Anda di halaman 1dari 54

Laporan

kasus

Primary Intra cerebral haemorrhage


Secondary intra ventricle
haemorrhage

Pembimbing :
dr. Ignatius Letsoin, Sp.S, M.Si.Med, FINS
Oleh : Nining Suryani Tampubolon, S.Ked
Identitas
Nama : Ny. R
Umur : 54 tahun
JK : Perempuan
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : swasta
Status : Menikah
Tgl MRS : 5-10-2017
Daftar Masalah
No. Masalah Aktif Tanggal Masalah Pasif Tanggal

1. Primary Intra Cerebral 4-10-2017


Haemorrhage

2. Secondary Intra Ventricle 4-10-2017


Haemorrhage

3. Paresis N.VII dan N.XII 4-10-2017


Dextra Central 2&1

4. Afasia Motorik 2&1 4-10-2017


5. Hemiplegia Dextra Spastik 4-10-2017
2&1
6. Hipertensi 4-10-2017
Subjektif

a. RPS
Keluhan utama : lemah tubuh sebelah kanan
Lokasi : lengan, tungkai, dan wajah
sebelah kanan
Onset : tiba-tiba saat beraktivitas (4
jam SMRS)
Kualitas : kekuatan otot 1
Kuantitas : ADL dependen parsial
Kronologi
Pasien datang dengan keluhan lemah pada tubuh sebelah kanan
sejak 4 jam SMRS. Menurut keluarga, pasien awalnya mengeluh
tidak enak badan dan pasien meminta suaminya untuk
menggosok badannya dengan minyak. Beberapa menit
kemudian tiba-tiba pasien mengeluh lengan dan tungkai
kanannya tidak bisa digerakkan dan pasien juga tidak bisa
berbicara. Nyeri kepala (+), mual (-), muntah (+), demam (-)

Faktor yang memperingan

dapat digerakkan dengan bantuan lengan kiri pasien dan


bantuan orang lain

Faktor yang memper berat : -


B. Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat DM (-)
HT tidak terkontrol disangkal
Jantung (-)
Kolesterol disangkal
Asam Urat disangkal

C. Riwayat sosial dan kebiasaan


Merokok (-)
Minum alkohol (-)
Pasien sehari-hari berjualan makanan.
OBJEKTIF
A. Pemeriksaan umum
Kes :CM ,GCS 15
TTV : TD :150/80, N:93,R:20 Sb :36,9C
Kelapala/Leher : konjungtiva anemis (-/-),
sclera ikterik (-/-),
candidiasis oral (-/-), P>KGB (-),
Thorax : Simetris, retraksi (-), ikut gerak
nafas, suara navas vesikuler, rhonki (-
/-), whezing (-/-) , Bunyi jnatung I-II
regular, Murmur (-),gallop (-)
Abdomen : Datar, supel ,bisung usus (+) ,nyeri
tekan (-) hepar/ lien: ttb
membesar
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, fraktur (-
/-), udema (-/-).
B. Pemeriksaan Neurologis

RM : KK (-), lasegue(-/-),kernig (-/-),brudzinzky


I,II,III (-/-/-)
Koordinasi : baik
Motorik : inspeksi keadaan otot
(atrofi,fasikulasi,gerakan involunter)= (-)
Palpasi normotonus,nyeri tekan (-),kekuatan
otot 1 5
1 5

Sistem sensorik : raba,suhu,nyeri = menurun


pada sisi dextra
Refleks Fisiologis: Refleks Patologis :
BPR (+++/++) Hoffman/Tromner (-/-)
TPR (+++/++) Babinsky (+/-)
KPR (+++/++) Chaddock (+/-)
APR (+++/++) Schaeffer (-/-)
Oppenheim (-/-)
Gordon (-/-)
Gonda (-/-)
Pemeriksaan saraf kranial

