Definisi :
Asma bronkhiale, atau mungkin lebih akrab dengan “asma”, merupakan suatau keadan dimana saluran
napas mengalami penyempitan karena hipersensitivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan. Rangsangan tersebut dapat berupa debu, bulu binatang, asap, dan bahan lain penyebab alergi.
Gejala kemunculan sangat mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang secara tiba-tiba, jika tidak
mendapatkan pertolongan segera, resiko kematian bisa mengancam. Gangguan asma bronkhiale juga bisa
muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan bagian bawah.
Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernapasan, pembengkakan selaput lendir, dan
pembentukan timbunan lendir yang berlebihan (Irman Somarti, 2012).
Asma adalah suatu keadaan klinik yang ditandai oleh terjadinya penyempitan bronkus yang berulang
namun reversibel, dan diantara episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih
normal. Keadaan ini pada orang-orang yang rentang terkena asma mudah ditimbulkan oleh berbagai
rangsangan yang menandakan suatu keadaan hiperaktivitas bronkus yang khas (Solmon, 2015).
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai ciri brokospasme periodik
(kontraksi spasme pada saluran napas) terutama pada percabangan trakeobronkial yang dapat diakibatkan
oleh berbagai stimul seperti oleh faktor biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik dan psikologi (Irman
Somarti, 2012).
Patofisiologi :
a. Etiologi
Pada golongan ini, keluhan ada hubungannya dengan paparan (exposure) terhadap alergen yang spesifik.
Kepekaan ini biasanya ditimbulkan dengan uji kulit atau provokasi bronkhiale. Pada tipe ini mempunyai sifat –
sifat :
Pada golongan ini, keluhan tidak adanya hubungan dengan paparan (exposure) terhadap alergen dan sifat –
sifatnya adalah :
Merupakan bentuk asma yang paling sering terjadi. Asma campuran merupakan bentuk campuran antara
kedua jenis asma yaitu, asma atopik dan non atopik.
b. Tanda Gejala
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktivitas bronkus. Obstruksi jalan
napas dapat reversibel secara spontan maupun dengan pengobatan. Gejala – gejala asma antara lain :
c. Masalah Keperawatan
Alergen/Non alergen
Merangsang Ig E
o Pemeriksaan test kulit untuk menunjukkan adanya alergi dan adanya antibodi kadar Ig E yang
spesifik dalam tubuh
o Pemeriksaan kadar Ig E total dan Ig E serum untuk menyokong adanya penyakit atopi
o Pemeriksaan analisa gas darah dilakukan dengan pasien asma berat
o Pemeriksaan eosinofil dalam darah jumlah eosinofil total dalam darah sering meningkat
o Pemeriksaan sputum untuk menilai adanya misellium aspergilus fumigatus
o Radiologi dilakukan apabila ada kecurigaan terhadap proses patologik diparu
Penatalaksanaan :
Konsep Askep :
a. Pengkajian
o Identitas
Pada tahap ini perlu mengkaji tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa,
bahasa yang digunakan, pendidikan terakhir, dan pekerjaan pasien
o Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau
berobat ke Rumah Sakit. Biasanya pada pasien dengan asma bronkhiale didapatkan keluhan berupa sesak napas
dengan wheezing
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien dengan asma bronkhiale biasanya akan diawali dengan adanya tanda – tanda seperti
sesak napas dengan wheezing, batuk produktif, dada seperti tertekan. Perlu juga dikaji mulai kapan keluhan
timbul
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Masalah pernapasan yang pernah dialami
Pernah mengalami perubahan pola pernapasan
Pernah mengalami batuk dengan sputum
Pernah mengalami nyeri dada
Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala – gejala diatas
Riwayat penyakit pernapasan
Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC
Bagaimana frekuensi setiap kejadian
Riwayat kardiovaskuler
Pernah mengalami penyakit jantung atau peredaran darah
Gaya hidup
Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok
4. Riwayat kesehatan keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota kluarga yang menderita penyakit asma
o Pemeriksaan Fisik
1. Status kesehatan umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji serta bagaimana penampilan pasien secara umum
2. Sistem respirasi
Perlu dikaji baik secara inspeksi, palpasi, perkusi, serta auskultasi keadaan paru, frekuensi
pernapasan (respiratory rate), dan ada tidaknya suara napas tambahan
3. Sistem kardiovaskuler
Perlu dikaji tekanan darah, ada atau tidaknya pembengkakan pada ekstremitas, serta
frekuensi nadi (normal/takikardi/bradikardi)
4. Sistem pencernaan
Perlu dikaji ada atau tidaknya mual dan muntah, ada atau tiaknya kemampuan untuk makan
(distress)
5. Sistem neurologis
Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji, disamping juga diperlukan pemeriksaan GCS
6. Sistem muskuloskeletal
Perlu dikaji ada atau tidaknya edema, kekuatan otot dan kesimetrisan otot
7. Sistem integumen
Perlu dikaji warna kulit/membran mukosa, kebersihan , dan penurunan turgor
b. Diagnosa Keperawatan
o Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi mukus, kekentalan
sekresi, dan bronkospasme
o Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler
(bronchospasme)
o Perubahan nutrisi kurangdari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea, kelemahan, efek
samping obat, produksi sputum, anoreksia (mual muntah)
o Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama
(penurunan kerja silia, menetapnya sekret), tidak adekuatnya imunitas (kerusakan jaringan,
proses penyakit kronik, malnutrisi)
o Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan berhubungan dengan kurang informasi/idak
mengenal sumber informasi, salah mengerti tentang informasi, kurang mengingat/keterbatasan
kognitif
c. Perencanaan
o Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi mukus, kekentalan
sekresi, dan bronkospasme.
