Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA UNSUR

TEMBAGA

DISUSUN OLEH :

NAMA : RAID SHIDQI RABBANI


NIM : K1A022093
HARI, TANGGAL : RABU, 21 SEPTEMBER 2022
ASISTEN : SHINTA LINAWATI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK
PURWOKERTO
2022
TEMBAGA
I. TUJUAN
Mengetahui sifat-sifat tembaga dan senyawanya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tembaga (Cu) adalah logam dengan nomor atom 29, massa atom
63.546, titik leleh 1083 °C, titik didih 2310 °C, jari-jari atom 1,173 A°,
dan jari-jari ionik Cu2+ 0,96 A°. Tembaga adalah logam transisi
(golongan IB), berwarna merah, mudah melar dan ulet. Tembaga
beracun bagi makhluk hidup. Isoterm adsorpsi adalah keadaan
kesetimbangan di mana tidak ada perubahan konsentrasi adsorbat dalam
fase teradsorpsi atau dalam fase gas atau cair. Isoterm adsorpsi biasanya
digambarkan dalam bentuk kurva sebagai plot distribusi kesetimbangan
adsorbat antara fase padat dan fase gas atau cair pada suhu konstan.
Isoterm adsorpsi merupakan dasar untuk menentukan kapasitas adsorpsi
dan afinitas adsorben pada permukaan adsorben (Kundari, 2008).
Tembaga adalah salah satu logam pertama yang pernah diekstraksi
dan digunakan oleh manusia, dan telah memberikan kontribusi penting
untuk mempertahankan dan meningkatkan masyarakat sejak awal
peradaban. Tembaga pertama kali digunakan dalam koin dan ornamen
mulai sekitar 8000 SM, dan sekitar 5500 SM, alat tembaga membantu
peradaban muncul dari Zaman Batu. Penemuan bahwa paduan tembaga
dengan timah menghasilkan perunggu menandai awal Zaman Perunggu
sekitar 3000 SM. Tembaga mudah diregangkan, dibentuk, dan dibentuk;
tahan terhadap korosi; dan menghantarkan panas dan listrik secara
efisien. Menjadikan perannya yang penting bagi manusia purba dan
terus menjadi bahan pilihan untuk berbagai aplikasi domestik, industri,
dan teknologi tinggi saat ini (Doebrich, 2009).
Tembaga adalah logam terpenting ketiga yang pernah diproduksi di
Newfoundland dan Labrador (setelah besi dan seng), tetapi untuk
sementara waktu di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, tembaga
merupakan komoditas logam yang dominan. Produksi secara historis
diperkirakan mencapai 650.000 ton tembaga tetapi pengembangan di

1
masa depan di Duck Pond dan Voisey's Bay kira-kira berpotensi
menghasilkan hingga 1,4 juta ton tambahan. Patut dicatat bahwa deposit
Teluk Voisey saja memiliki kapasitas untuk hampir menggandakan
produksi tembaga historis provinsi tersebut. Tembaga pertama kali
ditemukan di Newfoundland ca. 1776, tetapi tidak menjadi terkenal
komersial sampai penemuan deposit tembaga Notre Dame Bay pada
akhir 1850-an. Tradisi menceritakan bahwa penemuan ini muncul ketika
seorang pencari emas mengidentifikasi pemberat kapal penangkap ikan
lokal sebagai bijih tembaga. Ini mengantarkan ledakan tembaga
Newfoundland tahun 1875 hingga 1914, selama periode itu
Newfoundland menduduki peringkat untuk sementara, sebagai
produsen tembaga terbesar keenam di dunia (Pollock, 2000).
Tembaga (Cu) dengan nomor atom 29 memiliki konfigurasi elektron
3d104s1. Terutama ditemukan pada Amerika di Superior, Gunung Ural
di Siberia, As-sam dan (Singhbhum), serta Negara Bagian Jharkhand
India. Ada tiga bilangan oksidasi penting dari tembaga (Cu) yaitu nol
(0) (Logam murni), senyawa yang ditambahkan ous-suffix +1, dan
senyawa yang ditambahkan ic-suffix +2. Beberapa bijih yang penting
dari tembaga adalah Malachite [CuCO3.Cu(OH)2], Azurite 2[CuCO-
3.Cu(OH)2], Chalcocite atau Tembaga (I) Sulfida [Cu2S], Copper Pyrites
[Cu FeS2] [Cu2S.Fe2S2]. Kekurangan Tembaga mengakibatkan
ketidakmampuan untuk menggunakan Besi (Fe) yang disimpan di Hati
dan akan mengakibatkan anemia. Besi murni (Fe) tidak efektif dalam
pemanfaatan glukosa. Tembaga (Cu) membantu dalam konversi
makanan Fe (besi) menjadi Hemoglobin. Kekurangan tembaga
menyebabkan stres oksidatif yang merupakan gangguan keseimbangan
antara pertahanan oksidan dan antioksidan. Ketidakseimbangan ini
diciptakan baik oleh kelebihan pembentukan oksidan atau radikal bebas
atau oleh defisiensi pertahanan antioksidan, ini menyebabkan inaktivasi
NO, modifikasi oksidatif DNA dan protein, oksidasi lipid dan aktivasi
gen sensitif redoks (Alsharif, 2018).

