Anda di halaman 1dari 12

GLUCOSE, GLUCOSE CHALLENGE, ORAL GLUCOSE

TOLERANCE, KETONE BODIES, AND HbA1c TEST

GLUCOSE TEST ( GOD-PAP METHOD)


Tujuan
untuk mengetahui konsentrasi glukosa dari sampel manusia

Prinsip
Konsentrasi glukosa ditentukan setelah terjadi oksidasi enzimatik oleh glukosa oksidase, indikator
kolorimetriknya quinoneimine, yang berasal dari 4-aminoantipyrine dan phenol melalui proses
katalitik peroksidase dengan hidrogen peroksida ( Trinder’s reaction).

Sampel
Serum, plasma heparin, plasma EDTA, cairan spinal
*pisahkan dari celullar content paling lambat 1 jam setelah pengambilan sampel
*di sentrifugasi sesegera mungkin maka akan stabil selama 5 hari di suhu 15-25oC atau 4oC
*setelah 30 menit pengambilan darah, sampel akan stabil dalam 24 jam pada suhu 4 oC
*stabil dengan penambahan glycolytic inhibitor (NaF,KF). Stabil untuk 1 hari pada suhu 20-25oC, 7
hari pada suhu 4-8oC
*plasma (paling recomended). Stabil selama 6 jam di suhu 25-35oC.

Reagen
Buffer phosphate (pH 7,5), phenol, aminoantipyrine, glucose oksidase (GOD), peroksidase(POD),
standard glucose(100mg/dl), trichoroacetic acid solution 300 ml untuk deproteinasi

Penyimpanan
REAGEN (stabil bila disimpan di suhu 2-8oC, terlindung dari cahaya, hindari kontaminasi, tidak boleh
dibekukan) , STANDARD ( stabil di suhu 2-25oC)

Prosedur
Kalkulasi

Faktor koversi : 0,05551

Range normal
o whole blood  70-100 mg/dl
o serum  70-115 mg/dl
o cairan spinal  35-50 mg/dl

*WHO guidelines:

*peningkatan level glukosa plasma terjadi di DM, Cushing syndrome, dan hyperadrenalism.
* penurunan glukosa plasma terjadi pada hyper-insulin, pengobatan anti diabetes, hypoadrenalism.
*fasting dilakukan selama 8-10 jam sebelum pengambilan darah.

Teori
o Tes ini digunakan untuk mengecek hyperglicemia, hypoglycemia, diagnosis diabetes, memonitor
pasien DM.
o High blood glucose (hyperglycema):
 Increased thirst, usually with frequent urination
 Fatigue
 Blurred vision
 Slow-healing infections
 Acromegaly
 Acute stress (response to trauma, heart attack, and stroke for instance)
 Chronic kidney failure
 Cushing syndrome
 Excessive food intake
 Hyperthyroidism
 Pancreatic cancer
 Pancreatitis
o Low blood glucose (hypoglycemia):
 Sweating
 Hunger
 Trembling
 Anxiety
 Confusion
 Blurred Vision
 Adrenal insufficiency
 Drinking excessive alcohol
 Severe liver disease
 Hypopituitarism
 Hypothyroidism
 Insulin overdose
 Insulinomas

* Hypoglycemia gejala awalnya yakni nervous system symptoms (sweating, palpitations, hunger,
trembling, and anxiety), kemudian berefek ke otak (confusion, hallucinations, blurred vision, and
sometimes even coma and death)

Fasting Blood Glucose


Glucose Level Indication
From 70 to 99 mg/dL (3.9 to 5.5 mmol/L) Normal fasting glucose
Impaired fasting glucose
From 100 to 125 mg/dL (5.6 to 6.9 mmol/L)
(pre-diabetes)
126 mg/dL (7.0 mmol/L) and above on more
Diabetes
than one testing occasion

Obat yang dapat meningkatkan kadar glukosa:


 Atypical antipsychotic medications, especially olanzapine, quetiapine, and risperidone
 Beta-blockers (such as propranolol)
 Corticosteroids
 Dextrose
 Epinephrine
 Estrogens
 Glucagon
 Isoniazid
 Lithium
 Oral contraceptives (birth control pills)
 Phenothiazines
 Phenytoin
 Salicylates (see aspirin overdose)
 Thiazide diuretics
 Triamterene
 Tricyclic antidepressants

