ASMA
KELOMPOK 1
KASUS
Seorang laki-laki usia 25 tahun dibawa ke RS karena tiba-tiba sesak napas dan
berat untuk bernapas saat dia sedang beristirahat. Pasien diketahui memiliki
keterbatasan dalam berbicara dan percakapan. Pasien didiagnosa asma sejak 1
tahun terakhir. Obat yang digunakan pasien selama ini hanya salbutamol inhaler
yang digunakan jika serangan tetapi untuk serangan kali ini pasien sudah
menggunakan inhaler tersebut 4 puff tanpa ada remisi gejala. Nilai FEV1 pasien
adalah 38%. Selama setahun terakhir pasien sudah mengalami 2x serangan dan
saat ini juga mengalami gejala serangan sampai harus ke RS.
Riwayat :
Pengobatan yang sedang dijalani : citicoline o-dis 1000mg 1x sehari, omega-3, dha
dan epa 1000 mg 1x sehari, dan baru diresepkan tambahan asam asetil salisilat 300
mg jika pasien merasa pusing.
Gejala asma dapat menjadi lebih buruk dengan terjadinya komplikasi terhadap asma tersebut sehingga
bertambahnya gejala terhadap distress pernafasan yang biasa dikenal dengan
Status Asmatikus
Faktor Lingkungan
(GOLD, 2020)
1. Bronkokonstriksi
2. Edema Saluran Napas
3. Hipereaktivitas Saluran Napas
4. Perubahan Struktur Saluran Napas
(GINA, 2020)
DIAGNOSIS
Anamnesis
Anamnesis ini dilakukan untuk mengetahui keluhan dan riwayat pasien.
Pemeriksaan Fisik
Secara umum pasien yang sedang mengalami serangan asma dapat ditemukan hal hal
seperti berikut
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan spirometer
- Pemeriksaan arus puncak ekspirasi
- Uji reversibillitas
- Uji provokasi bronkus
- Uji alergi
- Foto toraks
DIAGNOSIS
Berdasarkan kasus pasien memiliki nilai FEV1 sebesar 38%. Maka dari itu pasien
mengalami asma berat
Patogenesis
● Pasien mengalami sesak nafas tiba-tiba dan
berat untuk bernapas, diduga karena efek
samping dari penggunaan aspirin.
● AERD (Aspirin-Exacerbated Respiratory
Disease) → reaksi yang diakibatkan oleh
aspirin yang melibatkan mukosa saluran
pernafasan atas dan bawah dengan prevalensi
7-20% pada pasien asma
- Saluran pernafasan atas (hidung tersumbat,
rhinnorea dan bersin)
- saluran pernafasan bawah (laringospasme,
batuk, dan mengi)
● Patofisiologi AERD yaitu meliputi disregulasi
metabolisme eikasonoid, aktivasi sel efektor
seperti eosinophil, sel mast, dan platelet.
Dosis : Ipratropium bromide 500 mcg dan salbutamol 2.5 mg/2.5 mL larutan
untuk nebulisasi dengan pemakaian 2.5 mL 3 atau 4 kali sehari.
Reliever (SABA)
→ Salbutamol Inhaler
Dosis : 4-8 inhalasi setiap 30 menit - 4 jam; kemudian setiap 1-4 jam sesuai
kebutuhan
Controller (ICS-LABA)
→ Budesonide-Formoterol
Dosis: 80/4,5 mcg 1-2 inhalasi 2 kali sehari atau 160/4,5 mcg 1-2 inhalasi 2 kali
sehari
Salbutamol mengaktifkan adenil siklase, enzim yang merangsang produksi siklik adenosin-3',
5'-monofosfat (cAMP). Peningkatan cAMP menyebabkan aktivasi protein kinase A, yang
menghambat fosforilasi miosin dan menurunkan konsentrasi ion Ca intraseluler,
menghasilkan relaksasi otot polos.
(MIMS, 2021)
Data Farmakologi
ICS Dosis: 1-2 mg, pengulangan sesuai kebutuhan
(Budesonide Nebulizer) Indikasi: Asma bronkial
Administrasi: inhalasi (nebulizer)
Efek samping: Supresi adrenal, hiperkortisolisme, immunosuppression,
retardasi pertumbuhan pada anak, hiperglikemia, gangguan pengelihatan
(pengelihatan membayang, glaukoma, katarak), kandiasis oral, mual dan
muntah, GERD, konstipasi, reaksi hipersensitif (anafilaksis, angioedema,
bronkospasme, ruam, urtikaria).
Penyimpanan: simpan pada suhu kamar 20-25oC, hindari paparan cahaya.
Jangan dikulkaskan atau dibekukan
Lama penggunaan: Gunakan saat serangan asma
Mekanisme kerja: Budesonide adalah kortikosteroid dengan aktivitas
glukokortikoid kuat. Budesonide bekerja dengan mengontrol laju sintesis
protein, menghambat migrasi leukosit polimorfonuklear dan fibroblas,
membalikkan permeabilitas kapiler dan stabilisasi lisosom pada tingkat sel
untuk mencegah atau mengendalikan peradangan.
(MIMS, 2021)
Data Farmakologi
ICS-LABA Indikasi: terapi asma
(Budesonide-Formoterol) Administrasi: inhalasi
Efek samping: sakit kepala, agitasi, lemah, bingung, pusing, mual, gangguan
tidur, palpitasi, takikardi; tremor, kram; infeksi kandida pada oropharing, iritasi
tenggorokan, batuk, serak, spasme bronkus, urtikaria, pruritus.
Penyimpanan: simpan pada suhu kamar 20-25oC
Mekanisme kerja: Budesonide adalah kortikosteroid yang menunjukkan
aktivitas glukokortikoid kuat dan mineralokortikoid lemah. Ini mengontrol laju
sintesis protein, menekan migrasi leukosit/fibroblas polimorfonuklear, dan
membalikkan permeabilitas kapiler dan stabilisasi lisosom seluler untuk
mengendalikan peradangan. Formoterol adalah agonis adrenoseptor 2
selektif kerja lama. Ini melemaskan otot polos bronkus dengan stimulasi
adenil siklase, sehingga meningkatkan tingkat siklik-3'-5'-adenosin
monofosfat (cAMP).
(PIONAS, 2015; MIMS, 2021)
Data Farmakologi
SABA Indikasi: meredakan gejala asma ringan, sedang atau berat, dan pencegahan
(Salbutamol Inhaler) bronkospasme akibat asma bronkial, bronkitis kronis, PPOK reversibel dan profilaksis
akut terhadap bronkospasme.
Administrasi: inhalasi (nebulizer, inhaler, per oral)
Efek samping: tremor dan sakit kepala, palpitasi, iritasi mulut dan tenggorokan, rasa
gelisah, rasa tidak enak pada lambung.
Penyimpanan: simpan pada suhu kamar 15-25oC, hindari paparan cahaya matahari
maupun panas yang ekstrim, dingin atau suhu kelembaban.
Lama penggunaan: Gunakan saat serangan asma
Mekanisme kerja: Salbutamol adalah simpatomimetik kerja langsung yang bekerja
pada reseptor 2 untuk mengendurkan otot polos bronkus dengan efek yang kurang
menonjol pada jantung. Ini mengaktifkan adenil siklase, enzim yang merangsang
produksi siklik adenosin-3', 5'-monofosfat (cAMP). Peningkatan cAMP menyebabkan
aktivasi protein kinase A, yang menghambat fosforilasi miosin dan menurunkan
konsentrasi ion Ca intraseluler, menghasilkan relaksasi otot.
(MIMS, 2021)
Data Farmakologi
Parasetamol Administrasi: Oral
Efek samping : Pusing, gangguan penglihatan, delirium, insomnia, mual,
depresi mental, sedasi, disforia, lemah, agitasi, gugup, muntah, hipotensi,
konstipasi, reaksi hipersensitif
Kontraindikasi : Asma bronkial akut, cedera kepala, disfungsi hati, hamil dan
laktasi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya
Lama Penggunaan : Dihentikan ketika nyeri sudah mereda
Mekanisme Kerja : Parasetamol melakukan aktivitas analgesik dengan
menyumbat perifer dari generasi impuls nyeri. Ini menghasilkan antipiresis
dengan menghambat pusat pengatur panas hipotalamus.
(MIMS, 2021)
Terapi Non-Farmakologi
Daun Kemuning
Tumbuhan kemuning mengandung
turunan kumarin yang bisa
menghambat pelepasan histamin
Jinten Hitam dari sel sehingga dijadikan sebagai
anti inflamasi. Daun kemuning
Jinten Hitam merupakan tanaman herbal yang digunakan sebagai obat
yang memiliki efek farmakologis seperti anti asma adalah daun yang telah tua
inflamasi dan sebagai imunomodulator dengan ciri warna sudah hijau
karena adanya kandungan Thymoquinone pekat. (Safitri dkk, 2020).
yang diharapkan bisa menekan reaksi
inflamasi yang timbul pada penderita asma
(Marlinda, 2015).
FITOTERAPI
Jahe Merah
Jahe merah merupakan tanaman herbal yang
mudah didapat dan banyak digunakan
sebagai obat tradisional. Terdapat kandungan
dalam ekstrak jahe merah yaitu 6-gingerol,
9-gingerol dan 6-shogaol dapat bekerja
Buah Cermai sinergi dengan beta-agonis yang bekerja
dengan relaksasi otot polos (ASM) sehingga
Cermai telah digunakan untuk pengobatan
dapat menjadi suatu terapi mengurangi gejala
beberapa penyakit yang berhubungan
asma. Selain itu kandungan dalam ekstrak
dengan inflamasi seperti asma. Buah cermai
jahe merah bisa membantu penderita asma
mengandung asam askorbat, flavonoid,
bernafas lebih mudah (Kartini, 2017).
adenosin dan kalsium yang dapat
berperan sebagai anti inflamasi yang
mencegah sekresi histamin dan
menurunkan IgE sehingga bermanfaat
untuk mengurangi kejadian asma (Rahmah,
2020).
FITOTERAPI
Ginkgo Biloba
Ginko dapat memperbaiki asma pada orang
dewasa, mampu menghentikan terapi
kortikosteroid, menormalkan fungsi paru
pada anak-anak dengan atopik. Jika diberi
ekstrak ginkgo (oral, 240 mg / hari) selama 4
minggu menurunkan inflamasi saluran
udara pada penderita asma pasien (Bonne
dan Mills, 2013).
Monitoring Overview
(GINA, 2021)
Monitoring Asthma Control Questionnaire (ACQ) and Risk Factors
(GINA, 2021)
Monitoring Risk Factors
(GINA, 2021)
Monitoring setelah Eksaserbasi
➢ Lakukan monitoring pasien : Pasien paham penyebab eksaserbasi
a. Status klinis
b. Gejala dan fungsi paru
c. Respon terhadap terapi
d. Riwayat eksaserbasi Pasien mengetahui faktor resiko dari eksaserbasi
e. Kemampuan pasien melakukan
manajemen di rumah
➔ Apakah perlu dirawat atau boleh
dipulangkan Pasien paham tujuan pengobatan dan skill menggunakan inhaler
(GINA, 2021)
Monitoring berdasarkan Kemenkes
Pemeriksaan
Pemantauan Gejala Asma
Laboratorium Penunjang
a. Pemeriksaan fungsi/faal paru
dengan alat spirometer a. Gejala asma sehari-hari
b. Pemeriksaan arus puncak (mengi, batuk, rasa berat
ekspirasi dengan alat peak flow di dada dan sesak napas)
rate meter b. Asma malam, terbangun
c. Uji reversibilitas (dengan malam karena gejala asma
bronkodilator) c. Gejala asma pada dini
d. Uji provokasi bronkus (untuk
hari yang tidak
menilai ada/tidaknya
hipereaktivitas bronkus)
menunjukan perbaikan
e. Uji alergi (tes tusuk kulit/skin setelah 15 menit
prick test) untuk menilai ada pengobatan agonis beta-2
tidaknya alergi setelah terapi
f. Foto toraks
● Untuk menilai berat asma, derajat variasi Sebaiknya spirometri dilakukan pada :
diurnal, respons pengobatan saat serangan ● Awal penilaian/kunjungan
akut, deteksi perburukan asimptomatik pertama
sebelum menjadi serius, respons
pengobatan jangka panjang ● Setelah pengobatan awal
● Dilakukan dengan peak flow meter diberikan, apabila gejala dan APE
● Nilai terbaik setiap penderita berbeda telah stabil
walaupun berat badan, tinggi badan dan ● Pemeriksaan berkala 1-2 tahun
jenis kelamin sama untuk menilai perubahan fungsi
● Pengukuran dilakukan pagi hari dan malam
jalan napas
hari setiap hari selama 2 minggu
(GINA, 2020)
Monitoring
Selamat pagi, Bu. Saya ingin menebus resep obat dari dokter.
Nama pasiennya ….
Konseling
Konfirmasi Nama Pasien, Umur, Alamat
Umurnya 25 tahun.
Bu, saya ingin meminta waktu ibu untuk mengikuti konseling. Apakah ibu
bersedia?
Kalau boleh, mari kita lanjutkan. Jika ibu sedang terburu-buru apakah
bersedia untuk melanjutkan konseling melalui telepon?
Bersedia, Bu.
Pasien tiba-tiba sesak napas dan berat untuk bernapas saat dia
sedang beristirahat.
Konseling
Menanyakan Keluhan Pasien
Pengobatan yang sedang dijalani pasien adalah citicoline o-dis 1000mg 1x sehari,
omega-3, dha dan epa 1000 mg 1x sehari, dan baru diresepkan tambahan asam asetil
salisilat 300 mg jika pasien merasa pusing.
Konseling
3 Prime Question
Saat perawatan di rumah sakit, pasien diberikan Salbutamol + Ipratropium bromide nebulizer,
Budesonide nebulizer, dan Oksigen.
Baik bu, terima kasih. Saya akan menjelaskan kembali cara pakainya.
Baik, Bu.
Konseling
Informasi Penggunaan Obat
Baik, Bu.
Konseling
Konfirmasi Ulang
Baik bu, jadi obat yang diberikan adalah inhaler Budesonide dan
Salbutamol dengan cara pemakaiannya dihisap seperti yang telah saya
jelaskan tadi. Boleh tolong ibu menjelaskan ulang apa saja obat yang
diberikan dan cara menggunakannya?
(Menjelaskan ulang)
Baik, Bu. Jangan lupa perhatikan ketentuan obatnya ya. Jika ada keluhan
lain segera hubungi dokter. Semoga …. lekas sembuh.
KUNJUNGAN PERTAMA
(first follow up): 1- 2
KUNJUNGAN AWAL KUNJUNGAN KEDUA KUNJUNGAN
minggu setelah kunjungan
(second follow up) BERIKUTNYA
awal
KEBERHASILAN EDUKASI
mengacu kepada KEPATUHAN
PENGGUNA.
● Diagnosis diterima oleh pasien.
● Percaya bahwa asmanya dapat
berbahaya apabila tidak ditangani.
● Merasa dalam pengawasan.
● Percaya terhadap pengobatan.
● Komunikasi yang baik:
dokter-pasien.