Anda di halaman 1dari 21

I.

JUDUL PERCOBAAN

: PENENTUAN GLUKOSA DARAH

TANGGAL PERCOBAAN

: Kamis, 30 November 2014

III.

SELESAI PERCOBAAN

: Kamis, 30 November 2014

IV.

TUJUAN PERCOBAAN

: Menentukan kadar glukosa dalam darah

II.

V.

DASAR TEORI
Karbohidrat merupakan senyawa organik yang mengandung atom karbohidrat,
hidrogen dan oksigen. Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu
karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan.
Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk
alami (D- glukosa) disebut juga dekstrosa, karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya
terpolarisasi ke arah kanan, terutama pada industri pangan.

Proyeksi Haworth struktur -D-Glukopiranosa


Tingkat glukosa dalam darah dikenal dengan istilah gula darah, kadar gula darah
ini diatur oleh tubuh. Glukosa digunakan sebagai sumber energy untuk melakukan
metabolisme sel di dalam tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas
yang sempit sepanjang hari, yaitu 4-8 mmol/L (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat
setelah

makan

dan

biasanya

berada

pada

level

terendah

pada

pagi

hari.

Kadar glukosa dalam tubuh makhluk hidup dapat digunakan untuk memprediksi
metabolismeme yang mungkin terjadi dalam sel dengan kandungan gula yang tersedia.
Jika kandungan 1 glukosa dalam tubuh sangat berlebih maka glukosa tersebut akan
mengalami reaksi katabolisme secara enzimatik untuk menghasilkan energi. Namun, jika
kandungan glukosa tersebut dibawah batas minimum, maka asam piruvat yang dihasilkan
dari proses katabolisme bisa mengalami proses enzimatik secara anabolisme melalui
glukoneogenesis untuk mensintesis glukosa (Poedjiadji 1994).
Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari
karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka ( Joyce
1

LeeFever, 2007 ). Energi untuk sebagian besar fungsi sel dan jaringan berasal dari
glukosa. Pembentukan energi alternatif juga dapat berasal dari metabolisme asam lemak,
tetapi jalur ini kurang efisien dibandingkan dengan pembakaran langsung glukosa, dan
proses ini juga menghasilkan metabolit-metabolit asam yang berbahaya apabila dibiarkan
menumpuk, sehingga kadar glukosa di dalam darah dikendalikan oleh beberapa
mekanisme homeostatik yang dalam keadaan sehat dapat mempertahankan kadar dalam
rentang 70 sampai 110 mg/dl dalam keadaan puasa.
Setelah pencernaan makanan yang mengandung banyak glukosa, secara normal
kadar glukosa darah akan meningkat, namun tidak melebihi 170 mg/dl. Banyak hormon
ikut serta dalam mempertahankan kadar glukosa darah yang kuat baik dalam keadaan
normal maupun sebagai respon terhadap stres. Pengukuran glukosa darah sering
dilakukan untuk memantau keberhasilan mekanisme regulatorik ini. Penyimpangan
yang berlebihan dari normal, baik terlalu tinggi atau terlalu rendah, menandakan
terjadinya Karbohidrat dalam makanan terutama adalah polimer-polimer hexosa, dan
yang penting adalah glukosa, laktosa, fruktosa dan galaktosa. Kebanyakan
monosakarida dalam tubuh berada dalam bentuk D-isomer. Hasil yang utama dari
metabolisme karbohidrat yang terdapat dalam darah adalah glukosa.
Glukosa yang dihasilkan begitu masuk dalam sel akan mengalami fosforilasi
membentuk glukosa-6-fosfat, yang dibantu oleh enzim hexokinase, sebagai katalisator.
Hati memiliki enzim yang disebut glukokinase, yang lebih spesifik terhadap glukosa,
dan seperti halnya hexokinase, akan meningkat kadarnya oleh insulin, dan berkurang
pada saat kelaparan dan diabetes. Glukosa-6-fosfat dapat berpolimerisasi membentuk
glikogen, sebagai bentuk glukosa yang dapat disimpan, terdapat dalam hampir semua
jaringan tubuh, tetapi terutama dalam hati dan otot rangka.
Deproteinasi Darah
Deproteinasi serum darah dilakukan untuk menghilangkan protein dalam serum
darah agar tidak mengganggu uji-uji yang akan dilakukan selanjutnya. Protein adalah
senyawa yang akan mengalami denaturasi dalam keadaan asam dan menggumpal bila
dipanaskan, karena itulah dilakukan pemanasandan penambahan asam asetat pada
larutan serum darah dan air kemudian terjadi endapan. Endapan yang terjadi kemudian
disaring dan hasil saringan (filtrate) diambil untuk digunakan pada uji selanjutnya.

