ETIOLOGI
Berdasarkan etiologi, KEP dibedakan menjadi KEP primer dan KEP sekunder.
KEP primer disebabkan oleh kurangnya konsumsi dan tidak tersedianya bahan
makanan, sedangkan KEP sekunder disebabkan oleh penyakit seperti ginjal, hati,
jantung, paru, dll. Selain itu, penyakit KEP merupakan penyakit lingkungan. Oleh
karena itu ada beberapa faktor lainnya selain yang telah disebutkan diatas yaitu:
Penilaian status gizi berdasarkan berat terhadap tinggi (atau panjang), tinggi
(atau panjang) terhadap umur, dan edema terdapat pada tabel 3.Juga ditunjukkan
criteria untuk klasifikasi malnutrisi berat sebagai edema, “severely wasted” atau
“severely stunted”.
Tabel1. Klasifikasi malnutrisi menurut WHO
Normal > 90 %
1 – ringan 75 – 89 %
2 – sedang 60 – 74 %
3 – berat < 60 %
0=Normal > 80 %
1 = gizikurang 60-79 %
2 = giziburuk < 60 %
Edema
BB % standar baku WHO-
NCHS
Tidakada Ada
Edema 3
Dermatosis 2
Edema + dermatosis 6
Perubahanpadarambut 1
Hepatomegali 1
Albumin Serum Protein Total Serum
< 1,00 < 3,25 7
1,00 – 1,49 3,25 – 3,99 6
1,50 – 1,99 4,00 – 4,74 5
2,00 – 2,49 4,75 – 5,49 4
2,50 – 2,99 5,50 – 6,24 3
3,00 – 3,49 6,25 – 6,99 2
3,50 – 3,99 7,00 – 7,74 1
> 4,00 > 7,75 0
Skor : 0 – 3 = Marasmus
9 – 15 =Kwashiorkor
PATOFISIOLOGI
Perubahan Endokrin
Hormon sangat penting pada proses metabolik adaptif. Namun level sirkulasi
dari hormon tidak selalu mencerminkan perubahan endokrin pada KEP, karena
respon seluler pada stimulasi endokrin juga berubah-ubah. Mereka berhubungan
pada pemeliharaan homeostasis energi melalui peningkatan glikolisis dan lipolisis;
peningkatan mobilisasi asam amino; pemeliharaan protein visceral melalui
peningkatan pemecahan protein otot; penurunan penyimpanan glikogen, lemak, dan
protein; serta penurunan metabolisme energi. Efek-efek ini dapat diringkas sebagai
berikut :
MANIFESTASI KLINIS
Informasi biokimia berubah pada KEP ringan dan sedang. Data laboratorium
berhubungan dengan asupan protein yang rendah, termasuk ekskresi kreatinin urin
yang rendah, sehingga menimbulkan indeks kreatinin-tinggi badan yang rendah pada
anak-anak, urea nitrogen yang rendah pada urin dan ekskresi hidroksiprolin,
perubahan pola plasma dari asam amino bebas dengan penurunan BCAA (Branched
Chain Amino Acid), penurunan pada level transferrin dan albumin serum, dan
pengurangan limfosit dalam sirkulasi.
- Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum pedis)
- Wajah membulat dan sembab
- Pandangan mata sayu
- Rambut tipis, kemerahan seperti rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit,
rontok
- Perubahan status mental, apatis, dan rewel
- Pembesaran hati
- Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau
duduk
- Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)
- Sering disertai : - penyakit infeksi (umumnya akut), anemia, diare
c. Marasmik-Kwashiorkor
Gambaran klinik merupakan gabungan/campuran dari beberapa gejala klinik
marasmus dan kwashiorkor.
KEBUTUHAN GIZI MENURUT FASE PEMBERIAN MAKAN
FASE
ZAT
GIZI
STABILISASI TRANSISI REHABILITASI
FORMULA WHO
Keterangan :
Larutan modifikasi :
Larutan modifikasi :
3. Larutan elektrolit
Bahan untuk membuat 2500 ml larutan elektrolit mineral, terdiri atas :
KCl 224 g
Tripotassium Citrat 81 g
MgCl2.6H2O 76 g
Zn Asetat 2H2O 8,2 g
Cu SO4.5H2O 1,4 g
Air sampai larutan menjadi 2500 ml (2,5 L)
Ashworth, Ann. Guidelines for the inpatient treatment of severely malnourished children /
Ann Ashworth … [et al.] WHO Publication; 2003.
Behrman, Richard E., MD., et. al. 2000. Nelson Textbook of Pediatrics 16th ed. Pennsylvania :
W. B. Saunders Company.
Braunwald, Eugene, M.D., et al. Harrison’s Principles Of Internal Medicine 15th ed. Volume 1.
McGraw Hill Medical Publishing Division.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1998. Pedoman Tata Laksana Kekurangan Energi
Protein pada Anak di Rumah Sakit Kabupaten/Kodya, edisi revisi. Jakarta :
Departemen Kesehatan.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat. 2000. Pedoman Kekurangan Energi Protein (KEP) . Jakarta.
Pudjiadi, Solihin. 2003. Ilmu Gizi Klinis pada Anak, edisi keempat. Hal 95-137. Jakarta : FK
UI.
Pedoman Diagnostik dan Terapi. “Kurang Energi Protein (KEP)”. Edisi Ke-3. Bandung,
Indonesia, 2005.