Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA UNSUR

TEMBAGA

DISUSUN OLEH:

NAMA : IKRIMA DAROJAH

NIM : K1A022008

HARI, TANGGAL : SENIN, 12 SEPTEMBER 2022

ASISTEN : ARYA WIRYAWAN HARISH

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN KIMIA

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK

PURWOKERTO

2022
TEMBAGA

I. TUJUAN
Mengetahui sifat sifat tembaga dan senyawanya
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tembaga merupakan merupakan unsur yang terletak pada
golongan transisi periode empat pada seistem periodik unsur dengan
simbol Cu. Tembaga memiliki sifat konduktor sangat baik sehingga
banyak digunakan sebagai penghantar listrik, misalnya untuk kabel
listrik. walaupun tembaga tidak begitu reaktif, tetapi dapat juga
terkorosi. Warna kemerah-merahan dari tembaga berubah menjadi
kehijau-hijauan akibat terkorosi oleh udaraa membentuk patina
(Sunarya, 2009). Proses pengolahan tembaga diawali dengan
pemanggangan kalkopirit (CuFeS2) atau bijih tembaga lain. Hasil
pemanggangan dioksidasi oleh oksigen. Tembaga yang dihasilkan
dimurnikan secara elektrolisis dan flotasi. Pemurnian tembaga dengan
elektrolisis dilakukan dengan menempatkan tembaga kotor di anoda
menggunakan larutan elektrolit CuSO4 sehingga tembaga murni akan
diperoleh di katoda. Tembaga mudah ditempa dan bercampur dengan
emas sehingga digunakan pada pembuatan kerajinan. Tembaga juga
banyak digunakan untuk membuat paduan logam seperti kuningan,
perunggu, dan alnico (Qurniawati, 2018).
Tembaga adalah logam kemerahan. Walaupun tembaga tidak
begitu reaktif, tetapi dapat juga terkorosi. Warna kemerah-merahan
dari tembaga berubah menjadi kehijau-hijauan akibat terkorosi oleh
udara. Tembaga dan senyawanya memiliki banyak kegunaan, sebagian
besar peralatan listrik menggunakan kabel dari tembaga. Tembaga dan
senyawanya digunakan sebagai zat pewarna dalam cat, keramik, tinta,
pernis, dan enamel, serta sebagai bahan membuat perhiasan, peralatan
rumah tangga dan uang logam. Tembaga juga digunakan untuk
membuat paduan. Paduan yang paling sering pada tembaga adalah
kuningan dan perunggu (Nursanti, 2020).

1
Tembaga (Cu) merupakan unsur yang jarang ditemukan di alam
(precious metal). Tembaga umumnya ditemukan dalam bentuk
senyawanya, yaitu bijih mineral, seperti kalkopirit (CuFeS2) dan
kalkosit (Cu2S). Logam Tembaga dapat diperoleh melalui
pemanggangan kalkopirit. Logam Tembaga dapat dimurnikan melalui
proses elektrolisis. Logam Tembaga memiliki koduktivitas elektrik
yang tinggi. Dengan demikian, logam tembaga sering digunakan
sebagai kawat penghantar listrik. Selain itu, Tembaga juga digunakan
pada pembuatan alloy (sebagai contoh, kuningan, merupakan alloy dari
Cu dan Zn),bahan pembuatan pipa, dan bahan dasar pembuatan koin
(uang logam) (Syamsidar, 2013).
Group tembaga terdiri dari tiga unsur yaitu tembaga (Cu), perak
(Ag) dan emas (Au). Ketiganya mempunyai kemiripan sifat dan
kesamaan dalam struktur kristalnya yaitu cubic close-packed.
Unsurunsur group ini merupakan penghantar listrik dan panas yang
baik dan cenderung tidak reaktif. Keberadaan tembaga di kerak bumi
tidak melimpah hanya sekitar 55-68 ppm dan kelimpahannya
menempati urutan ke-25. Meskipun tidak melimpah unsur tembaga
terdistribusi secara luas berupa nuggets tembaga (potongan/lempengan
logam), sulfida, arsenida, klorida dan karbonat. Bijih mineral yang
paling umum adalah chalcopirite (CuFeS2) yang berkilau dan mirip
dengan pyrite (FeS2) tetapi warna tembaganya lebih dominan. Bijih
lain adalah Cu2S yang disebut copper glance/chacocite yang berwarna
abu-abu gelap, malachite/basic copper carbonate CuCO3.Cu(OH)2
yang berwarna hijau, cuprite / cuprous oxide Cu2O berwarna Kimia
Unsur 143 merah manikam dan bornite/ bijih peacock Cu5FeS4
berwarna seperti pelangi (biru, merah, coklat dan ungu) (Sriatun,
2012).
Tembaga jika direaksikan dengan oksigen akan membentuk dua
senyawa tembaga oksida yaitu CuO dan Cu2O (Ratulani, 2017). Jari-
jari logam tembaga adalah 128 ppm (Saito, 2004). Tembaga dengan
nama kimia cuprum dilambangkan dengan Cu. Unsur logam ini

