Anda di halaman 1dari 9

1. Jelaskan anatomi dan fisiologi organ terkait!

2. Jelaskan fisiologi dari siklus gula darah normal!


3. Sebutkan nilai-nilai normal pemeriksaan penunjang pada system endokrin !
4. Jelaskan patomekanisme dari gejala pada scenario!
5. Jelaskan definisi dan klasifikasi DM!
6. Jelaskan DD !
a. DM tipe 1
b. DM tipe 2
c. DI

Jawaban

1. Anatomi organ terkait

Hipotalamus

Adalah pusat pengendali fungsi tubuh dan system saraf untuk menjaga agar kondisi
tubuh kita selalu konstan dan stabil. Hipotalamus terletak tepat di bawah thalamus dan
diatas kelenjar hiopofisis (pituitari). Hipotalamus memiliki ukuran yang sangat kecil,
kurang lebih sebesar almon dengan berat sekitar 1% dari berat otak.

Hipofisis

Pancreas Gland /Kelenjar Pankreas

 Merupakan kelenjar exocrine dan endocrine yg sedikit mengandung jar. Ikat. Terdiri dari
caput, corpus dan cauda pancreatic dan terletak pada bagian concaf dari duodenum,
antara caput dan corpus terdapat collum pancreatic sebelah dorsal collum terletak vena
portae

 Pancreas ditutupi oleh peritonium (retroperitoneal)

 Saluran keluar kelenjar dimulai dari cauda pancreatis, berjalan di bagian cranial disebut
ductus pancreaticus wirsungi . Kadang-kadang terdapat ductus pancreaticus accessorius
santorini yg berada disebelah cranial ductus wirsungi

 Menghasilkan hormon insulin dan Hormon insulin ini berfungsi mengatur konsentrasi
glukosa dalam darah. Kelebihan glukosa akan dibawa ke sel hati dan selanjutnya akan
dirombak menjadi glikogen untuk disimpan. dan Kekurangan hormon ini akan
menyebabkan penyakit diabetes.
2. Siklus gula darah normal

Makanan/Karbohidrat

Monosakarida

Absorpsi di duodenum dan jejenum


proksimal

Glukosa darah meningkat sementara waktu

Pengaturan fisiologi glukosa darah

Jaringan perifer, otot dan adipose Keseimbanga fisiologi berdasarkan beberapa hormone

Peningkatan kadar Penurunan kadar


glukosa darah glukosa

Karbohidrat terdapat dalam berbagai bentuk, termasuk gula sederhana atau monosakarida, dan
unit-unit kimia yang kompleks, seperti disakarida dan polisakarida. Karbohidrat yang sudah
ditelan akan dicerna menjadi monosakarida dan diabsorpsi, terutama di dalam duodenum dan
jejenum proksimal. Sesudah diabsorpsi, kadar glukosa darah akan meningkat untuk sementara
waktu dan akhirnya akan kembali lagi kekadar semula, Pengaturan fisiologis kadar glukosa
darah sebagian besar bergantung pada hati yang (1) mengekstraksi glukosa, (2) menyintesis
glikogen, dan (3) melakukan glikogenolisis. Dalam jumlah yang lebih . sedikit, jaringan perifer-
otot dan adiposa-juga nempergunakan ekstra glukosa sebagai sumber energi sehingga jaringan-
jaringan ini ikut berperan dalam mempertahankan kadar glukosa darah. Jumlah glukosa yang
diambil dan dilepaskan oleh hati dan yang digunakan oleh jaringan- jaringan perifer bergantung
pada keseimbangan fisiologis beberapa hormon yaitu (1) hormon yang merendahkan kadar,
atau (2) hormon yang meningkatkan kadar glukosa darah. Insulin merupakan hormon yang
menurunkan glukosa darah, dibentuk oleh sel-sel beta pulal Langerhans pancres. Hormon yang
meningkatkan kadar glukosa darah, latara lain : (1) glukosa yang disekresi oleh sel-sel Alfa pulau
Langerhans, (2) epinefrin yang disekresi oleh medula adrenal dan jaringan kromafin lain, (3)
glukokortikoid yang disekresi oleh korteks adrenal, dan (4) growth hormone yang disekresi oleh
kelenjar hipofisis. Glukagon, epinefrin, glukokortikoid, dan growth hormone, membentuk suatu
pelawan mekanisme regulator yang mencegah timbulnya hipoglikemia akibat pengaruh insulin.

3. Nilai normal pemeriksaan endokrin

1. Pemeriksaan Glukosa

Tes Sampel Bukan DM Belum pasti DM DM (mg/dl)


(mg/dl) (mg/dl)
GDS Plasma vena < 100 110 – 199 ≥ 200
Darah kapiler < 90 90 – 199 ≥ 200
GDP Plasma vena < 100 110 – 125 ≥ 126
Darah kapiler < 90 90 – 109 ≥ 110
GD2PP Darah vena < 140 140 – 200 > 200
Darah kapiler < 120 120 – 200 > 200

a. Tes Toleransi Glukosa Oral

Kriteria GDP (mg/dl) 2 Jam TTGO (mg/dl)


GDPT ≥ 110 serta < 126 < 140
TGT < 126 ≥ 140 serta > 200
DM ≥ 126 ≥ 200

b. Tes HbA1c

Kriteria pengendalian Kriteria A1c (%)


Baik < 6,5
Sedang 6,5 – 8
Buruk >8
2. Tes urin (Mikroalbuminuria), Nilai rujukan : < 20 mg/L (, 0,02 g/L) atau ≤ 30 mg/24 jam
(≤ 0,03 g/24 jam)

3. Tes Tiroid-stimulating hormone

a. T es T 4
Nilai Rujukan :
- Dewas a : 50- 113 ng/L (4,5mg/dl)
- Anak- anak : diat as 15,0 mg/dl
- Us ila : menurun s es uai penurunan kadar pro t ein plas ma
- Wanit a hamil, pemberian ko nt ras eps i o ral : 16,5 mg/dl

b. Tes T3
Nilai Rujukan :
- Dewasa : 0,8 – 2,0 ng/ml (60 – 118 ng/dl)
- Wanita hamil, pemberian kontrasepsi oral, infant dan anak – anak : meningkat

c. Tes FT4 (Free Thyro xin), Nilai Rujukan : 10 – 27 pmo l/L

d. Tes FT 3 (Free Triiodotiro nin), Nilai Rujukan : 4,4 – 9,3 pmo l/L

e. Tes TSH (Tiroid Stimulating Hormone), Nilai Rujukan : 0,4 – 5,5 mIU/l

f. T es T SHs (TSH 3rd Generation)


Nilai rujukan : 0,4 – 5,5 mIU/l
4. Patomekanisme dari gejala pada scenario

Pulau-pulau Langerhans

Destruksi sel B

Defisiensi insulin

Hiperglikemia Peningkatan Peningkatan liposis


katabolisme protein

glukosuria

Diuresis osmosis
Penurunan Berat Badan

Polifagia
Kehilangan Cairan
Hipotonik

Polidipsi
Hiperglikemia

Insulin merupakan suatu hormon anabolic utama dalam tubuh, defisiensi insulin menyebabkan
keadaan katabolisme yang mengenai tidak hanya metabolism glukosa namun juga metabolism
lemak dan protein. Asimilasi glukosa kedalam jaringan otot dan lemak berkurang secara tajam
atau menghilang tidak hanya penyimpanan glikogen di hati dan otot yang berkurang, namun
cadanganya. Hiperglikemia yang timbul melampau ambang reabsorpsi ginjal akan menimbulkan
glikosuria. Glikosuria menginduksi diuresis osmotic dan akibatnya terjadi polyuria yang
mengakibatkan kehilangan air dan elektrolit dalam jumlah banyak. Kehilangan air oleh ginjal
yang obligatori Bersama dengan hyperosmolaritas yang disebabkan oleh peningkatan kadar
glukosa darah cenderung menurunkan air intra sel, memicu osmoreseptor pusat haus diotak
yang menimbulkan rasa haus (polidipsi) defisiensi insulin juga mengganggu metabolism protein
dan lemak yang dapat menyebabkan penurunan berat badan pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (polifagia) akibat penurunan simpanan kalori.
buku ajar patologi Robbins edisi 9

5. Definisi dan klasifikasi DM

Diabetes melitus adalah suatu syndrome klinik yang ditandai oleh polyuria, polidipsi dan polifagia.
Disertai peningkatan kadar glukosa darah hyperglikemia (glukosa puasa) lebih dari 126 mg/dl atau post
prandial lebih dari 200 mg/dl atau glukosa sewaktu lebih dari 200 mg/dl.

Farmakologi dan terapi edisi 5 UI

Klasifikasi DM

A. Diabetes tipe 1 : yaitu kerusakan sel B, biasanya mengakibatkan difesiensi insulin


absolut
B. Diabetes tipe 2 : yaitu kombinasi resistensi insulin dan disfungsi sel B
C. Diabetes tipe lain : yaitu disebabkan oleh sebab lain yang monogenic dan sekunder.
- Defek genitik fungsi insulin
- Defek genetik pada kerja insulin
- Defek pancreatic eksokrin
- Endokrinopati, infeksi, obat – obatan
- Syndrome genetik yang berhubungan dengan diabetes yaitu syndrome down,
klinefilter, dan turner.
D. A.Diabetes militus gestasional : yaitu diabetes yang berhubungan dengan kehamilan.

Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 Edisi IV


6. Diferensial Diagnosa

A. Diabetes Melitus Tipe 1

a.Defenisi

b.Etiologi

c.Epidemiologi

d.Patomekanisme
e.Gejala Klinis

f.Diagnosis

g.Penatalaksanaan

h.Komplikasi

I.Prognosis

B.Diabetes Melitus Tipe 2

a.Defenisi

b.Etiologi

c.Epidemiologi

d.Patomekanisme

e.Gejala Klinis
f.Diagnosis

g.Penatalaksanaan

h.Komplikasi

I.Prognosis

3.Diabetes Insipidus

a.Defenisi :

Diabetes Insipidus Adalah suatu kelainan dimana terdapat kekurangan hormone ADH yang menyebabkan
rasa haus (Polidipsi), dansejumlah besar air kemih yang sangat encer (Poliuria).Penyakit ini diakibatkan
oleh berbagai penyebab yang dapat mengganggu neurohypophyseal-renal reflex sehingga mengakibatkan
kegagalan tubuh dalam mengkonvesi air.

b.Etiologi

c.Epidemiologi

d.Patomekanisme

e.Gejala Klinis
Keluhan dan gejala utama diabetes insipidus adalah poliuria dan polidipsi. Jumlah cairan yang diminum
maupun produksi urin per 24 jam sangat banyak, dapat mencapai 5-10 liter sehari. Berat jenis urin
biasanya sangat rendah, berkisar antara 1001-1005 atau 50-200 mOsmol/kg berat badan. Selain poliuria
dan polidipsi, biasanya tidak terdapat gejala-gejala lain kecuali jika ada penyakit lain yang menyebabkan
timbulnya gangguan pada mekanisme neurohy-pophyseal-renal reflex tersebut.

Selama pusat rasa haus pasien tetap utuh, konsentrasi zat-zat yang terlarut dalam cairan tubuh akan
mendekati nilai normal. Bahaya baru timbul jika intake air tidak dapat mengimbangi pengeluaran urin
yang ada dengan akibat pasien akan mengalami dehidrasi dan peningkatan konsentrasi zat-zat yang
terlarut. Sebagai gangguan pada metabolism air, diabetes insipidus terjadi karena deisiensi hormon
vasopresin yang beredar di dalam darah.Diabetes insipidus di tandai oleh asupan cairan yang berlebihan
(poliuria hipotonik).

f.Diagnosis

g.Penatalaksanaan

h.Komplikasi

I.Prognosis

Anda mungkin juga menyukai