Anda di halaman 1dari 25

Bronkitis & Batuk

KELAS B KELOMPOK 2

● Kifti Iswara (260110190014)


● Neng Vera Nurani (260110190017)
● Annisa Siti (260110190026)
● Tasya Amalia (260110190032)
● Adnan Aly A.S. (260110190044)
● Callista Najla (260110200012)
● Raisya Rahmah (260110200014)
● Putri Nur Azizah (260110200016)
● Tarisa Dzakwan (260110200018)
DEFINISI ETIOLOGI
Bronkitis
Bronkitis ➜ peradangan pada
saluran bronkial yang ● Infeksi virus atau bakteri
● Polusi udara (asap rokok atau debu)
menyebabkan pembengkakan ● Merokok
dan sekresi mucus berlebihan. ● Udara dingin dan lembab
● Allergen
(Cohen et al., 2010). (Dipiro et al., 2020).

Batuk
● Merokok
Batuk ➜ pengeluaran sejumlah ● Polusi udara (asap rokok atau debu)
● Aspirasi benda asing
volume udara secara mendadak dari ● Postnasal drip
rongga toraks melalui epiglotis dan ● Reaksi alergi
● Infeksi virus atau bakteri
mulut ● Asma
● Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
(Setyanto, 2004).
(Irwin et al., 1998).
GEJALA

Bronkitis Batuk
1. Batuk dengan atau tanpa dahak 1. Demam
2. Muncul rasa sakit pada bagian 2. Nyeri pada bagian dada
dada 3. Pusing atau sakit kepala
3. Mudah lelah 4. Sakit tenggorokan
4. Pusing atau sakit kepala
5. Nyeri pada tubuh
6. Sakit tenggorokan (American Lung Association, 2020)

(Center of Disease Control and Prevention,


2021)
PATOFISIOLOGI

Bronkitis Akut
- Infeksi virus
- Bakteri
- Penebalan mukosa
- Deskuamasi sel epitel
- Denudasi atau pengikisan sel
membran

(Dipiro et al., 2020; Singh et al., 2021).


Bronkitis Kronis
- Kelebihan produksi dan
hipersekresi mukus oleh
sel goblet
- Peradangan mukosa
- Host factor
- Infeksi bakteri atau virus
- Resistensi rendah

(Dipiro, et al., 2020; Jetmalani, et al., 2018).


(Scarlata, S., et al., 2020).
Batuk
- Mekanisme refleks tubuh
Mekanisme kerja batuk terbagi
menjadi tiga fase:
a. Fase Inspirasi
b. Fase Kompresif
c. Fase Ekspirasi

- Infeksi saluran pernapasan

(Mazzone dan Farrel, 2019)


DIAGNOSIS
Batuk
Pemeriksaan Pemeriksaan
ANAMNESIS
Fisik Penunjang
● Riwayat kebiasaan ● Inspeksi ● Uji Faal Paru
dan penyakit sesak ● Palpasi ● Foto Torak PA dan Lateral
napas ● Perkusi ● Analisis Gas darah (AGD)
● Batuk yang sudah ● Auskultasi ● Pemeriksaan sputum
berlangsung sejak ● Pemeriksaan darah rutin
lama dan berulang

(Putra, et al., 2013).


DIAGNOSIS
Bronkhitis

Gejala Umum Uji Lab Tes Fisik

● Batuk Berdahak ● Erythocytosis (tahap ● Perhatikan tingkat


berlebihan lanjut) pernafasan
● Sianosis (tahap lanjut) ● Tes oksigen dalam darah

Radiografi Dada Tes Fungsi Paru

● X-Ray CT Scan ● Spirometri


● Melihat diameter
anteroposterior
(Katzung, 2017)
DIAGNOSIS

Skala sesak Bronkitis


Grade Keluhan Berdasarkan aktivitas

0 Sesak napas baru akan muncul ketika melakukan aktivitas berat

1 Sesak napas timbul bila berjalan di jalanan datar atau jika sedikit landai

2 Jika berjalan bersama teman seusia di jalan datar, selalu lebih lambat atau jika
berjalan sendirian dijalan datar sering beristirahat untuk mengambil napas

3 Perlu istirahat untuk menarik napas setiap berjalan 100 meter atau setelah
berjalan beberapa menit

4 Timbul sesak napas ketika mandi dan berpakaian

( Kemenkes RI, 2015).


