Anda di halaman 1dari 56

KASUS 2

ASMA
KELOMPOK 1
KASUS
Seorang laki-laki usia 25 tahun dibawa ke RS karena tiba-tiba sesak napas dan
berat untuk bernapas saat dia sedang beristirahat. Pasien diketahui memiliki
keterbatasan dalam berbicara dan percakapan. Pasien didiagnosa asma sejak 1
tahun terakhir. Obat yang digunakan pasien selama ini hanya salbutamol inhaler
yang digunakan jika serangan tetapi untuk serangan kali ini pasien sudah
menggunakan inhaler tersebut 4 puff tanpa ada remisi gejala. Nilai FEV1 pasien
adalah 38%. Selama setahun terakhir pasien sudah mengalami 2x serangan dan
saat ini juga mengalami gejala serangan sampai harus ke RS.

Riwayat :
Pengobatan yang sedang dijalani : citicoline o-dis 1000mg 1x sehari, omega-3, dha
dan epa 1000 mg 1x sehari, dan baru diresepkan tambahan asam asetil salisilat 300
mg jika pasien merasa pusing.

1. Kajilah kasus pasien tersebut !


2. Apakah terapi yang dibutuhkan dan disarankan untuk pasien tersebut ?
3. Buatlah asuhan kefarmasian untuk pasien tersebut !
DEFINISI ASMA

Asma merupakan penyakit paru obstruktif kronis yang sering


diderita oleh anak-anak, orang dewasa, maupun para lanjut
usia. Penyakit ini memiliki karakteristik serangan periodik yang
stabil (Sykes, et al, 2008). Asma tidak bisa disembuhkan, namun
manifestasi klinis dari asma bisa dikendalikan (GINA, 2008).
Mengingat terapi farmakologis tidak dirancang untuk
menyembuhkan asma, maka perilaku pencegahan terhadap
paparan faktor risiko asma lebih diutamakan dari pengobatan.
SUBJEKTIF DAN
OBJEKTIF
GEJALA ASMA

Bunyi saat Bernafas


Sesak Nafas Rasa Tertekan di Dada

Batuk - batuk di pagi, Tidur terganggu karena


siang, dan malam hari batuk atau sesak nafas

(Brunner & Suddarth, 2011)


Subjektif
Gejala Pada Pasien Riwayat
tiba-tiba sesak napas dan
berat untuk bernapas saat
dia sedang beristirahat.
Selama setahun terakhir
pasien sudah mengalami 2x
serangan
Pasien diketahui memiliki
keterbatasan dalam berbicara
dan percakapan
TRIGGER ASMA
Faktor - faktor pemicu asma antara lain :
● Alergen dalam ruangan : tungau debu rumah, binatang
berbulu (anjing, kucing, tikus), alergen kecoak, jamur,
kapang, ragi, udara dingin serta pajanan asap rokok
● Infeksi respirasi → bakteri, jamur, virus
● Makanan → seafood, kacang, coklat
● Gerd → Asam lambung naik
● Obat-obat triger asma → Beta bloker dan antiinflamasi
NSAID (Aspirin, Naproxen, dan Ibuprofen)

Gejala asma dapat menjadi lebih buruk dengan terjadinya komplikasi terhadap asma tersebut sehingga
bertambahnya gejala terhadap distress pernafasan yang biasa dikenal dengan
Status Asmatikus

(Brunner & Suddarth, 2011; Kemenkes RI, 2008)


FAKTOR RESIKO

Faktor Lingkungan

a. Alergen di dalam ruangan


Faktor Genetik b. Alergen diluar ruangan
c. Makanan
a. Hipereaktivitas d. Obat - obatan tertentu
b. Atopik/ alergi bronkus e. Bahan yang mengiritasi
c. Faktor yang memodifikasi penyakit f. Ekspresi emosi berlebih
genetik g. Asap rokok dari perokok aktif dan pasif
d. Jenis Kelamin dan usia h. Polusi udara di luar dan di dalam ruangan
e. Ras/ etnik i. Exercise induced asthma pada pasien
yang kambuh ketika melakukan aktivitas
tertentu
j. Perubahan cuaca

(Kemenkes RI, 2008)


