Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

ASMA BRONKHIAL

Disusun Oleh Kelompok 2

ANDRI NATALIS
ARIES KURNIA
ATIKAH ISLAMIYAH
BAMBANG HARIYANTO
CATUR FITRIA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES BINA SEHAT PPNI

KAB. MOJOKERTO

2017

1
ASMA BRONKHIAL

1. Definisi:
Asma bronkial merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh tanggap
reaksi yang meningkat dari trakhea dan bronki terhadap berbagai macam
rangsangan yang manifestasinya berupa kesukaran bernapas, karena penyempitan
yang menyeluruh dari saluran napas. Penyempitan ini bersifat dinamis dan derajad
penyempitannya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun karena
pemberian obat-obatan. Kelainan dasarnya, tampaknya suatu perubahan status
imunologis si penderita. (United States Nasional Tuberculosis Assosiation 1967).

2. Klasifikasi
Secara etiologis asma bronkial dibagi dalam 3 tipe:
2.1 Asma bronkial tipe non atopi (intrinsik)
Pada golongan ini, keluhan tidak ada hubungannya dengan paparan
(exposure) terhadap alergen dan sifat-sifatnya adalah: serangan timbul setelah
dewasa, pada keluarga tidak ada yang menderita asma, penyakit infeksi sering
menimbulkan serangan, ada hubungan dengan pekerjaan atau beban fisik,
rangsangan psikis mempunyai peran untuk menimbulkan serangan reaksi asma,
perubahan-perubahan cuaca atau lingkungan yang non spesifik merupakan
keadaan peka bagi penderita.
2.2 Asma bronkial tipe atopi (Ekstrinsik).
Pada golongan ini, keluhan ada hubungannya dengan paparan terhadap
alergen lingkungan yang spesifik. Kepekaan ini biasanya dapat ditimbulkan
dengan uji kulit atau provokasi bronkial.
Pada tipe ini mempunyai sifat-sifat: timbul sejak kanak-kanak, pada famili ada
yang menderita asma, adanya eksim pada waktu bayi, sering menderita rinitis.
Di Inggris jelas penyebabya House Dust Mite, di USA tepungsari bunga rumput.
2.3 Asma bronkial campuran (Mixed)
Pada golongan ini, keluhan diperberat baik oleh faktor-faktor intrinsik
maupun ekstrinsik.

2
3. Patofisiologi

Genetika Allergen stress Aktivitas berat

Lingkungan
kerja

Peningkatan Antibodi

Ig.E abnormal

Pengeluaran berbagai macam zat, al : histamine, zat anafilaktik, faktor


hemotaksik,eosinophil dan bradikinin

Edema dinding Sekresi mucus yang Spasme otot polos


bronkiolus kecil kental dalam lumen bronkiolus
bronkiolus

Asma

Batuk dispnoe Barrel chest cyanosis Takikardi

Bersihan
Gangg. Gangg. Perfusi Nyeri akut Kecemasan
jalan
Pertukaran gas jaringan
nafas

3
4. Beberapa faktor yang sering menjadi pencetus serangan asma ialah:
a. Alergen, baik yang berupa inhalasi seperti debu rumah, tungau, serbuk sari,
bulu binatang, bulu kapas, debu kopi/teh, maupun yang berupa makanan
seperti udang, kepiting, zat pengawet, zat pewarna dsb.
b. Infeksi saluran napas, terutama oleh virus seperti Respiratory syncitial,
parainfluensa, dsb.
c. Ketegangan atau tekanan jiwa.
d. Olahraga/kegiatan jasmani, terutama lari.
e. Obat-obatan seperti penyekat beta, salisilat, kodein, dsb.
f. Polusi udara atau bau yang merangsang seperti asap rokok, semprot nyamuk,
parfum, asap industri, dsb.