Nervus I : penghidu dalam batas normal


Nervus II : visus 6/60 ODS, lapang pandang dalam
batas normal
Nervus III, IV,IV : Pupil Bulat isokor, ODS : 3mm,
Refleks cahaya ,direk/indirek (+/+) ODS,
gerak bola mata kesegala arah,
Nervus V : Motorik (dalam batas normal), sensorik
(dalam batas normal),refleks kornea (+)
Nervus VII : mulut merot ke kiri
Nervus IX dan X : Gerakan palatum (dalam batas normal),
Refleks muntah dan menelan (+),
Nervus XI : Parese (-), Spasme (-)
Nervus XII : lidah terdorong ke kanan
Pemeriksaan penunjang
Jenis Hasil
Nilai Rujukan
Pemeriksaan (16-10-2017)
Jenis
HGB 14,1 g/dl 11,0 14,7 g/dl Hasil Nilai Rujukan
Pemeriksaan

RBC 5,00x 106/L 4,2 5,4 x 106/L


Pria: 0,6-1,1
WBC 9,15 x103/L 3,37 8,38 x 103/L CREATININ 0,61 mg/dl
Wanita0,5-0,9
HCT 40,6 % 35,2 46,7 %
172.000
PLT 325.000/L NATRIUM 140,6 mEq/L 135 148 mEq/L
378.000/L
MCV 81.2 fl 86,7 102,3 fl

MCH 28,2 pg 27,1 32,4 pg


KALIUM 3,24 mEq/L 3,5 5,3 mEq/L
MCHC 34,7 g/dl 29,7 33,1

GDS 127 g/dl <200 mg/dl

DDR Negative (-) CHLORIDA 113,3 mEq/L 98 106 mEq/L

LED 28 mm/jam 0 20 mm/jam


Tgl 6-10-2017

Tgl 16-10-2017
Resume

Pasien wanita, Usia 54 tahun masuk dengan Hemiplegi


dextra spastik 1 hari SMRS. Afasia Motorik (+),
Parese N.VII dan N.XII dextra central. Vital Sign :
Tekanan Darah 150/70mmHg, Frekuensi Nadi
93x/mnt, Respirasi 20x/mnt, Suhu badan 36,9oC.
Status generalis dalam batas normal, Status
Neurologis: Refleks Meningeal: - , Refleks Fisiologis
(+++/++), Refleks Patologis (-/-)
Assesment:
Diagnosa Klinis : Hemiplegi Dextra Spastik,
Afasia Motorik, Parese
N.VII dan N.XII dextra
central
Diagnosa Topis : Sistem Karotis dextra.
Diagnosa Etiologi : Perdarahan intraserebral,
perdarahan intra ventrikel,
Hipertensi
Diagnosa Banding : stroke infark tromboemboli
Planning
CT Scan kepala tanpa kontras
Terapi farmakologis :
IVFD NaCl 0,9 % 1500cc
Aminofluid 500 cc/24 jam
Nimodipine 2,1cc/jam
Citicolin 2x500 mg/iv
Piracetam 2x3gr/iv
Asam traneksamat 3x500mg/iv
Vit K 3x1
Valsartan 1x160 mg/po
HCT 1x12,5mg/po
Asam valproat 2x250mg/po
Non farmakologis -Head up 30-450
-Fisioterapi
-Miring kanan/miring kiri per 2 jam
Hari tanggal Follow up assessment dan planning

Senin- rabu 16-18 Oktober 2017 S: lemah sisi sebelah kiri a. Non Farmakologis
O : Kes : CM, GCS :15
TTV :110-120/70-80 mmHg, - Head up 30-45o
Nadi 74-90x/menit, R: 18- - Fisioterapi
20x/menit, Suhu :36,4C
Status interna : dalam batas - Mika/miki/ 2 jam
normal b. Farmakologis
Status neurologis
RM :kaku kuduk (-/-), kernig/ IVFD NaCl 0,9 % 1500cc
lasegue (-/-), Brudzinsky I,II,III
(-/-/-) Aminofluid 500 cc/24 jam
Nervus kranial :N7 -> parese Nimodipine 2,1cc/jam
dextra central
N12 -> parese dextra central Citicolin 2x500 mg/iv
Piracetam 2x3gr/iv
Kekuatan otot:
Asam traneksamat
1 5
3x500mg/iv
1 5
Vit K 3x1amp
Sensibilitas : Valsartan 1x160 mg/po
Vegetatif: ma/mi (+/+), BAK
(+),BAB (+) HCT 1x12,5mg/po
RF (+/+),RP (-/-) Asam valproat
Prognosa

