Anda di halaman 1dari 11

PERCOBAAN VI

I. JUDUL : Penentuan Kadar Glukosa dalam Darah


II. HARI/TANGGAL : Senin/20 Maret 2017
III. TUJUAN : 1.Dapat Mengetahui Pembuatan Filtrat Darah Bebas
Protein
2.Dapat Mengetahui Penentuan Kadar Sakar Darah

IV. MANFAAT
IV.1. Dapat Mengetahui bahwa gula darah akan meningkat setelah makan atau
minum sesuatu yang bukan air putih biasa.
IV.2. Mengetahui bahwa gula darah yang tinggi dapat merusak mata, saraf,
gijal, atau jantung.
IV.3. Mengetahui bahwa intensitas wara larutan dalam darah merupakan
banyaknya gula yang ada dalam filtrat

V. LANDASAN TEORI
Glukosa, suatu gula monosakarida adalah salah satu karbohidrat
terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan.
Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi.
Bentuk alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri
pangan. Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena
mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam,
glukosa terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah (Poedjiadi 1994).
Glukosa darah merupakan karbohidrat dalam bentuk monosakarida yang
terdapat dalam darah (Baron, 1984). Organ – organ yang berpengaruh dalam
metabolisme glukosa antara lain hati dan pankreas. Glukosa darah berada
dalam keseimbangan dan mengatur secara hormonal yaitu hormon teroid,
hormon insulin, hormon efineprin dan hormon pertumbuhan (Ganong, 1990).
Jumlah glukosa dalam darah tergantung kepada keseimbangan antara jumlah
yang masuk dan yang keluar. Glukosa masuk ke dalam darah dari tiga macam
sumber, yaitu :
a. Makanan yang mengandung hidratarong. Setelah dicerna dan diserap, jenis
makanan ini merupakan sumber glukosa tubuh yang paling penting.
b. Glukogen, glikogen disimpan dalam otot dan heper, dan dapat dipecah
untuk melepas glukosa.
c. Sebagian asam amino dipecah oleh heper untuk menghasilkan glukosa.
(Beck,2011 )

Insulin tidak diperlukan untuk terjadinya salah satu diantara ketiga proses
ini. Setelah glukosa masuk ke dalam darah, insulin diperlukan untuk
memungkinkan glukosa meninggalkan darah dan masuk ke dalam jaringan.
Pada orang non – diabetik, glukosa yang meninggalkan aliran darah digunakan
lewat dua cara , yaitu :

a. Energi segera bagi semua jaringan.


b. Energi simpan sebagai glikogen dalam heper dan otot, serta lemak di
dalam jaringan adipose. ( Beck, 2011 )

Kadar glukosa darah yang diketahui dapat membantu memprediksi


metabolisme yang mungkin terjadi dalam sel dengan kandungan gula yang
tersedia. Jika kandungan glukosa dalam tubuh sangat berlebihan maka glukosa
tersebut akan mengalami reaksi katabolisme secara enzimatik untuk
menghasilkan energy. Namun jika kandungan glukosa tersebut di bawah batas
minimum, maka asam piruvat yang dihasilkan dari proses katabolisme bisa
mengalami proses enzimatik secara anabolisme melalui glukoneogenesi untuk
mensintesis glukosa dan memenuhi kadar normal glukosa dalam darah (
plasma darah ) yaitu 65 – 110 mg/dl ( 3,6 – 6,1 mmol/ L ). (Murray, 2003 )

Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu kadar
glukosa di dalam darah. Kadar glukosa darah diatur dengan ketat di dalam
tubuh. Glukosa dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel
– sel tubuh. Umumnya kadar glukosa darah berada pada kadar 70 – 110 mg/dl.
(Price, 2005 ). Metabolisme glukosa yang tidak normal dapat menyebabkan
hiperglikemia ( bila kadar gula darah berada pada kadar tinggi ( > 110 mg/dl ))
dan hipoglikemia ( bila kadar glukosa darah terlalu rendah ( < 70 mg/dl )).
Metode pengukuran kadar glukosa :

a. Metode kimia. Prinsip pemeriksaan ini, yaitu proses kondensasi glukosa


dengan akromatik amin dan asam glasial pada suasana panas, sehingga
terbentuk senyawa berwarna hijau kemudian diukur dengan fotometri.
b. Metode enzimatik.
1. Metode glukosa oksidase. Prinsip pemeriksaan ini adalah enzim glukosa
oksidasi mengkatalisis reaksi oksidasi glukosa menjadi asam glukonat
dan hidrogen peroksida yang terbentuk bereaksi dengan phenol dan 4 –
amino phenazone dengan bantuan enzim peroksidase menghasilkan
quinoneimine yang berwarna merah muda dan dapat diukur dengan
fotometer pada λ = 546 nm.
2. Metode hexokinase ( Down, 2000 )

Glukosa darah dapat ditentukan dengan berbagai cara baik secara


kimiawi maupun secara enzimatik. Prisip penentuannya didasari pada
kemampuan glukosa untuk mereduksi ion anorganik seperti Cu2+ atau
Fe(CN)63-. Penentuan glukosa secara reaksi reduksi kurang spesifik dibanding
cara enzimatik, terutama bila dalam darah terdapat bahan yang dapat mereduksi
misalnya kreatinin, asam urat dan gula-gula lain selain glukosa (manosa,
galaktosa dan laktosa) yang akan memberikan hasil pemeriksaan yang lebih
tinggi daripada kadar glukosa yang sebenarnya. Sebagai pedoman dapat
diperkirakan bahwa hasil penentuan glukosa secara reduksi akan memberikan
hasil 3,6 -10,8 mg % lebih tinggi daripada cara enzimatik. Perbedaan ini akan
lebih besar lagi bila terdapat peningkatan kreatinin dan asam urat
(Suryohudoyo & Purnomo, 1996 : 71-73).

VI. ALAT DAN BAHAN


V.1. Alat
 Gelas ukur
 Tabung reaksi
 Gelas kimia
 Alat Sentrifus
 Pipet tetes
V.2. Bahan
 Larutan Ba(OH)2 0,3N
 Larutan ZnSO4.7H2O 5%
 Larutan standar glukosa 1,00 mg/ml
 Reagen arsenomolibdat
 Sampel darah
 Aquades

VII.PROSEDUR KERJA
VII.1. Pembuatan Filtrat Darah Bebas Protein
Tabung
centrifuge
diisi 1,90 ml aquades

diambil 0,10 ml darah yang "oxalated"

dicampur dengan baik

ditambahkan 1,50 ml Ba(OH)2 0,3N

diaduk baik-baik

ditambahkan lagi 1,50ml ZnSO4 5%

dicampur dengan baik-baik

didiamkan selama 3 menit

Centrifuge

disentrifuge selama 20 menit

Hasil Pengamatan
VII.2. Penentuan Kadar Sakar Darah

Tabung reaksi

dipipet 1,0 ml filtrate darah bebas protein

ditambahkan 1,00 ml regensia alkalis

dimasukkan dalam air mendidih tepat 20 menit

diangkat

dimasukkan dalam air dingin

ditambahkan 1,00 ml reagen warna


arsenomolibdat

diaduk baik-baik

ditambahkan 7,00 ml H2 O

diaduk baik-baik

spektrofotometer

dibaca ektrinsiknya dengan panjang gelombang


660nm

Hasil Pengamatan
VIII. DATA PENGAMATAN
A. Darah Belut

Perlakuan Hasil Pengamatan

 Ditambah 2 ml air + 2 tetes  Larutan menjadi larut dan


darah belut dan dikocok. berwarna merah.
 Ditambah Ba(OH)2 0,3N  Berwarna Merah
sebanyak 1,50 ml dan kecoklatan.
ZnSO4 5% sebanyak 1,50
ml.
 Didiamkan selama 3 menit.  Larutan menjadi berwarna
hijau, ada terdapat endapan
dan terdapat buih diatasnya.
 Disentrifus selama 20 menit  Larutan berwarna hijau,
dengan kecepatan 3000 terbentuk 2 lapisan dan
rpm. dibawah terdapat endapan.
 Diperoleh filtrate 6 ml.
 Dipisahkan.