2
berbentuk kristal dengan warna kemerahan. Densitas tembaga yaitu
8,90 dan titik cairnya 1084 C. Dalam bidang industri, logam tembaga
banyak digunakan, sebagai contoh industri cat sebagai antifouling,
industri insektisida, fungisida, dan lain-lain. Disampung itu dalam
proses produksinya, dipakai dalam industri galangan kapal karena
digunakan sebagai campuran bahan pengawet, industri pengolahan
kayu, buangan rumah tangga dan lain sebagainya. Tembaga
merupakan logam yang paling beracun terhadap organisme laut selain
merkuri dan perak. Di alam dapat ditemukan dalam bentuk logam
bebas, tetapi lebih banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan.
Logam Cu secara alamiah dapat masuk ke badan perairan melalui
pengompleksan partikel logam di udara karena hujan dan peristiwa
erosi yang terjadi pada batuan mineral yang ada di sekitar perairan
(Musriadi, 2014).

3
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kimia unsur kali ini adalah
tabung reaksi, gelas beker, corong, pipet tetes, penjepit tabung, gelas
ukur dan pembakar.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kimia unsur kali ini adalah
tembaga, kalium tartrat, glukosa, tembaga(II) oksida, tembaga (II)
klorida, asam klorida, asam sulfat, asam nitrat, asam klorida pekat,
natrium hirdroksida, larutan tembaga(II) sulfat, kalium iodide, natrium
tiosulfat.
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Percobaan pertama
1. Sekeping logam tembaga dijepit dan dipanaskan
pada nyala pembakar
2. Diamati apa yang terjadi
3.3.2 Percobaan kedua
1. Sebanyak 2 mL HNO3 encer dimasukkan ke dalam
tabung reaksi.
2. Sekeping logam tembaga dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
3. Larutan dipanaskan di atas pembakar spirtus
4. Diamati gas yang dihasilkan
3.3.3 Percobaan ketiga
1. Sebanyak 2 mL CuSO4 dimasukkan ke dalam 3
buah tabung reaksi yang berbeda.
2. Sebanyak NaOH encer dimasukkan ke dalam
tabung ke-1
3. Ammonia dimasukkan ke dalam tabung ke-2
4. HCl pekat dimasukkan ke dalam tabung ke-3
5. Diamati apa yang terjadi

4
3.3.4 Percobaan keempat
1. Sebanyak 8,6 g Natrium sitrat, 1 g Na2CO3 dan 40
mL akuades dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Campuran dalam tabung reaksi disebut larutan A
2. Sebanyak 0,8 g CuSO4 5H2O dan 5 mL akuades
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Campuran dalam
tabung reaksi disebut larutan B
3. Larutan B dimasukkan ke dalam larutan A
4. Akuades ditambahkan hingga volume larutan
menjadi 50 mL atau disebut dengan larutan Benedict.
5. Sebanyak 5 ml larutan benedict dan 1 gram glukosa
dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi dan
dihomogenkan.
6. Ketiga tabung reaksi dipanaskan di atas pembakar
spirtus sampai terbentuk endapan, diamati yang terjadi
7. Endapan didiamkan, kemudian didekantasi dan
dicuci dengan aquades, diamati perubahan yang terjadi
8. Tabung 1 ditambahkan HCl encer
9. Tabung 2 ditambahkan H2SO4 encer
10. Tabung 3 ditambahkan HNO3 encer
11. Ketiga tabung tersebut dihomogenkan, diamati
perubahan yang terjadi
3.3.5 Percobaan kelima
1. Sebanyak 0,1 gram CuO dimasukkan masing-
masing ke dalam 3 buah tabung reaksi yang berbeda
2. Tabung 1 diambahkan HCl encer secara kualitatif
3. Tabung 2 ditambahkan H2SO4 encer secara
kualitatif
4. Tabung 3 ditambahkan HNO3 encer secara kualitatif
5. Campuran dipanaskan dan diamati apa yang terjadi