Objektif
Saluran Napas Normal Vs Asma Keadaan Pasien

Nilai FEV1 pasien adalah 38%

FEV1 lebih besar dari 80% dari prediksi = normal


FEV1 60% hingga 79% dari prediksi = ringan
FEV1 40% hingga 59% dari prediksi = sedang
FEV1 kurang dari 40% dari prediksi = parah

(GOLD, 2020)

(Encyclopedia Britannica, 2001)


Patogenesis dan Patofisiologi Asma

Keterbatasan aliran udara pada asma bersifat


rekuren dan disebabkan oleh berbagai
perubahan pada jalan napas. Ini termasuk:

1. Bronkokonstriksi
2. Edema Saluran Napas
3. Hipereaktivitas Saluran Napas
4. Perubahan Struktur Saluran Napas

(National Asthma Education and Prevention Program, 2007)

(Willmott et al, 2019)


Assessment
DIAGNOSIS

(GINA, 2020)
DIAGNOSIS
Anamnesis
Anamnesis ini dilakukan untuk mengetahui keluhan dan riwayat pasien.

Pemeriksaan Fisik
Secara umum pasien yang sedang mengalami serangan asma dapat ditemukan hal hal
seperti berikut
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi

Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan spirometer
- Pemeriksaan arus puncak ekspirasi
- Uji reversibillitas
- Uji provokasi bronkus
- Uji alergi
- Foto toraks
DIAGNOSIS

Berdasarkan kasus pasien memiliki nilai FEV1 sebesar 38%. Maka dari itu pasien
mengalami asma berat
Patogenesis
● Pasien mengalami sesak nafas tiba-tiba dan
berat untuk bernapas, diduga karena efek
samping dari penggunaan aspirin.
● AERD (Aspirin-Exacerbated Respiratory
Disease) → reaksi yang diakibatkan oleh
aspirin yang melibatkan mukosa saluran
pernafasan atas dan bawah dengan prevalensi
7-20% pada pasien asma
- Saluran pernafasan atas (hidung tersumbat,
rhinnorea dan bersin)
- saluran pernafasan bawah (laringospasme,
batuk, dan mengi)
● Patofisiologi AERD yaitu meliputi disregulasi
metabolisme eikasonoid, aktivasi sel efektor
seperti eosinophil, sel mast, dan platelet.

(Rahmadanitha & Sumarno, 2019)


GUIDELINES
Keparahan Asma dibagi 3 golongan :
1. Gejala Ringan / Moderat
- Dapat berbicara dalam frasa / kalimat Dari kasus pasien
- Lebih suka duduk daripada berbaring mengalami
- Tidak gelisah perburukan setelah
- Frekuensi pernapasan meningkat diberikan SABA 4
- Otot aksesori tidak digunakan puff dipindahkan ke
- Denyut nadi 100-120 bpm Fasilitas Perawatan
- Saturasi oksigen 90-95% Akut → sambil
- Peak Expiratory Flow (PEF) > 50% menunggu, pasien
2. Gejala Berat dapat diberikan
- Berbicara dengan kata-kata SABA, ipratropium
- Duduk membungkuk ke depan bromida, Oksigen,
Kortikosteroid
- Laju pernapasan gelisah > 30/menit
sistemik.
- Otot aksesori digunakan
- Denyut nadi > 120 bpm
- Saturasi Oksigen <90%
- Peak Expiratory Flow (PEF) ≤ 50%
3. Gejala Asma yang Mengancam Jiwa
- Mengantuk, bingung, atau Silent Chest (suara
nafas melemah bahkan tidak terdengar)
(Gina, 2021)
GUIDELINES
PLAN
Terapi Farmakologi
Pengobatan Asma Berat dan Eksaserbasi

SABA + SAMA Nebulizer

→ Salbutamol + Ipratropium Bromide Nebulizer

Dosis : Ipratropium bromide 500 mcg dan salbutamol 2.5 mg/2.5 mL larutan
untuk nebulisasi dengan pemakaian 2.5 mL 3 atau 4 kali sehari.