GUIDELINE
BATUK
GUIDELINE
BRONKITIS
KRONIK

(Dipiro, 2020)
GUIDELINE
BRONKITIS
AKUT
Terapi Farmakologi Bronkitis

Tidak Demam
LINI I: tanpa
antibiotika Terapi Pendukung
Bronkitis Akut Bronkodilatasi
Demam dan LINI II: amoksisilin, (Salbutamol,
batuk amoksi-klav, makrolida Albuterol)

LINI II:
LINI I: Quinolon,
Analgesik atau
Tidak Ada
Komplikasi
amoksisilin, amoksi-klav, Antipiretik
quinolon azitromisin, (Parasetamol,
kotrimoksazol
NSAID)
Bronkitis LINI II:
LINI I:
Kronik Dengan Komplikasi ceftazidime,
Quinolon Menekan Batuk
cefepime
(Antusiv,Codein,
LINI I: Quinolon oral atau parenteral,
Dextrometorfan)
Dengan Infeksi
meropenem atau ceftazidime/cefepime +
Bakteri
ciprofloksasin oral

(Depkes RI, 2005).


TERAPI FARMAKOLOGI BRONKITIS AKUT

Antibiotik : Penisilin, Makrolida, Quinolon,


Sefalosporin.

Bronkodilator : β2-agonists, Methylxanthines,


Anti-muskarinik.

(Smith et al, 2010; Tackett and Atkins, 2012; Kerstjens et al, 2019)
ANTIBIOTIK PADA BRONKITIS KRONIK

(Dipiro, 2020)
Terapi Farmakologi Batuk

Batuk Produktif (Ekspektoran) Batuk Mukolitik Batuk Non Produktif (Antitusif)


Merangsang pengeluaran Mengencerkan sekret saluran Menekan batuk, dengan
dahak dari saluran pernafasan pernapasan, mengubah menurunkan aktivitas pusat batuk
(ekspektorasi). viskositas sputum melalui aksi di otak dan
Co: Gliseril guaiakolat, OBH kimia. menekan respirasi.
Co: Bromhexine HCl, Ambroxol Co: Dekstrometorfan HBr

(Depkes Ri, 1997; Ikawati, 2010)


Terapi Non Farmakologi Bronkitis

Berhenti Menjaga Perbanyak


Merokok Pola Makan Minum air
Putih

Sirkulasi
Olahraga
Baik

(Ikawati,2011)
Terapi Non Farmakologi Batuk

Menghindari
Perbanyak Menghindari minuman dan
Minum air Paparan makanan yang
Putih Debu merangsang
tenggorokan

Menghindari Berhenti Menggunakan


Udara Merokok zat zat
Dingin emoliensia

(Ikawati,2011)
Monitoring

Mendidik pasien
Berhenti merokok, kepatuhan obat, dan cuci tangan

Efektivitas terapi: Frekuensi batuk, volume dan warna sputum


jika gejala berkelanjutan ditakutkan pneumonia

Efek samping obat potensial:


● Takikardia, palpitasi akibat bronkhodilator
● Sedasi, konstipasi akibat pemakaian dekstrometorphan, codein
● Menanyakan efek samping obat yang potensial seperti diare, mual , rash akibat
pemakaian antibiotik

Interaksi Obat (lihat monografi obat)

(Depkes RI, 2005 ; Singh, et al., 2020)


Asuhan Kefarmasian (Konseling)
Perkenalkan Diri

Konfirmasi nama, umur, dan alamat pasien

Izin meminta waktu untuk konseling

Bertanya tentang keluhan pasien


Asuhan Kefarmasian (Konseling)
Informasi Nama Obat dan Indikasi :
3 Prime Question : 1. Antitusif (Kodein dan
1. Apa yang disampaikan dokter Dekstrometorfan)
tentang obat Anda ? 2. Mukolitik (Bromheksin, Ambroksol)
2. Apa yang dijelaskan dokter Tanya riwayat alergi atau resisten dan 3. Bronkodilator (Agonis beta 2 →
tentang cara pemakaian obat obat apa saja yang sedang diminum Salbutamol/albuterol, salmeterol,
Anda ? sekarang formoterol)
3. Apa yang dijelaskan dokter 4. Antibiotik (makrolida→ azithromycin,
tentang hasil yang diharapkan
clarithromycin)
setelah Anda terapi obat
tersebut ? 5. Other Antibiotic (Doxycycline,
Jelaskan Kemungkinan Efek Samping: Amoxicillin).
1. Antitusif :