5
3.3.6 Percobaan keenam
1. Sebanyak 0,5 gram CuO dimasukkan ke
dalam tabung reaksi
2. Sebanyak 5-10 mL HCl pekat ditambahkan
3. Larutan dipanaskan dan diamati warnanya
4. Sebanyak 1 g Cu ditambahkan dan didihkan
selama 5 menit
5. Larutan dididihkan selama 5 menit kemudian
disaring dan diamati filtratnya
6. Filtrat dimasukkan ke dalam 200 mL
aquades lalu diamati
3.3.7 Percobaan ketujuh
1. Sebanyak 3 mL CuSO4 dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
2. Sebanyak 3 mL larutan KI ditambahkan secara
kualitatif lalu diamati
3. Natrium tiosulfat ditambahkan sampai larutan
menjadi jernih
4. Warna endapan yang terbentuk diamati
3.3.8 Percobaan kedelapan
1. CuCl2 anhidrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi
2. Tabung reaksi dipanaskan dan diamati gas yang
dihasilkan dan bentuk residunya
3.4 Skema Kerja
(Terlampir)

6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
Tabel 4.1.1 Hasil percobaan 1-3
Persamaan reaksi Pengamatan
Cu 2CuO Berubah menjadi warna hitam dan
warna nyala api oranye
3Cu + 8HNO3 Terdapat banyak gelembung
3Cu(NO3)2 + 2NO + pada saat pemanasan dan tidak
4H2O terjadi perubahan warna

CuSO4 + 2NaOH Larutan berwarna biru muda


Cu(OH)2 + Na2SO4 Terdapat endapan
CuSO4 + NH3 Larutan berwarna biru tua

Cu(OH)2 + 2NH4+ + H2O


CuSO4 + 2HCl Larutan berwarna hijau bening
CuCl2 + H2SO4

Tabel 4.1.2 Hasil percobaan 4

Persamaan reaksi Pengamatan


NaOH + K2C4H4O6 Na2CuH4O6 + KOH Putih keruh
+CuSO4 + C6H12O6 Cu2O + 2Na2SO4 Biru keruh
+
C6H12O6
Cu2O + 2HCl 2CuCl2 + H2O Larutan berwarna kecoklatan
Cu2O + H2SO4 Cu + CuSO4 + H2O Larutan berwarna kecoklatan
Cu2O + 2HNO3 2Cu(NO3)2 + H2O Larutan berwarna kecoklatan

7
Tabel 4.1.3 Hasil percobaan 5

Persamaan reaksi Sebelum Sesudah


pemanasan pemanas
an
CuO + 2HCl CuCl2 + H2O - Larutan keruh - Cepat bereaksi
- Terdapat - Terdapat
endapan banyak
- Berwarna gelembung
hitam - Terdapat
endapan di
dasar
- Larutan
berwarna
kehitaman
CuO + H2SO4 CuSO4 + H2O - Larutan keruh - Kurang
- Terdapat cepat bereaksi
endapan - Terdapat
- Berwarna gelembung
hitam gas
- Terdapat
endapan di
dasar
- Larutan
berwarna
hijau tua

8
CuO + 2HNO3 Cu(NO3)2 + - Larutan keruh - Lambat
H2O - Terdapat bereaksi
endapan - Larutan
- Berwarna berwarna hitam
hitam - Terdapat
pekat endapan di
dasar
- CuO tidak larut
dalam HNO3

Tabel 4.1.4 hasil percobaan 6

Persamaan reaksi Pengamatan


CuO + 2HCl CuCl2 + H2O Larutan berwarna jernih
Terdapat endapan hitam kasar
+Cu 2CuCl Larutan berubah warna
Menjadi hijau muda
Filtrat + H2O 2Cu2+ + 2Cl- + H2O Filtart berwarna hijau
Larutan menjadi bening

Tabel 4.1.5 Hasil percobaan 7

Persamaan reaksi Pengamatan


CuSO4 + 5KI 2CuI + 2K2SO4 + KI3 Larutan CuSO4 yang semula
berwarna biru jernih berubah
menjadi kuning pucat
KI3 + 2Na2S2O3 3 I- + S4O6 2- + 4Na Larutan berwarna putih susu
+ K+