Inhaled Corticosteroids (ICS)


→ Budesonide Nebulizer
Dosis : 1-2 mg, pengulangan sesuai kebutuhan

Pemberian oksigen sesuai dengan kebutuhan


Terapi Farmakologi
Pengobatan Asma Lanjutan

Reliever (SABA)

→ Salbutamol Inhaler

Dosis : 4-8 inhalasi setiap 30 menit - 4 jam; kemudian setiap 1-4 jam sesuai
kebutuhan

Controller (ICS-LABA)
→ Budesonide-Formoterol
Dosis: 80/4,5 mcg 1-2 inhalasi 2 kali sehari atau 160/4,5 mcg 1-2 inhalasi 2 kali
sehari

Paracetamol (Pengganti Aspirin)


Dosis: 1 g (2 tablet 500 mg) 3x sehari. Maksimal 8 tablet/hari
Data Farmakologi
SABA + SAMA Nebulizer Indikasi: Bronkospasme reversibel yang berkaitan dengan penyakit paru obstruksi dan
(Salbutamol+Ipratropium Bromide
serangan asma akut yang membutuhkan terapi lebih dari bronkodilator tunggal
Nebulizer)
Administrasi: Inhalasi (nebulizer)
Efek samping: sakit kepala, iritasi tenggorokan, batuk, mulut kering, gangguan motilitas
saluran cerna (termasuk konstipasi, diare dan muntah), mual dan pusing, reaksi anafilaktik,
hipersensitivitas, hipokalemia, gugup, gangguan mental, tremor, pusing, gangguan akomodasi
mata, edema kornea, glaukoma, peningkatan tekanan intraokular, midriasis, penglihatan
kabur, nyeri mata, hiperemia konjungtiva, halo vision, aritmia, fibrilasi atrial, iskemia miokard,
palpitasi, takikardi supraventrikular, takikardi, penurunan tekanan darah diastolik, peningkatan
tekanan darah sistolik, batuk, disfonia, tenggorokan kering, bronkospasme, paradoxical
bronkospasme, laringospasme, edema faringeal, mual, diare, muntah, konstipasi, gangguan
motilitas saluran cerna, edema mulut, stomatitis, ruam, pruritus, urtikaria, angioedema,
hiperhidrosis, kram otot, lemah otot, mialgia, retensi urin, astenia.
Penyimpanan: Simpan di bawah suhu 25oC, hindari paparan cahaya matahari
Lama penggunaan: Gunakan saat serangan asma
(PIONAS, 2015; MIMS, 2021)
Mekanisme Kerja
Ipratropium adalah agen antimuskarinik kompetitif nonselektif → menyebabkan
bronkodilatasi dengan menghalangi stimulasi guanil siklase yang diinduksi asetilkolin,
sehingga mengurangi pembentukan siklik guanosin monofosfat (cGMP) di situs
parasimpatis.