5. Penatalaksanaan:
A. Waktu serangan.
1 Bronkodilator
a. Golongan adrenergik:
Adrenalin larutan 1 : 1000 subcutan. 0,3 cc ditunggu selama 15 menit,
apabila belum reda diberi lagi 0,3 cc jika belum reda, dapat diulang sekali
lagi 15 menit kemudian. Untuk anak-anak diberikan dosis lebih kecil 0,1 –
0,2 cc.
b. Golongan methylxanthine:
Aminophilin larutan dari ampul 10 cc berisi 240 mg. Diberikan secara
intravena, pelan-pelan 5 – 10 menit, diberikan 5 – 10 cc. Aminophilin
dapat diberikan apabila sesudah 2 jam dengan pemberian adrenalin tidak
memberi hasil.
c. Golongan antikolinergik:
Sulfas atropin, Ipratroprium Bromide. Efek antikolinergik adalah
menghambat enzym Guanylcyclase.
2 Antihistamin.
Mengenai pemberian antihistamin masih ada perbedaan pendapat. Ada yang
setuju tetapi juga ada yang tidak setuju.
3 Kortikosteroid.
Efek kortikosteroid adalah memperkuat bekerjanya obat Beta Adrenergik.
Kortikosteroid sendiri tidak mempunayi efek bronkodilator.
4 Antibiotika.
Pada umumnya pemberian antibiotik tidak perlu, kecuali: sebagai profilaksis
infeksi, ada infeksi sekunder.

4
5 Ekspektoransia.
Memudahkan dikeluarkannya mukus dari saluran napas. Beberapa
ekspektoran adalah: air minum biasa (pengencer sekret), Glyceril guaiacolat
(ekspektorans)
B. Diluar serangan
Disodium chromoglycate. Efeknya adalah menstabilkan dinding membran
dari cell mast atau basofil sehingga: mencegah terjadinya degranulasi dari cell
mast, mencegah pelepasan histamin, mencegah pelepasan Slow Reacting
Substance of anaphylaksis, mencegah pelepasan Eosinophyl Chemotatic
Factor).

PENGOBATAN NON MEDIKAMENTOSA:

A. Waktu serangan:
1.1 pemberian oksigen, bila ada tanda-tanda hipoksemia, baik atas dasar gejala
klinik maupun hasil analisa gas darah.
1.2 pemberian cairan, terutama pada serangan asma yang berat dan yang
berlangsung lama ada kecenderungan terjadi dehidrasi. Dengan menangani
dehidrasi, viskositas mukus juga berkurang dan dengan demikian
memudahkan ekspektorasi.
1.3 drainase postural atau chest physioterapi, untuk membantu pengeluaran dahak
agar supaya tidak timbul penyumbatan.
1.4 menghindari paparan alergen.

B. Diluar serangan
2.1 Pendidikan/penyuluhan.
Penderita perlu mengetahui apa itu asma, apa penyebabnya, apa
pengobatannya, apa efek samping macam-macam obat, dan bagaimana dapat
menghindari timbulnya serangan. Menghindari paparan alergen. Imti dari
prevensi adalah menghindari paparan terhadap alergen.
2.2 Imunoterapi/desensitisasi.
Penentuan jenis alergen dilakukan dengan uji kulit atau provokasi bronkial.
Setelah diketahui jenis alergen, kemudian dilakukan desensitisasi.
2.3 Relaksasi/kontrol emosi.
untuk mencapai ini perlu disiplin yang keras. Relaksasi fisik dapat dibantu
dengan latihan napas.

5
6. Pengkajian.
6.1 Anamnesis.
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk
mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi
pengobatan. Gejala asma sangat bervariasi baik antar individu maupun pada diri
individu itu sendiri (pada saat berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai
kepada sesak yang hebat yang disertai gangguan kesadaran. Keluhan dan gejala
tergantung berat ringannya pada waktu serangan. Pada serangan asma bronkial
yang ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak ada yang
khas. Keluhan yang paling umum ialah : Napas berbunyi, Sesak, Batuk, yang
timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan spontan atau dengan
pengobatan, meskipun ada yang berlangsung terus untuk waktu yang lama.

6.2 Pemeriksaan Fisik.


Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung
diagnosis asma dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna
untuk mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma
6.2.1 Sistim Pernapasan:
 Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan
seterusnya menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi
kental. Warna dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau
kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder.
 Frekuensi pernapasan meningkat
 Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
 Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang
disertai ronchi kering dan wheezing.
 Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi
bahkan mungkin lebih.
 Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
- Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter anteroposterior
rongga dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.
- Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot
bantu napas (antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi
suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan cuping hidung.
 Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan
dangkal dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent
chest), sianosis.