Obat yang menurunkan kadar glukosa:


 Acetaminophen
 Alcohol
 Anabolic steroids
 Clofibrate
 Disopyramide
 Gemfibrozil
 Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs)
 Pentamidine
 Sulfonylurea medications (such as glipizide, glyburide, and glimepiride)

GLUCOSE CHALLENGE TEST


Tujuan
untuk mengetahui respon tubuh setelah loading glukosa dan screening diabetes pada wanita hamil.

Prinsip
Monitoring terhadap kekuatan tubuh pasien merespon loading glukosa.

Sampel
Serum atau plasma

Reagen
Glukosa 50 gram dan reagent kit untuk pemeriksaan glukosa (GOD-PAP)

Prosedur
Pasien tidak berpuasa sebelum tes. Pasien diberi loading 50 gram glukosa yang dilarutkan dalam air
200 ml, dan minuman ini harus diminum dalam 5 menit. Sampel darah vena diambil 1 jam setelah
loading, dan diukur kadar glukosanya.

Interpretasi
Hasil glucose challenge test positif bila kadar glukosa vena >140 mm3
ORAL GLUCOSE TOLERANCE
Tujuan
untuk mengetahui respon tubuh setelah pengisian glukosa dan untuk screening DM pada orang yang
sudah dicurigai.

Prinsip
Tubuh pasien di usahakan untuk merespon glucose loading dan gula darah akan dipantau selama 3
jam setelah glucose loading.

Sampel
Serum / plasma

Reagen
glukosa 100gr, GOD-PAP method

Prosedur
1. Pasien harus berpuasa 8-12 jam sebelum tes
2. Saat puasa sampe darah diambil untuk cek gula darahnya
3. Pasien diberi 100gr glukosa dengan minum air yg cukup
4. Sampel darah diambil kembali pada 1 jam, 2 jam, 3 jam setelah pemberian glukosa. ( di
medlineplus: darah diambil sebelum minum glukosa dan setiap 30-60 menit setelah minum
glukosa. Paling tidak sampai 3 jam)
5. Pasien harus restrict intake karbohidrat sehari atau seminggu sebelum tes.

Hasil
o Gula darah puasa  < 105mg %
o 1 jam  < 190 mg%
o 2 jam  < 165 mg%
o 3 jam  < 145 mg%

*di medline plus:


Normal blood values for a 75-gram oral glucose tolerance test used to check for type 2 diabetes:
 Fasting: 60 -100 mg/dL
 1 hour: less than 200 mg/dL
 2 hours: less than 140 mg/dL. Between 140 - 200 mg/dL is considered impaired glucose
tolerance (sometimes called "prediabetes"). It means you are at increased risk for developing
diabetes. A glucose level of 200 mg/dL or higher is a sign of diabetes.

Normal blood values for a 50-gram oral glucose tolerance test used to screen for gestational
diabetes:
 1 hour: equal to or less than 140 mg/dL
Normal blood values for a 100-gram oral glucose tolerance test used to screen for gestational
diabetes:
 Fasting: less than 95 mg/dL
 1 hour: less than 180 mg/dL
 2 hour: less than 155 mg/dL
 3 hour: less than 140 mg/dL

Interpretasi
Pasien dikatakan positif diabetes bila didapatkan 2 hasil abnormal dari gula darah

Teori
o Tes (OGTT) ini merupakan tes yang ditujukan untuk mengetahui seberapa cepat glukosa di buang
dari darah.
o Biasanya sering dilakukan pada pasien yang diabetes, insulin resistance, atau reactive
hypoglycemia, acromegaly, disorder metabolisme karbohidrat.
o Dosis oral glukosa rekomendasi dari WHO adalah 75 gr untuk dewasa dan dikurangi untuk anak-
anak.
o Untuk ibu hamil, tes ini digunakan untuk menscreening apakah ada diabetes gestational dengan
menggunakan glukosa 50 gr.
o Jika diduga renal glycosuria, maka periksa juga urin selama puasa dan 2 jam tes darah.
o Peningkatan kadar glukosa mengindikasikan adanya prediabetes, diabetes, diabetes gestational
o Peningkatan yang sangat tinggi pada kadar glukosa mengindikasikan penyakit seperti Cushing
syndrome.

o Faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran:


 Acute stress (for example, from surgery or an infection)
 Vigorous exercise

o Obat yang menyebabkan glucose intolerance:


 Atypical antipsychotic medications, especially olanzapine, quetiapine, and risperidone
 Beta-blockers (for example, propranolol)
 Corticosteroids (for example, prednisone)
 Estrogens
 Oral contraceptives (birth control pills)
 Thiazide diuretics (for example, hydrochlorothiazide)
Gestational Diabetes Diagnostic: OGTT
In 2011, the American Diabetes Association adopted new guidelines that recommend a 2-hour
glucose tolerance test rather than a 3-hour OGTT as still recommended by the American
Congress of Obstetricians and Gynecologists. Details from both are included below.

Time of Sample
Current ACOG Target LEVEL ADA Target Level
Collection

Glucose load: Samples drawn after Glucose load: Samples drawn after
100-gram glucose drink 75-gram glucose drink

Fasting (prior to
95 mg/dL (5.3 mmol/L) 92 mg/dL (5.1 mmol/L)
glucose load)

1 hour after glucose


180 mg/dL (10.0 mmol/L) 180 mg/dL (10.0 mmol/L)
load

2 hours after
155 mg/dL (8.6 mmol/L) 153 mg/dL (8.5 mmol/L)
glucose load

3 hours after
140 mg/dL (7.8 mmol/L) Not applicable
glucose load

If TWO or more values meet or If ONE or more values meet or


Results
exceed the target level, gestational exceed the target level, gestational
interpretation
diabetes is diagnosed. diabetes is diagnosed.

BADAN KETON- TES ROTHERA


Tujuan
menentukan adanya benda keton dalam sampel.

Prinsip
Tiga benda keton utama dalam tubuh adalah aseton, asam asetoasetat (asam diasetat) dan asam
beta-hidroksibutirat. Aseton dan asam asetoasetat bereaksi dengan Na-nitroprusid dalam keadaaan
basa akan membentuk warna ungu.

Sampel
Uji benda keton harus dilakukan pada urin segar atau spesimen urin yang disimpan pada suhu +40C.

Reagen
 Reagen Rothera : dry mixture, yang terdiri atas Na-nitroprusid dan amonium sulfat.
Yang disimpan dalam wadah bersih pada suhu 25-350C akan stabil
dalam 6 bulan.
 Amonia pekat, gravitasi spesifik 0.91
 Kontrol positif : 1-2 tetes aseton yang ditambahkan dalam 5 ml urin.
 Kontrol negatif : air distilasi

Prosedur
Ambil 5 ml urin dalam glass tube, tambahkan sekitar 1 sdt campuran reagen rothera. Campur rata
dengan vortex, lalu tambahkan 0.5-1 ml amonium pekat lewat dinding tabung sehingga amonium
bisa berada di bagian atas urin. Amati perubahan warnanya dalam 30-60 menit.

Hasil
Jika terdapat aseton dan asam diasetat, warna ungu (permanganate calomel red) akan terbentuk di
junction antara 2 cairan dalam 30-60 detik. Hasilnya dapat digrading berdasarkan intensitas warna
yang terbentuk :
a. Tidak ada perubahan warna : -
b. Pinkish ring : 5 mg asam asetoasetat atau 20 mg aseton tiap 100 ml urin
c. Red ring : 30 mg asam asetoasetat atau 250 mg aseton tiap 100 ml urin
d. Deep purple ring : 80 mg asam asetoasetat atau 800 mg aseton tiap 100 ml urin

Interpretasi
Benda keton merupakan produk tengah dari metabolisme lemak dan keberadaannya dalam darah
dan urin mengindikasikan kelainan atau ketidaksempurnaan metabolisme. Ini berkaitan dengan
asidosis metabolik, yang dapat terjadi pada diabetes mellitus yang tak terkontrol dan pada orang
yang kelaparan.