Salbutamol mengaktifkan adenil siklase, enzim yang merangsang produksi siklik adenosin-3',
5'-monofosfat (cAMP). Peningkatan cAMP menyebabkan aktivasi protein kinase A, yang
menghambat fosforilasi miosin dan menurunkan konsentrasi ion Ca intraseluler,
menghasilkan relaksasi otot polos.
(MIMS, 2021)
Data Farmakologi
ICS Dosis: 1-2 mg, pengulangan sesuai kebutuhan
(Budesonide Nebulizer) Indikasi: Asma bronkial
Administrasi: inhalasi (nebulizer)
Efek samping: Supresi adrenal, hiperkortisolisme, immunosuppression,
retardasi pertumbuhan pada anak, hiperglikemia, gangguan pengelihatan
(pengelihatan membayang, glaukoma, katarak), kandiasis oral, mual dan
muntah, GERD, konstipasi, reaksi hipersensitif (anafilaksis, angioedema,
bronkospasme, ruam, urtikaria).
Penyimpanan: simpan pada suhu kamar 20-25oC, hindari paparan cahaya.
Jangan dikulkaskan atau dibekukan
Lama penggunaan: Gunakan saat serangan asma
Mekanisme kerja: Budesonide adalah kortikosteroid dengan aktivitas
glukokortikoid kuat. Budesonide bekerja dengan mengontrol laju sintesis
protein, menghambat migrasi leukosit polimorfonuklear dan fibroblas,
membalikkan permeabilitas kapiler dan stabilisasi lisosom pada tingkat sel
untuk mencegah atau mengendalikan peradangan.
(MIMS, 2021)
Data Farmakologi
ICS-LABA Indikasi: terapi asma
(Budesonide-Formoterol) Administrasi: inhalasi
Efek samping: sakit kepala, agitasi, lemah, bingung, pusing, mual, gangguan
tidur, palpitasi, takikardi; tremor, kram; infeksi kandida pada oropharing, iritasi
tenggorokan, batuk, serak, spasme bronkus, urtikaria, pruritus.
Penyimpanan: simpan pada suhu kamar 20-25oC
Mekanisme kerja: Budesonide adalah kortikosteroid yang menunjukkan
aktivitas glukokortikoid kuat dan mineralokortikoid lemah. Ini mengontrol laju
sintesis protein, menekan migrasi leukosit/fibroblas polimorfonuklear, dan
membalikkan permeabilitas kapiler dan stabilisasi lisosom seluler untuk
mengendalikan peradangan. Formoterol adalah agonis adrenoseptor 2
selektif kerja lama. Ini melemaskan otot polos bronkus dengan stimulasi
adenil siklase, sehingga meningkatkan tingkat siklik-3'-5'-adenosin
monofosfat (cAMP).
(PIONAS, 2015; MIMS, 2021)
Data Farmakologi
SABA Indikasi: meredakan gejala asma ringan, sedang atau berat, dan pencegahan
(Salbutamol Inhaler) bronkospasme akibat asma bronkial, bronkitis kronis, PPOK reversibel dan profilaksis
akut terhadap bronkospasme.
Administrasi: inhalasi (nebulizer, inhaler, per oral)
Efek samping: tremor dan sakit kepala, palpitasi, iritasi mulut dan tenggorokan, rasa
gelisah, rasa tidak enak pada lambung.
Penyimpanan: simpan pada suhu kamar 15-25oC, hindari paparan cahaya matahari
maupun panas yang ekstrim, dingin atau suhu kelembaban.
Lama penggunaan: Gunakan saat serangan asma
Mekanisme kerja: Salbutamol adalah simpatomimetik kerja langsung yang bekerja
pada reseptor 2 untuk mengendurkan otot polos bronkus dengan efek yang kurang
menonjol pada jantung. Ini mengaktifkan adenil siklase, enzim yang merangsang
produksi siklik adenosin-3', 5'-monofosfat (cAMP). Peningkatan cAMP menyebabkan
aktivasi protein kinase A, yang menghambat fosforilasi miosin dan menurunkan
konsentrasi ion Ca intraseluler, menghasilkan relaksasi otot.

(MIMS, 2021)
Data Farmakologi
Parasetamol Administrasi: Oral
Efek samping : Pusing, gangguan penglihatan, delirium, insomnia, mual,
depresi mental, sedasi, disforia, lemah, agitasi, gugup, muntah, hipotensi,
konstipasi, reaksi hipersensitif
Kontraindikasi : Asma bronkial akut, cedera kepala, disfungsi hati, hamil dan
laktasi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya
Lama Penggunaan : Dihentikan ketika nyeri sudah mereda
Mekanisme Kerja : Parasetamol melakukan aktivitas analgesik dengan
menyumbat perifer dari generasi impuls nyeri. Ini menghasilkan antipiresis
dengan menghambat pusat pengatur panas hipotalamus.
(MIMS, 2021)
Terapi Non-Farmakologi

Edukasi kepada pasien untuk meningkatkan


Hindari pencetus dari lingkungan seperti hewan Bagi perokok, harap dihentikan
pengobatan, skill pengelolaan andiri, penggunaan
berbulu atau berambut
layanan kesehatan

Makanan yang harus dihindari :


- Susu
- Telur
- Kacang-kacangan
- Coklat
- Ikan laut
Olahraga ringan seperti jalan
Menjaga pola hidup sehat
santai atau berenang
(DiPiro et al, 2017; DiPiro et al, 2015; Kurniasari, 2016)
FITOTERAPI