2
Metabolisme manusia membutuhkan sejumlah kecil kandungan
tembaga (Cu). Tembaga (Cu) adalah komponen enzim yang dibutuhkan
untuk produksi energi, antioksidan dan sintesis adrenalin, dan
pembentukan jaringan ikat. Tembaga (Cu) yang berlebihan dalam tubuh
dapat menyebabkan keracunan, mual, muntah, dan kerusakan hati dan
ginjal. Hal yang sama berlaku untuk seng (Zn). Seng (Zn) merupakan
unsur penting dalam metabolisme dalam jumlah kecil, sehingga jika
anak kekurangan seng (Zn) maka pertumbuhan dan perkembangannya
akan terhambat. Seng (Zn) juga membantu penyembuhan luka dan
membentuk struktur protein dan membran sel. Terlalu banyak seng
dapat menyebabkan rasa pahit dan basi pada air minum, dapat
menyebabkan muntah, diare dan menyebabkan gangguan reproduksi
(Khaira, 2014).

3
III. METODOLOGI PERCOBAAN
3. 1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kimia unsur kali
ini adalah tabung reaksi, gelas beker, corong, pipet tetes, penjepit
tabung, gelas ukur dan pembakar.
3. 2. Bahan
Bahan-bahan yang dibutuhkan pada kimia unsur kali ini
adalah tembaga, kalium tatrat, glukosa, tembaga(II) oksida,
tembaga(II) klorida, asam sulfat, asam nitrat, asam klorida pekat,
natrium hidroksida, larutan tembaga(II) sulfat, kalium iodide,
natrium tiosulfat.
3. 3. Prosedur Percobaan
3.3.1. Percobaan Pertama
1. Sekeping tembaga diambil dengan penjepit
2. Tembaga dipanaskan pada nyala pembakar
3. Kemudian diamati yang terjadi
3.3.2. Percobaan Kedua
1. Sebanyak 2 ml asam nitrat encer dimasukan ke
tabung reaksi
2. Sekeping logam tembaga ditambahkan ke tabung
3. Campuran dipanaskan
4. Kemudian diamati gas yang dihasilkan
3.3.3. Percobaan Ketiga
1. Sebanyak 2ml larutan tembaga(II)sulfat
ditambahkan kedalam masing-masing tiga tabung
reaksi
2. Kedalam tabung satu ditambahkan NaOH encer
3. Kedalam tabung dua ditambahkan amonia
4. Kedalam tabung tiga ditambahkan HCl pekat
5. Kemudian diamati yang terjadi pada ketiga tabung
tersebut

4
3.3.4. Percobaan Keempat
1. Sebanyak 8,6 gram natrium sitrat, 1 gram Na2 CO3 ,
dan 40ml aquades dicampurkan dalam gelas piala
(larutan A)
2. Sebanyak 0,8 gram CuSO4 5H2 O dan 5ml aquades
dicampurkan dalam gelas piala (larutan B)
3. Larutan B dimasukkan ke dalam larutan A
4. Aquades ditambahkan sampai volume larutan 50
ml
5. Tiga tabung reaksi, masing-masing ditambahkan 5
ml larutan benedict dan 1 gram glukosa.
6. Ketiga tabung dipanaskan sampai terbentuk
endapan dan diamati
7. Endapan dibiarkan mengendap semua
8. Kemudian didekantasi dan dicuci dengan aquades
dan diamati
9. Endapan pada tabung 1, ditambah HCl encer,
tabung 2 ditambah asam sulfat encer, tabung 3
ditambah asam nitrat encer, diamati
3.3.5. Percobaan Kelima
1. Sebanyak 0,1 gram CuO dimasukan ke dalam 3
tabung reaksi yang berbeda
2. Tabung 1 ditambahkan HCl encer
3. Tabung 2 ditambahkan asam sulfat encer
4. Tabung 3 ditambahkan asam nitrat encer
5. Penambahan asam dilakukan perlahan-lahan
sampai asam berlebih
6. Kemudian campuran dipanaskan dan diamati
3.3.6. Percobaan Keenam
1. Sebanyak 0,5 gram CuO dimasukan dalam tabung
reaksi
2. Sebanyak 5-10 ml Hcl pekat ditambahkan