Protein akan mengalami koagulasi apabila dipanaskan pada suhu 500C atau lebih.
Koagulasi ini akan terjadi apabila larutan protein telah mencapai titik isotolistriknya.
Protein terdenaturasi pada titik isotolistriknya masih dapat larut pada pH diluar titik
isotolistrik tersebut. Titik isotolistrik dalam darah ialah 4,88.

VI.

ALAT DAN BAHAN


Alat :

Bahan:

1. Spektronik 20

1. Larutan Ba(OH)2 0,3 N

2. Penangas air

2. Larutan standar 0,1 mg/ml

3. Sentrifuge

3. Larutan ZnSO4.7H2O 5%

4. Gelas ukur 10 ml

4. Pereaksi Cu Alkalis

5. Pipet tetes

5. Pereaksi arsenomolibdat

6. Tabung reaksi
7. Gelas kimia

VII.

ALUR KERJA
1. Deproteinasi Filtrat Darah
0,1 mL darah oxalated (2 tetes)
- Dimasukkan dalam tabung sentrifuge yang telah
berisi 1,9 mL aquades
- Diaduk
- Ditambah 1,5 mL Ba(OH)2 0,3 N
- Diaduk baik-baik dengan merata
- Ditambah 1,5 mL ZnSO4.7H2O 5%
- Dicampur dengan baik
- Didiamkan 5 menit
- Disentrifuge 10 menit
- Didekantasi

Filtrat tidak berwarna

Residu

- Diuji dengan biuret (3 tetes)


Hasil pengamatan
3

2. Penentuan Kadar Glukosa Darah


1 mL filtrat dari percobaan 1
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambah 1 mL pereaksi Cu alkalis
- Dimasukkan dalam water bath 20 menit
- Dimasukkan dalam air dingin
- Ditambah 1 mL pereaksi Arsenomolibdat

- Diaduk sampai merata


- Dibaca absorbansi dengan alat spektrofotometer UV-

Vis pada =660 nm


Absorbansi filtrat

3. Penentuan Kurva Standar


1 mL Larutan
Glukosa 0,2
mg/mL

1 mL Larutan
Glukosa 0,1
mg/mL

1 mL Larutan
Glukosa 0,3
mg/mL

1 mL Larutan
Glukosa 0,4
mg/mL

- Dimasukkan dalam tabung reaksi A, B, C, D, E dari

masing masing konsentrasi pengenceran


- Ditambah 1 mL pereaksi Cu alkalis
- Dimasukkan dalam water bath selama 20 menit
- Dimasukkan dalam air dingin
- Ditambah dengan 1 mL Arsenomolibdat
- Diaduk dengan baik sampai merata
- Dibaca absorbansi dengan alat spektrofotometer UV-

VIS pada =660 nm


Absorbansi

1 mL Larutan
Glukosa 0,5
mg/mL

4. Larutan Blanko
2 mL aquades
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambah 2 mL pereaksi Cu alkalis
- Dimasukkan dalam water bath selama 20 menit
- Dimasukkan dalam air dingin
- Ditambah 1 mL pereaksi Arsenomolibdat
- Diaduk dengan baik sampai merata
- Dibaca absorbansi dengan alat spektrofotometer UV-Vis

pada =660 nm
Absorbansi

VIII.