Daun Kemuning
Tumbuhan kemuning mengandung
turunan kumarin yang bisa
menghambat pelepasan histamin
Jinten Hitam dari sel sehingga dijadikan sebagai
anti inflamasi. Daun kemuning
Jinten Hitam merupakan tanaman herbal yang digunakan sebagai obat
yang memiliki efek farmakologis seperti anti asma adalah daun yang telah tua
inflamasi dan sebagai imunomodulator dengan ciri warna sudah hijau
karena adanya kandungan Thymoquinone pekat. (Safitri dkk, 2020).
yang diharapkan bisa menekan reaksi
inflamasi yang timbul pada penderita asma
(Marlinda, 2015).
FITOTERAPI
Jahe Merah
Jahe merah merupakan tanaman herbal yang
mudah didapat dan banyak digunakan
sebagai obat tradisional. Terdapat kandungan
dalam ekstrak jahe merah yaitu 6-gingerol,
9-gingerol dan 6-shogaol dapat bekerja
Buah Cermai sinergi dengan beta-agonis yang bekerja
dengan relaksasi otot polos (ASM) sehingga
Cermai telah digunakan untuk pengobatan
dapat menjadi suatu terapi mengurangi gejala
beberapa penyakit yang berhubungan
asma. Selain itu kandungan dalam ekstrak
dengan inflamasi seperti asma. Buah cermai
jahe merah bisa membantu penderita asma
mengandung asam askorbat, flavonoid,
bernafas lebih mudah (Kartini, 2017).
adenosin dan kalsium yang dapat
berperan sebagai anti inflamasi yang
mencegah sekresi histamin dan
menurunkan IgE sehingga bermanfaat
untuk mengurangi kejadian asma (Rahmah,
2020).
FITOTERAPI

Ginkgo Biloba
Ginko dapat memperbaiki asma pada orang
dewasa, mampu menghentikan terapi
kortikosteroid, menormalkan fungsi paru
pada anak-anak dengan atopik. Jika diberi
ekstrak ginkgo (oral, 240 mg / hari) selama 4
minggu menurunkan inflamasi saluran
udara pada penderita asma pasien (Bonne
dan Mills, 2013).
Monitoring Overview

(GINA, 2021)
Monitoring Asthma Control Questionnaire (ACQ) and Risk Factors

(GINA, 2021)
Monitoring Risk Factors

(GINA, 2021)
Monitoring setelah Eksaserbasi
➢ Lakukan monitoring pasien : Pasien paham penyebab eksaserbasi
a. Status klinis
b. Gejala dan fungsi paru
c. Respon terhadap terapi
d. Riwayat eksaserbasi Pasien mengetahui faktor resiko dari eksaserbasi
e. Kemampuan pasien melakukan
manajemen di rumah
➔ Apakah perlu dirawat atau boleh
dipulangkan Pasien paham tujuan pengobatan dan skill menggunakan inhaler

➢ Atur terapi lanjutan


➔ controller, dosis, penggunaan
inhaler, kepatuhan pasien, Kepatuhan pasien dalam mengikuti terapi
action plan

➢ Atur janji temu untuk follow-up


➔ 2-7 hari setelah eksaserbasi Pasien mengikuti action plan yang sudah ditulis

(GINA, 2021)
Monitoring berdasarkan Kemenkes
Pemeriksaan
Pemantauan Gejala Asma
Laboratorium Penunjang
a. Pemeriksaan fungsi/faal paru
dengan alat spirometer a. Gejala asma sehari-hari
b. Pemeriksaan arus puncak (mengi, batuk, rasa berat
ekspirasi dengan alat peak flow di dada dan sesak napas)
rate meter b. Asma malam, terbangun
c. Uji reversibilitas (dengan malam karena gejala asma
bronkodilator) c. Gejala asma pada dini
d. Uji provokasi bronkus (untuk
hari yang tidak
menilai ada/tidaknya
hipereaktivitas bronkus)
menunjukan perbaikan
e. Uji alergi (tes tusuk kulit/skin setelah 15 menit
prick test) untuk menilai ada pengobatan agonis beta-2
tidaknya alergi setelah terapi
f. Foto toraks

(Kemenkes RI, 2008)