5
3. Campuran dipanaskan dan diamati warna larutan
4. Sebanyak 1 gram Cu ditambahkan
5. Campuran didihkan selama 5 menit
6. Larutan disaring dan filtratnya dimasukan ke dalam
gelas piala yang berisi 200 ml air
7. Diamati perubahan yang terjadi
3.3.7. Percobaan Ketujuh
1. Sebanyak 3ml larutan CuSO4 dimasukan ke dalam
tabung reaksi
2. Sebanyak 3 ml larutan KI ditambahkan ke
dalamnya
3. Diamati yang terjadi
4. Larutan natrium tiosulfat ditambahkan sampai
larutan menjadi jernih dan diamati warna endapan
yang terbentuk.
3.3.8. Percobaan Kedelapan
1. Secara kualitatif CuCl2 anhidrat dimasukan ke
dalam tabung reasksi
2. Dipanaskan
3. Diamati gas yang dihasilkan dan bentuk residunya.
3. 4. Skema Kerja
(Terlampir).

6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Pengamatan
No Perlakuan Pengamatan

1 Sekeping tembaga dipanaskan Menghasilkan warna nyala api berwarna


pada pembakar bunsen hijau
2 Memasukkan sekeping logam Menghasilkan banyak gelembung gas
tembaga ke dalam 2 ml HNO3
encer
3 • NaOH encer + 2ml CuSO4 • Berubah warna menjadi biru muda
• Amonia + 2ml CuSO4 • Berubah warna menjadi biru tua
• HCl pekat + 2ml CuSO4 • Tidak berubah warna (biru jernih)
4 Pemanasan 5 ml larutan benedict +
Larutan memekat dan berubah warna
1 g glukosa menjadi oranye pekat serta terbentuk
endapan
5 • 0,1 g CuO + HCl encer • Larutan berwarna abu-abu kebiruan dan
• 0,1 g CuO + H2SO4 encer ada endapan hitam
• 0,1 g CuO + HNO3 encer • Larutan berwarna hitam jernih dan ada
endapan hitam
• Larutan berwarna hitam jernih dan ada
endapan hitam
6 • 0,5 g CuO + 10 ml HCl pekat • Laruan berwarna hijau jernih dan ada
• + 1 g Cu kemudian dididihkan endapan berwarna hitam
• Larutan disaring dan filtrat • Larutan berwarna hijau (++) dan Cu
dimasukkan ke dalam 200 ml mengendap serta mengeras
• Larutan berubah warna menjadi biru
muda
7 • 3 ml CuSO4 + 3 ml KI • Larutan berwarna kuning kunyit pekat
• + natrium tiosulfat sedikit • Sampai terbentuk 2 fasa. Fasa 1
demi sedikit berwarna kuning kunyit pekat dan fasa 2
berwarna bening
8 CuCl2 anhidrat dipanaskan Terdapat endapan warna hijau muda dan
warna kuning di sekeliling.

