Anda di halaman 1dari 9

Laporan Praktikum Hari, Tanggal : Selasa, 2 Desember 2014

Biokimia Umum Waktu : 08.00 – 11.00 WIB


PJP : Syaefudin M.Si.
Asisten : Abdul Kodir
Siti Nuraeni
Lidya Agustina Budiarti
Nindy Lestarie, S.Si

PENENTUAN KADAR GLUKOSA DALAM DARAH

Kelompok 3
Dame Hartini Afrina G34130008
Khalik Kusnandar G34130018
Riska Susilowati G34130028
Eka Mulyani G34130055

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PENDAHULUAN
Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada
absorpsi radiasi elektromagnet. Cahaya terdiri dari radiasi gelombang dengan
panjang berlainan akan menimbulkan cahaya yang berlainan sedangkan campuran
cahaya dengan panjang-panjang ini akan menyusun cahaya putih. Cahaya putih
meliputi seluruh spektrum nampak yaitu terdapat pada 400-760 mm.
Spektrofotometer ini hanya terjadi bila adanya perpindahan elektron dari tingkat
energi yang rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Perpindahan elektron
tidak diikuti oleh perubahan arah spin, hal ini dikenal dengan sebutan tereksitasi
singlet. Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan Hukum Lambert-Beer, bila
cahaya monokromatik melalui suatu media, maka sebagian cahaya disebut
diserap, sebagian dipantulkan, dan sebagian diteruskan (Sabrina 2012).
Dalam tubuh manusia, kadar glukosa darah normal adalah 70-90 mg/dl (1
dl= 100 mL). Namun, kadar glukosa darah tersebut tergantung dengan waktu
setelah makan dalam satu jam pertama setelah makan, kadar gula darah meningkat
sekitar 130 mg/dl darah, lalu menurun setelah 2-3 jam berikutnya setelah glukosa
tersebut digunakan dalam berbagai jaringan. Sejumlah glukosa diubah menjadi
glikogen dan disimpan dalam hati dan otot. Bila glukosa diperlukan untuk energi
atau glikogen, kelebihan glukosa akan diubah menjadi lemak. Glikogen
merupakan sumber energi cadangan yang akan dikonversi kembali menjadi
glukosa pada saat dibutuhkan lebih banyak energi. Meskipun lemak simpanan
dapat juga menjadi sumber energi cadangan, lemak tidak pernah secara langsung
dikonversi menjadi glukosa. Fruktosa dan galaktosa lain yang dihasilkan dari
pemecahan karbohidrat, langsung diangkut ke hati yang mengkonversinya
menjadi glukosa (Suarsana 2010).
Tujuan dari percobaan ini adalah mahasiswa mampu menentukan kadar
gula pereduksi (glukosa) dalam darah dengan metode spektofotometri, mampu
melakukan pemisahan/isolasi suatu makromolekul polisakarida dalam jaringan
hewan, dan mampu mengamati perbedaan hidrolisis glikogen oleh enzim dan oleh
asam mineral.
METODE PRAKTIKUM
Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Biokimia 1-Departemen
Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor. Waktu pelaksanaannya, yaitu pada hari Selasa , tanggal 2 Desember 2014
pukul 08.00 – 11.00 WIB.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ialah gelas piala, pipet volumetrik,
pipet tetes, tabung reaksi, rak tabung reaksi, penangas air, stopwatch, kertas
saring, corong, penjepit tabung reaksi, tabung Folin Wu, dan labu Erlenmeyer.
Adapun bahan-bahan yang digunakan ialah darah, akuades, Na-wolframat
10%, H2SO4 0.67 N, kupritartrat, dan fosfomolibdat.