HASIL PENGAMATAN
No.
Prosedur Percobaan
1.
Deproteinasi Filtrat Darah
0,1 mL darah oxalated (2 tetes)
- Dimasukkan dalam tabung sentrifuge

yang telah berisi 1,9 mL aquades


- Diaduk
- Ditambah 1,5 mL Ba(OH)2 0,3 N
- Diaduk baik-baik dengan merata
- Ditambah 1,5 mL ZnSO4.7H2O 5%
- Dicampur dengan baik
- Didiamkan 5 menit
- Disentrifuge 10 menit
- Didekantasi

Filtrat tidak berwarna


- Diuji dengan biuret (3 tetes)
Hasil pengamatan

Residu

Hasil Pengamatan
- Darah diambil dari Aulia
(merah pink) dan disca
(merah)
- Darah + aquades =
merah jernih
- Larutan Ba(OH)2 = tidak
berwarna
- Darah encer + Ba(OH)2
= warna merah (+)
- Larutan
ZnSO4.7H2O
5% = tidak berwarna
- Darah encer + Ba(OH)2
+ ZnSO4.7H2O 5% =
warna merah (++)
- Disentrifuge = endapan
merah darah, filtrat tidak
berwarna
- Filtrat tidak berwarna +
3 tetes biuret = terdapat
2 lapisan, atas jernih,
dawah endapan keruh
putih

Dugaan/Reaksi
- Filtrat
darah
yang
dihasilkan adalah filtrat
yang telah terbebas dari
protein
dan
tidak
berwarna.
- Ba(OH)2
digunakan
untuk mengendapkan
albumin ynag larut
dalam air.
- ZnSO4.7H2O
5%
berfungsi
sebagai
katalis agar albumin
lebih cepat mengendap.

Kesimpulan
Filtrat darah yang sudah
bebas dari kandungan
protein dapat dibuktikan
dengan uji biuret yang
ditandai dengan adanya
warna
larutan
tidak
berwarna. Akan tetapi
jika didiamkan sebentar
maka
terbentuk
dua
lapisan, lapisan atas tidak
berwarna (jernih) dan
lapisan bawah terdapat
endapan putuh keruh.

Penentuan Kadar Glukosa Darah


1 mL filtrat dari percobaan 1
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambah 1 mL pereaksi Cu alkalis
- Dimasukkan dalam water bath 20 menit
- Dimasukkan dalam air dingin
- Ditambah 1 mL pereaksi Arsenomolibdat
- Diaduk sampai merata
- Dibaca

absorbansi

dengan

alat

spektrofotometer UV-Vis pada =660 nm


Absorbansi filtrat

3.

Pembuatan Kurva Standar (Pengenceran)


1 mL Larutan Glukosa 0,1 mg/mL
1 mL Larutan Glukosa 0,2 mg/mL
1 mL Larutan Glukosa 0,3 mg/mL
1 mL Larutan Glukosa 0,4 mg/mL
1 mL Larutan Glukosa 0,5 mg/mL

- Filtrat tidak berwarna +


pereaksi Cu alkalis:
Aulia = biru (++)
Disca = biru (+)
- Filtrat darah (aulia +
disca) setelah didihkan
terdapat enadapan
- Setelah
didinginkan
berwarna
putih
kekuningan
- Filtrat
+
pereaksi
arsenomolibdat:
Aulia = biru (+++)
Diska = hijau (+)
- Absorbansi:
Aulia = 4,000
Disca = 0,734

Dalam hal ini glukosa


akan mereduksi Cu2+
menghasilkan Cu2O yang
akan bereaksi dengan
penambahan
pereaksi
arsenomolibdat
menghasilkan warna hijau

- Larutan Cu alkalis =
berwarna biru
- Larutan standar glukosa
= tidak berwarna
- Aquades
=
tidak
berwarna
- Larutan standar glukosa
+ aquades = larutan
tidak berwarna
- Larutan standar encer +
pereaksi Cu alkalis:

Semakin
konsentrasi
semakin
besar
absorbansinya

Filtrat
darah
yang
mengandung
glukosa
menjadi berwarna biru
setelah
ditambahkan
dengan
pereaksi
Cu
alkalis. Kemudian akan
bereaksi lagi dengan
penambahan
pereaksi
arsenomolibdat menjadi
warna hijau.

besar Semakin
besar
maka konsentrasi dari larutan
nilai standar maka semakin
besar
pula
nilai
absorbansinya.
Dibuktikan dengan grafik
linier
yang
terus
meningkat.

