Anda di halaman 1dari 6

Laporan Praktikum Biokimia Klinis

Materi: Biosafety Laboratotium dan Analisis Glukosa Darah

Nama : Fadhila Iman Pengesahan Instruktur:


Kelompok :7
Instruktur/Asisten : Rio Jati Kusuma/Bianda Aulia, Maria Wigati, Fahmi
Tiara, Aphrodite Nadya

1. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui prinsip biosafety atau
keamanan bekerja pada laboratorium, mengetahui cara pemisahan serum, buffy
coats, plasma, platelet, dan sel darah merah dari darah total (whole blood), dan
mengetahui prinsip dan cara isolasi glukosa darah dari plasma.

2. Alat dan Bahan


a) Alat
 Vortex 1 buah
 Sentrifus meja 1 buah
 Mikropipet 100-1000 µl 1 buah
 Mikropipet 5-50 µl 1 buah
 Spektrofotometer 1 buah
 Inkubator 1 buah
 Gelas beker 1 buah
b) Bahan
 Tabung vakuntainer EDTA (phlebotomi warna ungu) 1 buah
 Darah (whole blood) 3 cc
 Tabung sentrifus mikro (microcentrifuge tube) 1 ml 4 buah
 Blue tip 3 buah
 Yellow tip 3 buah
 Cuvete 2 buah
 Aquades 10 µl
 Glucose GOD FS kit 10 µl
 Reagen 3000 µl

3. Cara Kerja
1) Pembuatan Plasma
 Mengambil 3 cc darah dan memasukkan ke dalam tabung phlebotomi warna
ungu.
 Menginkubasi pada suhu ruang selama 5 menit.
 Melakukan sentrifus pada kecepatan 3.000 RPM selama 20 menit untuk
mendapatkan supernatan (plasma)
 Memindahkan plasma ke dalam tabung microsentrifuge tube 1,5 ml (aliquot)
masing-masing sebanyak 800 µl dan menyimpannya pada suhu -20° C jika
tidak dianalisis.

1
 Spesimen plasma dapat disimpan pada suhu ruang (20-25° C) maksimal
selama 2 hari, suhu kulkas (4-8° C) maksimal 1 bulan dan -20° C maksimal
1 tahun.
2) Analisis Glukosa Plasma
 Menginkubasi kit pada suhu ruang hingga mencapai suhu ruang (± 30 menit)
apabila kit disimpan dalam suhu kulkas.
 Melakukan thawing sampel plasma terlebih dahulu pada suhu ruang apabila
menggunakan sampel plasma beku.
 Mengambil 10 µl plasma dan mencampurkan dengan 1000 µl reagen.
 Membuat larutan blanko dengan mencampurkan 10 µl aquades dengan 1000
µl reagen dan standar dengan mencampurkan 10 µl larutan standar ke dalam
1000 µl reagen.
 Mencampurkan dengan cara memvortex selama 10 detik.
 Menginkubasi selama 10 menit pada suhu 37oC.
 Menyalakan mesin spektrofotometer dan set panjang gelombang 500 nm.
 Memasukkan larutan blanko, standar dan sampel ke dalam kuvet.
 Membaca absorbansi blanko, standar dan sampel.
 Mencatat hasil pengukuran absorbansi.
 Menghitung konsentrasi glukosa pada plasma dengan menggunakan
persamaan
(𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜)
Kadar glukosa darah: (𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜)
𝑥 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
 Kadar glukosa dinyatakan dalam mg/dl.

4. Hasil
Berdasarkan praktikum analisis glukosa darah kelompok 7 menemukan hasil dari
6 buah larutan. Enam larutannya yaitu sampel yang terdiri dari plasma darah dan
reagen, larutan standar yang berisi standar glukosa dan reagen, dan larutan blanko
yang terdiri dari reagen dan aquades. Kadar glukosa darah dihitung dengan cara
membandingkan selisih nilai absorbansi yang diperoleh dari sampel dengan nilai
absorbansi larutan blanko dibandingkan dengan selisih nilai absorbansi larutan
standar glukosa dengan nilai absorbansi larutan standar glukosa dikalikan dengan
konsentrasi standar. Konsentrasi standar diketahui yaitu 100. Hasil analisis glukosa
plasma ditampilkan pada tabel dibawah ini.