7
4.2. Pembahasan
Tembaga (Cu) adalah logam dengan nomor atom 29, massa
atom 63,546, titik lebur 1083 °C, titik didih 2310 °C, jari-jari atom
1,173 A° dan jari-jari ion Cu2+ 0,96 A°. Tembaga adalah logam transisi
(golongan I B) yang berwarna kemerahan, mudah regang dan mudah
ditempa. Tembaga bersifat racun bagi makhluk hidup (Kundari, 2008).
Tembaga memiliki struktur elektronik [Ar] 3d 10 4s1. Keberadaan
tembaga di kerak bumi tidak melimpah, hanya sekitar 55-69 ppm dan
kelimpahannya menempati urutan ke 25 (Sriatun, 2012).
Tembaga merupakan konduktor panas dan listrik yang baik.
Selain itu unsur ini memiliki korosi yang cepat sekali. Tembaga murni
sifatnya halus dan lunak, dengan permukaan berwarna jingga
kemerahan. Tembaga dicampurkan dengan timah untuk membuat
perunggu. Ion Tembaga (II) dapat berlarut ke dalam air, di mana fungsi
mereka dalam konsentrasi tinggi adalah sebagai agen anti bakteri,
fungsi, dan bahan tambahan kayu. Dalam konsentrasi tinggi maka
tembaga akan bersifat racun, tetapi dalam jumlah sedikit tembaga
merupakan nutrien yang penting bagi kehidupan manusia dan tanaman
tingkat rendah. Di dalam tubuh, tembaga biasanya ditemukan di bagian
hati, otak, usus, jantung, dan ginjal. Meskipun tidak melimpah, unsur
tembaga terdistribusi secara luas berupa nuggets tembaga
(potongan/lempengan logam), sulfida, arsenida, klorida, dan karbonat.
Tembaga digunakan dalam aliasi yaitu kuningan/brass (Cu/Zn dengan
20-50% Zn), perak nikel (55-65% Cu, 10-18% Ini, 17-27% Zn), broze
phosopor (Cu dengan 1,25-10% Sn dan 0,35% P). Tembaga sangat
lambat teroksidasi superfisial dalam uap udara, kadang-kadang
menghasilkan lapisan hijau hidrokso karbonat dan hidrokso sulfat.
Dengan adanya oksigen, tembaga mudah larut dalam HNO3 dan
H2SO4. Ia juga larut dalam larutan KCN atau amonia dengan adanya
oksigen (Sriatun, 2012).
Percobaan pertama dilakukan dengan cara menjepit sekeping
logam tembaga kemudian dipanaskan di atas pemanasan bunsen.

8
Kemudian peristiwa yang terjadi diamati. Hasil menunjukkan
perubahan warna pada tembaga menjadi warna hijau kebiruan dan
terjadi persamaan reaksi :
2Cu + O2 → 2CuO
(Cotton, 1989)

Gambar 4.2.1
Pemanasan Sekeping Logam

Hal tersebut sesuai dengan referensi, perubahan warna dari


tembaga ini menjadi biru disebabkan karena tembaga mengalami
oksidasi menjadi tembaga (II) oksida dimana garam-garamnya akan
berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam
larutan air. Selain itu logam Cu mengeksitasi elektron berubah dan
ditandai dari warna oren menjadi warna biru (Svehla, 1979).
Percobaan kedua dilakukan dengan memasukkan 2 ml HNO3
encer ke dalam tabung reaksi, kemudian diikuti penambahan
sekeping logam tembaga. Tabung reaksi kemudian dipanaskan yang
memiliki tujuan untuk mempercepat reaksi karena tembaga tidak
dapat bereaksi pada suhu kamar, tapi lebih reaktif bereaksi dalam
suhu panas. Gasnya kemudian diperhatikan muncul atau tidak.
Persamaan reaksi yang terjadi dalam percobaan ini adalah :
Cu + 8HNO3 → 3Cu(NO3)2 + 2NO + 4H2O
(Cotton, 1989)

9
Gambar 4.2.2
Pembakaran Cu + HNO3 encer

Hal ini konsisten dengan referensi, yang dikatakan tembaga


tidak larut dalam asam non-pengoksidasi, tetapi tembaga dioksidasi
oleh HNO3 dan HClO4, membuat tembaga larut. Tembaga bukan
logam reaktif, tetapi logam ini dapat diserang oleh asam-asam yang
pekat. Asam yang dapat melarutkan tembaga dan perak adalah asam
nitrat, HNO3 dan asam perklorat HClO4. Asam ini merupakan
contoh asam pengoksidasi, selain ion H+. Larutan asam ini juga
mengandung ion nitrat yang merupakan oksidator yang lebih kuat
dari ion (Cotton, 1989). Selain itu, banyak reaksi kimia yang
berlangsung disertai dengan munculnya presipitasi atau gas, ditandai
dengan munculnya warna baru, ketika kita mencampur tembaga
dengan larutan HNO3 dan HClO4, kita dapat melihat perubahan
warna dari awalnya keruh menjadi bening (Nuriadi, 2013).
Percobaan ketiga dilakukan dengan pertama-tama
memasukkan 2 ml CuSO4 ke dalam tiga tabung reaksi yang berbeda
diikuti dengan penambahan NaOH encer, Amonia, dan HCl pekat
secara kualitatif ke dalam masing-masing tabung reaksi tersebut.
Perubahan yang terjadi diamati. Pada penambahan NaOH encer
terjadi perubahan warna menjadi biru muda dan terlihat sedikit
endapan pada larutan. Reaksi yang terjadi pada penambahan NaOH
yaitu sebagai berikut :
CuSO4 + NaOH → Cu(OH)2 + Na2SO4 (Cotton, 1989)