9
Tabel 4.1.6 Hasil percobaan 8

Persamaan reaksi Pengamatan


CuCl2 Cu2+ + Cl2 - Terdapat gelembung gas
- Residu berwarna hijau
lumut kekuningan

Tabel 4.1.7 Warna senyawa senyawa twmbaga

Senyawa Tembaga Warna


Cu2O (endapan pada langkah 4) Kecoklatan
CuCl (pada langkah 6) Hijau muda
CuI (pada langka 7) Kuning pucat

4.2 Pembahasan
Sistem periodik unsur memiliki unsur unsur transisi
yang dikelompokkan sebgai unsur golongan B. Percobaan
kali ini akan membahas unsur transisi yang berada pada
periode keempat yaitu tembaga. Tembaga memiliki 2
bilangan oksidasi yaitu +1 dan +2 yang masing-masing akan
memberikan warna yang berbeda. Tembaga biloks +1 tidak
memberikan warna pada lautan namun tembaga +2 memiliki
warna biru (Qurniawati, 2018).
Logam Tembaga dapat dimurnikan melalui proses
elektrolisis. Logam Tembaga bereaksi hanya dengan
campuran asam sulfat dan asam nitrat pekat panas (dikenal
dengan istilah aqua regia). Logam Tembaga memiliki
koduktivitas elektrik yang tinggi. Dengan demikian, logam
tembaga sering digunakan sebagai kawat penghantar listrik.
Selain itu, Tembaga juga digunakan pada pembuatan alloy
(sebagai contoh, kuningan, merupakan alloy dari Cu dan

10
Zn),bahan pembuatan pipa, dan bahan dasar pembuatan koin
(uang logam) (Syamsidar, 2013). Tujuan dari praktikum
tembaga yaitu untuk mengetahui sifat-sifa tembaga dan
senyawanya.
Pada praktikum ini dilakukan 8 langkah percobaan.
Langkah pertama diawali dengan diambil sekeping logam
tembaga dengan penjepit kemudian dipanaskan di atas nyala
api pembakar spirtus. Nyala api yang terbentuk diamati.
Pada percobaan kali ini reaksi yang terjadi yaitu:
2Cu + O2 2Cu

Gambar 4.2.1 Tembaga saat pemanasan


Berdasarkan praktikum didapatkan nyala api berwarna
oranye. Hasil ini sesuai dengan referensi yang menyatakan
bahwa nyala api tersebut berwarna oranye yang
menunjukkan bahwa tembaga mengalami oksidasi menjadi
tembaga (I) oksida (Qurniawati, 2018).
Langkah kedua dilakukan dengan dimasukkan sebanyak
2 mL HNO3 encer ke dalam tabung reaksi. Sekeping logam
tembaga dimasukkan ke dalam tabung reaksi tadi, kemudian
dipanaskan di atas pembakar spirtus, dan diamati apa yang
terjadi.
Reaksi yang terjadi yaitu:
3Cu + 8HNO3 3Cu(NO3)2 + 2NO + 4H2O

11
Gambar 4.2.2 Pemanasan HNO3

Fungsi pemanasan dalam percobaan ini yaitu untuk


mempercepat reaksi. Fungsi penambahan HNO3 yaitu untuk
mereduksi tembaga, karena HNO3 bersifat oksidator kuat.
Potensial standar elektroda tembaga adalah positif yaitu
+0,34 V untuk pasangan Cu atau Cu2+, sehingga dapat
diketahui sifat kimia tembaga tidak larut dalam asam klorida,
asam nitrat, dan asam sulfat encer. Namun, tembaga dapat
sedikit larut dengan adanya oksigen. Sedangkan asam nitrat
akan dengan mudah melarutkan tembaga (Vogel, 1990).
Berdasarkan praktikum dihasilkan gelembung pada reaksi.
Hal ini sesuai dengan referensi yang menyatakan bahwa pada
reaksi HNO3 dan Cu akan melepaskan gas H2O. Asam nitrat
berperan sebagai oksidator pada reaksi tersebut dengan
mengoksidasi logam tembaga sehingga pada reaksi tembaga
mengalami kenaikan bilangan oksidasi dari 0 menjadi +2
(Nursanti, 2020).
Langkah ketiga dilakukan dengan dimasukkan larutan
CuSO4 sebanyak 2 mL ke dalam 3 buah tabung reaksi yang
berbeda. Tabung 1 ditambahkan NaOH encer secara
kuantitatif. Tabung 2 ditambahkan amonia. Tabung 3
ditambahkan HCl pekat. Masing-masing tabung diamati.
Reaksi yang terjadi pada tabung 1 yaitu:
2NaOH + CuSO4 Cu(OH)2 + Na2SO4
Reaksi yang terjadi pada tabung 2 yaitu:
CuSO4 + 2NH4OH Cu(OH)2 + (NH4)2SO4