Monitoring berdasarkan Kemenkes

Pemantauan Arus Puncak Ekspirasi Pemeriksaan Faal Paru dengan


(APE) dengan Peak Flow Meter Spirometri

● Untuk menilai berat asma, derajat variasi Sebaiknya spirometri dilakukan pada :
diurnal, respons pengobatan saat serangan ● Awal penilaian/kunjungan
akut, deteksi perburukan asimptomatik pertama
sebelum menjadi serius, respons
pengobatan jangka panjang ● Setelah pengobatan awal
● Dilakukan dengan peak flow meter diberikan, apabila gejala dan APE
● Nilai terbaik setiap penderita berbeda telah stabil
walaupun berat badan, tinggi badan dan ● Pemeriksaan berkala 1-2 tahun
jenis kelamin sama untuk menilai perubahan fungsi
● Pengukuran dilakukan pagi hari dan malam
jalan napas
hari setiap hari selama 2 minggu

(Kemenkes RI, 2008)


Monitoring Efek Samping
1. Efek samping ICS (Budesonide)
Sistemik → mudah memar; peningkatan risiko osteoporosis, katarak, dan glaukoma yang
berhubungan dengan usia; dan penekanan adrenal
Lokal → Sariawan dan disfonia
2. Efek samping SABA (Salbutamol)
→ Tremor dan takikardia
3. Efek samping SAMA (Ipratropium bromide)
→ Mulut terasa kering dan pahit
4. Efek samping ICS-LABA (Budesonide-Formoterol)
→ Aman jika digunakan dalam kombinasi
→ LABA tidak boleh digunakan tanpa kombinasi dengan ICS, karena LABA sendiri dapat menyebabkan
takikardia, sakit kepala, kram, dan resiko untuk munculnya efek samping yang lebih serius menjadi
meningkat

(GINA, 2020)
Monitoring

(Kemenkes RI, 2008)


Konseling
1. Perkenalan
2. Konfirmasi nama pasien, umur, alamat
3. Izin minta waktu untuk konseling
4. Menanyakan keluhan pasien
5. 3 prime questions
a. Bagaimana penjelasan dokter tentang obat anda?
b. Bagaimana penjelasan dokter tentang harapan setelah minum obat ini?
c. Bagaimana penjelasan dokter tentang cara minum obat ini?
6. Informasi nama obat, indikasi obat, exp date, penyimpanan
7. Informasi cara penggunaan obat (berikan jam minum obat) dan non farmakologi
8. Tanya riwayat alergi
9. Jelaskan kemungkinan efek samping dan apabila lupa minum obat
10. Konfirmasi ulang
11. Penutup
Konseling
Perkenalan
Selamat pagi. Perkenalkan saya …. sebagai apoteker dari apotek Pharma. Apakah ada yang
bisa kami bantu?

Selamat pagi, Bu. Saya ingin menebus resep obat dari dokter.

Konfirmasi Nama Pasien, Umur, Alamat

Mohon maaf sebelumnya. Nama pasiennya siapa ya?

Nama pasiennya ….
Konseling
Konfirmasi Nama Pasien, Umur, Alamat

Untuk umurnya berapa, Bu?

Umurnya 25 tahun.

Baik bu terima kasih, selanjutnya alamat tempat tinggalnya dimana ya?

Alamatnya di Jalan Cendana No.66


Konseling
Konfirmasi Nama Pasien, Umur, Alamat

Baik bu terima kasih. Saya konfirmasi kembali, dengan …, berusia 25


tahun dan alamatnya di Jalan Cendana No.66

Iya betul, Bu.

Izin Minta Waktu Untuk Konseling

Bu, saya ingin meminta waktu ibu untuk mengikuti konseling. Apakah ibu
bersedia?

Iya bersedia, Bu.


Konseling
Izin Minta Waktu Untuk Konseling

Kalau boleh, mari kita lanjutkan. Jika ibu sedang terburu-buru apakah
bersedia untuk melanjutkan konseling melalui telepon?

Bersedia, Bu.

Menanyakan Keluhan Pasien

Untuk keluhan yang dirasakan oleh pasien bagaimana ya, Bu?

Pasien tiba-tiba sesak napas dan berat untuk bernapas saat dia
sedang beristirahat.
Konseling
Menanyakan Keluhan Pasien

Baik, Bu. Apakah selama setahun terakhir pasien sering mengalami


serangan?

Selama setahun terakhir pasien mengalami 2x serangan dan saat ini


juga mengalami gejala serangan sampai harus ke rumah sakit.

Baik, Bu. Terima kasih


Konseling
3 Prime Question

Apa yang disampaikan dokter mengenai obat pasien?

Pengobatan yang sedang dijalani pasien adalah citicoline o-dis 1000mg 1x sehari,
omega-3, dha dan epa 1000 mg 1x sehari, dan baru diresepkan tambahan asam asetil
salisilat 300 mg jika pasien merasa pusing.
Konseling
3 Prime Question

Apa yang disampaikan dokter mengenai obat pasien?

Saat perawatan di rumah sakit, pasien diberikan Salbutamol + Ipratropium bromide nebulizer,
Budesonide nebulizer, dan Oksigen.

Apakah dokter sudah menjelaskan mengenai obat yang akan diberikan?

Sudah, tapi ada beberapa yang saya lupa penjelasannya.


Konseling
3 Prime Question

Baik bu, terima kasih. Saya akan menjelaskan kembali cara pakainya.

Informasi Nama Obat, Indikasi Obat, Exp Date, Penyimpanan


Obat yang diberikan adalah budesonide/formoterol, salbutamol, dan paracetamol.
Untuk budesonide/formoterol disimpan pada suhu kamar, untuk salbutamol
disimpan pada suhu kamar dan hindari paparan sinar matahari, dan untuk
paracetamol disimpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya.

Baik, Bu.
Konseling
Informasi Penggunaan Obat

Jadi bu, pasien akan diberikan budesonide/formoterol inhaler dalam


bentuk dry powder inhaler digunakan 1-2 inhalasi 2 kali sehari. Cara
menggunakannya akan saya jelaskan.
Konseling
Informasi Penggunaan Obat

Selanjutnya diberikan salbutamol inhaler dalam bentuk metered dose


inhaler digunakan 4-8 inhalasi setiap 30 menit-4 jam. Salbutamol inhaler
ini digunakan jika terjadi serangan secara tiba-tiba. Cara
menggunakannya akan saya jelaskan
Konseling
Informasi Penggunaan Obat

Selanjutnya diberikan paracetamol diminum 2 tablet 3x sehari

Baik, Bu. Terima kasih penjelasannya.

Tanyakan Riwayat Alergi

Apakah pasien memiliki riwayat alergi, seperti alergi terhadap


obat-obatan sebelumnya?

Tidak ada, Bu.


Konseling
Jelaskan Kemungkinan Efek Samping

Ada beberapa efek samping yang mungkin terjadi dari konsumsi


Budesonide/Formoterol dan Salbutamol, yaitu sakit kepala, tremor, rasa gelisah,
dan rasa tidak enak pada lambung. Untuk efek samping yang mungkin terjadi dari
konsumsi paracetamol adalah pusing, insomnia, mual, muntah

Baik, Bu.
Konseling
Konfirmasi Ulang
Baik bu, jadi obat yang diberikan adalah inhaler Budesonide dan
Salbutamol dengan cara pemakaiannya dihisap seperti yang telah saya
jelaskan tadi. Boleh tolong ibu menjelaskan ulang apa saja obat yang
diberikan dan cara menggunakannya?

(Menjelaskan ulang)

Jelaskan Kemungkinan Efek Samping

Baik, Bu. Jangan lupa perhatikan ketentuan obatnya ya. Jika ada keluhan
lain segera hubungi dokter. Semoga …. lekas sembuh.

Baik, Bu. Terima kasih.


Edukasi
● Edukasi pada waktu, tempat khusus
● Alat peraga, poster
● Waktu kunjungan terjadwal, berisi bahan
edukasi dan demonstrasi.