6
6.2.2 Sistem Kardiovaskuler:
 Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
 Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
- takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
- Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan tekanan darah
sistolik lebih dari 10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak lebih
daripada 5 mmHg, pada asma yang berat bisa sampai 10 mmHg atau
lebih.
 Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan irama
jantung.
6. 2.3 Sistem persarafan:
 Komposmentis
 Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
- cemas/gelisah/panik
- sukar tidur, banyak berkeringat dan susah berbicara
 Pada keadaan yang lebih berat kesadaran menurun, dari disorientasi dan apatis
sampai koma. Pada pemeriksaan mata mungkin ditemukan miosis dan edema
papil.

6.3 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


6.3.1 Laboratorium:
 Lekositosis dengan neutrofil yang meningkat menunjukkan adanya infeksi
 Eosinofil darah meningkat > 250/mm3 , jumlah eosinofil ini menurun dengan
pemberian kortikosteroid.
6.3.2 Analisa gas darah:
Hanya dilakukan pada penderita dengan serangan asma berat atau status asmatikus.
Pada keadaan ini dapat terjadi hipoksemia, hiperkapnia dan asidosis respiratorik.
Pada asma ringan sampai sedang PaO2 normal sampai sedikit menurun, PaCO2
menurun dan terjadi alkalosis respiratorik. Pada asma yang berat PaO2 jelas menurun,
PaCO2 normal atau meningkat dan terjadi asidosis respiratorik.
6.3.3 Radiologi:
Pada serangan asma yang ringan, gambaran radiologik paru biasanya tidak
menunjukkan adanya kelainan. Beberapa tanda yang menunjukkan yang khas untuk
asma adanya hiperinflasi, penebalan dinding bronkus, vaskulasrisasi paru.

7
6.3.4 Faal paru:
Menurunnya FEV1
6.3.5 Uji kulit:
Untuk menunjukkan adanya alergi
6.3.6 Uji provokasi bronkus:
Dengan inhalasi histamin, asetilkolin, alergen. Penurunan FEV 1 sebesar 20%
atau lebih setelah tes provokasi merupakan petanda adanya hiperreaktivitas
bronkus.

7. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sekrit dan bronchospasme
2. Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
selama serangan akut.
3. Ansietas berhubungan dengan kesulitan bernapas, takut menderita, dan /atau
takut serangan berulang.
4. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penatalaksanaan perawatan diri.

8
DAFTAR PUSTAKA

Karnen G. Baratawidjaya, Samsuridjal. (1994). Pedoman Penatalaksanaan Asma Bronkial. CV


Infomedika Jakarta.

Muhamad Amin. Hood Alsagaff. W.B.M. Taib Saleh. (1993). Pengantar Ilmu Penyakit Paru.
Airlangga University Press.

Tucker S.M. (1993). Standar Perawatan Pasien Proses Keperawatan, Diagnosis, dan Evaluasi.
EGC.

9
ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN:
1.1 Identitas
Nama : Tn. M
Umur : 37 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia.
Agama : Islam
Alamat : Mojokerto
Tgl.MRS : 14 Oktober 2012 pukul 22.30 WIB
Tgl. Pengkajian : 14 Oktober 2012 pkl. 22.30
Diagnosa Medik : asma bronkhial

1.2 Alasan MRS : Sesak nafas


1.3 Riwayat penyakit sekarang:
Pasien sesak nafas tiba-tiba sejak pukul 21.15 wib. Semula sesaknya hanya ringan saja tetapi
semakin bertambah intensitasnya sejak pkl. 22.00 wib. Dada seperti tertekan. Pasien
mengeluh batuk tanpa disertai sesak sejak 5 hari yang lalu,pasien sering mual tapi tidak
sampai muntah hanya tadi pkl 20.50 pasien habis makan kupang lontong dan baru merasa
sesak.

1.4 Riwayat penyakit dahulu :


Sejak usia 16 tahun pasien seorang perokok berat, pasien bekerja dipabrik tembakau selama 2
tahun dan sering mengeluhkan batuk lama dan sesak.

