Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR
REDOKS DAN ELEKTROMAGNETIK

DI SUSUN OLEH:

Nama : Alfi Syaifuddin


NIM : 2108016040
Dosen pengampu : Abdul Malik, M. Si
Asisten Dosen : Risqi Aprilianingsih
Ayu Lailatun Nadhirah
Ahmad Febri
Kelompok : 3 ( Kloter 1 )
BIO 1-B

LABORATORIUM BIOKIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UIN WALISONGO SEMARANG

2021
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1. Tujuan pratikum:- Mengetahui pengaruh besarnya potensial oksidasi


dari beberapa jenis logam.

-Menentukan zat-zat yang mengalami reaksi


oksidasi dan reaksi reduksi.

2. Waktu Pratikum : Kamis,4-November-2021

3. Tempat Pratikum : Laboratorium kimia dasar, lantai 2, Fakultas


Sains dan Tekonologi, UIN Walisongo Semarang

B. DASAR TEORI
Redoks merupakan reaksi kimia yang disertai perubahan bilangan oksidasi.
Setiap redoks terdiri atas reaksi-reaksi reduksi dan oksidasi. Reaksi oksidasi adalah
reaksi kimia yang ditandai dengan penurunan bilangan oksidasi. Bilangan oksidssi
sebagai muatan yang dimiliki suatu atom jika seandainya elektron diberikan kepada
atom yang lain keelektronegatifannya lebih kecil dan lebih positif sedangkan atom
yang keeloktroaktifannya lebih besar memiliki bilangan oksidasi positif (Dogra,
2005:156)
Sel elektrokimia dapat diklasifikasikan sebagai sel galvani bila sel digunakan
untuk menghasilkan energi listrik (potensial sel positif ) dan sel elektrolisis bila sel
memerlukan energi listrik dari suatu sumber. Secara definisi katoda ialah suatu elektroda
dimana reduksi terjadi. Definisi ini berlaku pada sel galvani dan sel elektrolisis. Pada
berbagai sel, umumnya elektroda-elektroda tercelup langsung pada larutan atau
dihubungkan lewat jembatan garam umumnya digunakan apabila elektroda-elektroda
harus dicelupkan dalam larutan yang berbeda dan tidak bercampur (rivai, 2007: 261-
262).
Sel garam atau sel volta merupakan salah satu elektrokimia yang dapat
menghasilkan energi listrik, karena terjadinya reaksi redoks secara spontan. Salah satu
contoh sel galvani adalah sel daniele. Sel daniele yang telah dimodifikasi. Pada sel galvani
masing-masing sel mengandung sebuah elektroda dan suatu elektrolit. Elektroda yang
digunakan merupakan suatu konduktor listrik yang tidak bereaksi dengan larutan
elektrolit. Elektroda dengan kutub negatif disebut anodadan menempatkan tempat
berlangsungnya reaksii oksidasi, sedangkan katoda adalah elektroda dengan kutub
negatif dan merupakan tempat berlangsungnya reaksi induksi.
Elektrolisis berasal dari kata ( elektro ) yang berarti listrik, katalis yang berarti
penguraian. Sel elektrolisis pada dasarnya hampir sama dengan sel galvani, tetapi tidak
digunakan jembatan garam dan voltmeter diganti menggunakan sumber arus, biasanya
baterai. Sel elektrolisis terdiri dari dua buah katoda, yang masing-masing dihubungkan
dengan kutub-kutub sumber arus dan dimasukkan kedalam bejana yang berisi zat
elektrolit. Saat elektrolisis dilakukan, ion-ion yang bermuatan positif( kation ) akan
teroksidasi dan menempel pada elektroda yang digunakan pada katoda sehingga apabila
dilakukan penimbangan masa katoda bertambah, sedangkan ion-ion yang bermuatan
negatif ( anion ) akan terinduksi pada anoda sehingga elektroda yang diletakkan pada
anodanya masanya tidak berubah ( tetap ). Proses elektrolisis umumnya terdiri dari dua
tipe larutan
C. METODOLOGI
1. Alat
No Nama alat Jumlah
1 Pipet tetes 4 buah
2 Gelas beker 4 buah
3 Tabung reaksi 2 buah

2. Bahan
No Nama bahan
1 Logam seng ( Zn )
2 Logam tembaga ( Cu )
3 Asam sulfat
4 Asam klorida
5 Asam asetat
6 Asam fosfat
7 Cangkang telur ayam
3. Material Safety Data Sheet ( MSDS )
1. Seng ( Zn )
Keadaan fisik : Cairan
Warna : tidak berwarna
Bau : tidak berbau
pH : 14 pada 20℃
Titik lebur : 9℃

