Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK II

Nama : Salwa Nur Azizah


NIM : P17334118411
Kelas : D-IV/2

Hari/Tanggal : Rabu, 19 Februari 2020


Judul : Pemeriksaan Glukosa Darah Puasa dan Glukosa Darah 2 jam PP
Metoda : Glucose Oxidase – Peroxidase Aminoantypirin (GOD-PAP)
Tujuan : Untuk mengetahui kadar Glukosa darah puasa dan glukosa darah 2 jam pp
pada sampel serum darah yang diperiksa
Prinsip : - Prinsip Metode GOD-PAP
Glukosa dioksidase oleh glukosa oksidase (GOD) membentuk asam glukonat
dan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida yang terbentuk bereaksi dengan
phenol dan 4-amino phenazone dengan bantuan enzim peoksidase
menghasilkan quinoneimina yang berwarna merah muda dan dapat diukur
dengan fotometer pada panjang gelombang 505 nm atau 546nm. Intensitas
warna yang terbentuk setara dengan kadar glukosa darah yang terdapat dalam
sampel.
Dasar Teori

Salah satu penyakit degeneratif yang perlu diwaspadai saat ini adalah Diabetes Melitus.1
Diabetes Melitus merupakan salah satu masalah yang serius di seluruh dunia karena cenderung
terjadi peningkatan di masa yang akan datang. Diabetes Melitus merupakan sekumpulan gejala
gangguan metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah di atas standar sehingga
mempengaruhi metabolisme zat gizi karbohidrat, lemak danprotein dengan disertai etiologi
multi faktor.
Diabetes Mellitus merupakan suatu masalah yang mengancam kesehatan di masyarakat.
Penyakit Diabetes Mellitus yang dialami penderita di RSUD M. Djoen Sintang di sertai juga
dengan kadar gula darah yang tinggi. Kejadian kadar gula darah yang tinggi penderita Diabetes
Mellitus pada pengguna layanan laboratorium RSUD M. Djoen di sebabkan oleh penderita
mengkonsumsi makanan berlemak, penderita dengan kolesterol tinggi, penderita mengkonsumsi
makanan mengandung gula tinggi dan sedikit serat serta jarang melakukan olah raga.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun
2010, bahwa penderita kadar gula darah di Dunia diperkirakan sebanyak 171.000.000 penduduk
dunia. Khususnya pada negara berkembang dengan jumlah angka penderita kadar gula darah
meningkat sekitar 85 % pada usia 25 tahun. Sedangkan di Asia Tenggara bahwa angka kejadian
penderita kadar gula darah 4,5 juta penderita (WHO, 2010)
Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit metabolik yang ditandai dengan
terjadinya pningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemi) yang disebabkan oleh karena terjadiya
gangguan pada sekresi insulin,kerja insulin ataupun keduanya. Menurut ADA (American
Dibetes Association) tahun 2010 diagnosa diabetes melitus dapat ditegakkan dengan kriteria :
Nilai HbA1c (Glicated Hemoglobin /Glycosylated Haemoglobin) > 6,5%, Kadar Glukosa Darah
Puasa (BSN) > 126 mg/dL, kadar glukosa darah 2 Jam Post Prondial atau glukosa darah sewaktu
>200 mg/dL.
Nilai kadar glukosa darah dapat fluktuatif selama 24 jam dari hari ke hari pada pasien
diabetes melitus sehingga kadar glukosa darah tersebut tidak bias menggambarkan keadaan
glukosa darah sesungguhnya pada saat itu dan terlalu sulit untuk mengetahui pengontrolan
kadar glukosa darah secara objektif. Hal ini dikarenakan kadar glukosa darah pada kedua
pemeriksaan tersebut diatas sangat dipengaruhi oleh gaya hidup jangka pendek pasien
(makanan, minuman, dan aktifitas fisik) sebelum dilakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan kadar glukosa darah dapat menggunakan darah lengkap seperti serum atau
plasma. Serum lebih banyak mengandung air dari pada darah lengkap, sehingga serum berisi
lebih banyak glukosa dari pada darah lengkap. Kadar glukosa darah dapat ditentukan dengan
berbagai metode berdasarkan sifat glukosa yag dapat mereduksi ion-ion logam tertentu, atau
dengan pengaruh enzim khusus untuk menghasilkan glukosa, yaitu enzim glukosa oksidase.
Enzim glukosa oksidase merupakan senyawa yang mengubah glukosa menjadi asam glukonat.
Serum adalah bagian darah yang tersisa setalah darah membeku. Pembekuan
mengubah semua fibrinogen menjadi fibrin dengan menghabiskan faktor V, VIII dan
protombin. Faktor pembekuan lain dan protein yang tidak ada hubungan dengan hemostasis
tetap ada dalam serum dengan kadar sama seperti dalam plasma. Di dalam serum normal tidak
terdapat fibrinogen, protombin, faktor V, VIII dan XIII. Yang ada ialah faktor VII, IX, X, XI
