Anda di halaman 1dari 3

ETIOLOGI

Penyebab yang pasti tidak diketahui, tetapi berbagai faktor (termasuk kecenderungan
genetik) bisa mempengaruhi reaksi autoimun. Artritis rheumatoid ini merupakan bentuk
artritis yang serius, disebabkan oleh peradangan kronis yang bersifat progresif, yang
menyangkut persendian. Ditandai dengan sakit dan bengkak pada sendi-sendi terutama pada
jari-jari tangan, pergelangan tangan, siku dan lutut. Penyebab artritis rheumatoid masih belum
diketahui walaupun banyak hal mengenai patogenesisnya telah terungkap. Faktor genetik dan
lingkungan diduga timbulnya penyakit ini. Faktor infeksi sebagai penyebab artritis rematoid
patogenesis Patogenesis dimulai dengan terdapatnya suatu antigen (Palande, 2009).
Biasanya rematoid arthritis disebabkan oleh (Palande, 2009):
- Faktor genetik
- Faktor lingkungan
- Infeksi: mendadak dan timbul dengan di sertai gambaran inflamasi mencolok. Yang
disebabkan oleh bakteri dan virus
- HSD (Heat Shock Protein)
- Sekelompok protein berukuran sedang (60 sampai 90 KDA)
- Respon Stress
GEJALA KLINIS
Beberapa gejala klinis yang kerap kali terjadi pada para penderita atritis rheumatoid
ini, yakni (Isselbacher, 1998) (Admin, 2011) (Padip, 1990) (Mansjoer, 2000)(Kee, 2004):
- Gejala-Gejala Konstitusional Beberapa gejala tersebut meliputi lelah, anoreksia, berat
badan menurun dan demam. Bahkan terkadang kelelahan yang sangat hebat
- Poliatritis Simetris Terutama terjadi pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan
namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal.Hampir semua sendi
diatrodial dapat terserang
- Kekakuan di Pagi Hari Kejadian ini terjadi selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat
generalisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan
kekakuan sendi pada osteoatritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit
dan selalu kurang dari satu jam
- Atritis Erosif Atritis erosif merupakaan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat dilihat
padaradiogram

- Deformitas Kerusakan struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran


ulnar atau jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas boutonniere dan leher
angsa. Padakaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari
subluksasimetatarsal
- Nodula-nodula reumatoid adalah masa subkutan yang ditemukanpada sekitar sepertiga
penderita dewasa. Lokasi tersering yakni di daerah sepanjang sendi siku atau sepanjang
permukaan ekstensor lengan. Nodul ini merupakan tanda bahwa penyakit tersebut aktif
- Manifestasi Ekstraartikuler. Suatu prognosis dari penyakit ini yang menandakan akut
tidaknya penyakit ini. Manifestasi yang dihasilkan atritis reumatoid yakni menyerang
paru, jantung, mata
1. Apa saja permasalahan yang terjadi pada pasien tersebut? Adakah problem pengobatan
pada pasien?
Permasalahan pasien:
- Riwayat RA 6 tahun terakhir
- Nyeri semakin meningkat pada sendi disertai bengkak sendi
- Morning stiffness semakin lama
- Mempunyai riwayat hipertensi 2 tahun terakhir 140/90 160/100 mmHg
Problem pengobatan pasien:
- Interaksi antara celecoxib dengan HCT celecoxib menghambat prostaglandin
-

mengurangi efek peningkatan deplesi Na efek antihipertensi turun


Interaksi antara NSAID dengan methotrexate dapat meningkatkan kadar
methotrexate dalam darah dan toksisitasnya akibat NSAID menggeser ikatan

methotrexate-albumin
Kondisi TD belum terkontrol meskipun sudah diberi HCT

Isselbacher, et all., Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, edisi 13, 1998,
Yogyakarta: EGC, h. 92-3.
Admin, Arthritis Rheumatoid, [online] 2010 [cited on August 28th 2011]. Available from:
http:///www Radang Sendi .com
Padip R. Patel. RADIOLOGI, edisi 2,1990, fransisco. Penerbit buku Erlangga Medical
Series,h 271.
Mansjoer A., et all., Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, 2000, Jakarta : Media Aeaculapius.
h.536-9.

Palande DD., arthritis Reumatoid. [online] 2009 [cited on Sept 9th 2011]. Available from:
http://www.medicastore.com.
Kee JL., Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, edisi 2, 2004, Jakarta: EGC, h.89-90.

Anda mungkin juga menyukai