10
Gambar 4.2.3
NaOH encer + CuSO4

Hasil tersebut sesuai dengan referensi, menurut referensi


untuk pembentukan endapan terjadi akibat ion hidroksida
menghilangkan ion hidrogen dari ligan air yang menempel pada ion
tembaga. Setelah ion hidrogen hilang dari dua molekul air, yang
tersisa sebuah kompleks netral yang tidak larut dalam air sehingga
endapan terbentuk (Cotton, 1989). Pada perubahan warna terjadi
akibat dari tembaga (II) hidroksida tidak diendapkan oleh larutan
basa alkali, maka larutan akan menjadi warna biru (Svehla, 1979).
Pada penambahan Amonia dalam larutan CuSO4 terjadi
perubahan warna menjadi biru tua pekat dan terdapat endapan.
Persamaan reaksi yang terjadi adalah :
CuSO4 + NH4OH → Cu(OH)2 + (NH4)2SO4
(Cotton, 1989)

Gambar 4.2.4
Amonia + CuSO4

11
Hasil ini sesuai dengan referensi, yang menyatakan bahwa
amonia melarutkan reagen berlebih, menghasilkan warna biru tua
karena pembentukan ion kompleks tetraaminocuprat (II). Jika
larutan mengandung garam amonium (bila dinetralkan dengan
larutan asam kuat dan amonia), tidak akan terjadi pengendapan,
tetapi warna biru akan segera terbentuk. Reaksi ini khas untuk ion
tembaga (II) (Svehla, 1979).
Pada penambahan HCl pekat pada larutan CuSO4
menghasilkan warna putih bening kebiruan dengan persamaan
reaksi yang terjadi adalah :
CuSO4 + HCl → CuCl2 + H2SO4
(Cotton, 1989)

Gambar 4.2.5
HCl pekat + CuSO4

Hasil tersebut tidak sesuai dengan referensi, menurut


referensi tentang kimiawi ion akuo dan larutan aqua, pelarutan
tembaga dalam keadaan asam akan menghasilkan ion akuo hijau
kebiruan (Cotton, 1989). Selain itu warna hijau kebiruan juga
diakibatkan perubahan biloks biloks Cu2+ non-halida yang ada pada
CuSO4 berubah menjadi Cu2+ halida yang diakibatkan pereaksian
dengan HCl, sehingga warna yang akan dominan hijau-kebiruan
(Svehla, 1979).
Pada percobaan keempat tidak dilakukan tahap pembuatan
larutan A maupun larutan B seperti pada prosedur percobaan dan

12
langsung memanaskan 5 ml larutan benedict + 1 g glukosa. Hasil
dari pemanasan tersebut adalah larutan memekat dan berubah warna
menjadi oranye pekat serta terbentuk endapan.

Gambar 4.2.6
Hasil Pemanasan Larutan Benedict
Dengan Glukosa

Proses pembakaran tersebut terjadi reaksi dengan ditandai


adanya gelembung gas dan warna berubah menjadi merah
kejinggaan. Hal ini menunjukkan bahwa pada penambahan glukosa
akan mereduksi ion Cu2+ dari CuSO4 tabung reaksi dipanaskan
untuk mempercepat reaksi. Endapan jingga yang dihasilkan
merupakan tembaga (I) oksida yang terbentuk (Svehla, 1979).
Persamaan reaksi yang terbentuk sebagai berikut :
CuSO4 + C6H12O6 → Cu2O +7C6H12O7 + 2S
(Svehla, 1979)
Percobaan kelima dilakukan dengan memasukkan 0,1 g CuO
ke dalam tiga tabung reaksi yang berbeda diikuti dengan
penambahan HCl encer, H2SO4 encer, dan HNO3 encer secara
kualitatif ke dalam masing-masing tabung reaksi. Penambahan asam
dilakukan secara perlahan-lahan sampai asam berlebih, kemudian
campuran dipanaskan dan diamati apa yang terjadi. Pada
penambahan HCl encer terjadi persamaan reaksi :
CuO + HCl → CuCl2 + H2O
(Svhela, 1979)

13
Pada penambahan H2SO4 encer terjadi reaksi sebagai berikut :
CuO + H2SO4 → CuSO4 +H2O
(Svhela, 1979)
Pada penambahan HNO3 encer terjadi reaksi sebagai berikut :
CuO + HNO3 → Cu(NO3)2 + H2O
(Svhela, 1979)