- Dimasukkan dalam tabung reaksi A, B, C,

D, E dari masing masing konsentrasi


pengenceran
- Ditambah 1 mL pereaksi Cu alkalis
- Dimasukkan dalam water bath selama 20

menit
- Dimasukkan dalam air dingin
- Ditambah dengan 1 mL Arsenomolibdat
- Diaduk dengan baik sampai merata
- Dibaca absorbansi dengan alat

spektrofotometer UV-VIS pada =660 nm

Absorbansi

0,1 mg/mL = biru (++)


0,08 mg/mL = biru (+)
0,06 mg/mL = biru
0,04 mg/mL = biru
0,02 mg/mL = biru
- Larutan standar encer
setelah didihkan dan
didinginkan:
0,1 mg/mL = biru (++)
0,08 mg/mL = biru (+)
0,06 mg/mL = biru
0,04 mg/mL = biru
0,02 mg/mL = biru
- Pereaksi
arsenomolibdat
berwarna kuning.
- Larutan standar encer +
arsenomolibdar:
0,1 mg/mL = hijau (++)
0,08 mg/mL = hijau (+)
0,06 mg/mL = hijau
0,04 mg/mL = hijau
0,02 mg/mL = hijau
- Absorbansi
larutan
standar:
0,06 mg/mL = 0,166
0,04 mg/mL = 0,155
0,02 mg/mL = 0,141
8

4.

2 mL aquades
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambah 2 mL pereaksi Cu alkalis
- Dimasukkan dalam water bath selama 20

menit
- Dimasukkan dalam air dingin
- Ditambah 1 mL pereaksi Arsenomolibdat
- Diaduk dengan baik sampai merata

- Aquades
=
tidak Larutan blanko tidak
berwarna
mengandung protein
- Pereaksi Cu alkalis =
biru
- Aquades + pereaksi Cu
alkalis = biru
- Setelah didihkan dan
didinginkan = biru
- Setelah
ditambahkan
pereaksi
arsenomolibdar = hijau

- Dibaca absorbansi dengan alat

spektrofotometer UV-Vis pada =660 nm


Absorbansi

IX.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


1. Deproteinasi Protein
Percobaan ini bertujuan untuk memperoleh filtrat darah yang bebas dari
protein. Percobaan ini dimuali dengan 0,1 mL (2 tetes) darah yang oxalated
dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge kemudian ditambahkan dengan aquades
sebanyak 1,9 mL, jadi total larutan 2 mL dan warna larutan tersebut adalah merah.
Tujuan penambahan aquades ini adalah mengencerkan darah sehingga albumin yang
ada dalam darah akan larut dalam air. Albumin dalam percobaan ini adalah protein
dalam darah yang dapat larut dalam air dan dapat terkoagulasi oleh panas. Darah yang
digunakan dalam percobaan ini merupakan sampel darah dari Aulia yang berwarna
merah pink dan Disca yang berwarna merah.
Larutan darah tersebut kemudian ditambahkan 1,5 mL Ba(OH)2 0,3 N yang
berupa larutan tidak berwarna dan menghasilkan warna merah (+). Larutan Ba(OH)2
merupakan suatu basa yang penambahannya bertujuan untuk melarutkan albumin yang
larut dalam air. Penambahan Ba(OH)2 pada protein dalam darah akan menyebabkan
denaturasi yang ditandai dengan larutan berwarna keruh dan adanya gumpalan.
Setelah penambahan Ba(OH)2 pada larutan darah tersebut setelah itu
ditambahkan dengan 1,5 mL ZnSO4.7H2O 5% yang berupa larutan tidak berwarna.
Penambahan ZnSO4.7H2O ini menyebabkan warna larutan merah (++) karena
ZnSO4.7H2O bertindak sebagai katalis yang berfungsi untuk mempercepat proses
pengendapan albumin oleh Ba(OH)2. Kemudian larutan didiamkan selama 5 menit
agar albumin dapat mengendap. Kemudian disentrifuge selama 10 menit sehingga
albumin dapat mengendap secara sempurna. Dari hasil sentrifuge diperoleh larutan
dengan dua lapisan. Lapisan atas merupakan filtrat yang tidak berwarna dan lapisan
bawah endapan putih keruh. Filtrat yang diperoleh merupakan filtrat yang telah
terbebas dari protein. Filtrat lalu diambil sedikit dan di masukkan ke dalam tabung
reaksi setelah itu ditambahakan 3 tetes reagen biuret. Reagen biuret sendiri berfungsi
untuk menguji adanya kandungan protein dalam suatu sampel. Apabila reagen biuret
teruji positif maka larutan sampel tersebut akan berwarna ungu. Pada percobaan yang
telah kami lakukan, larutan filtrat yang telah ditambahkan dengan reagen biuret
menghasilkan larutan yang tidak berwarna, hal ini menunjukkan bahwa larutan filtrat
tersebut telah terbebas dari protein berupa albumin darah.