Urin normal tidak mengandung metil-keton. Reaksi positif palsu yg lemah dapat terjadi pada urin
yang mengandung L-dopa dan asam phenyl-piruvat.

Jika ada kecurigaan hasil tes positif palsu, panaskan urin di dalam test tube di atas pemanas bunsen
selama 1 menit, lalu dinginkan dan ulangi tes rothera. Urin yang dipanaskan tidak akan memberi hasil
positif Rothera terhadap benda keton.

Sekitar 30% wanita hamil mengalami ketonuria pada analisis urin pertama pagi
Adanya keton harus dipertimbangkan ketoasidosis (diabetes, alkoholik, kelaparan). Dipstik urin
negatif tidak menyingkirkan ketoasidosis (serum keton juga harus diukur).

Hasil tes positif palsu dapat terjadi karena asam askorbat, N-acetylcysteine, captopril, levodopa,
phenazopyridine.

Nambah dikit ah, ttg DKA (diabetic ketoasidosis)


 Hiperglikemia yg parah (>250 mg/dl) harus dipertimbangkan DKA dan HHS (hyperglycemic
hyperosmolar state).
 Tes lab awal untuk deteksi DKA atau HHS meliputi : glukosa plasma, analisis gas darah, elektrolit,
BUN, kreatinin, serum anion gap, osmolalitas plasma, keton urin/serum, CBC, diff count, dan
urinalisis.
 Kriteria diagnostik DKA dan HHS :
Kriteria DKA (mild) DKA (mod.) DKA (severe) HHS
Plasma glucose >250 >250 >250 >600
(mg/dl)
pH arteri 7.25-7.30 7.00-7.24 <7.00 >7.30
Serum bicarb 15-18 10-15 <10 >15
(mEq/l)
Keton urin * + + + Sedikit
Keton serum* + + + Sedikit
Effective serum variasi variasi variasi >320
osmolality#
Anion gap >10 >12 >12 <12
Status mental alert Alert/drowsy Stupor/coma Stupor/coma
*metode reaksi nitroprussid tidak mendeteksi semua badan keton (beta-hidroksibutiratnya
tidak terdeteksi). Saat DKA terobati, beta-hidroksibutirat dikonversi menjadi asetoasetat
sehingga hasil tes tetap positif. Dan, penemuan semacam ini tidak menandakan terapi yg
dilakukan gagal. Sekarang sudah ada tes yg bisa mendeteksi beta-hidroksibutirat.
Pengukuran beta-hidroksibutirat bisa dilakukan jika pasien menerima medikasi yang bisa
menyebabkan hasil positif palsu (captopril, penicillamine, mesna).
# effective serum molality = 2 (measured Na+ in mEq/l) + glucose (in mg/dl)/18

DKA ditandai dengan trias hiperglikemia, ketosis, dan asidosis metabolik.


Seperti terjelaskan di tabel di atas, hiperglikemia di HHS itu lebih parah daripada DKA; asidosis dan
ketosis bukanlah ciri mayor HHS.
Jika hiperosmolalitas adalah ciri HHS, pasien DKA juga mengalami peningkatan osmolalitas serum.
DKA juga dapat dipresipitasi oleh infeksi dan infark myokard, sehingga diperlukan pemeriksaan
tambahan termasuk EKG, CXR, dan kultur.

HbA1c TEST
Kondisi yang mempengaruhi kadar HbA1c :
Beberapa kondisi yang menurunkan survival RBC, akan menurunkan kadar HbA1c (anemia
hemolitik, penyakit ginjal,liver, hemoglobinopathy).
Yang meningkatkan kadar HbA1c (splenectomy, anemia aplastik)
Anemia defisiensi besi  peningkatan HbA1c

Sampel
Darah kapiler dan darah vena dengan atau tanpa antikoagulan (EDTA, heparin, dan NaF)

Reagen
TD/Test device 1x24 unit
Peralatan plastik yang mengandung filter membran uncoated
R1/reagent
Buffer glycinamide yang mengandung ion Zn, dye-bound asam boronat dan detergen
R2/washing solutions
Morpholine buffered NaCl solution dan detergen