4. Other Antibiotic :
- Kodein → gangguan pernapasan
- Dekstrometorfan → halusinasi,
- Doxycycline → Anoreksia, kemerahan, hiperaktif, dan depresi pernapasan
dan tinnitus jika diminum dalam dosis besar. Informasi Cara Penggunaan Obat →
- Amoxicillin → mual, muntah, diare, 2. Bronkodilator : Oral, Aerosol
ruam - Salbutamol, Formoterol→ Aritmia,
5. Mukolitik : Takikardia, Jantung berdebar
- Bromheksin → bronkospasme, mual, 3. Antibiotik :
- Azithromycin→ Anoreksia,
muntah, hipersensitivitas
mengantuk, sakit kepala, pusing
- Ambroxol → Mual, muntah, dyspepsia, - Clarithromycin → Gangguan indera
mulut kering/tenggorokan kering pengecap & penciuman, mual
muntah, gangguan pencernaan

(Dipiro, 2020 ; PioNas, 2015).


Asuhan Kefarmasian (Konseling)
Informasi Penyimpanan : Inhaler tidak boleh di simpan di tempat panas, namun harus
di tempat kering dan sejuk pada suhu dibawah 30o C dan jauhkan dari cahaya matahari
langsung lalu Penutup Mouthpiece dipasang kembali.

Konfirmasi Ulang

Penutup
Daftar Pustaka
American Lung Association. 2021. Tersedia secara online di
https://www.lung.org/lung-health-diseases/warning-signs-of-lung-disease/cough/learn-about-cough [diakses pada 9 September 2021].

Center of Disease Control and Prevention. 2021. Tersedia secara online di https://www.cdc.gov/antibiotic-use/bronchitis.html [diakses pada 9
September 2021].

Cohen J., Powderly W., Opal S. 2010. Infectious Diseases 3rd ed. Philadelphia, PA, USA: Mosby (Elsevier).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan. Jakarta: Depkes RI.

Dipiro, J. T., Wells, B. G., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Posey, L. M. Ellingrod. M., Haines. S., Posey, V. 2020. Pharmacotherapy: A
Pathophysiologic Approach. New York : McGraw-Hill Companies.

Ikawati, Z. 2010. Cerdas Mengenali Obat. Yogyakarta: Kanisius Media.

Ikawati, Zullie. 2011. Sistem Pernapasan dan Tata Laksana Terapinya. Yogyakarta: Bursa Ilmu .

Jetmalani, K., Thamrin, C., Farah, C.S., Bertolin, A., Chapman, D. G., Berend, N., Salome, C. M., dan King , G.G. 2018. Peripheral airway
dysfunction and relationship with symptoms in smokers with preserved spirometry. Journal of Respirology. Vol 23(5): 512-518.

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Petunjuk teknis penerapan pendekatan praktis kesehatan paru di Indonesia. Jakarta: Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Kerstjens, H.A.M., Upham, J.W., and Yang, I.A. 2019. Airway pharmacology: treatment options and algorithms to treat patients with chronic
obstructive pulmonary disease. Journal of Thoracic Disease. Vol.11(17).

Putra TR, Suega K, Artana B. 2013. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Dalam. Denpasar: SMF Penyakit Dalam FK Unud.
Daftar Pustaka
Scarlata, S., Finamore, P., Meszaros, M., Dragonieri, S., dan Bikov, A. 2020. The ROle of Electronic Noses in Phenotyping Patient with
Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Biosensors. Vol 10(11): 171.

Setyanto, D. B. 2004. Batuk Kronik pada Anak: Masalah dan Tata Laksana. Sari Pediatri. Vol.6(2): 64-70.

Singh, A., Avula, A., dan Zahn, E. 2021. Acute Bronchitis. Tersedia online di https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448067/ [Diakses 6
November 2021]

Smith, S.M., Fahey, T., Smucny, J., and Becker, L.A. 2010. Antibiotics for Acute Bronchitis. Cochrane Database Syst Rev. Vol.4.

Tackett, K.L., and Atkins, A. 2012. Evidence-Based Acute Bronchitis Therapy. Journal of Pharmacy Practice. Vol.25(6) : ) 586-590.

Anda mungkin juga menyukai