Quo ad vitam : dubia ad malam


Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
Definisi
Stroke (WHO) : suatu tanda klinis yang
berkembang secara cepat akibat gangguan otak
fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab
lain yang jelas selain vaskular.
Stroke hemoragik = stroke yg terjadi akibat lesi
vaskular intraserebrum mengalami ruptur
perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau
langsung ke dalam jaringan otak.
Epidemiologi
Indonesia penelitian dari 28 rumah sakit
dengan jumlah subjek sebanyak 2065 orang pada
bulan Oktober 1996 - Maret 1997. Usia rata-rata
= 58,8 tahun, dengan kisaran 18 95 tahun.

Usia rata rata wanita lebih tua dari pria. Usia < 45
tahun=12,9%, dan > 65 tahun=35,8%
Kejadian stoke berkorelasi dengan
bertambahnya usia.
Etiologi
Perdarahan intraserebral primer (hipertensif)
Ruptur kantung aneurisma
Ruptur malformasi arteri dan vena
Trauma
Kelainan perdarahan
Perdarahan primer atau sekunder dari tumor
otak.
Penyakit inflamasi pada arteri dan vena
Perdarahan Intra serebral primer
Perdarahan intraserebral primer (perdarahan intraserebral hipertensif) disebabkan
oleh hipertensif kronik yang menyebabkan vaskulopati serebral dengan akibat
pecahnya pembuluh darah otak.
+ 50% penyebab hipertensif kronik; 25% anomali kongenital, dan sisanya
penyebab lain
Pada perdarahan intraserebral, pembuluh yang pecah terdapat di dalam otak atau
pada massa otak, sedangkan pada perdarahan subaraknoid, pembuluh yang pecah
terdapat di ruang subaraknoid, di sekitar sirkulus arteriosus Willisi.
Pembuluh darah pecah perdarahan dapat berlanjut hingga 6 jam. Jika
volumenya besar merusak struktur anatomi otak dan menimbulkan gejala
klinik.
Jika perdarahan kecil ukurannya massa darah hanya dapat masuk di antara
selaput akson massa putih dissecan splitting tanpa merusaknya Absorpsi
darah akan diikuti oleh perbaikan fungsi fungsi neurologi. Pada perdarahan yang
luas terjadi destruksi massa otak, peninggian tekanan intrakranial dan yang lebih
berat dapat menyebabkan herniasi otak
Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada 1/3 kasus perdarah otak di nukleus kaudatus,
talamus, dan pons.

Elemen elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan
perfusi, menyebabkan neuron neuron di daerah yang terkena darah dan sekitarnya lebih
tertekan lagi.

Gejala klinis stroke ada berbagai macam, diantaranya adalah ditemukan perdarahan intraserebral
(ICH) yang dapat dibedakan secara klinis dari stroke iskemik, hipertensi biasanya ditemukan,
tingkat kesadaran yang berubah atau koma lebih umum pada stroke hemoragik dibandingkan
dengan stroke iskemik. Seringkali, hal ini disebabkan peningkatan tekanan intrakranial.