10

2. Penentuan Kadar Glukosa Darah


Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar glukosa dalam filtrat
darah yang telah terbebas dari protein pada percobaan 1. langkah awal percobaan ini
adalah 1 mL filtrat dari percobaan 1 dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian
ditambahakan 1 mL pereaksi Cu alkalis. Dalam filtrat darah yaitu larutan yang tidak
berwarna, punya Aulia dihasilkan warna biru (++) dan dalam filtrat darah Disca
dihasilkan warna biru (+). Tujuan penambahan Cu alkalis ini adalah sebagai pereduksi
glukosa dalam sampel. Setelah itu filtrat darah dipanaskan dengan cara dimasukkan ke
dalam water bath selama 20 menit. Tujuan dari pemanasan yaitu mempercepat laju
reaksi Cu alkalis sehingga menghasilkan endapan pada larutan biru tersebut. Setelah
dipanaskan larutan tersebut didinginkan dan dihasilkan larutan yang berwarna putih
kekuningan. Kemudian ditambahkan dengan 1 Ml pereaksi arsenomolibdat dan
dihasilkan larutan yang berwarna biru pekat (+++) pada filtrat darah Aulia dan warna
hijau (++) pada filtrat darah Disca, perubahan warna tersebut disebabkan karena
larutan mengandung asam laktat dan ion Cu2+Hal ini sesuai dengan prinsip uji Tauber
yang akan memberikan hasil positif (larutan biru) pada larutan yang mengandung
monosakarida (glukosa). Ion kupri (Cu+) akan direduksi oleh gula menjadi kupro
(Cu2+) dan

mengendap sebagai Cu2O (kuprooksida). Penambahan pereaksi

arsenomolibdat bertujuan agar Cu2O dapat larut kembali. Selanjutnya larutan diukur
absorbansinya dengan spektroskopi UV-Vis pada panjang gelombang 660 nm.
Reaksi:

Cu2O + arsenomolibdat (Mo6+) + 4H+ 2Cu2+ + arsenomolibdat (Mo5+)+ H2O (l)


Cu2++arsenomolybdic acid arsenomolybdenum oxide (oxide)
Spektroskopi UV-Vis digunakan untuk mengukur absorbansi larutan
berwarna. Pengukuran ini menggunakan panjang gelombang 660 nm karena warna
11

