DISUSUN OLEH :
ALFA BIANUS (14010006)
DANIEL RAJA GUKGUK (17010091)
FRIDS NICHOLAUS SIHOMBING (16010109)
LUSI NURHIDAYAH LILLAH (17010121)
RESTU ROBY ISLAMIATY (17010153)
RIFA RAMADHANTY (17010157)
ROZZUL FHALAH (17010161)
SI REGULER KHUSUS A
A. Latar belakang
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme dari beberapa etiologi yang ditandai
dengan hiperglikemia kronis dan gangguan karbohidrat, lemak, dan metabolisme protein,
yang dihasilkan dari cacat pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya
Gejala khas penderita adalah hasil pemeriksaan Glukosa Darah Sewaktu (GDS) ≥ 200 mg/dl
jikapemeriksaan Glukosa Darah Puasa (GDP) ≥ 126 mg/dl dapat digunakan sebagaipedoman
diagnosis DM.Pasien tanpa gejala khas DM, hasil gula darah abnormal satu kali saja
belumcukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM. Investigasi pemeriksaan lebih lanjut
yaitu GDP ≥ 126 mg/dl, GDS ≥ 200 mg/dl pada hari lain atau hasil Tes Toleransi Glukosa
Oral (TTGO) ≥ 200 mg/dl.
Diabetes melitusdapat didiagnosis berdasarkan glukosa plasma, baik dengan glukosa sewaktu
atau gula darah 2 jam post prandial. International Expert Committeemenyebutkan
yangterbaru dapat ditambahkan pemeriksaan HbA1csebagai pilihan ketiga untuk
mendiagnosis diabetes.Pemeriksaan ini diperlukan karena ketika tubuh memproses gula,
glukosa dalam aliran darah secara alami menempel pada hemoglobin. Jumlah glukosa yang
dikombinasikan dengan protein berbanding lurus dengan jumlah total gula yang ada. Sel-sel
darah merah dalam tubuh manusia bertahan hidup selama 8 sampai 12 minggu sebelum
pembaharuan maka mengukur hemoglobin terglikasi atau HbA1c dapat digunakan untuk
mencerminkan kadar glukosa darah rata-rata selama durasi itu.
Pemeriksaan HbA1c perlu dilakukan untuk mengetahui rata-rata kadar glukosa darah dalam
waktu satu sampai tiga bulan sebelumnya. Pasien dapat menilai pengendalian diabetesnya
dengan tujuan mencegah komplikasi diabetes. Selain itu, pemeriksaan HbA1c digunakan
untuk menilai efektivitas perubahan terapi setelah dua sampai tiga bulan. Kadar HbA1c
penting untuk diperiksa karena dapat memberikan gambaran pengendalian diabetes yang
lebih baik dibandingkan gula darah. HbA1c dapat mengidentifikasi rata-rata konsentrasi
glukosa plasma dalam periode tiga bulan. Seseorang dengan pengendalian diabetes yang
buruk maka akan terjadi peningkatan kadar HbA1c. Pencegahan terjadinya komplikasi kronis
memerlukan pengendalian DM yang baik. Sasaran pengendalian DM dengan kriteria baik,
diantaranya gula darah puasa 80 sampai 100 mg/dL, 2 jam post prandial 80 sampai 144
mg/dL, A1ckurang dari 6,5%, kolesterol total kurang dari200 mg/dL, trigliserida kurang dari
150 mg/dL, Indeks Massa Tubuh 18,5sampai 22,9 kg/m2dan tekanan darah kurang dari
130/80 mmHg.
B. Rumusan masalah
Bagaimana hasil pemeriksaan lab pada gangguan metabolisme karbohidrat (DM)?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
a) Diagnosa
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes.
Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM
seperti di bawah ini:a.Keluhan klasik DM berupa poliuria, polidipsia,
polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya.b.Keluhan lain dapat berupa lemah badan, kesemutan, gatal, mata
kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.
b) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium untuk skrining dan diagnosis DM yaitu:
a. Glukosa Darah
b. HbA1c
Pemeriksaan laboratorium lain untuk menilai pengendalian, memantau
terapi atau pengobatan yang sedang dilakukan, dan mendeteksi risiko
komplikasi DM yang perlu dilakukan secara berkala meliputi:
a. Glukosa Puasa dan 2 JamPP, untuk melihat kadar gula darah pada saat
diperiksa.
b. HbA1c, untuk melihat kadargula darah rata-rata selama 3 bulan
terakhir, menilai kepatuhan dan keberhasilan pengobatan.
c. Albumin urin kuantitatif, kreatinin dan urin rutin, untuk melihat fungsi
ginjal karena diabetisi berisiko mengalami komplikasi pada ginjal.
d. Albumin/Globulindan SGPT, untuk melihat ada tidaknya gangguan
fungsi hati, karena konsumsi obat diabetes mampu mempengaruhi
fungsi hati.
e. Kolesterol total, HDL, LDL, dan Trigliserida, untuk melihat ada
tidaknya gangguan lemak karena mampu meningkatkan risiko penyakit
jantung koroner.
f. Fibrinogen (uji saring faal hemostasis), untuk mendeteksi
kemungkinan adanya gangguan proses hemostasis yang merupakan
faktor risiko dari perkembangan penyakit jantung dan pembuluh darah
sebagai konsekuensi dari DM.
g. Tekanan darah dan Indeks Masa Tubuh.