Gambar 4.2.7
Hasil penambahan CuO dengan
HCl encer, H2SO4 encer, dan HNO3 encer

Pada tabung reaksi yang berisi CuO dan HCl encer sebelum
pemanasan terjadi perubahan warna menjadi hitam. Pemanasan
kemudian dikakukan dan menghasilkan pemisahan larutan menjadi
2 fasa, dan larutan berubah menjadi hitam bening. Pada tabung
reaksi yang berisikan CuO dan H2SO4 memiliki warna hitam
sebelum dipanaskan. Kemudian dipanaskan, menghasilkan
pengamatan yaitu larutan memisah menjadi dua bagian yaitu atas
berwarna hitam pekat dengan kekeruhan dan bawah berwarna biru
gelap yang bening. Hasil tersebut sesuai dengan referensi, menurut
referensi tembaga (II) sulfat akan terdekomposisi menjadi tembaga
(II) oksida (CuO) dan belerang trioksida (SO3). Warna tembaga(II)
sulfat yang berwarna biru berasal dari hidrasi air. Ketika tembaga
(II) sulfat dipanaskan dengan api, maka kristalnya akan terdehidrasi
dan berubah warna menjadi hijau abu-abu (Cotton, 1989). Pada
tabung yang berisikan CuO dan HNO3 encer sebelum dan sesudah

14
dipanaskan larutan hanya berwarna hitam yang mana tidak terjadi
perubahan setelah dipanaskan.

Gambar 4.2.8
Hasil Akhir (Pemanasan)
Pada Percobaan 5

Percobaan keenam dilakukan dengan cara memasukkan 0,5


g CuO ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan dengan 5-10
ml HCl pekat. Larutan tersebut kemudian dipanaskan dan larutan
mengalami perubahan warna menjadi hijau jernih yang terdapat
endapan berwarna hitam di bawahnya. 1 g Cu kemudian ditambah
pada larutan yang sudah dipanaskan tersebut dilanjutkan dengan
pendidihan selama 5 menit. Larutan kemudian disaring dan
filtratnya dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi air sebanyak
200 ml. Persamaan reaksi yang terjadi antara CuO dan HCl pekat
adalah :
CuO + HCl → CuCl2 + H2O
(Svehla, 1979)

15
Gambar 4.2.9
Hasil CuO + HCl pekat dipanaskan

Sebanyak 1 g Cu kemudian ditambahkan ke dalam larutan


dan menghasilkan reaksi :
CuCl2 + Cu → 2CuCl
(Svehla, 1979)
Larutan tersebut kemudian dididihkan selama 5 menit,
kemudian larutan yang telah dididihkan disaring dan diambil
filtratnya. Filtrat kemudian dituangkan ke dalam 200 mL aquades
dan diamati yang terjadi. Hasil dari penyaringan yaitu larutan
berwarna kebiruan dan terdapat sedikit endapan. Persamaan reaksi
yang terbentuk :
Filtrat + H2O → Filtrat encer
Pada percobaan ini diharapkan terbentuk endapan warna biru
sebagai endapan tembaga. Larutan dipanaskan maka menghasilkan
warna larutan menjadi hitam kemudian menyaringnya dan
menambahkan 200 ml air maka menghasilkan larutan berwarna
putih kebiru-biruan. Hal ini sesuai dengan referensi, sebelum terjadi
penyaringan terjadi reaksi disproposionasi terhadap persamaan
reaksi, dimana bilangan oksidasi di kiri +2 mengalami reduksi
menjadi +1, kemudian mengalami oksidasi tembaga 0 menjadi +1.
Jika melihat hasil reaksi CuCl dengan bilangan oksidasinya Cu=+1
maka larutan akan berwarna hijau kebiruan (Cotton, 1989).