Defisit neurologis fokal. Jenis defisit tergantung pada area otak yang terlibat. Jika belahan
dominan (biasanya kiri) terlibat, suatu sindrom yang terdiri dari hemiparesis kanan, kerugian
hemisensory kanan, meninggalkan tatapan preferensi, bidang visual kanan terpotong, dan aphasia
mungkin terjadi.
Diagnosis dan Pemeriksaan
Penunjang Stroke Hemoragik
Diagnosis stroke berdasarkan riwayat dan keluhan utama pasien.
Beberapa gejala/tanda : hemiparesis, gangguan sensorik satu sisi tubuh,
hemianopia atau buta mendadak, diplopia. Vertigo, afasia, disfagia,
disartria, ataksia, kejang atau penurunan kesadaran yang keseluruhannya
terjadi secara mendadak.
Pemeriksaan pencitraan juga diperlukan dalam diagnosis. Pencitraan otak
adalah langkah penting dalam evaluasi pasien dan harus didapatkan dalam
basis kedaruratan. Pencitraan otak membantu dalam diagnosis adanya
perdarahan, serta dapat menidentifikasi komplikasi seperti perdarahan
intraventrikular, edem otak, dan hidrosefalus. Baik CT non kontras ataupun
MRI otak merupakan pilihan yang dapat digunakan
CT non kontras otak dapat digunakan untuk membedakan stroke
hemoragik dari stroke iskemik. Pencitraan ini berguna untuk membedakan
stroke dari patologi intrakranial lainnya. CT non kontras dapat
mengidentifikasi secara virtual hematoma yang berdiameter lebih dari 1
cm.
Untuk memudahkan pemeriksaan dapat dilakukan
dengan sistem skoring yaitu sistem yang
berdasarkan gejala klinis.
Sistem skoring yang sering digunakan antara lain:
Siriraj Hospital Score
Cara penghitungan :
SSS = (2,5 x kesadaran)+(2 x muntah)+(2 x nyeri kepala)+(0,1 x tekanan diastolik)-(3 x atheroma) 12
Nilai SSS Diagnosa
> 1 Perdarahan otak
< -1 Infark otak
-1 < SSS < 1 Diagnosa meragukan (Gunakan kurva atau CT Scan)
Perdarahan intraserebral Perdarahan subarachnoid
Terapi medik pada PIS akut:
Terapi hemostatik
Eptacog alfa (recombinant activated factor VII [rF VIIa])
adalah obat haemostasis untuk pasien hemofilia yang
resisten terhadap pengobatan faktor VIII replacement
dan juga bermanfaat untuk penderita dengan fungsi
koagulasi yang normal.
Pemberian rF VIIa pada PIS pada onset 3 jam hasilnya
adalah highly-significant, tapi tidak ada perbedaan bila
pemberian dilakukan setelah lebih dari 3 jam.
Pasien PIS harus secepatnya diberikan fresh
frozen plasma atau prothrombic complex
concentrate dan vitamin K.
Keputusan mengenai apakah dioperasi dan
kapan dioperasi masih tetap kontroversial.
Tidak dioperasi bila:
Pasien dengan perdarahan kecil (<10cm3) atau
defisit neurologis minimal.
Pasien dengan GCS <4.
Pasien dengan perdarahan serebelar >3cm dengan
perburukan klinis atau kompresi batang otak dan
hidrosefalus dari obstruksi ventrikel harus secepatnya
dibedah.

PIS dengan lesi struktural seperti aneurisma malformasi


AV atau angioma cavernosa dibedah jika mempunyai
harapan outcome yang baik dan lesi strukturnya
terjangkau.

Pasien usia muda dengan perdarahan lobar sedang s/d


besar yang memburuk.

Pembedahan untuk mengevakuasi hematoma terhadap


pasien usia muda dengan perdarahan lobar yang luas
(>50cm3) masih menguntungkan.
Peningkatan tekanan intrakranial dan herniasi komplikasi
yang paling ditakutkan pada perdarahan intraserebral.

Perburukan edem serebri sering mengakibatkan deteoriasi


pada 24-48 jam pertama.

Perdarahan awal dan perluasan dari hematoma penyebab


paling sering deteorisasi neurologis dalam 3 jam pertama.

Kejang setelah stroke dapat muncul.