Hasil analisis glukosa darah pada probandus


No Variabel Absorbansi Kadar glukosa (mg/dl)
1 Sampel ulangan 1 0,302 43.8
2 Sampel ulangan 2 0,305 44.6
3 Larutan blanko ulangan 1 0,141
4 Larutan blanko ulangan 2 0,141
5 Standar glukosa ulangan 1 0,508
6 Standar glukosa ulangan 2 0,508

5. Pembahasan
Pada praktikum analisis glukosa darah digunakan metode GOD-PAP. Prinsip
GOD- PAP adalah oksidasi glukosa oleh glukooksidase (GOD) menjadi asam
glukonat dan hidrogen peroksida (H2O2). H2O2 kemudian direaksikan dengan 4

2
aminoantipirin dan indikator fenol menghasilkan quinonemine berwarna merah dan
H2O, reaksi ini dikatalisis oleh enzim peroksidase (POD) (Subiyono, 2016).

GOD
Glukosa + O2 asam glukonat + H2O2

POD
2 H2O2 + 4-aminoantipirin + fenol quinoneimine + H2O

Pengukuran kadarnya dengan cara mencampur plasma darah dengan reagen,


kemudian warna yang terbentuk dibaca dengan spektrofotometri pada panjang
gelombang 500 nm. Selain itu juga larutan blanko dan larutan standar dibaca
dengan spektrofotometri dengan panjang gelombang 500 nm (Kustiningsih, 2017).
Pada praktikum analisis glukosa darah, sampel yang digunakan adalah plasma
darah yang diambil dari darah probandus. Plasma darah didapatkan dengan cara
disentrifugasi selama 20 menit dengan kecepatan 3.000 RPM. Sampel yang diambil
yaitu glukosa darah adalah glukosa 2 jam post prandial atau 2 jam setelah makan.
Kadar glukosa darah yang didapatkan yaitu 43.8 mg/dl dan 44.6 mg/dl. Jika dirata-
ratakan kadar glukosa darahnya adalah 44.2 mg/dl. Kadar glukosa darah probandus
digolongkan hipoglikemia karena kadar glukosa <140 mg/dl. Pada praktikum
dilakukan inkubasi pada suhu 37oC, karena jika suhu diatas 37oC aktivitas enzim
glukosa oksidase hilang (Kustiningsih, 2017). Waktu inkubasi optimum adalah 15 –
20 menit. Bila waktu inkubasi kurang dari waktu inkubasi optimum/ operating
timenya, maka enzim tidak akan bereaksi sempurna dengan substratnya (glukosa).
Apabila waktu inkubasi melebihi 20 menit maka senyawa yang terbentuk akan
terdegradasi. Saat sampel darah dari probandus direaksikan menghasilkan warna
pink bening.
Berdasarkan Badawi (2010) kadar glukosa darah untuk orang normal (non
diabetes) 2 jam sesudah makan dibawah 140 mg/dL. Probandus dikategorikan
hipoglikemia karena glukosa darahnya <140 mg/dl. Menurut Triana (2017)
pemeriksaan glukosa 2 jam post prandial atau glukosa darah 2 jam setelah makan
dapat sekaligus dilakukan pemeriksaan glukosa darah puasa. Apabila kadar
glukosa darah puasa di atas 126 mg/dl dan kadar glukosa darah 2 jam setelah
makan adalah di atas 200 mg/dl, maka dianggap pasien menderita diabetes
mellitus. Sedangkan kadar glukosa darah 2 jam setelah makan abnormal, maka
dilakukan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) untuk mendapatkan keterangan
tambahan dan data yang lebih lengkap tentang adanya gangguan metabolisme
karbohidrat.

Kadar glukosa darah sewaktu dan kadar glukosa puasa (PERKENI, 2006)
No. Pemeriksaan Baik Sedang Buruk
1. Glukosa darah puasa (mg/dl) 80 – 109 110 – 125 >125
Glukosa darah 2 jamsetelah makan
2. 110 – 144 145 – 179 >180
(postprandial)

Hipoglikemia atau gula darah terlalu rendah dapat menyebabkan morbiditas fisik,
psikososial dan bila semakin parah dapat menyebabkan kematian(Sutanto, 2015).
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa dalam darah dibawah
normal (<70mg/dl) (ADA, 2016). Selain itu, pengertian hipoglikemia adalah suatu
keadaan kadar glukosa darah < 50/60 mg/dl (Ernawati, 2010). ADA telah
mengklasifikasikan hipoglikemia menjadi 5, yaitu Severe Hypoglycemia,

3
Documented Symptomatic Hypoglycemia, Asymptomatic (Documented)
Hypoglycemia, Probable Symptomatic Hypoglycemia, Pseudo-hypoglycemia (
Morales, 2014).
Pada penyakit Diabetes Melitus tipe 2, hipoglikemia sering disebabkan oleh
penggunaan Insulin dan Sulfonilurea (PERKENI, 2011). Hipoglikemia adalah efek
samping yang paling sering terjadi akibat terapi penurunan glukosa darah pada
pasien DM dan pengontrolan glukosa darah secara intensif selalu meningkatkan
risiko terjadinya hipoglikemia berat. Penyebab hipoglikemia menurt Smeltzer & Bare
(2003) adalah dosisi insulin yang tidak tepat, asupan makan yang berlebihan,
aktivitas fisik rendah, stress secara fisik dan emosional, dan terjadinya infeksi.
Bila kadar glukosa darah menurun, maka sel-sel α-pankreas akan melepaskan
glukagon. Glukagon adalah hormon yang bekerja dalam memperlambat pemasukan
glukosa kedalam sel-sel jaringan, meningkatkan laju pemecahan glikogen menjadi
glukosa di dalam hati dan laju pemecahan lemak dan protein menjadi turunannya
yang dapat digunakan dalam proses glukoneogenesis, dan meningkatkan laju
reaksi glukoneogenesis, yaitu pembentukan glukosa dari asam lemak atau asam
amino (Triana, 2017).
Normoglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah < 140 mg/dl
(Jamaluddin, 2015). Kadar glukosa darah puasa yang normal adalah 80-110 mg/dl.
Menurut WHO normoglikemia adalah keadaan glukosa darah yang berisiko rendah
terhadap diabetes dan penyakit kardiovaskular.
Hiperglikemia atau gula darah terlalu tinggi keadaan dimana glukosa darah >140
mg/dl. Hiperglikemia adalah tingginya kadar glukosa, dalam darah. Hiperglikemia
dapat terjadi ketika tubuh tidak memproduksi atau menggunakan insulin yang
cukup. Insulin adalah hormon yang berfungsi untuk menyerap glukosa ke dalam sel
yang dapat digunakan sebagai energi. Hiperglikemia jangka panjang dapat
menyebabkan masalah-masalah kesehatan yang berkaitan dengan diabetes,
kerusakan pada mata, ginjal, dan saraf. (Subiyono, 2016). Hal yang menyebabkan
gula darah tinggi yaitu kurang berolahraga, meningkatnya stress dan faktor emosi,
pertambahan berat badan, bertambahnya usia, jumlah makanan yang dikonsumsi
bertambah, dan dampak dari perawatan obat, contohnya steoid (Fox & Kilvert,
2010).
Bila kadar glukosa darah meningkat, maka sel-sel β-pankreas akan melepaskan
insulin. Insulin adalah hormon yang bekerja dalam meningkatkan kecepatan
masuknya glukosa kedalam sel-sel jaringan, meningkatkan kecepatan pemecahan
glukosa melalui proses glikolisis, meningkatkan sintesis glikogen dari glukosa di
dalam hati dan otot, dan meningkatkan sintesis lipida dan protein dari glukosa.
(Triana, 2017).
Kelebihan dari praktikum analisis glukosa darah dengan metode GOD-PAP
adalah metode ini lebih akurat dan presisi karena penelitiannya sangat teliti, spesifik,
relatif bebas dari gangguan (kadar hematokrit, vitamin C, lipid, volume sampel dan
suhu) (Santoso, 2015).
Metode pemeriksaan glukosa darah antara lain, yaitu metode reduksi, enzimatik,
dan lainnya. Metode enzimatik yang sering digunakan yaitu GOD-PAP karena
presisi dan akurat (Santi, 2011).
Selain itu metode Folin-Wu dikenalkan pertama kali oleh Folin dan Wu pada
tahun 1919. Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk membuat filtrat
darah bebas protein dengan pengendapan protein oleh pembentukan asam
tungstat. Endapan terjadi akibat adanya kombinasi anion asam dengan bentuk
kationik dari protein (Suharso 2008).. Produk dari reaksi ini digunakan untuk
mengoksidasi asam fosfomolibdat untuk menghasilkan senyawa biru diukur
menggunakan spektrofotometer pada 420 nm (Ratnaningrum, 2018).Metode ini
memiliki beberapa keuntungan, antara lain hanya dibutuhkan dua pelarut, filtrat

4
yang terbentuk lebih netral, dan proses filtrasi lebih cepat. Sedangkan
kelemahannya yaitu hasil positif yang didapatkan besar (Suharso 2008).

Kupritartrat + glukosa Cu2O (endapan)

Cu2O (endapan) + fosfomolibdat oksida Mo (biru tua)

Selain itu, metode lain untuk analisis glukosa darah adalah metode Samogyi-
Nelson Prinsip dari pemeriksaan ini adalah filtrat mereduksi Cu dalamlarutan alkali
panas dan Cu direduksi kembali oleh arsenomolibdat membentuk warna ungu
kompleks (Dunning, 2009).
Metode prinsip analisis glukosa darah yang lain yaitu metode Ortho-tholuidin.
Prinsip metode ini adalah glukosa akan bereaaksi dengan ortho –tholuidin dalam
asam asetat panas membentuk senyawa berwarna hijau. Warna yang terbentuk
diukur pada panjang gelombang 625 nm (Sacher, 2004).
Selain itu, metode lain menganalisis glukosa darah adalah hexokinase.
Prinsipnya adalah hexokinase akan mengkatalis reaksi fosforilasi glukosa dengan
membentuk glukosa-6-fosfat dan ADP. Glukosa-6-fosfat dehidrogenase akan
mengkatalis oksidasi glukosa-6-fosfat dengan NADP+ (Departemen Kesehatan RI,
2005).
Penyakit yang berkaitan dengan keadaan hiperglikemia adalah diabetes melitus
(DM) disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai
akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi disebabkan oleh defisiensi produksi
insulin oleh sel-sel ∝ langerhans pankreas atau kurang responnya sel-sel tubuh
terhadap insulin (Isnaeni, 2011).
Karsinoma hepatoselular (KHS) merupakan tumor ganas hati primer yang.
Hipoglikemia dapat muncul di akhir perjalanan penyakit ketika terjadi kegagalan
fungsi hati, selain itu hipoglikemia dapat muncul sebagai gejala awal sebelum
ditemukan nodul pada hepar dan residual liver masih dalam keadaan baik.
Mekanisme terjadinya hipoglikemia disebabkan oleh produksi peptida pro-IGF-II.
Pro-IGF-II bersifat mudah melalui kapiler dan tidak berikatan dengan protein
sehingga dapat berikatan dengan reseptor insulin di jaringan. Ketika berikatan
dengan reseptor insulin akan menimbulkan hipoglikemia dan memberikan feedback
negative sehingga kadar IGF-I, Growth Factor, insulin plsama. Dan C-peptide
rendah. GH adalah hormon kontraregulator kondisi hipoglikemia (Susanto, 2015).

6. Daftar Pustaka
ADA (American Diabetes Association). 2016. Standards of Medical Care in Diabetes
2016. Diabetes Care, 39;1.
Departemen Kesehatan RI, 2005. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Untuk Penyakit
Diabetes Melitus, Jakarta.
Dunning,Trisha. (2009). Care of People with Diabetes: A Manual of Nusing Practice 3rd
Edition. U.K: Wiley-Blackwell
Ernawati, 2010. Kemampuan Melakukan Penatalaksanaan Hipoglikeia Berdasarkan
Karakteristik dan Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus. Jurnal Keperawatan
Indonesia, Vol. 13, No. 1 : 8 – 13
Fox, C., & Kilvert, A. (2010). Bersahabat dengan Diabetes Tipe 2. Depok: Penebar Plus.

5
Isnaeni, Farida Nur., et al. 2011. Pengaruh Pemberian Chitosan Terhadap Kadar
Glukosa Darah Dan Histologi Pankreas Tikus Sprague Dawley Yang Diinduksi
Aloksan. Jurnal Kesehatan, Vol. 4, No. 2 : 131 – 142
Jamaluddin., et al. 2015. Pengaruh Kadar Gula Darah terhadap Kejadian Reinfark dan
Kematian pada Penderita Sindroma Koroner Akut. Medula Vol. 3, No. 1 : 224
– 231
Kurniawan, Santoso., et al. 2015. Pengaruh Pemakaian Setengah Volume Sampel Dan
Reagen Pada Pemeriksaan Glukosa Darah Metode God-Pap Terhadap Nilai
Simpangan Baku Dan Koefisien Variasi. Jurnal Wiyata, Vol. 2, No. 2 : 114 – 119
Kustiningsih, Yayuk., et al. 2017. Pengaruh Variasi Suhu Awal Reagen Terhadap Kadar
Glukosa Darah Metode Enzimatik. Medical Laboratory Technology Journal,
Vol.3, No.1 : 103 – 107
MD, Mary Korytkowski., et al. 2012. Patient Guide to Managing Hyperglycemia (High
Blood Sugar) in the Hospital. 2012. The Journal of Clinical Endocrinology &
Metabolism, Volume 97, Issue 1, Pages 27A – 28A
Morales, Javier. 2014. Hypoglycemia. The American Journal of Medicine, Vol.127, no.
10A : S17 – S24
Nugrahani, AR. 2008. Uji Penurunan Kadar Glukosa Darah Infusa Herba Daun Sendok
(Plantago mayor L.) Pada Kelinci Jantan yang Dibebani Glukosa. Skripsi
Fakultas Farmasi, Univeristas Muhammadiyah Surakarta : 35
PERKENI. 2006. Konsesus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Indonesia. Jakarta : PERKENI
PERKENI. 2011. Konsesus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Indonesia. Jakarta : PERKENI
Ratnaningrum, Diah., et al. 2018. The production of corn kernel miso based on rice-koji
fermented by Aspergillus oryzae and Rhizopus oligosporus. Journal of Tropical
Biodiversity and Biotechnology, Vol. 3 : 8 – 17
Sacher, Ronald A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta : EGC
Santi, Onne Degita., et al. 2011. Pengaruh Suhu dan Interval Waktu Penyimpanan
Sampel Serum pada Pengukuran Kadar Glukosa Darah. JKKI, Vol. 3, No. 8 :
39 – 43
Smeltzer, S.C., Bare, B.G.., Hinkle, J.L., Cheever, K.H. (2003). Brunner & Suddarth’s
textbook of medical- surgical nursing. Philadhelpia: Williams and Wolter Kltwer
Bussiness.
Subiyono. 2016. Gambaran Kadar Glukosa Darah Metode Godpap (Glucose Oxsidase
– Peroxidase Aminoantypirin) Sampel Serum Dan Plasma Edta (Ethylen Diamin
Terta Acetat). Jurnal Teknologi Laboratorium Vol.5, No.1 : 45 – 48
Suharso M. 2008. Enzim dalam Biokimia. Yogyakarta : UGM Press.
Sutanto, Hari., et al. 2015. Hipoglikemia: Sindrom Paraneoplastik pada Karsinoma
Hepatoseluler. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 2, No. 1 : 49 – 52
Triana, Linda., et al. 2017. Perbedaan Kadar Glukosa Darah 2 Jam Post Prandial. Jurnal
Laboratorium Khatulistiwa, Vol. 1, No. 1 : 51 – 57

Anda mungkin juga menyukai