16
Gambar 4.2.9
Filtrat Dimasukkan Dalam Air

Percobaan ketujuh dilakukan dengan cara memasukkan 3 ml


larutan CuSO4 ke dalam tabung reaksi diikuti dengan penambahan 3
ml larutan KI yang membuat persamaan reaksi :
2CuSO4 + 4KI → 2CuI + I2 + 2K2SO4
(Svehla, 1979)

Gambar 4.2.10
CuSO4 + KI

Penambahan larutan KI pada CuSO4 menghasilkan


perubahan warna menjadi kuning kunyit pekat. Setelah itu dilakukan
lagi penambahan larutan natrium tiosulfat yang memiliki peran
sebagai pereduksi ion triodida ke ion iodida hingga larutan menjadi
jernih. Persamaan reaksi yang terjadi adalah:
CuI + 2Na2S2O3 → Na3(Cu(S2O3)2 + NaI
(Svehla, 1979)

17
Gambar 4.2.11
CuI + Na2S2O3

Hasil tersebut menunjukkan perubahan warna sekali lagi


menjadi warna yang lebih pekat dari sebelumnya yaitu kuning tua
pekat atau kuning kecoklatan. Hal ini disebabkan karena adanya
senyawa CuSO4 yang masih larut dalam reaksi tersebut.
Penambahan reagen KI dapat mengendapkan tembaga (I) iodida
putih, tetapi larutannya berwarna coklat tua karena terbentuknya
ion-ion tri-iodida. Dengan penambahan natrium tiosulfat berlebih
kepada larutan, ion triiodida direduksi menjadi ion iodida yang tidak
berwarna, dan warna putih dari endapan menjadi terlihat (Svehla,
1979).
Percobaan ke delapan sekaligus merupakan percobaan
terakhir adalah proses pemanasan CuCl2 anhidrat dengan pemanas
bunsen. Dilakukan dengan memasukkan CuCl2 anhidrat secara
kualitatif ke dalam tabung reaksi kemudian baru dipanaskan di atas
pemanas bunsen. Reaksi yang terjadi adalah :
CuCl2 → Cu + 2Cl
(Svehla, 1979)

18
Gambar 4.2.12
Hasil Pemanasan CuCl2 anhidrat

Reaksi tersebut menghasilkan perubahan warna menjadi


hijau dengan endapan hijau tua. Hal ini sesuai dengan referensi.
Warna hijau dihasilkan ketika dipanaskan karena berlangsung
melalui reaksi kering. Tanpa air dalam reaksi, itu tidak berubah
warna karena bilangan oksidasi tidak berubah. Meskipun bilangan
oksidasi, warnanya akan tetap hijau. Karena tembaga(II)
mendominasi senyawa ini (Cotton, 1989).

19
V. KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Tembaga memiliki lambang Cu dan merupakan
unsur dengan nomor atom 29 yang terletak di golongan II B.
Tembaga merupakan konduktor panas dan listrik yang baik,
mudah larut dalam asam nitrat, asam sulfat, dan asam
amonia.Tembaga tidak dapat bereaksi dalam suhu kamar
tetapi mudah bereaksi pada suhu tinggi. Tembaga
mempunyai dua bilangan oksidasi yaitu tembaga (I) dan
tembaga (II) dilihat dari data potensial elektroda dan
umumnya ion tembaga (I) mengalami disproporsionisasi
dalam larutan air.
5.2. Saran
Perlakuan percobaan harus dilakukan secara teliti
dan benar agar hasil yang didapatkan sesuai dengan
referensi, ketelitian serta kebersihan alat juga harus
diperhatikan. Perlakuan percobaan harus sesuai dengan
prosedurnya.

20
DAFTAR PUSTAKA
Alsharif, M. A., Mustafa, S. K. (2018). Copper (Cu) an Essential Redox
Active Transition Metal in Living System— A Review Article. American
Journal of Analytical Chemistry. 9(1). 15-26.
Cotton,F.A. dan Wilkinson G. (1989). Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI
Press
Doebrich, J. (2009). Copper – A Metal for the Ages. Virginia : U.S.
Geological Survei.
Khaira, K. (2014). Analisis Kadar Tembaga (Cu) Dan Seng (Zn) Dalam Air
Minum Isi Ulang Kemasan Galon Di Kecamatan Lima Kaum Kabupaten
Tanah Datar. Jurnal Saintek. 6(2). 116-123.
Kundari, N.A., dan Wiyuniati, S. (2008). Tinjauan Kesetimbangan Adsorpsi
Tembaga dalam Limbah Pencuci PCB dengan Zeolit. Seminar Nasional
IV SDM Teknologi Nuklir. Yogyakarta.
Nuriadi, Napitupulu, M., Rahman, N. (2013). Analisis Logam Tembaga
(Cu) Pada Buangan Limbah Tromol (Tailing) Pertambangan Poboya.
Jurnal Akademika Kimia, 2(2), 90–96.
Pollock, J., Wardle, RJ. (2000). Copper. St. John’s : Geological Survey of
Newfoundland and Labrador.
Sriatun, Taslimah, Suhartana. (2012). Buku Ajar Kimia Unsur. Semarang :
UPT UNDIP Press Semarang.
Svehla, G. (1979). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimakro. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.