12
Reaksi yang terjadi padatabung 3 yaitu:
CuSO4 + 2HCl CuCl2 + H2SO4

Gambar 4.2.3 Hasil akhir tabung 1, 2, dan 3


Berdasarkan reaksi yang terjadi pada masing-masing
tabung diperoleh produk yang sama pada tabung 1 dan 2 yaitu
Cu(OH)2 dan CuCl2 pada tabung 3. Pada tabung 1 diperoleh
larutan berwarna biru muda dan disertai adanya endapan. Hal ini
disebabkan karena pada reaksi tersebut dihasilkan tembaga (II)
hidroksida yang sifatnya tak larut dalam reaktan berlebih. Ion
hidroksida menghilangkan ion hidrogen dari logan air yang
menempel pada ion tembaga. Setelah ion hidrogen hilang dari dua
molekul air, yang tersisa sebuah komples netral yang tidak laru
dalam air sehingga endapan terbentuk (Nursanti, 2020). Pada
tabung 2 dihasilkan larutan berwarna biru tua. berdasarkan
referensi warna biru tua yang terbentuk adalah warna dari ion
kompleks larutan tersebut (Qurniawati, 2-18). Pada tabung 3
dihasilkan larutan berwarna biru bening. Hasil ini sesuai dengan
referensi yang menyatakan bahwa pencampuran tembaga (II) sulfat
dan HCl akan menghasilkan warna biru atau hijau bening
(Ratulani, 2017). Masing-masing produk ini memiliki sifat-sifat
fisika dan kimia yang berbeda pula.

Langkah keempat dilakukan dengan dimasukkan larutan


benedict ke dalam 3 buah tabung reaksi secara kualitatif. Masing-
masing tabung dimasukkan 1 gram glukosa. Kemudian

13
dihomogenkan dengan cara dikocok. Ketiga tabung tersebut
dipanaskan di atas pembakar spirtus lalu diamati. Larutan tadi
didiamkan selama 10 menit. Tabung 1 ditambahkan HCl encer
tabung 2 ditambahkan H2SO4 encer, dan tabung 3 ditambahkan
HNO3 encer Kemudian dihomogenkan dan diamati.

Reaksi yang terjadi yaitu :

Reaksi pada tabung 1


Cu2O + 2HCl 2CuCl2 + H2O
Reaksi pada tabung 2
Cu2O + H2SO4 Cu + CuSO4 + H2O
Reaksi pada tabung 3
Cu2O + 2HNO3 2Cu(NO3)2 + H2O

Gambar 4.2.4 5 mL larutan benedict + 1 g glukosa


sesudah dipanaskan

Gambar 4.2.5 hasil akhir percobaan keempat


Percobaan sudah sesuai dengan referensi dimana ketika
larutan benedict dicampurkan dengan glukosa dan dipanaskan serta
didiamkan akan terbentuk endapan merah bata yang berasal dari

14
tembaga (I) oksida yaitu 𝐶𝑢2𝑂. Reaksi pembentukan tembaga (I)
oksida juga 15dentic dengan uji Fehling atau Benedict yang
spesifik untuk oksidasi aldehid, sebab pada tahap ini digunakan
glukosa yang memiliki gugus aldehid pada rantai karbonnya.
Larutan benedict mereupakan campuran dari fehling A dan fehling
B. Fehling A adalah larutan tembaga (II) sulfat yang berwarna biru,
CuSO4 (aq). Fehling B, yaitu larutan natrium hidroksida,
NaOH(aq) dan kalium natrium tartrat. (Rivai, 1995).