Prognosis bervariasi bergantung pada tingkap keparahan stroke dan lokasi serta ukuran
dari perdarahan.

Skor dari Skala Koma Glasgow yang rendah berhubungan dengan prognosis yang lebih
buruk dan mortalitas yang lebih tinggi.

Apabila terdapat volume darah yang besar dan pertumbuhan dari volume hematoma,
prognosis biasanya buruk dan outcome fungsionalnya juga sangat buruk dengan tingkat
mortalitas yang tinggi.

Adanya darah dalam ventrikel bisa meningkatkan resiko kematian dua kali lipat.

Pasien yang menggunakan antikoagulasi oral yang berhubungan dengan perdarahan


intraserebral juga memiliki outcome fungsional yang buruk dan tingkat mortilitas yang
tinggi.
Pencegahan primer pada stroke meliputi
upaya memperbaiki gaya hidup dan
mengatasi berbagai faktor risiko.
Merupakan adanya darah dalam sistem ventrikuler.

Perdarahan intraventrikular primer adalah terdapatnya


darah hanya dalam sistem ventrikuler, tanpa adanya
ruptur atau laserasi dinding ventrikel.

PIVH merupakan perdarahan intraserebral nontraumatik


yang terbatas pada sistem ventrikel.
Hipertensi dan aneurisma pembuluh darah pada otak perdarahan pada sistem ventrikel.

Ventrikel berfungsi sebagai sarana penghasil LCS dan juga mengatur aliran.

Bila penambahan volume pada sistem ventrikel ventrikel akan melebar dan lebih mudah terjadi sumbatan.

Sumbatan terjadi pada bagian yang menyempit

Bila terbentuk sumbatan di situ tekanan intrakranial pun ikut meningkat yang menyebabkan terjadinya desakan
pada area sekitar otak.

Penekanan timbul reaksi berupa penurunan kesadaran (krn penekanan pada batang otak), nyeri penekanan
pada area yang sensitif nyeri

Berkurangnya perfusi dapat menyebabkan gangguan fungsi otak. Seperti : frontalis bekerja untuk mengatur
kegiatan motorik, parietalis sebagai fungsi sensorik, temporalis sebagai pusat berbicara dan mendengar.
Kerusakan menimbulkan gejala klinis sesuai area yang terkena.
1. Sakit kepala mendadak
2. Kaku kuduk
3. Muntah
4. Penurunan Kesadaran
Diagnosis klinis dari IVH sangat sulit dan jarang dicurigai sebelum CT scan meskipun gejala klinis
menunjukkan diagnosis mengarah ke IVH, namun CT Scan kepala diperlukan untuk konfirmasi.
Diantara pemeriksaan diagnosis yang dapat digunakan:
a. Computed Tomography-Scanning (CT- scan).
CT Scan merupakan pemeriksaan paling sensitif untuk PIS (perdarahan intra serebral/ICH)
dalam beberapa jam pertama setelah perdarahan. CT-scan dapat diulang dalam 24 jam
untuk menilai stabilitas. Bedah emergensi dengan mengeluarkan massa darah diindikasikan
pada pasien sadar yang mengalami peningkatan volume perdarahan. Didapatkan pada
gambar adanya perdarahan pada sistem ventrikel.
b. Magnetic resonance imaging (MRI).
MRI dapat menunjukkan perdarahan intraserebral dalam beberapa jam pertama setelah
perdarahan. Perubahan gambaran MRI tergantung stadium disolusi
hemoglobinoksihemoglobin-deoksihemogtobin-methemoglobin-ferritin dan hemosiderin.
c. USG Doppler (Ultrasonografi dopple)
Mengindentifikasi penyakit arteriovena (masalah system arteri karotis (aliran darah atau
timbulnya plak) dan arteiosklerosis. Pada hasil USG terutama pada area karotis didapatkan
profil penyempitan vaskuler akibat thrombus.
d. Sinar tengkorak.
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang berlawanan dari massa
yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada thrombosis serebral; kalsifikasi persial
dinding aneurisma pada perdarahan subarachnoid.
Kontrol tekanan darah
Terapi anti koagulan
Penanganan peningkatan TIK:
Elevasi kepala 300C
Trombolitik
Pemasangan EVD ( Eksternal Ventrikular Drainage)
Hipertensi JNC 7
Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah
Darah (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 120 < 80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi stage 1 140-159 90-99