21
LAMPIRAN
Skema Kerja
3.4.1 Percobaan Pertama

Sekeping tembaga

Dijepit.

Dipanaskan pada nyala pembakar.

Hasil
3.4.2 Percobaan Kedua

Tabung reaksi

Dimasukkan 2 ml HNO3 encer.

Dimasukkan sekeping logam tembaga.

Dipanaskan .

hasil

3.4.3 Percobaan Ketiga

Tabung reaksi

+NaOH + amonia. + HCl


encer. pekat.
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
Tabung 1 Tabung 1

Ditambahkan 2 ml CuSO4

hasil
3.4.4 Percobaan Keempat

Gelas beker

Dimasukkan 0,8 gram CuSO4.


5H2O dan 5 ml aquades .

Dimasukkan dalam Dimasukkan 8,6 gram


Larutan B larutan A Natriun sitrat, 1 gram
Na2CO3 dan 40 ml aquades.
Larutan A

Ditambahkan aquades sampai volume larutan 50


ml.

Larutan Benedict
Dibagi per 5 ml ke tabung reaksi .

Ditambahkan 1 gram Glukosa.

Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3

Dipanaskan sampai terbentuk endapan.

hasil

23
Endapan

Dibiarkan sampai mengendap semua


Didekantasi
Dicuci dengan aquades

hasil

Endapan

Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3

Ditambahkan HCl Ditambahkan H2SO4 Ditambahkan


HNO3
encer encer encer

hasil

3.4.5 Percobaan Kelima


Tabung reaksi

Dimasukkan 0,1 gram CuO

Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3


Tabung 1
Ditambahkan HCl Ditambahkan H2SO4 Ditambahkan
HNO3
encer encer encer

Dipanaskan

hasil

24
3.4.6 Percobaan Keenam

Tabung reaksi

Dimasukkan 0,5 gram CuO.


Ditambahkan 5-10 ml HCl pekat.
Dipanaskan dan amati warna larutan.
Ditambahkan 1 gram Cu (tembaga).
Dididihkan selama 5 menit.
Disaring larutan dan filtratnya dimasukkan
kedalam gelas kimia yang berisi air sebanyak 200
ml.

hasil

3.4.7 Percobaan Ketujuh

Tabung reaksi

Dimasukkan 3 ml CuSO4.
Ditambahkan 3 ml larutan KI.

hasil

Ditambahkan larutan natrium tiosulfat sampai


larutan jernih.
Diamati warna endapan.

hasil

3.4.8 Percobaan Kedelapan

Tabung rekasi

Dimasukkan CuCl2 anhidrat ke dalam


tabung reaksi.

25
Dipanaskan

Diamati gas yang dihasilkan dan bentuk


residunya.

hasil

26
JAWABAN PERTANYAAN
1. Persamaan reaksinya yaitu :
Cu2O + H2SO4 → Cu + CuSO4 + H2O
+1 0 +2
Dalam reaksi tersebut yang bertindak sebagai reduktor dan oksidator yaitu
Cu2O. Hal ini disebabkan Cu2O mengalami reduksi menjadi Cu dan oksidasi
menjadi CuSO4, yang mana biloks Cu2O adalah +1 dan tereduksi menjadi Cu
dengan biloks o dan kemudian Cu2O juga mengalami oksidasi menjadi CuSO4
dengan biloks +2.
2. Senyawa tembaga (I) akan stabil dalam larutan air apabila senyawa tembaga (I)
mengalami oksidasi menjadi tembaga (II).
3. Senyawa yang dihasilkan dari pereaksian CuO dengan HCl pekat adalah
tembaga (II) klorida. Dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
CuO +2HCl → CuCl2 + H2O
4 .Natrium tiosulfat merupakan senyawa yang mudah teroksidasi, maka dari itu
fungsi penambahan tersebut bertujuan sebagai larutan standar yang dipakai
pada proses iodometri.
5 .CuCl2 + CuBr2 → 2CuCl + Br2
Maka hasil dari pemanasan tembaga (II) klorida dengan tembaga (II) bromida
adalah tembaga (I) klorida dengan gas bromin.
6 .Cu melepaskan satu elektron 4s membentuk Cu+ dan melepaskan satu elektron
4s dan satu elektron 3d membentuk Cu2+, sehingga yang lebih stabil adalah ion
Cu2+.

27

Anda mungkin juga menyukai