Anda di halaman 1dari 2

Kolesistokinin

Kolesistokinin (CCK) merupakan hormon peptida pada sistem pencernaan yang


bertanggungjawab dalam menstimulasi pencernaan lemak dan protein. Hormon ini disekresi
oleh sel-sel enteroendokrin pada duodenum. Kehadiran hormon CCK dapat mengakibatkan
pelepasan enzim pencernaan dan cairan empedu dari pankreas dan empedu, serta berfungsi
sebagai penahan lapar.
Kolesistonkinin merupakan anggota dari famili hormon peptida seperti gastrin, bahkan
strukturnya pun sangat mirip dengan gastrin. CCK dan gastrin memiliki C-terminal asam
amino. Hormon CCK memiliki beberapa bentuk, setiap bentuk dibedakan menurud jumlah
asam amino yang dikandungnya, seperti CCK58, CCK33, dan CCK8. Aktivitas biologis
hormon ini berpusat pada bagian C-terminal peptida. Kebanyakan peptida CCK memiliki
kelompok sulfat yang melekat pada tirosin.
CCK memiliki peran penting dalam fisiologis, sebagai neuropeptida dalam sistem saraf
pusat dan hormon peptida dalam usus. CCK disintesis and dilepaskan oleh sel-sel
enteroendokrin dalam lapisan mukosa usus halus (umumnya pada duodenum dan jejenum),
yang disebut sel I. CCK dilepas secara cepat ke dalam sirkulasi darah dalam respon terhadap
makanan. Stimulator CCK terbesar ialah kehadiran asam lemak atau asam amino tertentu
dalam chyme (kim) yang memasuki duodenum. Pelepasan CCK juga distimulasi oleh peptida
monitor (dihasilkan sel asinar pankreas), CCK-releasing protein (melalui pensinyalan parakrin
oleh enterosit dalam lambung dan mukosa usus halus), dan asetilkolin (dihasilkan oleh serabut
saraf parasimpatetik dari saraf vagus). Ketika berada dalam sirkulasi darah, CCK memiliki
masa fungsional yang relatif pendek.
Secara umum, CCK memiliki 2 fungsi utama pada saluran pencernaan, yaitu dalam
membantu pencernaan dan sebagai penahan lapar.
1. Fungsi pencernaan pada gastrointestinal
CCK membantu pencernaan dalam usus halus dengan menginhibisi pengosongan
lambung. CCK menstimulasi sel asinar pada pankreas yang melepaskan cairan kaya
akan enzim pencernaan pankras yang mengkatalis pencernaan lemak, protein, dan
karbohidrat. Pada level di mana ia dapat menstimulasi pelepasan CCK, konsentrasi
hormon berkurang pula. Pelepasan CCK juga dihambat oleh somatostin dan peptida
pankreas. Tripsin, protease hasil dari sel asinar pankreas, menghidrolisis CCK-
releasing peptide dan monitor peptide, sehingga mematikan sinyal tambahan untuk
mensekresi CCK. CCK juga menyebabkan peningkatan produksi dari cairan empedu,
dan menstimulasi kontraksi kantong empedu dan relaksasi dari sphincter of Oddi,
menyebabkan pengangkutan cairan empedu ke duodenum. Garam empedu membentuk
lipid amfifatik, micel yang mengemulsi lemak, sehingga mempermudah pencernaan
dan penyerapannya.
2. Fungsi dalam kontrol rasa lapar
Sebagai hormon peptida, CCK membantu rasa kenyang dengan menjalankan
mekanisme pada reseptor CCK yang tersebar pada sistem saraf pusat. Mekanisme
penahan lapar ini berkurang pada saat pengosongan lambung. CCK juga memiliki efek
stimulus pada saraf vagus, efek yang dapat dihambat oleh capsaicin. Efek CCK ini
bervariasi pada tiap individu. Contohnya, pada tikus, CCK secara signifikan
mengurangi lapar pada jantan dewasa, namun sedikit kurang efektif pada subjek yang
lebih muda, bahkan lebih kurang efektif pada betina. Efek penahan lapae ini juga lebih
rendah pada tikus obesitas.

Mekanisme hormon kolesistokinin atau CCK dimulai sewaktu lemak masuk


duodenum, lemak mengekstrak berbagai hormon dari epitel duodenum dan jejunum, baik
dengan reseptor dalam sel-sel epitel atau dengan cara lain. Kemudian hormon-hormon
dibawa oleh aliran darah ke lambung, dimana mereka menghambat aktivitas pompa pirolus dan
pada waktu yang bersamaan sedikit meningkatkan kekuatan kontraksi sfingter pirolus. Efek ini
penting karena lemak jauh lebih lambat untuk dicerna dari pada makanan lain.
Hormon kolesistokinin (CCK) yang dilepaskan dari mukosa jejunum sebagai respons
terhadap substensi lemak dalam kimus. Hormon ini bertindak sebagai inhibitor kompetitif
untuk menghambat peningkatan motilitas lambung yang disebabkan oleh gastrin.
Kemungkinan inhibitor pengosongan lambnug lain adalah hormon sekretin dan peptida
penghambat gaster/ Gaster Inhibitor Peptide (GIP). Sekretin terutama dilepaskan dari mukosa
duodenum sebagai respons terhadap asam lambung yang dilepaskan dari lambung melalui
pilorus. Hormon ini mempunyai efek menyeluruh tetapi lemah untuk menurunkan motilitas
gastrointestinal.
Ringkasnya, beberapa hormon yang diketahui dapat bekerja sebagai mekanisme
hormonal untuk menghambat pengosongan lambung bila terdapat sejumlah kimus yang
berlebihan, terutama kimus yang asam atau berlemak, memasuki duodenum dari lambung, dan
CCK merupakan hormon yang paling penting.

Anda mungkin juga menyukai