Hipertensi stage 2 160 100


Di Indonesia hasil survey SKRT ; angka
kejadian stroke di rumah sakit di beberapa
propinsi 1984 - 1986 meningkat; 0,72 per 100
penderita (1984), naik menjadi 0,89 per 100
penderita (1986). Prevalensi stroke pada
tahun 1996; 35,6 per 100.000 penduduk
Pada stroke perdarahan intraserebral (PIS) dengan tekanan darah sangat
tinggi (tekanan darah sistolik > 220 mmHg, tekanan diastolik > 120
mmHg) harus diturunkan sedini dan secepat mungkin, untuk membatasi
pembentukan edema vasogenik akibat robeknya sawar darah otak pada
daerah iskemia sekitar perdarahan.

Penurunan tekanan darah akan menurunkan risiko perdarahan ulang


atau perdarahan yang terus menerus, akan tetapi daerah otak sekitar
hematom bertambah iskemik karena autoregulasi pada daerah ini telah
hilang obat anti hipertensi diberi tekanan sistolik > 180 mmHg atau
tekanan diastolik > 100 mmHg.

penurunan tekanan darah sedini mungkin pada perdarahan intra


serebral dengan tekanan darah arterial rerata >145 mmHg untuk
mencegah perdarahan ulang, pengurangan tekanan intrakranial dan
edema otak serta mencegah kerusakan organ akhir (end organ)
Bila tekanan sistolik 180-230 mmHg atau tekanan
diastolik 105-140 mmHg, atau tekanan darah arterial
rata-rata 130 mmHg :
a. Labetalol 10-20 mg IV selama 1-2 menit.
Ulangi atau gandakan setiap 10 menit sampai
maksimum 300 mg atau berikan dosis awal bolus
diikuti oleh labetalol drip 2-8 mg/menit atau;
b. Nicardipin
c. Diltiazem
d. Nimodipin
Pembahasan
Mengapa pada pasien ini didiagnosis Stroke
Perdarahan?

Berdasarkan teori, stroke perdarahan intraserebral dimulai tiba-tiba. Serangan dimulai


dengan sakit kepala parah, sering selama aktivitas. Namun, pada orang tua, sakit kepala
mungkin ringan atau tidak ada. Gejala disfungsi otak menggambarkan perkembangan yang
terus memburuk sebagai perdarahan.

Beberapa gejala, seperti kelemahan, kelumpuhan, hilangnya sensasi, dan mati rasa,
sering hanya mempengaruhi satu sisi tubuh. Orang mungkin tidak dapat berbicara atau
menjadi bingung. Visi dapat terganggu atau hilang. Mata dapat menunjukkan arah yang
berbeda atau menjadi lumpuh. Mual, muntah, kejang, dan hilangnya kesadaran yang
umum dan dapat terjadi dalam beberapa detik untuk menit.

Pada pasien berdasarkan anamnesis didapatkan keluhan kelemahan tubuh sisi kanan dan
gangguan bicara (lidah pelo) yang terjadi secara tiba-tiba, dan disertai nyeri kepala dan
muntah tanpa disertai mual.
Berdasarkan teori, beberapa gejala/tanda yang mengarah kepada diagnosis stroke antara lain: hemiparesis,
gangguan sensorik satu sisi tubuh, hemianopia atau buta mendadak, diplopia. Vertigo, afasia, disfagia, disartria,
ataksia, kejang atau penurunan kesadaran yang keseluruhannya terjadi secara mendadak.