Langkah kelima dilakukan dengan dimasukkan CuO


sebanyak 0,1 gram masing-masing ke dalam 3 buah tabung reaksi
yang berbeda. Tabung 1 ditambahkan HCl 0,1 M secara kualitatif,
tabung 2 ditambahkan H2SO4 0,1 M secara kualitatif dan
tabung 3 ditambahkan HNO3 0,1 M. Kemudian dihomogenkan
dan dipanaskan, lalu diamati yang terjadi. Pada tabung 1 reaksi
yang terjadi yaitu:

CuO + 2HCl CuCl2 + H2O


CuO + H2SO4 CuSO4 + H2O
CuO + 2HNO3 Cu(NO3)2 + H2O

Gambar 4.2.6 larutan setelah dipanaskan


Berdasarkan pengamatan diperoleh hasil tabung 1 setelah
dipanaskan larutan berwarna hitam kebiruan bening, terdapat
endapan hitam pekat, dan muncul gelembung gas (++). Pada
tabung 2 juga terdapat endapan, larutan berwarna hitam sedikit
kebiruan bening, dan terdapat gelembung gas (+++). Hal serupa

15
terjadi pada tabung 3 terdapat endapan hitam, larutan berwarna
bening kebiruan hitam dan terdapat gelembung (+). Hasil tersebut
sesuai dengan referensi bahwa jika CuO direaksikan dengan asam
akan menghasilkan garam Cu2+ berwarna biru. Tembaga sangat
lambat terioksidasi, sering memberikan lapisan berwarna hijau dari
hidroksi karbonat dan CuSO4. Tembaga hanya akan larut dalam
asam sulfat dengan kehadiran oksigen. Namun pada tabung ketiga
tidak sesuai referensi karena tembaga mudah larut dalam asam
nitrat dengan adanya oksigen dan menghasilkan larutan tak
berwarna sedangkan pada percobaan praktikum larutan berwarna
hitam kebiruan bening. Kesalahan ini dikarenakan kesalahan
praktikan seperti adanya pengotor, tabung reaksi yang kurang
bersih, ataupun pengambilan larutan yang berbeda-beda tetapi
menggunakan pipet volume yang sama (Syukri, 1999).

Percobaan keenam dilakukan dengan memasukkan 0,5 g


CuO ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 5 mL HCl
menghasilkan larutan berwarna biru muda. Selanjutnya, 1 g serbuk
Cu ditambahkan ke dalam tabung reaksi menghasilkan warna
merah bata. Langkah berikutnya, larutan dididihkan selama 5 menit
dan menghasilkan warna hitam. Berdasarkan pengamatan larutan
berwarna hitam, kemudian larutan disaring dan diambil filtratnya.
Filtrat yang dihasilkan berwarna hijau muda tersebut dituang ke
dalam 200 mL aquadest. Larutan tersebut membentuk sedikit
endapan putih larutan dan larutan menjadi keputihan susu.

Berikut persamaan reaksi dan gambar hasil reaksi:

CuO + 2HCl CuCl2 + H2O

+ Cu CuCl + H2O

16
Gambar 4.2.7 Filtrat + 200 mL aquadest

Pada persamaan reaksi pertama biloks yang dihasilkan +2


dan larutan berwarna biru muda maka sudah sesuai dengan
referensi. Pada persamaan reaksi kimia yang kedua biloks
mengalami oksidasi menjadi +1 dan sebelum dipanaskan larutan
berwarna merah bata berubah menjadi hijau tua kehitaman setelah
dipanaskan. Hal ini sesuai dengan referensi karena pada umumnya
Cu+ tidak stabil dan tidak memiliki warna. Terakhir setelah
difiltrat biloks mengoksidasi menjadi +2. Hal ini sesuai dengan
referensi Filtrat + 200 mL aquadest bahwa larutan yang terbentuk
berwarna putih keruh dengan adanya partikel yang mengapung
pada larutan. Kekeruhan ini menunjukkan adanya ion Cu2+ dalam
air. (Syukri, 1999).

Percobaan ketujuh dilakukan dengan memasukkan 3 mL


CuSO4 ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan KI
secara kualitatif, hasil diperoleh larutan menjadi berwarna kuning
kunyit. Hal ini sesuai dengan referensi yang menyatakan bahwa
reaksi antara tembaga (II) dengan iodida akan menghasilkan
larutan berwarna kuning dan endapan CuI2. (Syukri, 1999).

Reaksi yang terjadi:

CuSO4 + KI → CuI2 + K2SO4

17
Gambar 4.2.8 CuSO4 + KI + natrium tiosulfat

Berdasarkan reaksi diperoleh tembaga (I) iodida.