B. Darah Sapi

Perlakuan Hasil Pengamatan

 Ditambah 1,9 ml air dan 0,1  Larutan menjadi larut


ml darah sapi kemudian sempurna.
dikocok.
 Ditambah Ba(OH)2 0,3N  Larutan berwarna coklat
sebanyak 1,50 ml dan kemerahan dan setelah
ZnSO4 5% sebanyak 1,50 ditambah ZnSO4 larutan
ml. menjadi putih keruh.
 Didiamkan selama 3 menit  Larutan menjadi lebih
dan disentrifus selama 20 bening dan terdapat
menit dengan kecepatan endapan dibawahnya yang
3000 rpm. berwarna kehijauan.
 Dipisahkan.  Diperoleh filtrate 4,5 ml.

IX. PEMBAHASAN
Pada percobaan penentuaan kadar glukosa dakam darah yang kami
lakukan sangat praktikum kali ini dimana tujuan dari praktikum ini agar
praktikan mampu menentukan kadar glukosa dalam sampel darah yang telah
disiapkan.
Glukosa diserap kedalam peredaran darah melalui pencernaan. Darah
manusia normal mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentari yang
tinggi yaitu antara 70-100 mg atau 100 ml darah. Glukosa dapat bertambah
setelah makan makanan berkarbohidrat.
A. Penentuan filtrate darah bebas protein
Pada percobaan ini bertujuan untuk memperoleh filtrate darah yang
bebas protein dari sampel yang berupa “ darah oxdated “ penambahan
aquadest pada percobaan ini bertujuan untuk mengencerkan sampel darah
yang digunakan segingga albumin yang terkandung dalam darah akan larut
oleh aquades. Albumin adalah protein yang dapat larut dalam ais serta
dapatmterkoagulasi oleh panas dan biasanya terdapat didalam serum darah.
Kemudian digunakan larutan Ba(OH)² yang membuat larutan menjadi
terdapat endapan berwarna coklat. Larutan Ba(OH)² berfungsi untu
mengendapkan albumin yang terlarut dalam air. Pada percobaan ini juga
digunakan larutan ZnSO4 5%. Larutan ini menyebabkan terjadi perubahan
warna pada larutan menjadi warna hijau dan terdapat endapan didasar
tabung. Penambahan larutan ZnSO4 5% berfungsi sebagai katalisator yang
mempercepat terjadinya reaksi. Pada percobaan ini bertujuan untuk
mempercepat terbentuk albumin dari Ba(OH)². Selain itu, tujuan
didiamkannya larutan adalah agar terjadi endapan albumin secara sempurna.
Selanjutnya dilakukan sentifugasi selama 20 menit. Hal ini bertujuan
untuk memisahkan zat yang makromolekul dengan zat yang berikatan
dengan nya sehingga dapat berpindah pada sentrifugasi suatu sampel diberi
gaya yang besar dengan memutar pada sampel tersebuk pada kecepatan
yang sangat tinggi. Pada percobaan ini menggunakan kecepatan 300 rpm
yang menyebabkan terjadinya sedimentasi partikel, organel sel atau
makromolekul pada suatu kecepatan. Tujuan utama dilakukan sentrifugasi
ini adalah untuk terperoksinya endapan yang padat yang merupakan
albumin sehingga terpisah dengan glukosa. Cairan bening yang beradu
dilapisan atas dan larutan yang telah bebas akan protein.
B. Penentuan kadar glukosa darah
Pada percobaan kedua tidak kami lakukan sehingga kami menggunakan
data dari literature. Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar
glukosa darah yang terdapat pada filtrate sampel yang sudah bebas dari
protein.
Pada percobaan ini digunakan larutan Cu alkalis yang berwarna biru
jernih sehingga sampel yang digunakan berubah warna menjadi biru bening.
Penambahan Cu alkalis disini bertujuan sebagai reduksi glukosa dalam
sampel. Kemudian digunakan air mendidih yang berfungsi untuk
menambah laju reaksi dari Cu alkalis menghasilkan warna yang tetap yaitu
biru jernih selanjutnya digunakan pereaksi arsenmalibdat yang berwarna
kuning jernih namun larutan tidak terjadi perubahan warna tetap berwarna
biru jernih. Hal ini dikarenakan larutan mengandung asam laktat dan ini
Cu²+. Hal ini sesuai dengan prinsip uji tauber yang akan memberikan hasil
panitit yaitu larutan berwarna biru pada larutan yang mengandung
monosakarida ( glukosa ).
Ion cupri ( Cu²+ ) akan direduksi oleh gula menjadi kupro ( Cu+ ) dan
mengendap sebagai Cu2O ( kupro. Oksida ) penambahan larut kembali dan
berwarna larutan berubah menjadi biru tersebut karena adanya aksidasi
arrenmalibdat. Uji glukosa digunakan metode spektrofotometri.
Spektrofotometri absorbsi adalah sebuat instrument untuk mengukur
absorsi/penyerapan cahaya dengan energy ( panjang gelombang ) tertentu
oleh suatu atom atau molekul. Dari praktikum ini pengukuran dilakukan
pada panjang gelombang 660 m. Hasil pengukuran menunjukan bahwa
absorbansi glukosa yang diperoleh dari filtrate adalah sebesar
0,595(Manrow, 2013).
Prinsip kerja pada penentuan kadar glukosa darah adalah adanya
deprotenasi yang dilakukan dengan metode tine hydroxide barium sulfat
yang menghasilkan filtrate yang tidak mengandung substansi reduksi selain
glukosa
Factor- factor yang dapat menyebabkan kenaikan kadar glukosa darah
antara lain:
1. Hormone atau kelainan genetic dan pola makan yang salah
2. Tingkat gula darah tergantung pada kegiatan hormone
3. Hormone yang dikeluarkan oleh kelenjar adrenalin yaitu adrenalin
kolrtkostenoid
4. Adrenalin akan memicu kenaikan kebutuhan gula darah dan
kortikosterad akan menurunkan kembali