Prosedur
1. Presipitasi Hb
Tambahlan whole blood 5 ml ke dalam test tube yg sudah diisi R1/reagen. Campur rata.
Biarkan tube selama 2-3 menit. Pastikan capillary tube benar-benar kosong setelah mixing.
2. Aplikasi sampel
Campur kembali untuk mendapatkan suspensi yang homogen. Masukkan 25 ml campuran ke
dalam 1 TD (Test Device) dengan memegang pipet kira-kira 0.5 cm di atas di atas sumuran.
Kosongkan pipet secara cepat ke dalam pertengahan sumuran. Biarkan campuran
membasahi membran secara komplit. Tunggu 15-20 detik. Hindari gelembung udara.
3. Aplikasi R2/Washing Solution
Masukkan 25 ml R2/Washing solution ke dalam TD (Test Device). Biarkan washing solution
membasahi membran secara komplit. Tunggu 10 detik. Hindarkan dari gelembung udara.
4. Penghitungan hasil
Baca dalam waktu 5 menit menggunakan reader.

Interpretasi
Hasil normal antara 4,5-6,3% HbA1c.
Metode pengukuran HbA1c dengan cara ini mengukur total glycated hemoglobin, tetapi melaporkan
nilai HbA1c terstandar. Standardisasi ini dilakukan berdasarkan European Reference Laboratory
Recommendation for Glycohemoglobin.

Teori
o Tes ini dikenal dengan hemoglobin glikat yakni salah satu fraksi hemoglobin dalam tubuh manusia
yang berikatan dengan glukosa secara enzimatik. Hal ini dikarenakan jika ada kadar glukosa
berlebih akan selalu terikat pada hemoglobin.
o Hemoglobin adalah salah satu substansi sel darah merah yang berfungsi untuk mengangkut
oksigen ke seluruh tubuh. Ketika gula darah tidak terkontrol (yang berarti kadar gula darah tinggi)
maka gula darah akan berikatan dengan hemoglobin (terglikasi). Oleh karena itu, rata-rata kadar
gula darah dapat ditentukan dengan cara mengukur kadar HbA1C. Bila kadar gula darah tinggi
dalam beberapa minggu, maka kadar HbA1C akan tinggi pula. Ikatan HbA1C yang terbentuk
bersifat stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai dengan usia sel darah merah). Kadar
HbA1C akan mencerminkan rata-rata kadar gula darah dalam jangka waktu 2-3 bulan sebelum
pemeriksaan.
o Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui kepatuhan pasien diabetes dalam minum obat.
Terkadang pasien ketika kontrol ke dokter meminum obat terlebih dahulu, padahal sebelumnya
tidak teratur minum obatnya, nah hal ini bisa diketahui dengan pengecekan HbA1c ini.
o HbA1c of 6% or less is normal.
o The following are the results when the HbA1c is being used to diagnose diabetes:
 Normal : Less than 5.7%
 Pre-diabetes : 5.7% to 6.4%
 Diabetes : 6.5% or higher
o Hasil dikatakan abnormal bila kadar glukosa darah meningkat lebih dari 1 minggu – 1 bulan.
o Jika HbA1c > 6,5 % dan belum pernah terdiagnosis diabetes, maka akan diitegakkan sebagai
diabetes.
o Jika kadar HbA1c >7 % dan sudah terdiagnosis diabetes sebelumnya, maka diabetes tsb tidak
terkontrol dgn baik.
o Jika kadar HbA1c tinggi, akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit lain, seperti:
 Eye disease
 Heart disease
 Kidney disease
 Nerve damage
 Stroke
o Tes ini disarankan dilakukan setiap 3-6 bulan.

o Korelasi antara Kadar A1C dan Rata-rata Kadar Gula Darah


HbA1C
Rata-rata Gula Darah (mg/dl)
(%)
6 135
7 170
8 205
9 240
10 275
11 310
12 345

o Setiap penurunan HbA1C sebesar 1% akan mengurangi risiko kematian akibat diabetes sebesar
21%, serangan jantung 14%, komplikasi mikrovaskular 37% dan penyakit vaskuler perifer 43%
(UKPDS 35. BMJ 2000:321:405-12).

Anda mungkin juga menyukai