Pada awalnya larutan berwarna biru kemudian menjadi
kuning pekat sedikit kecoklatan. Kemudian setelah
dicampurkan tiosulfat larutan berubah warna menjadi kuning
pekat pucat. Ion tembaga (II) akan mengoksidasi ion iodida
menjadi iodium dan selama reaksi berlangsung ion tembaga
(II) mereduksi menjadi tembaga (I) iodida. Sehingga hsil ini
sesuai dengan referensi yang menyatakan bahwa pada saat
larutan berwarna kuning pekat sedikit kecoklatan
menandakan masih adanya zat pengotor kemudain
dipisahkan sehingga warna menjadi kuning pekat pucat
(Qurniawati, 2018).
Langkah kedelapan CuCl2 anhidrat dimasukkan ke
dalam tabung reaksi, kemudian dipanaskan dan diamati. Dari
hasil prakikum diperoleh terdapat gelembung gas pada reaksi
dan residu berwarna hijau kekuningan. Hasil ini sesuai
dengan referensi yang menyatakan bahwa CuCl2 berwarna
kehijauan jika dipanaskan dan akan terdapa gelembung-
gelembung udara berupa gas Cl2 dari proses tersebut
(Nursanti, 2020). Reaksi yang terjadi yaitu:

CuCl2 CuO + Cl

18
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pemanasan sekeping logam tembaga pada nyala api
menunjukkan bahwa tembaga mengalami oksidasi menjadi
tembaga (I) oksida.
2. Logam tembaga dimasukkan ke dalam asam nitrat encer
menyebabkan logam tersebut teroksidasi.
3. a. Larutan tembaga (II) sulfat ditambahkan natrium hidroksida
encer membentuk tembaga (II) hidroksida.
b. Larutan tembaga (II) sulfat ditambahkan amoniak
membentuk ion kompleks tetraaminokuprat (II).
c. Larutan tembaga (II) sulfat ditambahkan HCl pekat
membentuk ion CuCl2- dan gas hidrogen yang dibebaskan.
4. Pembuatan tembaga (I) oksida adalah uji glukosa dengan
menggunakan uji Fehling (Benedict) yang menghasilkan endapan
merah kecoklatan.
5. Pembuatan embaga (II) Oksida dibuat dengan mereaksikan
dengan HNO3, H2SO4 dan HCl
5.2 Saran
Sarannya adalah untuk melakukan praktikum dengan teliti dan
hati hati supaya hasil yang didapat sesuai dengan referansi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Musriadi. (2014). Akumulasi Logam Tembaga (Cu) dan Timbal (Pb) pada Karang
Acropora Formosa dan Acropora Hyacinthus di Pulau Samalona,
Barranglompo dan Bonebatang, Kota Makassar. Makassar: Universitas
Hasanuddin.

Nursanti, Yuniarti Ida. (2020). Setiap Hubungan Perlu Chemistry. Indonesia:


Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus–Direktorat
Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan
Menengah–Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Qurniawati, Annik. (2018). Seri Pengayaan Pembelajaran Kimia: Kimia Unsur.


Jakarta: Sunda Kelapa Jakarta.

Ratulani, Juwita. (2017). Kimia Dasar Teori dan Latihan. Padang: Sekolah Tinggi
dan Ilmu Pendidikan PGRI Sumatera Barat.

Rivai, H. (1995). Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Saito, Taro. (2004). Buku Teks Online Kimia Anorganik. Penerjemah:


Ismunandar. Tokyo: Kanagawa University.

Sriatun, SS, Taslimah, MS, & Suhartana (2012). MS KIMIA UNSUR. Semarang:
Universitas Diponegoro

Sunarya, Yayan., Agus, Setiabudi. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Syamsidar, S (2013). Dasar Reaksi Kimia Anorganik. Makassar: Alauddin


University

Syukri, S. (1999). Kimia Dasar 3. Bandung: Institut Teknologi Bandung

Vogel. (1990). Text Book of Macro and Emimacro Qualitative Inorganic


Analysis. London: Longman Group Limited.