yang dihasilkan setelah penambahan pereaksi arsenomolibdat yaitu biru sampai hijau
yang memiliki panjang gelombang pada 620-750 nm. Hasil pengukuran menunjukkan
bahwa filtrat darah dari Aulia memiliki absorbansi 4,000 dan absorbansi filtrat darah
dari Disca yaitu sebesar 0,734. Larutan standar yang kami buat memiliki persamaan
regresi y= 0,625x + 0,129 dengan koefisien korelasi R2= 0,9952. Persamaan regresi
dan koefisien korelasi didapatkan dari pembuatan grafik larutan standar antara
konsentrasi dan absorbansinya. Apabila hasil absorbansi filtrat darah Aulia
dimasukkan ke persamaan regresi maka diperoleh kadar glukosa darah sebesar 619,36
mg/100mL. Sedangkan hasil absorbansi filtrat darah Disca yang dimasukkan ke dalam
persamaan regresi diperoleh kadar glukosa darah sebesar 96,8 mg/100mL. secara teori
kadar glukosa darah untuk orang normal sebesar 70-110 mg/100mL.
Tabel hasil pengukuran absorbansi menggunakan spektroskopi UV-Vis:
Konsentrasi

Absorbansi

Kadar Glukosa

1.

Sampel
Darah
Aulia

1,182 mg/mL

4,000

619,36 mg/100mL

2.

Disca

0,217 mg/mL

0,734

96,8 mg/100 mL

No.

Kadar glukosa pada Aulia sangat jauh dari teori, hal ini dikarenakan responden
sedang mengkonsumsi obat-obatan sehingga dapat memicu kenaikan kadar glukosa
dalam darah. Sedangkan kadar glukosa darah milik Disca sesuai dengan teori yaitu
96,8 mg/100mL. Pengambilan sampel darah responden memperhitungkan antara
responden yang sudah dan belum makan.

3. Pembuatan Kurva Standar


Percobaan ini bertujuan untuk membuat kurva standart d an akan diperoleh
kurva yang memiliki persamaan regresi untuk digunakan sebagai penentuan kadar
glukosa darah pada percobaan kedua. Sistem pembutan larutan standar ini adalah
dengan menggunakan pengenceran bertingkat. Langkah awal untuk membuat larutan
standar yaitu 1mL larutan glukosa 0,1 mg/mL dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL
dan diencerkan menggunakan aquades sampai tanda batas. Hasil pengenceran pertama
diambil 20mL untuk digunakan pengenceran pada 0,08 mg/mL. Hasil pengenceran
pada 0,08 mg/mL diambil 18,75 mL untuk digunakan pengenceran pada 0,06 mg/mL,
sedangkan hasil pengenceran pada 0,06 mg/mL diambil 16,67 mL untuk digunakan

12

pengenceran pada 0,04 mg/mL. Dan hasil pengenceran pada 0,04 mg/mL diambil 12,5
mL untuk digunakan pengenceran pada 0,02 mg/mL.
Kemudian dari masing-masing pengenceran tersebut larutannya diambil
sebanyak 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambah 1 mL
pereaksi Cu alkalis pada masing-masing tabung reaksi. Cu alkalis digunakan sebagai
pereduksi glukosa dalam larutan glukosa. Pada larutan glukosa yang telah
ditambahkan Cu alkalis diperoleh:
Larutan glukosa 0,1 mg/mL = berwarna biru (++)
Larutan glukosa 0,08 mg/mL = berwarna biru (+)
Larutan glukosa 0,06 mg/mL = berwarna biru
Larutan glukosa 0,04 mg/mL = berwarna biru
Larutan glukosa 0,02 mg/mL = berwarna biru
Kemudian larutan glukosa tersebut dipanaskan dalam water bath selama 20
menit. Pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi. Kemudian
larutan didinginkan. Setelah itu ditambahkan 1 mL pereaksi arseno molibdat pada
masing-masing tabung dan diaduk hingga rata. Hasil yang diperoleh dari penambahan
pereaksi arsenomolibdat adalah:
Larutan glukosa 0,1 mg/mL = berwarna hijau (++)
Larutan glukosa 0,08 mg/mL = berwarna hijau (+)
Larutan glukosa 0,06 mg/mL = berwarna hijau
Larutan glukosa 0,04 mg/mL = berwarna hijau
Larutan glukosa 0,02 mg/mL = berwarna hijau
Selanjutnya larutan glukosa tersebut diukur absorbansinya menggunakan
spektroskopi UV-Vis pada panjang gelombang 660 nm. Hasil p[engukuran absorbansi
larutan standar adalah:
No.