B. HbA1c
Hemoglobin A1c pertama kali ditemukan pada tahun 1960-an melalui suatu
proses elektroforesis hemoglobin. Penggunaan HbA1c untuk pemantauan derajat
kontrol metabolisme glukosa pasien diabetes pertama kali diajukan pada tahun 1976,
kemudian diadopsi ke dalam praktek klinik pada tahun 1990-an oleh Diabetes Control
and Complication Trial (DCCT) dan the United Kingdom Prospective Diabetes Study
(UKPDS) sebagai alat monitoring derajat kontrol diabetes mellitus. Komite ahli dari
the American Diabetes Association (ADA) dan the European Association for the
Study Of Diabetes (EASD) kemudian merekomendasikan penggunaan HbA1c untuk
diagnosis DM, dan pada tahun 2010 ADA memasukkan HbA1c ke dalam kriteria
diagnosis diabetes. HbA1c adalah protein yang terbentuk dari reaksi antara glukosa
dengan hemoglobin (bagian dari sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen
ke seluruh tubuh). HbA1c yang terbentuk akan tersimpan dan tetap bertahan di dalam
sel darah merah (SDM) sekitar 3 bulan, sesuai masa hidup sel darah merah. Jumlah
HbA1c yang terbentuk, tergantung kadar gula di dalam darah sehingga hasil
pemeriksaan HbA1c dapat menggambarkan rata-rata kadar gula sekitar 3 bulan atau
sebelumnya.
Kesimpulan
Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang perlu mendapatkan perhatian
bagi pasien dan dokter. Kejadian DM makin hari makin meningkat kasusnya yang
disebabkan oleh karena faktor kegemukan, pola makan yang tidak baik, autoimun,
penyakit penyerta dan idiopatik.. Menurut etiologi DM dapat diklasifikasikan
menjadi 4 jenis yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM dalam kehamilan dan DM tipe
lain. DM dapat didiagnosis dengan mengukur kadar glukosa darah dengan 4 jenis
tes yaitu glukosa plasma sewaktu, glukosa plasma puasa, glukosa 2 jam post
prandial dan Tes Toleransi Glukosa Oral. Dimana masing-masing tes tersebut
memiliki kriteria tertentu untuk didiagnosis DM.
Untuk tes diagnostik sebaiknya dilakukan persiapan pasien dan alat dengan
baik. Sampel dapat berasal dari darah kapiler, plasma vena atau serum.
Pada darah yang tidak disentrifus, glikolisis menurunkan kadar glukosa 5
– 7 % per jam (5- 10 mg/dl). Pada plasma steril yang bebas dari sel setelah
disentrifus, menunjukkan tidak adanya aktifitas glikolisis, sehingga kadar glukosa
menjadi stabil. Rata-rata glikolisis in vitro meningkat dengan adanya leukositosis
atau kontaminasi bakteri. Glikolisis dihambat dan glukosa dapat stabil selama 24
jam pada suhu 15-25° C dan selama 10 hari pada suhu 4°C dengan menambahkan
antikoagulan/glikolisis inhibitor (Natrium fluorida 2,5 mg/ml darah).
Adapun kriteria DM adalah gejala klasik diabetes ditambah dengan kadar
glukosa sewaktu ≥ 200 mg/dl (11,1 mmol) atau glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl
(7,0 mmol/L) pada keadaan puasa sedikitnya 8 jam atau glukosa 2 jam Post
Prandial dinyatakan DM bila glukosa plasmanya ≥ 200 mg/dl. Sedangkan pada
saat tes toleransi gulosa oral menunjukkan DM apabila glukosa jam ke-2 pada tes
toleransi glukosa oral ≥ 200 mg/dl (11,1 mmol).
Daftar Pustaka
1. Rachmawati, A.M., Bahrun, U., Rusli, B., Hardjoeno. Tes Diabetes Melitus. Dalam
Hardjono dkk. Interpretasi Hasil Diagnostik Tes Laboratorium Diagnostik. Cetakan 3.
Lembaga Pendidikan Universitas Hasanudin. Makasar. 2007. p. 167-82.
2. World Health Organisation. Diabetes mellitus : Report of a WHO Study Group. World
Health Organisation. Geneva-Switzerland. 2006. S5-36.
3. Widjayanti, A., Ratulangi, B.T. Pemeriksaan Laboratorium Penderita Diabetes. Available
from: http://www.tempo.co.id/medika/online/tmp.online.old/pus-1.htm. Access : 6 Juli 2008.
4. John. MF Adam. Klasifikasi dan Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus yang Baru. Cermin
Dunia Kedokteran. 2006; 127:37-40.
5. Publlication and Product National Diabetes facts Sheet. Available :
http://www.cdc.gov/diabetes/pubs/general05.htm#what. Access : 6 Juli
2008.