Pemeriksaan pencitraan juga diperlukan dalam diagnosis. Pencitraan otak dapat mengidentifikasi komplikasi
seperti perdarahan intraventrikular, edem otak, dan hidrosefalus. Baik CT non kontras ataupun MRI otak
merupakan pilihan yang dapat digunakan.

CT non kontras otak dapat digunakan untuk membedakan stroke hemoragik dari stroke iskemik. Pencitraan ini
berguna untuk membedakan stroke dari patologi intrakranial lainnya. CT non kontras dapat mengidentifikasi
secara virtual hematoma yang berdiameter lebih dari 1 cm.

Pada pasien didapatkan Hemipharesis dextra (+), gangguan sensorik satu sisi tubuh (+), afasia motorik (+) yang
terjadi secara mendadak. Pada pemeriksaan refleks patologis didapatkan Refleks babinski (+). Pada gambaran CT
scan didapatkan gambaran hiperdens di gambaran otak sebelah kiri
Pada teori, perdarahan intraventrikel merupakan terdapatnya darah dalam
sistem ventrikuler. Secara umum dapat digolongkan menjadi dua yaitu
perdarahan intraventrikular primer dan perdarahan intraventrikular
sekunder.

Perdarahan sekunder intraventrikuler muncul akibat pecahnya pembuluh


darah intraserebral dalam dan jauh dari daerah periventrikular, yang meluas
ke sistem ventrikel.

Sekitar 70% perdarahan intraventrikular (IVH) terjadi sekunder, IVH


sekunder mungkin terjadi akibat perluasan dari perdarahan
intraparenkim atau subarachnoid yang masuk ke system intraventrikel.
Sindrom klinis IVH menurut Caplan menyerupai gejala SAH, berupa :
1. Sakit kepala mendadak
2. Kaku kuduk
3. Muntah
5. Penurunan Kesadaran
Diagnosis klinis dari IVH sangat sulit dan jarang dicurigai sebelum CT scan
meskipun gejala klinis menunjukkan diagnosis mengarah ke IVH, namun
CT Scan kepala diperlukan untuk konfirmasi.

Diantara pemeriksaan diagnosis yang dapat digunakan adalah CT Scan


pemeriksaan paling sensitif untuk PIS (perdarahan intra serebral/ICH)
dalam beberapa jam pertama setelah perdarahan & CT scan didapatkan
pada gambar adanya perdarahan pada sistem ventrikel.

Pada pasien didapatkan keluhan nyeri kepala dan muntah mendadak, dan
setelah dilakukan CT scan terdapat gambaran hipodens di ventrikel kiri
Pada pasien, dilakukan head up 30-45o dan diberikan Nimodipine 2,1cc/jam, Citicolin 2x500
mg/iv, Piracetam 2x3gr/iv, Asam Traneksamat 3x500mg/iv, Vit K 3x1amp, Valsartan 1x160
mg/po, HCT 1x12,5mg/po, Depakote 2x250mg/po.

TEORI:
1. Evaluasi Cepat dan Diagnosis (Diagnosis dan Penilaian Gawat Darurat pada Perdarahan
Intrakranial dan Penyebabnya)
2. Terapi Umum
a. Stabilisasi Jalan Napas dan Pernapasan
b. Stabilisasi Hemodinamik
c. Pemeriksaan Awal Fisik Umum
d. Pengendalian Peninggian Tekanan Intrakranial (TIK)
3. Tatalaksana Medis Perdarahan Intrakranial
Pada teori, Asam Traneksamat dan Vitamin K diberikan untuk menghentikan
perdarahan. Asam traneksamat bekerja menghambat fibrinolisis.

Asam traneksamat merupakan analog asam aminokaproat yang bekerja dengan cara
memblok tempat ikatan pada lisin yang biasanya berinteraksi dengan plasmin,
menghambat secara kompetitif terhadap aktivator plasminogen.