2. Tembaga ( Cu )
Kepadatan : 8,9 gr/cm3
Titik lebur : 1083 ℃
Titik didih : 2595 ℃
Isotop : 6

3. Asam sulfat ( H2SO4 )


Keadaan fisik : cairan
Warna : bening
Bau : tidak berbau
Titik didih : -℃
Titik lebur : -℃

4. Asam klorida ( HCl )


Keadaan fisik : cairan
Bau : pedas
Warna : tak berwarna
Titik didih : 108,58 ℃
Titik lebur : -26,25 ℃

5. Asam asetat ( CH3COOH )


Keadaan fisik : cairan
Warna : tak berwarna
Bau : manyengat
Titik didih : 118,1℃
Titik lebur : 16,7 ℃

6. Asam fosfat ( H3PO4 )


Keadaan fisik : cairan
Penampilan : APH : 10 max
Bau : tidak berbau
pH :-
Titik didih : 158 ℃
Titik lebur : 21 ℃

Tindakan Pertlongan Pertama bila terkena bahan kimia diatas :

• Mata : segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit,
sesekali mengangkat kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan
medis segera.

• Kulit : dapatkan bantuan medis segera. Segara basuh kulit dengan banyak
air selama minimal 15 menit sambil melepas pakaian dan sepatu yang
terkontaminasi.

• Tertelan : dapatkan bantuan medis segera. JANGAN memaksakan


muntah, jika sadar dan waspada, bilas mulut dan minum 2-4 cangkir susu
atau air.

• Inhalasi : dapatkan bantuan medis segera. Hapus dari paparan dan


segera pindah ke udara segar. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Jangan
menggunakan resuitasi mulut ke mulut jika korban menelan atau
menghirup zat tersebut; menginduksi pernapasan buatan dengan masker
saku yang dilengkapi dengan katup satu arah atau perangkat medis
pernapasan yang tepat lainnya.

• Catatan untuk dokter : perlakukan secara simtomatis dan suportif.


4. Prosedur kerja
a. Reaksi pembentukan gas

1. Dua tabung reaksi diisi masing-masing dengan 4 ml HCl 4 M

2. Masukkan masing-masing satu keeping logam Cu dan Zn kedalam


masing/masing tabung reaksi yang berisi 4 ml larutan HCl 4 M
3. Analisis reaksi kedua logam tersebut

4. Tuliskan persamaan reaksi yang terjadi.

b. Kekuatan asam

1. Tiga tabung reaksi di isi masing/masing dengan 4 ml HCl 2 M pada


tabung pertama, 4 ml asam sulfat pada tabung reaksi kedua, 4 ml
Asam Asetat 2 M pada tabung reaksi ketiga

2. Masukkan logam seng kedalam masing-masing tabung reaksi


tersebut

3. Amati kecepatan reaksi logam Zn dalam ketiga larutan asam


tersebut

c. reaksi karbonat

1. Kedalam gelas kimia 100 ml di masukkan 10 ml asam asetat 2M

2. Masukan pecahan cangkang telur ayam kedalamnya, amati apa yang


terjadi dan tulis semua reaksi kimia yang terjadi
D. HASIL PENGAMATAN

Percobaan Perubahan
1. reaksi pembentukan gas Pada percobaan pertama antara larutan HCl dan
logam Zn terbentuk atau terjadi gelembung gas
yang cukup banyak, larutan menjadi keruh, beruap
yang berhenti pada menit 10.26.
Pada percobaan kedua antara larutan HCl dan
logam Cu tidak terjadi reaksi perubahan.
Reaksi
HCl(aq) + Zn(s) → ZnCl2(aq) + H2 (g)
HCl(aq) + Cu(s) → (tidak bereaksi)

Percobaan Perubahan
2. kekuatan asam Pada percobaan secara bersamaan, logam Zn
dimasukkan kedalam ketiga larutan H2SO4, HCl, dan
CH3COOH.
Saat dimasukkan didalam larutan H2SO4, terbentuk
gelembung gas dan berwarna keruh. Saat
ditambahkan kedalam HCl juga sama, namun yang
membedakan antara reaksi H2SO4 dengan reaksi
HCl adalah laju atau kecepatan terbentuknya
gelembung gas.
Dan saat dimasukkan kedalam CH3COOH tidak
terjadi reaksi.
Reaksi
H2SO4 (aq) + Zn(s) → Zn (SO4)2 (aq) + H2(g)
HCl (aq) + Zn(s) → ZnCl2 (aq) + H2 (g)
CH3COOH(aq) + Zn (s) → tidak bereaksi
Percobaan Perubahan
3. reeaksi karbonat Pada percobaan cangkang telur ayam dengan
larutan CH3COOH terbentuk gelembung gas, tekstur
menjadi retak dan melunak, terjadi perubahan
warna cangkang dari coklat menjadi bercak putih.
Didalam cangkang telur terdapat CaCo3 sebagai
penyusun utama sehingga akan bereaksi dengan
larutan CH3COOH.
Reaksi
CaCo3 (s) + CH3COOH(aq) → Ca(CH3COOH)2 (aq) +
CO2 (g) + H2O(g)