1.5 Pemeriksaan Fisik berdasarkan 6 sistem :


1) B1 ( breathing )/ system pernafasan :
Inspeksi : bentuk terdapat peningkatan diameter antero posterior, terdapat retraksi otot-
otot interkostalis, pernafasan regular fase memanjang ( cepat dan dalam )
terpasang o2 nasal 4lpm/mnt
Palpasi : fokal fremitus pada paru kiri dan kanan

10
Perkusi : normal
Auskultasi : Ronchi pada lobus inferior, terdapat wheezing pada kedua lapang paru

2) B2 ( BLOOD )/ sirkulasi:
CRT< 2 dtk , TD : 110/70 mmhg, N : 102x/mnt kuat dan regular, S: 38,7 ◦C
3) B3 ( Brain )/ neurosensory :
GCS: 4 –5– 6 , reaksi cahaya +/+
4) B4 ( BLADDER )/ Perkemihan:
Kencing lancar, jml 1000 ml, warna kuning jernih
5) B5 ( BOWEL )/ Pencernaan – Eliminasi alvi :
Infus . D5 500/24 jam.RL 500cc/24 jam, bising usus (+), b.a.b (-).
6) B6 ( BONE ) /Tulang – otot – integumen:
Kemampuan pergerakan ekstrimitas baik, tidak ada plegi/parese. Turgor baik

1.6 Pemeriksaan Lab. tanggal 14 Oktober 2012


Leukosit : 21.000/mm3
Eosinophil +

1.7 Foto Thoraks tanggal 14 Oktober 2012


Tampak hiperinflasi paru

1.8 Terapi:
D5 500ml /24 jam dan RL 500ml/24 jam
Oksigen nasal 4lpm

11
2. ANALISA DATA
Data Kemungkinan penyebab Masalah
DS: klien mengatakan Allergen Ketidakbersihan jalan
sesak nafas  nafas
DO: Peningkatan Ig E
 Klien sesak, retraksi abnormal
intercostae +,nafas 
regular fase Pengeluaran histamin
memanjang, Ronchi+, 
wheezing +, fokal Sekresi mucus kental
fremitus N:102x/mnt, dalam lumen bronkiolus
RR:36x/mnt
 Foto Thoraks:
Hiperinflasi paru
Lab : eosinophil +
DS: klien mengatakan Sekresi mucus , Ansietas /kecemasan
sesak dan habis makan bronkospasme
lontong kupang tambah
sesak, dada seperti dispnoe
tertekan
DO:
 Pernafasan regular fase
memanjang ( cepatdan
dalam),RR 36x/mnt N
102x/mnt
DS: klien mengatakan Kurangnya informasi Kurangnya pengetahuan
sudah batuk lama dan tentang penatalaksanaan
sesak, klien perokok berat, perawatan diri
klien bekerja dipabrik
tembakau

12
DO:
 Suhu 38,7c Nadi 102
x/m
Foto thorak hiperinflasi
paru

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ketidakbersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret pada bronkus
2) Ansietas / kecemasan berhubungan dengan kesulitan bernafas, takut menderita, serangan
berulang
3) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tetang
penatalaksanaan perawatan diri

13
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Ketidakbersihan jalan nafas b/d Respiratory status : Airway patency : Airway managemen :
penumpukan secret pada bronkus Setelah dilakukan asuhan 1. Posisikan klien untuk
keperawatan selama 3x24 jam memaksimalkan ventilasi ( posisi
diharapkan lendir dapat keluar dan semi fowler )
sesak nafas berkurang dengan 2. Auskultasi suara nafas, catat
indicator : adanya suara nafas tambahan
 Menunjukkan jalan nafas paten ( 3. Berikan bronkodilator bila perlu
klien tidak merasa tercekik, irama 4. Ajarkan batuk efektif
nafas, frekuensi pernafasan dalam 5. Anjurkan pasien minum air
rentang normal, tidak ada suara hangat
nafas abnormal)