Konsentrasi

Absorbansi

1.

0,02 mg/mL

0,141

2.

0,04 mg/mL

0,155

3.

0,08 mg/mL

0,166

Sehingga dapat dibuat sebuah grafik larutan standar antara konsentrasi dengan
absorbansi dan diperoleh persamaan regresi y= 0,625x + 0,129 dan koefisien korelasi
R2=0,9952.

13

Konsentrasi vs Absorbansi
0.17
y = 0.625x + 0.129
R = 0.9952

0.165

absorbansi

0.16
0.155
Conc vs Abs

0.15

Linear (Conc vs Abs)

0.145
0.14
0.135
0

0.02

0.04

0.06

0.08

konsentrasi

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :


Glukosa + Cu2+ + OH- Asam gula campuran Cu2O (s)
Cu2O + arsenomolibdat (Mo6+) + 4H+ 2Cu2+ + arsenomolibdat (Mo5+) + H2O (l)
Cu2+ + arsenomolybdic acid arsenomolybdenum oxide (oxide)

4. Larutan Blanko
Larutan

blanko

dibuat

sebagai

pembanding sampel. Larutan blanko

diperoleh dengan perlakuan, diambil 2 mL aquades dan dimasukkan ke dalam tabung


reaksi. Selanjutnya ditambahkan 2 mL larutan Cu alkalis yang berwarna biru.
Kemudian larutan dipanaskan dengan dimasukkan ke dalam water bath selama 20
menit, yang bertujuan untuk menambah laju reaksi oleh Cu alkalis yang bertindak
sebagai katalisator, lalu larutan didinginkan. Setelah dipanaskan dan didinginkan
warna larutan tetap biru.
Selanjutnya ditambahkan 2 mL pereaksi arsenomolibdat yang tidak berwarna
dan menghasilkan larutan yang warnanya hijau. Selanjutnya larutan diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 660 nm, karena warna hijau memiliki
rentang panjang gelombang pada 620-750 nm. Absorbansi yang didapat dari larutan
blanko kecil karena larutan tidak mengadung protein, sehingga absorbansi yg
diperoleh lebih kecil daripada absorbansi sampel.
H2O(l) + Cu2O + arsenomolibdat (Mo6+) + 4H+ 2Cu2+ + arsenomolibdat (Mo5+) +
H2O(l)

14

Cu2+ + arsenomolybdic acid arsenomolybdenum oxide (oxide)


X.

DISKUSI
Pada percobaan yang kami lakukan, larutan standrat yang digunakan hanya 3
yaitu larutan standar dengan konsentrasi 0,02 mg/mL; 0,04 mg/mL; dan 0,06 mg/mL.
Sedangkan untuk larutan standar yang memiliki konsentrasi 0,08 mg/mL tidak digunakan
karena memiliki nilai absorbansi yang sama dengan larutan standar yang memiliki
konsentrasi 0,04 mg/mL dan dapat menimbulkan penumpukan pada kurva. Menurut teori,
semakin pekat konsentrasi larutan tersebut maka absorbansi yang didapat semakin tinggi.

XI.

KESIMPULAN
Dari percobaan diatas maka disimpulkan bahwa:
Uji biret pada percobaan pertama digunakan untuk menguji ada atau tidaknya
kandungan protein pada sampel.
Pada percobaan pembuatan larutan standar, semakin besar konsentrasi dari larutan
standar maka semakin besar pula nilai absorbansinya dan dibuktikan dengan grafik
lurusyang terus meningkat.
Persamaan regresi kurva standar yang diperoleh y = 0,625x + 0,129 dengan koefisien
korelasi sebesar R2 = 0,9914 dapat diketahui bahwa kadar glukosa dari Aulia sebesar
619,36 mg/100 mL dan kadar glukosa darah Disca sebesar 96,8 mg/100 mL.

XII.