20
LAMPIRAN

Skema kerja

Percobaan pertama

Sekeping logam tembaga

Diambil dengan penjepit

Dipanaskan di atas nyala api pembakar spirtus

Diamati nyala api yang terbentuk

Hasil pengamatan

Percobaan kedua

2 mL HNO3

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Dimasukkan sekeping logam tembaga

Dipanaskan di atas pembakar spirtus

Diamati yang terjadi

Hasil pengamatan

Percobaan ketiga

2 mL CuSO4

Dimasukkan ke dalam 3 buah tabung reaksi yang berbeda

Ditambahkan NaOH encer pada tabung 1

Ditambahkan amonia pada tabung 2

Ditambahkan HCl pekat pada tabung 3

Diamati masing-masing tabung

Hasil pengamatan

21
Percobaan keempat

Larutan benedict secara kualitatif

Dimasukkan ke dalam 3 buah tabung reaksi secara


kualitatif

Dimasukkan 1 gram glukosa

Dihomogenkan dengan cara dikocok

Dipanaskan ketiga tabung di atas pembakar spirtus dan


diamati

Didiamkan larutan selama 10 menit

Ditambahkan HCl encer pada tabung 1

Ditambahkan H2SO4 encer pada tabung 2

Ditambahkan HNO3 encer pada tabung 3

Dihomogenkan masing-masing tabung

Diamati perubahan yang terjadi

Hasil pengamatan

22
Percobaan kelima

0,1 gram CuO

Dimasukkan maSing-masing ke dalam 3 tabung reaksi yang


berbeda

Ditambahkan HCl 0,1 M secara kualitatif pada tabung 1

Ditambahkan H2SO4 0,1 M pada tabung 2

Ditambahkan HNO3 0,1 M pada tabung 3

Dihomogenkan

Dipanaskan

Diamati yang terjadi

Hasil pengamatan
Percobaan keenam

0,5 g CuO

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan 5 m L HCl pekat

Ditambakan 1 gram serbuk Cu

Dididihkan larutan selama 5 menit

Disaring dan diamati filtratnya

Dimasukkan filtrat ke dalam 200 m L aquades Diamati

Hasil pengamatan

23
Percobaan ketujuh

3 mL larutan CuSO4

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan larutan 3 mL KI

Diamati

Ditambahkan natrium tiosulfat

Diamati kembali

Hasil pengamatan

Percobaan kedelapan

CuCl2 anhidrat

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Dipanaskan

Diamati yang terjadi

Hasil pengamatan

24
Data Pengamatan

25
26
27
SOAL DAN JAWABAN

1. Tuliskan persamaan reaksi Cu2O dengan H2SO4 encer. Dalam reaksi ini
mana yang bertindak sebagai oksidator dan reduktor.
Jawab:
Cu2O + H2SO4 Cu + CuSO4 + H2O
Cu2O ke Cu = +1 ke 0 (reduksi)
Cu2O ke CuSO4 = +1 ke +2 (oksidasi)
Jadi, yang bertindak sebagai oksidasi dan reduksi adalah Cu2O
2. Dalam keadaan bagaimana senyawa tembaga (I) stabil dalam larutan air.
Jawab:
Senyawa tembaga (I) stabil dalam larutan air apabila keadaan tembaga (I)
mengalapi disproposionasi dalam larutan air dan apabila konsentrasi dari
tembaga tersebut sangat rendah. Senyawa tembaga (I) stabil dalam larutan
air dalam keadaan yang sangat tidak stabil seperti CuCl2
3. Senyawa apa yang dihasilkan dari CuO dan HCl pekat?
Jawab:
CuO + 2HCl CuCl2 + H2O
Jadi, senyawa yang dihasilkan adalah CuCl2
4. Apa fungsi dari natrium tiosulfat pada percobaan 7?
Jawab:
Natrium tiosulfat berfungsi unuk mereduksi I2 menjadi ion 3I- sehingga
larutan menjadi jernih dan endapan yang terbentuk dapat terlihat jelas.
5. Bagaimana hasil pemanasan tembaga (II) klorida dan tembaga (II)
bromida?
Jawab:
Hasil pemanasan tembaga (II) klorida dan tembaga (III) bromida menjadi
CuO yang berwarna hitam.
6. Dilihat dari struktur elektron, ion manakah yang lebih stabil Cu+ atau
Cu2+?
Jawab:
Cu = [Ar] 3d10 4s1 Cu+ = [Ar] 3d10 4s0
Cu2+ = [Ar] 3d9 4s0

28
Dari konfigurasi elektron tersebut disimulkan bahwa Cu+ lebih stabil dari
Cu2+ .

29

Anda mungkin juga menyukai