Prosedur Percobaan
Penentuan Kadar Glukosa dalam darah
Sebanyak 1 mL darah dipipet ke dalam Erlenmeyer kecil. Selanjutnya,
ditambahkan tetes demi tetes 7 mL akuades, 1 mL Na-wolframat 10%, dan 1 mL
H2SO4 0.67 N. Kemudian, dicampur baik-baik dan dibiarkan 10 menit dengan
disaring menggunakan kertas saring. Setelah itu, disiapkan 3 tabung Folin Wu dan
diisi dengan campuran yang telah ditentukan. Selanjutnya, ketiga tabung tersebut
dipanaskan dalam air mendidih selama 8 menit tepat. Kemudian, ketiga tabung
tersebut didinginkan dan diencerkan dengan 7 mL akuades. Setelah itu, setiap
tabung ditambahkan 1 mL fosfomolibdat dan dibaca intensitasnya pada panjang
gelombang 660 nm.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Metode Folin-Wu dikenalkan pertama kali oleh Folin dan Wu pada tahun 1919
(Berkman 2002). Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk membuat
filtrat darah bebas protein dengan pengendapan protein oleh pembentukan asam
tungstat. Endapan terjadi akibat adanya kombinasi anion asam dengan bentuk
kationik dari protein. Metode ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain hanya
dibutuhkan dua pelarut, filtrat yang terbentuk lebih netral, dan proses filtrasi lebih
cepat (Suharso 2008).

Kupritartrat + glukosa Cu2O (endapan)

Cu2O (endapan) + fosfomolibdat oksida Mo (biru tua)

Gambar 1 Reaksi yang terjadi pada metode Follin Wu


Pada praktikum ini, 1 ml darah dipipet ke dalam erlenmeyer, kemudian
ditambahkan 7 tetes akuades, 1 ml Na-wolframat 10%, dan 1 ml H 2SO4 0,67 N
(tetes demi tetes). Penambahan akuades ditujukan untuk mengencerkan darah
sehingga albumin dalam darah larut dalam akuades. Albumin merupakan protein
yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh panas. Albumin terdapat
dalam serum darah dan putih telur (Poedjiadi 1994). Penambahan Na-wolframat
bertujuan untuk mengendapkan albumin yang terlarut dalam air. H2SO4 berfungsi
sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi pengendapan albumin oleh Na-
wolframat dan menciptakan suasana asam karena reaksi dengan fosfomolibdat
terjadi pada suasana asam.
Larutan yang telah dibuat didiamkan selama 10 menit agar terjadi endapan
albumin secara sempurna, sehingga ketika endapan tersebut dipisahkan dengan
kertas saring akan memisah dengan sempurna. Penambahan larutan kupritartrat
pada percobaan ini ditujukan untuk membentuk warna biru ketika ditambahkan
pereaksi fosfomolibdat, karena larutan ini mengandung asam laktat dan ion Cu 2+
(Uetake et al.2006).
Ketiga tabung reaksi dipanaskan dengan air mendidih selama 8 menit
tepat. Pemanasan berfungsi menambah laju reaksi oleh kupritartrat. Spektroskopi
merupakan metode pengukuran yang didasarkan pada interaksi antara cahaya
dengan materi. Bila materi disinari kemungkinan cahaya akan diserap dan
dipancarkan kembali dengan panjang gelombang yang sama atau berbeda.
Spektroskopi sering digunakan untuk mengidentifikasi suatu unsur dan senyawa,
melalui pemancaran dan penyerapan sebuah spektrum. Suatu alat untuk merekam
spektrum disebut spektrometer. Penentuan struktur senyawa mengunakan metode
spektroskopi berdasarkan panjang gelombangnya. Perubahan warna dan intensitas
warnanya diamati dengan spektronik-20 pada panjang gelombang 660 nm.
Pengamatan dengan spektronik-20 menggunakan prinsip hukum Lambert Beer.
Faktor yang mempengaruhi adalah konsentrasi larutan dan bentuk wadah. Bagian
sinar yang diserap akan tergantung pada berapa banyak molekul yang berinteraksi
dengan sinar. Jika zat warna tersebut berupa larutan pekat maka akan diperoleh
absorbansi yang sangat tinggi karena ada banyak molekul yang berinteraksi
dengam sinar. Akan tetapi, dalam larutan yang sangat encer, sangat sulit untuk
melihat warnanya. Absorbansinya sangat rendah. Bentuk wadah yang semakin
panjang akan mempengaruhi panjang larutan sehingga sinar akan lebih banyak
diserap karena sinar berinteraksi dengan lebih banyak molekul (Murray 2003).