Vit K merupakan ko-faktor pembekuan darah. Faktor pembeku darah yang dipengaruhi
oleh vitamin K adalah faktor II, VII, IX, dan X. Vit K merupakan terapi pembekuan darah
pada pasien dengan perdarahan intra serebral dan perdarahan intra ventrikel.
Citikolin merupakan obat yang memiliki mekanisme kerja yaitu
meningkatkan pembentukan kolin dan menghambat pengrusakan
phosphatydilcholine (menghambat phospolipase). Pada metabolisme
neuron meningkatkan ambilan glukosa, menurunkan pembentukan asam
laktat, mempercepat pembentukan asetilkolin dan menghambat
radikalisasi asam lemak dalam keadaan iskemia, mengembalikan aktivitas
Na+/K+ATP ase.

Piracetam merupakan obat yang memiliki


mekanisme kerja yaitu memperbaiki
fluiditas membran sel, memperbaiki
neurotransmisi, memperbaiki
mikrosirkulasi.
Nimodipine merupakan antagonis kalsium yang mempunyai efek
sebagai vasodilator pembuluh darah serebral sehingga nimodipine
diberikan untuk memperbaiki defisit neurologi yang ditimbulkan oleh
vasospasme.

Valsartan merupakan obat antihipertensi golongan antagonis reseptor


angiotensin II. Hidroklotiazid (HCT) merupakan obat antihipertensi
golongan diuretik yang bekerja pada tubulus distal dengan
meningkatkan ekskresi Na+ dan Cl-

Pasien diposisikan berbaring 300 dimaksudkan untuk melakukan


drainage dari vena-vena besar di leher seperti vena jugularis.

Asam valproat memiliki mekanisme kerja yaitu dengan mengurangi


perambatan lepasan listrik abnormal dalam otak. Asam valproat bisa
memperkuat kerja GABA sehingga kadar neurotransmiter di otak
meningkat.
Stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang secara cepat akibat gangguan otak fokal
(atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular.

Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum
mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung
ke dalam jaringan otak.

Faktor resiko stroke hemoragik yaitu umur, hipertensi, diabetes melitus, riwayat penyakit
keluarga, riwayat penyakit jantung, merokok, dll

Perdarahan intraserebral primer (perdarahan intraserebral hipertensif) disebabkan oleh


hipertensif kronik yang menyebabkan vaskulopati serebral dengan akibat pecahnya
pembuluh darah otak.

Perdarahan intraserebral dimulai tiba-tiba. Beberapa gejala, seperti kelemahan,


kelumpuhan, hilangnya sensasi, dan mati rasa, sering hanya mempengaruhi satu sisi
tubuh.
Pencitraan otak membantu dalam diagnosis adanya perdarahan, serta dapat menidentifikasi komplikasi seperti perdarahan
intraventrikular, edem otak, dan hidrosefalus. CT non kontras otak dapat digunakan untuk membedakan stroke hemoragik
dari stroke iskemik. Pencitraan ini berguna untuk membedakan stroke dari patologi intrakranial lainnya. CT non kontras
dapat mengidentifikasi secara virtual hematoma yang berdiameter lebih dari 1 cm.

Tatalaksana stroke perdarahan intraserebral yaitu tatalaksana hemostasis, antikoagulasi, dan pembedahan.

Perdarahan sekunder intraventrikuler muncul akibat pecahnya pembuluh darah intraserebral dalam dan jauh dari daerah
periventrikular, yang meluas ke sistem ventrikel

Sindrom klinis IVH menurut Caplan menyerupai gejala SAH, berupa Sakit kepala mendadak, kaku kuduk, muntah,
penurunan kesadaran

Diagnosis klinis dari IVH sangat sulit dan jarang dicurigai sebelum CT scan meskipun gejala klinis menunjukkan diagnosis
mengarah ke IVH, namun CT Scan kepala diperlukan untuk konfirmasi.

Tatalaksana IVH yaitu kontrol tekanan darah, terapi anti koagulan dan atasi peningkatan TTIK (salah satunya dengan cara
elevasi kepala 300)

Anda mungkin juga menyukai