X. KESIMPULAN
1. Glukosa merupakan monomer karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh untuk menghasilkan energi.
2. Kadar glukosa dalam darah dapat diketahui dengan melakukan percobaan
uji glukosa darah dengan metode spekrofotometri.
3. Pembuatan filtrate darah bebas protein dilakukan dengan menggunakan alat
sentrifuge.
4. Kadar glukosa dalam tubuh makhluk hidup dapat digunakan untuk
memprediksi metabolism yang terjadi dalam sel.
5. Filtrate darah yang digunakan dalam sampel bebas dari protein ditandai
dengan pengujian biuret menghasilkan warna larutan yang berwarna biru.
Warna biru menandakan positif mengandung glukosa. Kadar sakar darah
berdasarkan literature didapatkan 1,124 mg/ml.
DAFTAR PUSTAKA

Beck, Mary.E. 2011. Ilmu Gizi dan Diet, Hubungannya dengan Penyakit – Penyakit
Perawatan dan Dokter. Yogyakarta : Andi Yogyakarta

Dawn B, Marks. 2000. Dasar – Dasar Kimiawi dan Biologis Biokimia. Dalam :
Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta : EGC

Ganong, WF. 1994. Fisiologi Kedokteran Edisi 14. Jakarta : EGC

Murray, RK. 2003. Harper’s Biochemistry. Edisi ke – 25. Karolina SK,


penerjemah. Jakarta : EGC

Suryohudoyo P & Purnomo SU. 1996. Dasar Molekuler Diabetes Mellitus (DM),
Naskah Lengkap Surabaya Diabetes Update-I : 71-73

Syabatini, Annisa. 2010. Analisa Campuran Dua komponen Tanpa Pemisahan


dengan Spektofotometer. Pontianak : UNLAM Press
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai