Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK

PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH

Disusun oleh :
M.Irgi Novaldi
Regita Karmindya H
Reja Fauzi

PRODI S1 FARMASI
STIKes BHAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2019
A. TUJUAN
Menentukan kadar glukosa dalam darah dengan metode enzimatik dan
menginterpretasikan hasil serta menghubungkan dengan keadaan patologi
klinik

B. DASAR TEORI
Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa, karena
mempunyai sifat dapat memuta cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam,
glukosa terdapat dala buah-buahan dan madu lebah. Darah manusia normal
mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi tetap, yaitu antara 70 – 100
mg tiap 100 ml darah. Glukosa darah dapat bertambah setelah kita makan-makanan
sumber karbohidrat, namun kira-kira 2 jam setelah itu, jumlah glukosa darah akan
kembali pada keadaan semula. Pada penderita diabetes melitus, jumlah glukosa
darah lebih besar dari 130 mg per 100 ml darah (Poedjiadi, 1994).
Gula darah pada orang sehat dikendalikan oleh insulin. Insulin adalah hormon
yang dibuat oleh pankreas. Insulin membantu glukosa dalam darah masuk ke sel
untuk menghasilkan tenaga. Gula darah yang tinggi dapat berarti bahwa pankreas
tidak memproduksi cukup insulin, atau jumlah insulin cukup namun tidak bereaksi
secara normal. Hal ini disebut dengan resistensi insulin (Girindra, 1989).
Bila level gula darah menurun terlalu rendah, berkembanglah kondisi yang
bisa fatal yang disebut hipoglisemia. Gejala – gejalanya adalah perasaan lelah,
fungsi mental yang menurun, rasa mudah tersinggung, dan kehilangan kesadaran.
Bila levelnya tetap tinggi, yang disebut hiperglisemia, nafsu makan akan tertekan
untuk waktu yang singkat. Hiperglisemia dalam jangka panjang dapat
menyebabkan masalah-masalah kesehatan yang berkepanjangan pula yang
berkaitan dengan diabetes, termasuk kerusakan pada mata, ginjal, dan saraf
(Christy, 2015).
Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk
mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di dalam darah
dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi
untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon, hormon
yang menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian sel – sel ini mengubah glikogen
menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke dalam
aliran darah, hingga meningkatkan level gula darah. Apabila level gula darah
meningkat, entah karena perubahan glikogen, atau karena pencernaan makanan,
hormon yang lain dilepaskan dari butir-butir sel yang terdapat di dalam pankreas.
Hormon ini, yang disebut insulin, menyebabkan hati mengubah lebih banyak
glukosa menjadi glikogen. Proses ini disebut gliogenosis, yang mengurangi level
gula darah. Diabetes mellitus tipe 1 disebabkan oleh tidak cukup atau tidak
dihasilkannya insulin, sementara tipe 2 disebabkan oleh respon yang tidak memadai
terhadap insulin yang dilepaskan (resistensi insulin). Kedua jenis diabetes ini
mengakibatkan terlalu banyaknya glukosa yang terdapat di dalam darah (Christy,
2015).
Glukosa tak bisa memetabolisme lebih lanjut sampai dikonversikan ke
glukosa 6 fosfat oleh reaksi dengan ATP, reaksi ini dikatalisa oleh enzim
heksokinase yang tidak spesifik dan juga oleh glukokinase yang spesifik di dalam
hati. Reaksi ini dalam arah sebaliknya, dihidrolisa sederhana glukosa 6 fosfat ke
glukosa, dikatalisa oleh glukosa 6 fosfatase. Glukosa yang tidak dikonversi menjadi
glikogen melintasi hepar melalui sirkulasi sistemik ke jaringan di tempat mana ia
dapat dioksidasi, disimpan sebagai glikogen otot atau dikonversi menjadi lemak
dan disiman dalam depot-depot lemak (Baron, 1984).
Glikogen di dalam hepar berlaku sebagai cadangan karbohidrat dan
melepaskan glukosa ke sirkulasi bila penggunaan glukosa diperifer-perifer
merendahkan konsentrasi glukosa di dalam darah untuk oksidasi glukosa atau untuk
konversi karbohidrat menjadi lemak atau protein, glukosa 6 fosfat dapat dikonversi
dalam stadium-stadium pangkalan metabolik umum menunjukkan seri reaksi
berdasarkan atas asetil koenzim A dan siklus asam trikarboksilat (siklus krebs :
siklus sitrat) dalam mana residu karbon dan protein, karbohidrat atau lemak bisa
dioksidasi dengan melepaskan energi atau dikonversi dari yang satu ke yang lain
(Baron, 1984).
Walaupun insulin mempunyai berbagai fungsi yang berbeda, satu fungsi
utamanya adalah membantu glukosa dalam darah untuk memasuki sel-sel jaringan,
dimana glukosa itu digunakan sebagai sumber energi. Jika tidak diperlukan untuk
memproduksi energi segera, insulin menjamin agar glukosa diubah menjadi baik
sebagai glikogen (sebagai penyimpanan energi jangka pendek), maupun lemak
untuk penyimpanan energi yang lebih lama (Wise, 2002).
Macam-macam sampel glukosa darah
a. Gula darah puasa
Tes ini cukup bermakna untuk diagnosa diabetes mellitus, karena
kenyataan bahwa ¾ pasien yang puasa normal. Tes ini dapat tetap dipegang
dengan syarat tertentu bila didapatkan kadar gula puasa sekitar 100-200 mg%
harus dicurigai dan sebaliknya dilakukan pemeriksaan ulang, tetap tinggi
maka cukup menunjang diagnosa diabetes mellitus.
b. Gula darah 2 jam post prandial
Tes ini dipertanggungjawabkan karena jumlah karbohidrat yang dimakan
tidak sama tergantung kebiasaan. Tes ini mempunyai arti klinik para ahli
berpendapat bila nikai berkisar 100-200 mg% perlu dicurigai diabetes mellitus
dan harus dilakukan tes yang lain, sedang bila nilai lebih 140 mg% sangat
memungkinkan diabetes mellitus.
c. Glukosa Toleransi Test (GTT)
Dimaksudkan untuk penentuan diagnosa pasti, terutama apabila hasil
pemeriksaan glukosa darah dan urin sebelumnya masih meragukan.
Pemeriksaan dilakukan berbeda tergantung beban glukosa yang diberikan
pengambilan darah dilakukan tiap jam setelah pemberian glukosa.
d. Glukosa darah sewaktu
Dimaksudkan untuk mengetahui kadar glukosa seseorng tanpa
memperhtikan kondisi orang tersebut dan biasanya untuk sekedar ingin tahu.
(Wattimena, 1985).
Berikut kisaran kadar gula darah normal pada tubuh:
 Sebelum makan: 70 - 130 mg/dL.
 Dua jam setelah makan: kurang dari 180 mg/dL.
 Setelah tidak makan (puasa) selama setidaknya delapan jam: kurang
dari 100 mg/dL.
 Menjelang tidur: 100 – 140 mg/dL. (Anonim, 2013).
Pengendapan protein darah dengan Zn hidroksid pada suhu 100°C, glukosa
dalam filtrat dioksidasi oleh larutan kalium ferisianida alkalik yang di buffer pada
pH 11,5 yang diberikan berlebihan. Dalam reaksi ini terjadi kalium ferosianida,
yang akan diikat oleh Zn sulfat. Kelebihan kalium ferisianida dititrasi secara
iodometrik. Dari banyaknya ferisianida yang digunakan untuk mengoksidasikan
glukosa, dapat dikethui banyaknya glukosa yang ada. Banyaknya ferisianida dapat
diketahui dari banyaknya natrium tiosulfat yang dalam titrasi iodometrik ini
(Dawiesah, 1989).

C. ALAT DAN BAHAN


Alat :

1. Spektrofotometer
2. Micro pipet ( ukuran 10µl dan 1000 µl )
3. Tabung reaksi
4. Tip kuning dan biru
5. Kuvet / efendorf
6. Sentrifugator
7. Tissue
8. Spuit ( 3 ml )

Bahan :
1. Sampel serum / plasma ( antikoagulan EDTA )
2. Reagen GOD – PAP
3. Aquadest
D. PROSEDUR

Siapkan larutan Larutan standar dan sampel Campur dan inkubasi


blanko, standar dan seperti tertera pada tabel selama 20 menit pada
sampel dibawah ( atau sesuai suhu 20-25⁰C atau 10
dengan reagen kit yang menit dalam suhu
digunakan ) 37⁰C

Hitung kadar Baca terhadap reagen Ukur absorban sampel


konsentrasi glukosa blanko dalam waktu sampel dan standar
dalam sampel kurang dari 60 menit
pada panjang gelombang
546 nm

Glukosa sampel (mg/dL)= ( A


sampel / A standar) x
konsentrasi standar (mg/dL)

Efendorf/kuvet Blanko Standar Sampel


Serum - - 10 µl
Standar - 10 µl -
Reagen 1000 µl 1000 µl 1000µl
*Tabel standar dan sampel
*Catatan :
Standar dan konsentrasinya dilihat direagen kit diasys.
Konsentrasi standar pada kit : 100 mg/dL
Glukosa (mg/dL) x 0,05551 = glukosa (mg/dL)
Prosedur dapat berbeda apabila digunakan reagen kit dengan merek berbeda.
E. HASIL PENGAMATAN
Absorbansi Konsentrasi Glukosa (mg/dL

Standar 0,294 129,591mg/dl

Sampel 0,381 129,591 mg/dl

Perhitungan :

A sampel
Konsentrasi glukosa : x 100
A standar
0,381 𝑚𝑔
Glukosa sampel (mg/dl) = 0,294 𝑋100 = 129,591 ⁄𝑑𝑙.

F. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini yaitu mengenai pemeriksaan kadar glukosa darah.
Glukosa darah dapat dijadikan parameter untuk mengdiagnosa penyakit diabetes
melitus. Kadar glukosa darah merupakan gambaran banyaknya zat gula atau
glukosa di dalam darah. Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh asupan nutrisi baik
dari makanan maupun minuman. Sumbernya bisa berasal dari glukosa, fruktosa,
galaktosa. Serta kadar glukosa didalam darah juga dipengaruhi oleh kerja insulin.
Bila insulin bekerja secara normal maka kadar glukosa darah juga akan normal.
Namun, apabila insulin tidak bekerja secara normal dapat menyebabkan kadar
glukosa darah menjadi meningkat.
Prinsip dari percobaan ini adalah menggunakan metode GOD-PAP. Glukosa
pada sampel dioksidasi dan akan membentuk asam glukonat dan hidrogen
peroksida. Hidrogen peroksida dengan 4-aminoantipyrine dengan ditambah
indikator fenol akan dikatalis dengan POD (peroksidase dan akan membentuk
quinonemin dan air. Quinonemin inilah yang akan dianalasisi menggunakan
spektrofotometer.
GOD
Glukosa + O2 asam glukonat + H2O2
POD
2H2O2 + 4-aminoantipyrine + Fenol Quinoneimin +
4H2O

Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan serum dengan reagen. Serum


didapatkan dengan menstrifugasi darah dengan kecepatan 300rpm selama 10 menit.
Untuk reagen ini terdiri dari Phosphate buffer, Phenol, 4-aminoantipyrine Glucosa
oxidase (GOD) dan Peroxidase (POD). Cara kerja nya yaitu dengan mencampurkan
serum dengan reagen. Setelah dicampurkan dengan reagen didiamkan selama
kurang lebih 10 menit dan dibaca absorbansinya menggunakan spektrofotometer
UV-Vis pada panjang gelombang 546 nm.

Berdasarkan hasil pengamatan menggunakan spektrofotometer didapatkan


absorbansi dari sampel sebesar 0,381 dan absorbansi dari standar sebesar 0,294
serta konsentrasi standar yang digunakan adalah 100 mg/dL. Sehingga dapat
diketahui kadar glukosa dari sampel sebesar 129,591 mg/dL. Dilihat dari kadar
glukosa sampel, dapat disimpulkan bahwa kadar glukosa darah normal didasarkan
pada referensi range untuk orang dewasa yang tertera pada kit adalah 70-115
mg/dL.
G. DAFTAR PUSTAKA
Beck, Mary.E. 2011. Ilmu Gizi dan Diet, Hubungannya dengan Penyakit – Penyakit
Perawatan dan Dokter. Yogyakarta : Andi Yogyakarta

Dawn B, Marks. 2000. Dasar – Dasar Kimiawi dan Biologis Biokimia. Dalam :
Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta : EGC

Ganong, WF. 1994. Fisiologi Kedokteran Edisi 14. Jakarta : EGC

Murray, RK. 2003. Harper’s Biochemistry. Edisi ke – 25. Karolina SK,


penerjemah. Jakarta : EGC
H. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai