Anda di halaman 1dari 8

K12.

1 Diagnosis dan
Tatalaksana Asma
dr Indah

Topic Pembahasan
Definisi  Asma adalah kelainan heterogen yang ditandai dengan inflamasi kronik pada
saluran napas (2019).
 Asma adalah penyakit heterogen yang ditandai dengan inflamasi kronik pada
saluran napas (dikasi obat antiinflamsi)
 Ditnanda dengan riwayat: mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk
bervariasi dan variasi hambatan aliran udara ekspirasi
 Eksaserbasi adalah keadaan yang ditandai dengan peningkatan progresif
gejala sesak napas, batuk, mengim, penurunan progresif fungsi paru
sehingga butuh perubahaan pengobatan. Terjadi vasodilatasi dan
peningkatan sekresi mungkus dan bronkokonstriksi.
Proses  Pencetus asma: polutan, infeksi virus dan bakteri
Peradangan pada  Gejala: mengi akibat bronkokontriksi
Asma  Inflamasi  keluar mediator inflamasi  hipersekresi, edem
fenotip asma dibagi menjadi
1. Asma alergi (paling mudah dikenali; sering dimulai dari anak-anak; dimulai
RA, alergi makanan, dermatitis atopik, dan alergi obat)
2. Non alergi
3. Onset lambat (mostly adult female; tidak ada riwayat alergi dan butuh
kortikosteroid dosis tinggi)
4. Obstruksi saluran napas menetap (asma dgn gejala yg lama menyebabkan
obstruksi saluran napas yg menetap akibat remodelling)
5. Asma dgn obes (org obes memiliki keluhan napas menonjol dan eusinofilin yg
tinggi (inflamasi))
FR 1. Pejamu (genetik, alergi, hipereaktivitas bronkus, jenis kelamin, ras)
2. Lingkungan (alergen, sensitisasi lingkungan kerja, asma kerja, asap rokok,
infeksi pernapasan, diet, status ekonomi)
*alergen: pasien yg dicuriga asma tanyakan apakah kalo kena debu dan dingin
batuk>
*asma kerja hanya terjadi ketika bekerja. Ketika libur nanti hilang
Faktor pencetus  Sangat bervariasi
eksaserbasi  Individual
- Debu
- Makanan
- Bulu binatang
- Kelelahan
- Khas pada anak: sesek abis main bola, atau tertawa terbahak-bahak
- Stres psikis/emosi
edukasi pasien untuk menghindari pencetusnya.
Diagnosis A. Anamnesis
 Gejala utama: sesak napas, batuk (di malam hari), rasa tertekan di
dada, mengi (wheezing – napas berbunyi ngik ngik), bersifat episodik
dan bervariasi.
B. PF
 Normal (tidak ada sarangan)
 ada tanda obstruksi (ketika serangan): ekspirasi memanjang, mengi,
hiperinflasi
C. PP
 Dasar: foto toraks normal/ hiperinflasi
 APE (arus puncak ekspirasi): menurun (dgn pemberian bronkodilator,
APE >20%).
 VEP1 : KVP <75% dan dgn pemberian bronkodilator >12% dan 200 mL
*15 menit setelah diberi bronkodilator, lakukan pemeriksaan ulang
D. Penunjang lain
 Eusinofil >300 (pada asma alergi)
 Uji provoksai bronkus
 Uji kulit
 FeNO
Gejala  Trias gejala asma
1. Batuk
2. Wheezing
3. Napas pendek
 Gejla lebih berat di malam hari
 Gejala bervariasi menurut waktu dan intensitas
 Gejala dicetuskan oleh infeksi virus, aktivitas fisik, pajanan alergi,
perubahan cuara, emosi, iritan
Diagnosis - PF  PF bisa normal/wheezing
 Ada restraksi intercostalis
 Wheezing bisa karena PPOK, Obstrksi endobronchial akibat tumor, ISP 
wheezing bisa tidak ditemukan pada derajat berat
Derajat Asma

Tatalaksana a) Tujuan Pengobatan Jangka Panjang


1. Mencapai kontrol penu asma dan mempertahankan level aktivitas ormal
2. Mengurangi risiko kematian krn asma, eksaserbasi, mengurangi aliran
napas dan efek samping
b) Eksaserbasi
Menilai tingkat  Apakah asma terkontrol? Tanyakan hal berikut:
kontrol asma 1. Apakah gejala di siang hari? Selama 2x per minggu)
2. Perna kebangun malem hri karena asma ga?
3. Apakah SABA dipake untuk gejala >2x dalam seminggu?
4. Apakah ada pembatasan aktivitas ga?
 Jika
a. Tidak semua = terkontrol baik
b. Ya (1-2) = terkontrol sebagia
c. Ya (3-4) = tidak terkontrol
menilai ontrol  Asma control test pake pertanyaan juga, yaitu:
asma dengan ACT 1. Apakah dlm 4 minggu terakhir, seberapa sering asma mengganggu u/
melakukan egiatan sehari-hari?
2. Apakah dlm 4 minggu sekali mengalami sesak napas?
3. Dalam 1 bulan, seberapa sering bergejala?
4. Dalam 1 bulan, brp kali pake obat semprot?
5. Bagaimana tingkat kontrol anda dlm sebulan terakhir?
 Tiap jawaban, memiliki nilai berbeda.
 Jika:
 25 = terkontrol penuh
 20-24 = terkontrol baik
 <19 = tidak terkontrol
Obat a. Controller:
 2x sehari
 Maintennce
 Mengurangi inflamasi
 Ada yg di combine dgn Laba
 Menurunkan risiko eksaserbasi dan penurunan fungsi paru
b. Obat pelega
 Ketika gejala memburuk/ ada serangan = pencegahan jangka pendek
 u/ Bronkokontriksi yg dipicu oleh exercise
 Atau sebelum aktivitas, pake dulu
c. Terapi tambahan u/ asma berat
 u/ pasien dgn gejla menetap, eksaserbasi, dan FR yg dpt dimodifikasi
tanyakan:
1. apakah pasien bisa pakenya?
2. Edukasi cara pakenya  kalo sering pake pelega, nanti inflamasi tidak
terkontrol krena tidak minum obat control.
3. Jlaskan fungsi masing-masing obat
Jenis A. Kontroler
 Kortikosteroid inhalasi
 Kostikosteroid sistemik
 Sodium kromoglikat
 LABA + kortikosteroid inhalasi (BANYAK); yg ada di BPJS dr obat ini
aadalah seretide (salmoterol + kortikasol) dan simbikord (formoterol
dan Budesonid); formoterol ini LABA tp onset cepat, jadi bisa sebagai
reliever juga.
 Agois beta2 kerja lama orat
 Anti leukotrien
 Anti muskaridik
 Anti IgE
B. Pelega
 SABA
 Kortiko sistemik  kalo uda pake bronkodilator, tp blum ngefek
Bentuk alat  Nebulizer
 MDI (dikocok dulu baru disemprot)
 Diskus
 Turbuhaler
 Rapihaler
 Respimate
 Swinghaler
 rotahaler
Tatlak Asma  tatalaksana asma: asses, adjust, review response
Stabil  asses :
1. konfirmasi diagnosis (anamnesis, pf, pp)
2. kontrol gejala dan FR yg bisa dimodifikasi
3. penyakit penyerta dievaluasi (ada komorbid?)
4. pastikan pasien paham cara pake obat (kpn pake controller kpn pake
reliever)
5. kepatuhan pasien
6. jelaskan cara pake, efek samping (steroid inhalasi abis minum harus
kumur)
 adjust
1. tatalaksana thd fr yg dapat dimodifikasi
2. strategi non farmako
3. edukasi dan latihan keterampilan
4. medikasi u/ asma
 revie
1. gejala gimana? Membaik ga? Sering serangan?
2. Eksaserbasi
3. Efek samping
4. Cek fungsi paru
5. Apakah pasien puas? Apa pasien merasa manfaat?
pedoman  u/ semua tahap, gunakan antiinflamasi u/ tatalaksananya.
a. Tahap I  intermiten asma; kasih controler dan reliever; kao pake sarkobid
1 device aja
b. Tahap II  obat sama, dosis beda, dan pake SABA saat serangan
c. Tahap 3 = persisten sedang
d. Tahap 4 = persisten berat
intervensi non 1. Latihan napas
farmakologis 2. Diet sehat  pasien suruh mengamati makanan apa yg mencetuskan
3. Turunin BB
4. Menghindari polusi udara di dalam rumah
5. Vaksinasi
6. Termoplasti bronkus
7. Pengaturan stress emosi
8. Imunoterapi alergen
9. Menghindar alergen luar rumah
10. Menghindari polusi udara luar rumah
11. Menghindari makanan dan kimia
Peningkkatan  Devaluasi sampe 3 bulan
Pengobatan  Kalo ada eksaserbsi kontro dalam 2 miggu
 Pengobatan disesuaikan dari hari ke hari
Penurunan Dosis  Asma terkontrol baik dan fungsi paru baik  turunkan dosis dampe etemu
terapi saat asma dosis minimal yg masih efektif
terkontrol  Jika dosis diturunkan terlalu cepat, risiko serangan dapat mningkat
 Ketika pasien dievaluasi min 3 bulan, kalo membaik turunan pelan-pelan. kalo
naik lgi, naikin lagi dosisnya.
sma eksaserbasi  Adalah episode peningkatan progresif dari sesk napas, batuk, mengi, dada
berat, dan fx paru turun progresif.
 Pada saat seranga, terjadi bronkokontriski, vasodilatsai, eksudasi plasma,
dan hipersekresi mukus
 Jadi pada saat eksaserbasi gejaala muncul lebih berat.
 Inflamasi han hipereaktivitas bronkus mendasari gejala napas
patfis asma akut  Ketika eksaserbasi, PD vasodilatasi shg lapisan mukosa npas akan menebal 
menyepit saluran napas  meningkatkan kekakuan
klasifikasi a. Ringan sedang
- Bisa duduk
- Tidak gelisah
b. Berat
- RR >30x
liat: kalo pasien msih bisa ngomong  serngan ringan; kalo pasien susah ngomong
serangan berat
*cek ppt
terapi awal  Meningkatkan saturasi oksigen  saturasi oksigen >=92%
 u/ anak 94-98%
 kasih nebulizer (kalo gaada MDI semprot) isi SABA slama 1 jam, bole
diulang3x berturut2 tiap 20 menit
 kortikosteroid inhalasi dosis tinggi, intravena dan oral, ada juga yg nebulizer
 ipatropium bromide (kombiven dgn fentolid isi sabutamol)
 Mg IV (tidak rutin)
 Sedasi adalah KI
Derajat Ringan  APE: 60-80%
Sedang  Pf: gejala sedang (masi bis ngomong, dduk, tidak gelisah)
kasi oksigen
inalasi agonis b2 dalam 1 jam dikasi 3x bertut2
kortiko inalasi
teruskan 1-3 jam kalo gada perbaikan
derajat berat  Kortiko dosis tinggi
 Magnesium IV
penilaian ulang  Dilakukan setelah 1 jam  APE,
 Setelah penilaian ulang, kelompokkan pasien jadi
a. Respon baik: bole pulng
- Terapi bertahan sampe 1 jam
- PF normal (wheezing hilang, sesak hilang, uda bisa ngomong kalimat, tidak
stres, APE >60%, saturasi >92%)
Kriteria pulang:
- APE >60%
- Kondisi menetap dan baik
kalo dipulangkan
- Lanjutkan b2 inhalasi
- Kasi steroid oral
- Edukasi cara pke obat, rencana terapi, jadwal kontrol
b. Respon tidak baik
- Pasien risiko tinggi
- Pf: gejala ringan/ sedang, tp dikasi obat tidak diberi respon yg baik
- Saturasi tidak meningkat
- APE ,60%
- Peritmbangkan u/ dirawat/dirujuk
c. Respon buruk
- Pasien bersiko tinggi (gelisah, kesadaran turun)
- Ape <60^%
- Pco2 >45 mmHg
- PO2 < 60
- Ada tanda gagal napas
- Rwat di ICU
aminofilin  Bisa diberi bolus, diencerkan dgn infus
 Hati hati karena efek samping (kalo dikasi bolus terlalu cepat bisa mual,
muntah, dan hipotensi)
 Ketika dibutuhkan, gunakan drip aminofilin dgn dosis 0.5-0.9mg/kgBB
 1 ampul isiny 240ml
pasien 60kg
1 ampul aminofilin habis dlm waktu 240:30  8 jam
Rekomendasi - Jgn dicampur NaCL, air, atau mukolitik. Kalo steroid boleh dicampur
nebulissi saba - Kalo dicampur,
1. Konsentrasi larutan berkurang
2. Waktu inhalasi lama
3. Menurunkan saturasi oksigen
4. Batuk dan produksi sputum
rekomendasi  Pada pasien suspek/ confirm covid-19
nebulsasi selama 1. Tidak ada bukti bahwa penggunaan nebulizer meningkatkan transmiri
covid karena dari obat
2. Risiko penularan masih mungkin
3. Disarankan penggunaan pake MDI
4. Jika nebulisasi terpaksa dilakukan (pada kasus kegawatan)
- Lakukan di ruang khusus bertekanan negatif (risiko penularan kecil)
- Pake APD lengkap
- Jgn mendekati pasien (physical distancing)
 Kalo ga covid, pake nebulisasi gpp
kesimpulan  Eksaserbasi merupakan gejala perburukan
 Pilihan pertama eksaserbasi adalah SABA u/ merekdaka obstruksi dgn cepat
 Kalo uda stabil, kasi kontroler sesuai GINA
 Pada pasien covid, ttp bisa pake nebulizer dgn memperhatikan standard

Anda mungkin juga menyukai