Tujuan edukasi kepada penderita atau keluarga


bertujuan untuk:
1. Meningkatkan pemahaman (mengenai penyakit
asma secara umum dan pola penyakit asma
sendiri)
2. Meningkatkan keterampilan (kemampuan dalam
penanganan asma)
3. Meningkatkan kepuasan
4. Meningkatkan rasa percaya diri

(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003)


Edukasi - Waktu Kunjungan Berobat

KUNJUNGAN PERTAMA
(first follow up): 1- 2
KUNJUNGAN AWAL KUNJUNGAN KEDUA KUNJUNGAN
minggu setelah kunjungan
(second follow up) BERIKUTNYA
awal

KEBERHASILAN EDUKASI
mengacu kepada KEPATUHAN
PENGGUNA.
● Diagnosis diterima oleh pasien.
● Percaya bahwa asmanya dapat
berbahaya apabila tidak ditangani.
● Merasa dalam pengawasan.
● Percaya terhadap pengobatan.
● Komunikasi yang baik:
dokter-pasien.

(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003)


Daftar Pustaka
Bonne, K. dan Mills, S. 2013. Principles and Practice of Phytotherapy : Modern Herbal Medicine. Edinburgh : Elsevier.
Brunner & Suddarth. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
DiPiro, J.T., Yee, G. C., Posey, L. M., et al. 2020. Pharmacotherapy, 11th Edition. New York: McGraw Hill.
DiPiro, J.T., Yee, G. C., Posey, L. M., et al. 2015. Pharmacotherapy, 9th Edition. New York: McGraw Hill.
Encyclopedia Britannica. 2001. Asthma. Tersedia online di https://www.britannica.com/science/asthma. [Diakses pada 17 November
2021]
Global Initiative for Asthma (GINA). 2008. Pocket Guideline for Asthma Management and Prevention. Tersedia online di
https://ginasthma.org/wp-content/uploads/2019/01/2008-GINA.pdf [Diakses pada tanggal 17 November 2021]
GINA., 2020. Pocket Guide for Asthma Management and Prevention. USA: Global Initiative for Asthma
Kartini, P.R. and Pratama, E.B., 2017, November. POTENSI EKSTRAK JAHE MERAH SEBAGAI TERAPI ALAMI KEJADIAN
ASMA PADA ATLET. In Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian LPPM Universitas PGRI Madiun (pp. 284-290).
Kementerian Republik Indonesia. 2008. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Jakarta : Kemenkes RI.
Kurniasari, L. 2016. Hubungan Faktor Makanan Terhadap Kejadian Kambuh Ulang Asma pada Penderita Asma di Wilayah Kerja
Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi Tahun 2015. Scientia Journal. Vol.4(4) : 299-304
Marlinda, L. (2015). Efektivitas EkstrakEtanol Biji Jintan Hitam (Nigellasativa Linn.) Terhadap PeningkatanFagositosis
dalam Respon ImunTubuh.J Majority, 4(3).
Daftar Pustaka
National Asthma Education and Prevention Program. 2007. Expert Panel Report 3: Guidelines for the Diagnosis and Management of
Asthma. Bethesda (MD): National Heart, Lung, and Blood Institute.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. ASMA: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: PDPI.
Rahmadanita, F.F., dan Sumarno. 2019. Kajian Pustaka Efek Samping Aspirin : Aspirin-Exacerbated Respiratory Disease (AERD).
Pharmaceutical Journal of Indonesia. Vol. 5(1): 1-5.
Rahmah, A.Z. and Pratiwi, J.N., 2020. Potensi Tanaman Cermai dalam Mengatasi Asma. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 2(2),
pp.147-154.
Safitri, R.N., Dayana, M.E., Annisa, V.C., Aulia, D. and Jumiarni, D., 2020. Pemanfaatan Daun Kemuning Sebagai Obat Tradisional
Penyakit Asma. PENDIPA Journal of Science Education, 4(3), pp.27-31.
Sykes, and Johnston, 2008. Etiology of Asthma Exacerbations. tersedia https://www.aaaai.org/ online di [Diakses pada tanggal 17
November 2021]).
Willmott, R.W., et al. 2019. Kendig's Disorders of the Respiratory Tract in Children. Amsterdam: Elsevier Inc.
Wijaya, I. M. K. 2015. Aktivitas Fisik (Olahraga) Pada Penderita Asma. Proceedings Seminar Nasional. Vol.5 : 336-341

Anda mungkin juga menyukai