E. PEMBAHASAN
1. Reaksi pembentukan gas
Pada percobaan pertama larutan HCl ditambahkan logam Zn, didapatkan
hasil yang terbentuk gelembung gas H2. Hal ini disebabkan saat produk yang dihasilkan
dari suatu reaksi tidak larut didalam air dan titik didihnya rendah. Selain itu, gas
terbentuk dapat terbentuk apabila reaksi tidak stabil hingga terurai menjadi gas
persamaan reaksi yang terjadi
HCl(aq) + Zn(s) → ZnCl2(aq) + H2 (g)

Pada percobaan kedua larutan HCl ditambahkan dengan logam Cu, maka
hasil yang didapatkan dari percobaan yaitu tidak terjadi atau tidak terbentuk
gelembung gas H2. Hal ini disebabkan karena logam Cu memiliki potensi penurunan lebih
tinggi ( positif ) daripada H2. Inilah yang memicu logam Cu tidak dapat bereaksi dengan
larutan HCl. Adapun persamaan reaksi yang terjadi :
HCl(aq) + Cu(s) → (tidak bereaksi)

2. Kekuatan asam
Pada percobaan kali ini kita menyiapkan 3 gelas beker yang telah berisi
secara berurutan H2SO4, HCl, dan CH3COOH. Saat Zn direaksikan dengan larutan
H2SO4 dapat dilihat terbentuk gelembung-gelembung gas yang disebabkan apabila
produk yang dihasilkan dari suatu reaksi tidak larut dalam air dan titik didihnya
rendah. Reaksi atau kecepatan gelembung-gelembung yang cukup tinggi. Adapun
persamaan yang terjadi :
H2SO4 (aq) + Zn(s) → Zn (SO4)2 (aq) + H2(g)
Pada saat logam Zn direaksikan larutan HCl hasilnya tidak jauh berbeda dengan
reaksi larutan H2SO4 yang mana membentuk gelembung-gelembung gas. Namun
kecepatan yang dihasilkan dari percobaan HCl ini lebih cepat dibandingkan
larutan H2SO4. Dengan persamaan reaksi yang terjadi :
HCl (aq) + Zn(s) → ZnCl2 (aq) + H2 (g)
Pada saat logam Zn direaksikan dengan CH3COOH, maka hasil yang
didapatkan dari percobaan yaitu tidak terjadi atau tidak terbentuk gelembung-
gelembung gas H2. Hal ini disebabkan karena logam Zn memiliki potensi
penurunan lebih tinggi ( positif ) daripada H2. Inilah yang memicu logam Zn tidak
dapat bereaksi dengan larutan CH3COOH . Adapun persamaan reaksi yang terjadi
CH3COOH(aq) + Zn (s) → tidak bereaksi
3. Reaksi karbonat
Pada percobaan reaksi karbonat, menguraikan larutan CH3COOH dengan
cangkang telur. Dari percobaan tersebut menghasilkan gelembung-gelembung
gas. Hal ini dikarenakan didalam cangkang telur terdapat CaCo3 yang merupakan
penyusun utama, sehingga akan bereaksi dengan CH3COOH. Selain CaCo3
penyusun utama dari cangkang telur sendiri adalah MgCO3 (magnesium karbonat)
dan CaSO4 ( kalsium sulfat ). Gelembung gas yang muncul ketika reaksi
berlangsung merupakan gas karbondioksida yang dihasilkan dari reaksi
CH2COOH dan cangkang telur. Dengan persamaan reaksi yang yang terjadi :
CaCo3 (s) + CH3COOH(aq) → Ca(CH3COOH)2 (aq) + CO2 (g) + H2O(g)
4. Alasan mengunakan telur ayam
Di dalam kulit telur terdapat kandungan nutrisi seperti kalsium, zat besi,
dan mineral lainnya yang bisa dijadikan pakan ternak. Kandungan cangkang telur
diantaranya 95% kalsium karbonat (CaCO3), pospor, dan protein raantai tinggi
mendekati 5%, sedikit kitin, chitosan 0,05 %. Cangkang telur memiliki rumus
kimia CaCO3. CaCO3 dapat bereaksi dengan larutan CH3COOH atau asam cuka.
Sama halnya seperti batu gimpang atau batu kapur yang tersusun atas CaCO3 akan
menimbulkan bau gas jika diberi asam. Senyawa lain yang terdapat di dalam
cangkang telur di antaranya MgCO3, CaSO4 dan bahan organik. Pada saat
direndam didalam air cuka, kalsium karbonat bereaksi dengan air cuka
membentuk garam kalsium karbonat larut sehingga yang tersisa adalah protein
pengikat yang elastis karena kulit telur rentan terhadap asam cuka, seperti yang
kita tahu jika asam dapat merusak suatu benda dan merubah ketebalannya. Jadi
asam cuka ini merombak kalsium dikulit telur dan melunakkannya, sehingga
bagian kulit telur yang cukup lama terkena asam cuka akan melembek. Karena
cuka dikategorikan dalam zat-zat asam, berarti cuka memiliki kemampuan untuk
merusak beberapa zat seperti, kalsium yaitu komponen utama penyusun kulit
telur.
Kulit telur sebagian besar terbuat dari kalsium karbonat, dengan
menggunakan asam maka kulit ini larut, tidak hanya dengan asam cuka tetapi
dengan HCL atau H2SO4 pun ini bisa terjadi. Cangkang telur (CaCO3) yang
bereaksi dengan asam cuka (CH3COOH) memiliki persamaan reaksi
CaCO3(s) + 2 CH3COOH(aq) Ca(CH3COO)2(aq) + CO2(g) + H2O(l)
Cangkang telur yang bereaksi dengan asam asetat menimbulkan keretakan pada
cangkang telur dengan jangka waktu tertentu. Cepat atau lambatnya
pengelupasan sebenarnya tergantung pada kuat lemahnya suatu asam. CH3COOH
yang merupakan asam lemah membutuhkan waktu yang relatif lama untuk
mengelupasi kulit telur. Air cuka berpengaruh terhadap kelunakan serta
keringanan kulit telur. Semakin banyak air cuka yang diberikan pada kulit telur,
maka kulit telur tersebut akan cepat mengapung dan menjadi lunak, dan akhirnya
mengelupas. Karena cuka dikategorikan dalam zat-zat asam, berarti cuka memiliki
kemampuan untuk merusak beberapa zat seperti, kalsium yaitu komponen utama
penyusun kulit telur

F. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Pengaruh besarnya beda potensial oksidasi pada setiap logam untuk


mengetahui berapakah besar potensial sel logam tersebut sekaligus
mengetahui urutan deret volta suatu logam. Karena semakin sukar untuk
direduksi berarti semakin mudah untuk dioksidasi dan sebaliknya semakin
mudah direduksi maka semakin sukar dioksidasi. Karena beda potensial
oksidasi (E°oks) berlawanan dengan potensial reduksi (E°𝑟𝑒𝑑). Contohnya
pada logam Zn dan Cu :

Zn → Zn2+ + 2e E° = +0,76 disingkat E°oks Zn = +0,76 V

Cu → Cu2+ + 2e E° = -0,34 disngkat E° oks Cu = -0,34 V

2. Pada percobaan diatas :

a. Reaksi pembentukan gas

HCl(aq) + Zn(s) → ZnCl2(aq) + H2 (g)

Reaksi oksidasi : Zn → ZnCl2

Reaksi reduksi : HCl → H2

b. Reaksi kekuatan asam

H2SO4 (aq) + Zn(s) → Zn (SO4)2 (aq) + H2(g)

Reaksi oksidasi : Zn → ZnSO4

Reaksi reduksi : H2SO4 → H2

HCl (aq) + Zn(s) → ZnCl2 (aq) + H2 (g)

Reaksi oksidasi : Zn → ZnCl

Reaksi reduksi : HCl → H2


DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2004. Kimia dasar konsep-konsep inti edisi 3 jilid 2. Jakarta :
Erlangga

Dogra. 2005. Kimia fisika. Jakarta : Universitas Indonesia

Hanacaraka.“Makalah Ilmiah Biologi-Pengamatan Peristiwa Osmosis”.14


Maret2014http://hanacaraka8.wordpress.com/2012/09/05/
makalah-ilmiah-biologi-pengamatanperistiwa-osmosis/

Petrucci, Ralph H. 1985. Kimia dasar dan terapan modern jilid II. Jakarta :
Erlangga

Rivai. 2007. Kimia organik Universitas. Jakarta : Balai pustaka


LAMPIRAN

Bagian A larutan HCL 4 M 4 ml, HCl + Cu = ga

ada gelembung gas HCl + Zn = ada gelembung

gas

Reaksi Zn Dan Cu Pada Menit 5


Bagian B ada 3 larutan HCl + Zn,

H2SO4 + Zn, CH3COOH + Zn

Bagian C Caco3 + Ch3cooh

Pada cangkang telur

Anda mungkin juga menyukai