2 Ansietas/ kecemasan b/d perubahan status Setalah dilakukan askep selama 1. Kaji tingkat kecemasan klien
kesehatan (kesulitan bernafas) 1x24 jam diharapkan ansietas/ 2. Beri dorongan untuk
kecemasan menurun dengan mengungkapkan masalah/
indicator : ketakutan
 Mampu mengidentifikasi gejala 3. Jelaskan jenis prosedur dari
cemas pengobatan
 TTV dalam batas normal 4. Beri dorongan spiritual

 Mampu menggunakan teknik 5. Ajarkan teknik relaksasi untuk

relaksasi untuk meredakan mengurangi ansietas

14
ansietas

3 Kurangnya pengetahuan b/d kurangnya Setelah dilakukan askep dalam 1. Bantu klien mengerti tentang
informasi tentang penatalaksanaan waktu 3x24 jam diharapkan klien tujuan perawatannya / ajarkan
perawatan diri mslskuksn perubahan pola hidup klien tentang penyakit dan
dengan indiakor : perawatannya
 Klien ikut berpartisipasi dalam 2. Diskusikan keperluan untuk
pengobatan berhenti merokok
 Klien mampu melakukan 3. Diskusikan faktor lingkungan
aktivitas pemantauan diri yang meningkatkan kondisi
4. Berikan informasi tentang
pembatasan istirahat

15
INTERVENSI KEPERAWATAN BERDASARKAN DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS
No NIC RASIONALISASI
1 Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi ( posisi semi fowler ) Duduk tinggi memungkinkan ekspansi
paru dan memudahkan pernapasan.
2 Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan Penurunan aliran udara terjadi pada area
konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas
bronkial dapat juga terjadi pada area
konsolidasi. Krekels,ronki, dan mengi
terdengar pada inspirasi/ekspirasi pada
respon terhadap pengumpulan cairan,
secret kental dan spasme jalan nafas
3 Berikan bronkodilator bila perlu Merilekskan otot halus dan menurunkan
kongesti local, menurunkan spasme jalan
nafas dan produksi mukus
4 Ajarkan batuk efektif Batuk adalah mekanisme pembersihan
jalan nafas alami, membantu silia untuk
mempertahanakan jalan nafas
5 Anjurkan pasien minum air hangat Cairan yang hangat memobilisasi,
memudahkan pengenceran dan
pembuangan sekret

16
5. HE pasien asma bronchial
Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya asma bronchial :
a. Berhenti merokok, dapat memperlambat proses perburukan penyakit, mencegah
komplikasi dan memperpanjang harapan hidup.
b. Latihan pernafasan ( pursed-lip breating dan diaphragmatic breating) :
 Pursed-lip breating : duduk tegak dengan otot leher dan bahu dalam kondisi
rileks. Tarik nafas secara perlahan melalui hidung selama 2 hitungan.
Hembuskan nafas melalui mulut ( seperti meniup lilin ) selama 4 hitungan atau
lebih.
 Diaphragmatic breating : duduk atau berbaring dalam kondisi nyaman dengan
kepala bersandar dan lutut ditekuk. Otot leher dan bahu dalam kondisi rileks.
Tempatkan salahsatu tangan diulu hati dan tangan lainnya didada. Tarik nafas
secara perlahan melalui hidung selama 2 hitungan. Lakkukan dengan cara yang
benar sampai merasa otot uluhati rileks dan mengembang dan posisi dada tidak
berubah. Kencangkan otot uluhati dan hembuskan nafas melalui mulut dengan
4 hitungan. Otot uluhati akan mengempis.
c. Perkusi dada untuk membantu mengeluarkan dahak atau lendir yang berlebihan dari
paru dengan cara rapatka kelima jari tangan membentuk mangkuk lalu tepuk-tepuk
dada dan punggung secara lembut.
d. Berolah raga sesuai dengan kemampuan missal bersepeda, berjalan ,dll
e. Mempertahankan berat badan yang ideal
f. Minum banyak air untuk membantu mengencerkan dahak
g. Konsumsi cukup protein ( daging, susu buah dan sayuran)
h. Memeriksakan diri ke dokter secara teratur
i. Melakukan perubahan perilaku hidup sehat
j. Memakai masker bila bekerja diruang yang berdebu

17

Anda mungkin juga menyukai