JAWABAN PERTANYAAN
1. Tentukan kadar glukosa darah dalam mg glukosa / 100 ml darah.
Jawab:
Dari persamaan regresi yang didapatkan :

Untuk absorbansi dari darah aulia didapat sebesar 4,000, maka:

15

Untuk absorbansi dari darah Disca didapat sebesar 0,734, maka:

2. Apa fungsi proses pendidihan pada percobaan diatas ? Jelaskan.


Jawab:
Proses pendidihan berfungsi untuk mempercepat laju reaksi oleh pereaksi Cu-Alkalis

3. Jelaskan peranan hormone insulin dalam proses pengaturan kadar glukosa darah !
Jawab:
Insulin adalah hormon yang mengendalikan gula darah. Tubuh menyerap mayoritas
karohidrat sebagai glukosa (gula darah). Dengan meningkatnya gula darah setelah
makan, pankreas melepaskan insulin yang membantu membawa gula darah ke dalam sel
untuk digunakan sebagai bahan bakar dalam proses metabolisme atau disimpan sebagai
lemak apabila kelebihan. Insulin menjaga keseimbangan glukosa dalam darah dan
bertindak meningkatkan pengambilan glukosa oleh sel badan. Kegagalan badan untuk
menghasilkan insulin, atau jumlah insulin yang tidak mencukupi akan menyebabkan
glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel untuk proses metabolisme.

XIII.

DAFTAR PUSTAKA
Irawan, N. Anwari. 2007. Glukosa dan Metabolisme Energi. Sport Science Brief.
http://www.pssplab.com/journal/06.pdf . Diakses tanggal 3 November 2014 21.08
WIB.
Isna.

http://isna.afifudin10.student.ipb.ac.id/penentuan-kadar-glukosa-dalam-darah/.
Diakses tanggal 3 November 2014 pukul 23.12 WIB

Poedjiadi. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press


Tim Dosen Biokimia. 2014. Penuntun Praktikum Biokimia. Surabaya: Jurusan Kimia,
FMIPA, Universitas Negeri Surabaya

16

LAMPIRAN PERHITUNGAN

1. Pengenceran Larutan standar

Tabel Larutan Standar:


No.

Konsentrasi

Absorbansi

1.

0,02 mg/mL

0,141

2.

0,04 mg/mL

0,155

3.

0,08 mg/mL

0,166

absorbansi

Konsentrasi vs Absorbansi
0.17
0.165
0.16
0.155
0.15
0.145
0.14
0.135

y = 0.625x + 0.129
R = 0.9952
Conc vs Abs
Linear (Conc vs Abs)
0

0.02

0.04

0.06

0.08

konsentrasi

17

2. Penentuan Glukosa Darah


Konsentrasi

Absorbansi

Kadar Glukosa

1.

Sampel
Darah
Aulia

1,182 mg/mL

4,000

619,36 mg/100mL

2.

Disca

0,217 mg/mL

0,734

96,8 mg/100 mL

No.

Dari persamaan regresi yang didapatkan :

Untuk absorbansi dari darah aulia didapat sebesar 4,000, maka:

Untuk absorbansi dari darah Disca didapat sebesar 0,734, maka:

18

LAMPIRAN GAMBAR
1. Deproteinasi Filtrat Darah

Darah oxalated +
aquades

Darah setelah
penambahan
ZnSO4.7H2O

Filtrat darah

Darah setelah
disentrifuge

Filtrat setelah ditambah


reagen biuret

19

2. Penentuan Kadar Glukosa Darah

Filtrat setelah ditambah


pereaksi Cu alkalis

Filtrat setelah dipanaskan


dan didinginkan

Filtrat setelah ditambah


pereaksi
arsenomolibdat

3. Pembuatan Kurva Standar

Proses Pengenceran

Larutan Glukosa + Cu
alkalis

Proses Pemanasan dengan


water bath

Proses Pendinginan

20

Setelah ditambahkan pereaksi


arsenomolibdat

4. Larutan Balanko

Setelah ditambahkan pereaksi


arsenomolibdat

21

Anda mungkin juga menyukai