Berikut ini hasil yang diperoleh dari percobaan yang telah dilakukan pada
penentuan kadar glukosa darah.
Tabel 1 Penentuan kadar glukosa darah

Sampel Aterukur Aterkoreksi [Glukosa] mg/dL


Blanko 0.108 - 6.6
Standar 1.316 1.208 80.0
Ulangan 1 0.305 0.198 18.5
Ulangan 2 0.306 0.197 18.6
Contoh perhitungan pada sampel 1.

Asampel
Kadar glukosa darah = [ Astandar ] x C standar x Pengenceran
= [ 0.305
1.316 ]
x 0.1 mg/mL x 8

=[ 0.232 ] x 0.8 mg/mL

= 0.185 mg/mL

= 18.5 mg/dL
Sampel darah yang digunakan pada percobaan ialah darah yang berasal
dari darah ayam. Kadar glukosa darah normal pada ternak ruminansia bervariasi,
yaitu antara 40-60 mg/dL dan 35-55 mg/dL. Berdasarkan hasil yang diperoleh
kadar glukosa darah pada sampel 1 adalah 18.5 mg/dL dan sampel 2 adalah 18.6
mg/dL. Menunjukkan kadar glukosa darah berada dalam kondisi dibawah kadar
glukosa normal. Hal ini kemungkinan saat pengambilan darah, ayam dalam
kondisi sebelum memakan pakan sehingga belum mendapatkan glukosa dari
pakannya.
Glukosa merupakan kelompok senyawa karbohidrat sederhana atau
monosakarida. Di alam, glukosa terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah.
Glukosa berfungsi sebagai sumber energi untuk sel-sel otak, sel saraf, dan sel
darah merah. Darah manusia normal mengandung glukosa dalam jumlah atau
konsentrasi yang tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap 100 ml darah. Glukosa darah
ini dapat bertambah setelah kita makan makanan sumber karbohidrat, namun
setelah kira-kira 2 jam setelah makan, jumlah darah akan kembali seperti semula.
Pada orang yang menderita diabetes melitus, jumlah glukosa darah lebih besar
dari 130 mg/100 ml darah. Agar dapat berfungsi secara optimal, tubuh hendaknya
dapat mempertahankan konsentrasi darah gula (dalam bentuk glukosa) dalam
batas-batas tertentu, yaitu 70-120 mg/ml dalam keadaan puasa. Bila gula darah
naik di atas 170 mg/100ml, gula akan dikeluarkan melalui urine. Sebaliknya bila
gula darah turun hingga 40-50 mg/ml, kita akan merasa gugup, pusing, lemas dan
lapar (Lestari et al. 2013).

Gula darah terlalu tinggi disebut hiperglikemia dan bila terlalu rendah
disebut hipoglikemia. Hiperglikemia dalam jangka panjang dapat menyebabkan
masalah-masalah kesehatan yang berkepanjangan pula yang berkaitan dengan
diabetes, termasuk kerusakan pada mata, ginjal, dan saraf (Rahmawati et al.
2009). Beberapa macam hormon terlibat dalam pengaturan darah ini, salah
satunya hormon insulin.Tingkat gula darah dalam tubuh diatur oleh pankreas
dengan cara memproduksi hormon insulin. Insulin bertanggung jawab untuk
mengontrol kadar gula dalam darah dan juga untuk memproses karbohidrat,
lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia (Bawono
2008).

Diabetes terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk
mempertahankan kadar gula darah yang normal atau jika sel tidak memberikan
respon yang tepat terhadap insulin. Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang
bergantung pada insulin dimana tubuh kekurangan hormon insulin, dikenal
dengan istilah Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Hal ini disebabkan
hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau langerhans pankreas.
Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak, dan remaja (Munadi
dan Ardinata 2008. Sedangkan diabetes tipe 2 terjadi jika hormon insulin dalam
tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya, dikenal dengan istilah Non-
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Hal ini dikarenakan berbagai
kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin
atau berkurangnya respon sell dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai
dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah (Adnan et al. 2013).. Kedua
jenis diabetes ini mengakibatkan terlalu banyaknya glukosa yang terdapat dalam
tubuh.

Proses sintesis glikogen dari glukosa disebut glikogenesis, Secara garis


besar proses pembentukan glikogen sebagai berikut. Tahap pertama adalah
pembentukan glukosa-6-fosfat dari glukosa, dengan bantuan enzim glukokinase
dan mendapat tambahan energi dari ATP dan fosfat. Glukosa-6-fosfat dengan
enzim glukomutase menjadi glukosa- 1-fosfat. Glukosa-1-fosfat bereaksi dengan
UTP (Uridin Tri Phospat) dikatalisis oleh uridil transferase menghasilkan uridin
difosfat glukosa (UDP-glukosa) dan pirofosfat (PPi). Tahap terakhir terjadi
kondensasi antara UDP-glukosa dengan glukosa nomor satu dalam rantai glikogen
primer menghasilkan rantai glikogen baru dengan tambahan satu unit glukosa
(Hawab 2005).

SIMPULAN
Penentuan kadar glukosa dalam darah dilakukan dengan menggunakan
metode spektrofotometri. Pengamatan dengan menggunakan spektronik-20
dengan panjang gelombang 660 nm dan menggunakan prinsip Hukum Lambert
Beer. Hasil pengamatan kadar glukosa dalam darah ayam adalah sampel 1 yaitu
18.5 mg/dL dan sampel 2 yaitu 18.6 mg/dL, sedangkan berdasarkan literatur
Kadar glukosa darah normal pada ternak ruminansia bervariasi, yaitu antara 40-60
mg/dL dan 35-55 mg/dL. Hal ini menunjukkan adanya penambahan glukosa
sebelum darah diambil untuk di uji kadarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan M, Mulyati T, Isworo JT. 2013. Hubungan indeks massa tubuh dengan
kadar gula darah penderita diabetes mellitus tipe 2 rawat jalan di rumah
sakit tugurejo semarang. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah
Semarang. 2 (1): 18-19.

Bawono MN. 2008. Kontrol hormon insulin dan glukagon dalam perubahan
metabolisme selama latihan. Jurnal Pelangi Universitas Negeri Surabaya.
2 (2): 2-4.

Berkman B. 2002. Dasar-Dasar Kimiawi dan Biologis Biokimia. Jakarta (ID) :


EGC.

Hawab HM. 2005. Pengantar Biokimia. Malang (ID): Bayu Media.

Lestari DD, Purwanto DS, Kaligis SHM. 2013. Gambaran kadar glukosa darah
puasa pada mahasiswa angkatan 2011 fakultas kedokteran universitas sam
ratulangi dengan indeks massa tubuh 18,5- 22,9 kg/m2. Jurnal e-
Biomedik. 1 (2): 991-994.

Munadi, Ardinata D. 2008. Perubahan kadar glukosa darah penderita diabetes


mellitus tipe 2 yang terkontrol setelah mengonsumsi kurma. Majalah
Kedokteran Nusantara. 41 (1): 30.

Murray. 2003. Harper Biochemistry. Jakarta (ID): EGC.

Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta (ID): UI Press.

Rahmawati, Setiarini A, Sudikno. 2009. Pengaruh status gizi terhadap kejadian


hiperglikemia pada pegawai negeri sipil: studi kasus kota depok tahun
2009. Gizi Indonesia. 32(1): 63-65.
Sabrina A. 2012. Perbandingan metode spektrofotometri UV-Vis dan KCKT
(Kromatografi Cair Kinerja Tinggi) pada analisis kadar asam benzoat dan kafein
dalam teh kemasan.[Skripsi]. Malang (ID): Universitas Negeri Malang.

Suarsana IN. 2010. Sintesis glikogen hati dan otot pada tikus diabetes yang diberi
ekstrak tempe. Jurnal Veteriner. 11(3):190-195.

Suharso M. 2008. Enzim dalam Biokimia. Yogyakarta (ID): UGM Press.


Uetake K, Ishiwata, Abe T, Eguchi N, Tanaka Y. 2006. Hormonal and
metabolic relation to restraint and human handling in growing-fattening
steers. Animal Science. 77 (3): 370-374.

Anda mungkin juga menyukai