Tabung reaksi
hasil
Tabung reaksi
Dimasukkan 3 ml CuSO4.
Ditambahkan 3 ml larutan KI.
hasil
hasil
Tabung rekasi
25
Dipanaskan
hasil
26
JAWABAN PERTANYAAN
1. Persamaan reaksinya yaitu :
Cu2O + H2SO4 → Cu + CuSO4 + H2O
+1 0 +2
Dalam reaksi tersebut yang bertindak sebagai reduktor dan oksidator yaitu
Cu2O. Hal ini disebabkan Cu2O mengalami reduksi menjadi Cu dan oksidasi
menjadi CuSO4, yang mana biloks Cu2O adalah +1 dan tereduksi menjadi Cu
dengan biloks o dan kemudian Cu2O juga mengalami oksidasi menjadi CuSO4
dengan biloks +2.
2. Senyawa tembaga (I) akan stabil dalam larutan air apabila senyawa tembaga (I)
mengalami oksidasi menjadi tembaga (II).
3. Senyawa yang dihasilkan dari pereaksian CuO dengan HCl pekat adalah
tembaga (II) klorida. Dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
CuO +2HCl → CuCl2 + H2O
4 .Natrium tiosulfat merupakan senyawa yang mudah teroksidasi, maka dari itu
fungsi penambahan tersebut bertujuan sebagai larutan standar yang dipakai
pada proses iodometri.
5 .CuCl2 + CuBr2 → 2CuCl + Br2
Maka hasil dari pemanasan tembaga (II) klorida dengan tembaga (II) bromida
adalah tembaga (I) klorida dengan gas bromin.
6 .Cu melepaskan satu elektron 4s membentuk Cu+ dan melepaskan satu elektron
4s dan satu elektron 3d membentuk Cu2+, sehingga yang lebih stabil adalah ion
Cu2+.
27