dan XII. Bila proses pembekuan tidak normal serum mungkin masih mengandung sisa
fibrinogen, produk perombakan fibrinogen atau protombin yang tidak diubah. Pemeriksaan
glukosa darah metode GOD-PAP lebih banyak dilakukan di laboratorium karena dianggap
ketelitiannya lebih tinggi, sehingga diperoleh hasil yang lebih akurat. Alat yang digunakan
untuk pemeriksaan glukosa darah metode ini adalah spektrofotomoter.
Proses perjalanan diabetes adalah dengan meningkatnya penolakan terhadap insulin atau
tubuh tidak merespon fungsi insulin, pankreas kehilangan kemampuan untuk merespon
makanan yang di konsumsi. Oleh karena itu, kadar glukosa darah setelah makan menjadi tinggi
dan keadaan ini dikenal dengan terganggunya keseimbangan glukosa. Selanjutnya, penolakan
insulin (sel dalam keadaan sangat lapar akan bahan bakar) memaksa hati untuk merespon
terhadap peningkatan produksi glukosa, yang menyebabkan kadar glukosa dalam darah pada
saat puasa menjadi meningkat (Smith, 2003).
Kadar glukosa dalam darah selalu berubahubah sepanjang hari, kadang naik dan kadang
turun, tergantung makanan yang dimakan dan aktivitas yang dilakukan pada hari itu. Kadar
glukosa darah puasa yang normal adalah 80-110 mg/dl. Apabila kadar glukosa darah puasa di
atas 126 mg/dl dan kadar glukosa darah 2 jam setelah makan adalah di atas 200 mg/dl, maka
dianggap pasien menderita diabetes mellitus.
Pemeriksaan kadar gula darah puasa adalah pemeriksaan yang dilakukan setelah pasien
berpuasa selama 8-10 jam. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya diabetes atau
reaksi hipoglikemik.23 Standarnya pemeriksaan ini dilakukan minimal 3 bulan sekali. Kadar
gula darah normal pada saat puasa adalah 70- 100 mg/dl. Menurut IDF, ADA, dan Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia (Perkeni) telah sepakat bahwa apabila kadar gula darah pada saat
puasa di atas mmol/dl (126 mg/dl) dan 2 jam sesudah makan di atas 11,1 mmol/dl (200 mg/dl)
maka seseorang diagnosis mengalami DM.
Pemeriksaan glukosa darah yang biasanya dilakukan adalah pemeriksaan glukosa darah
puasa, glukosa darah sewaktu, glukosa darah 2 jam post prandial dan tes toleransi glukosa oral.
Pada pemeriksaan glukosa 2 jam post prandial atau glukosa darah 2 jam setelah makan dapat
sekaligus dilakukan pemeriksaan glukosa darah puasa. Jadi, setelah pemeriksaan glukosa darah
puasa pasien diminta untuk makan dan jam kemudian diperiksa kembali kadar glukosa darah.
Pada sebagian tempat pemeriksaan, pola makan untuk pemeriksaan kadar glukosa darah 2 jam
post prandial ini tidak ditetapkan. Biasanya pasien hanya diminta untuk makan seperti biasa 1
porsi makanan dan 1 gelas teh manis dengan perkiraan kalori didalamnya ± 800 kalori.
Sedangkan pada 75 gram glukosa diperkirakan terdapat ± 300 kalori (Almatsier, 2005).
Kadar glukosa darah puasa adalah 80-110 mg/dl. Pada keadaan normal dalam waktu 2 jam
setelah kenaikan pada 1 jam pertama, kadar glukosa akan kembali normal. Ini merupakan
petunjuk bahwa orang tersebut mempunyai mekanisme pembuangan glukosa normal.
Sebaliknya, jika kadar glukosa darah 2 jam setelah makan abnormal, maka dapat dilakukan Tes
Toleransi Glukosa Oral (TTGO) untuk mendapatkan keterangan tambahan dan data yang lebih
lengkap tentang adanya gangguan metabolisme karbohidrat (Darwis, 2005).
Bila kadar glukosa darah meningkat, maka sel-sel β-pankreas akan melepaskan insulin.
Hormon ini akan bekerja dalam meningkatkan kecepatan masuknya glukosa kedalam sel-sel
jaringan, meningkatkan kecepatan pemecahan glukosa melalui proses glikolisis, meningkatkan
sintesis glikogen dari glukosa di dalam hati dan otot, dan meningkatkan sintesis lipida dan
protein dari glukosa. Bila kadar glukosa darah menurun, maka sel-sel α-pankreas akan
melepaskan glukagon. Hormon ini akan bekerja dalam memperlambat pemasukan glukosa
kedalam sel-sel jaringan, meningkatkan laju pemecahan glikogen menjadi glukosa di dalam
hati, meningkatkan laju pemecahan lemak dan protein menjadi turunannya untuk digunakan
dalam proses glukoneogenesis, dan meningkatkan laju reaksi glukoneogenesis, yaitu
pembentukan glukosa dari asam lemak atau asam amino. Penelitian bertujuan untuk melihat
adanya perbedaan kadar glukosa darah 2 jam post prandial antara yang diberi beban makanan
dengan beban glukosa 75 gram (Rumahorbo, 2010).

Alat bahan : - Tabung Reaksi kecil


- Rak tabung
- Mikropipet
- Fotometer
- Serum darah puasa
- Serum darah 2jam pp
- Standar Glukosa Darah
- Pereaksi GOD PAP

Cara Kerja :
1. Siapkan Alat dan Bahan
2. Siapkan 4 Tabung reaksi seperti berikut:
Blanko Sampel Standart
Serum darah Puasa - 10µl -
Serum darah 2 jam - 10πl -
PP
Standart Glukosa - - 10µl
Darah
Reagen 1000µl 1000µl 1000µl
3. Homogenkan keempat tabung tersebut
4. Inkubasi pada suhu kamar selama 20 menit atau 10 menit pada 37oC
5. Hitung kadar glukos pada fotometer dengan panjang gelombang 505nm

Nilai Rujukan :
 Glukosa Darah Puasa = 70 – 130 mg/dL
 Glukosa Darah 2 jam PP = < 180 mg/dL

Hasil Praktikum :
1. Nama Pasien : Melidya Savela
2. Usia : 19 Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Hasil Pemeriksaan :
Konsentrasi Standar Kadar Glukosa darah Kadar Glukosa darah
Puasa 2 jam PP
0,410 78 mm/dL 92 mm/dL

Pembahasan :
Kadar gula darah puasa normalnya di antara 70-130 mg/dl. Gula darah meningkat sehabis
makan karena glukosa yang diserap dari makanan. Kadar glukosa akan meningkat setelah makan,
tubuh akan merangsang pengeluaran hormon insulin untuk memanfaatkan glukosa darah masuk
ke sel-sel tubuh untuk metabolisme menghasilkan energi. Diharapkan pada 2 jam post prandial
(setelah makan) gula darah akan kembali turun ke kadar glukosa basal, kadar yang dianjurkan
adalah di bawah 180 mg/dL.

Ketika mengkonsumsi karbohidrat tubuh akan memberikan reaksi dengan memberikan


sinyal kepada pankreas, hormon ini bekerja layaknya kunci, membuka pintu sel tubuh dan
membiarkan glukosa untuk masuk ke dalam sel sehingga glukosa dapat dibakar dalam suatu
reaksi untuk menghasilkan energi. Bila kadar glukosa darah meningkat, maka sel-sel β-pankreas
akan melepaskan insulin. Hormon ini akan bekerja dalam meningkatkan kecepatan masuknya
glukosa kedalam sel-sel jaringan, meningkatkan kecepatan pemecahan glukosa melalui proses
glikolisis, meningkatkan sintesis glikogen dari glukosa di dalam hati dan otot, dan meningkatkan
sintesis lipida dan protein dari glukosa.

Bila kadar glukosa darah menurun, maka sel-sel α-pankreas akan melepaskan glukagon.
Hormon ini akan bekerja dalam memperlambat pemasukan glukosa kedalam sel-sel jaringan,
meningkatkan laju pemecahan glikogen menjadi glukosa di dalam hati, meningkatkan laju peme
cahan lemak dan protein menjadi turunannya untuk digunakan dalam proses glukoneogenesis,
dan meningkatkan laju reaksi glukoneogenesis, yaitu pembentukan glukosa dari asam lemak atau
asam amino.
Insulin dan glukagon mengatur metabolisme karbohidrat dalam jaringan dan
mempertahankan kadar glukosa darah tetap optimal. Dalam hal ini insulin berfungsi sebagai
hormone hipoglikemik atau penurun kadar glukosa darah. Pengeluaran insulin diransang oleh
hormone glukagon dan hormon-hormon saluran cerna. Glukagon mempunyai pengaruh kebalikan
dari insulin. Glukagon meningkatkan kadar glukosa darah melalui peningkatan glikogenolisis dan
glukoneogenesis.

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pemeriksaan Glukosa darah Puasa dan Glukosa darah 2 jam PP pada
sampel serum darah pasien atas nama Melidya Savela (19 tahub), diperoleh hasil kadar glukosa
darah Puasa yaitu 78 mg/dL dan kadar glukosa 2 jam PP yaitu 92 mg/dL. Hasil Glukosa darah
Puasa masih dalam batas normal yaitu 70-100 mg/dL, dan kadar glukosa darah 2 jam PP juga
masih dalam rentan normal yaitu kurang dari 180 mg/dL.
Diskusi

Anda mungkin juga menyukai