1) Kriteria hasil :
a) Mendemonstrasikan batuk efektif.
b) Mencari posisi yang nyaman untuk memudahkan peningkatan pertukaran udara.
c) Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.
2) Intervensi :
a) Instruksikan klien pada metode yang tepat dalam mengontrol batuk;
(1) Napas dalam dan perlahan sambil duduk setegak mungkin.
(2) Gunakan napas diafragmatik.
(3) Tahan napas selama 3-5 detik dan kemudian hembusan sebanyak mungkin melalui
mulut (sangkar iga bawah dan abdomen harus turun).
(4) Ambil napas kedua, tahan dan batuk dari dada (bukan dari belakang mulut /
tenggorokan) dan menggunakan napas pendek, batuk kuat.
(5) Demonstrasikan pernapasan pursed-lip.
b) Pertahankan hidrasi adekuat : meningkatkan masukan cairan 2 sampai 4 liter per hari
bila tidak dikontra indikasi penurunan curah jantung/gagal ginjal.
c) Auskultasi paru-paru sebelum dan sesudah tindakan.
d) Dorong / berikan perawatan mulut.
3) Rasional :
a) Batuk yang tidak terkontrol melelahkan dan inefektif, menimbulkan frustasi.
(1) Duduk tegak menggeser organ abdominal menjauhi paru
memungkinkan ekspansi lebih besar
(2) Pernapasan diafragmatik menurunkan frekuensi pernapasan dan
meningkatkan ventilasi alveolar.
(3) Peningkatan volume udara dalam paru meningkatkan
pengeluaran sekret.
(4) Pernapasan pursed-lip memanjangkan ekshalasi untuk menurunkan udara yang
terperangkap
b) Sekresi kental sulit untuk dikeluarkan dan dapat menyebabkan sumbatan
mukus yang dapat menimbulkan atelektasis.
o Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler (bronchospasme).
a) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan AGD (Analisa
Gas Darah) dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernafasan.
2.) Intervensi :
a) Kaji frekuensi kedalaman pernafasan
b) Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah
untuk bernafas.
c) Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk istirahat tidur
d) Awasi tanda-tanda vital.
3.) Rasional
a) Manifestasi distres pernapasan tergantung pada/indikasi derajat keterlibatan paru
dan status kesehatan umum.
b) Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret
untuk memperbaiki ventilasi (rujuk pada DK : bersihan jalan nafas tak efektif).
c) Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi oksigen untuk
memudahkan perbaikan infeksi.
d) Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan
mengganggu oksigenasi seluler. (Doenges E., 2000 : 168)
o Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea, kelemahan, efek
samping obat, produksi sputum, anoreksia / mual-muntah.
1) Kriteria hasil :
a) Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.
b) Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan berat
badan yang tepat.
2) Intervensi :
a) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini
b) Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan tempat khusus untuk sekali pakai
dan tisu
c) Berikan makanan porsi kecil tapi sering
d) Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat
3) Rasional :
a) Sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum dan obat.
b) Rasa tidak enak, bau dan penampilan adalah pencegahan utama terhadap
nafsu makan dan dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan napas.
c) Membantu untuk meningkatkan kalori total
d) Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu nafas abdomen dan gerak
diafragma, dan dapat meningkatkan dispnea. (Doenges M.E., 2000 : 159)
o Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama (penurunan
kerja silia, menetapnya sekret), tidak adekuatnya imunitas (kerusakan jaringan, peningkatan
pemajanan pada lingkungan, proses penyakit kronis, malnutrisi).
1) Kriteria hasil :
a) Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi.
2) Intervensi :
a) Awasi suhu
b) Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan tisu dan sputum.
c) Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.
d) Kolaborasi : Berikan antimikrobial sesuai indikasi
3) Rasional :
a) Demam dapat terjadi karena infeksi / dehidrasi
b) Mencegah penyebaran patogen melalui cairan
c) Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap
infeksi serta dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitivitas
atau diberikan secara profilaktik karena resiko tinggi (Doenges M.E., 2000 : 162)
o Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, tindakan berhubungan dengan kurang
informasi / tak mengenal sumber informasi, salah mengerti tentang informasi, kurang mengingat /
keterbatasan kognitif.
1) Kriteria hasil :
a) Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan tindakan.
b) Mengidentifkasi hubungan tanda / gejala yang ada dari proses penyakit dan
menghubungkan dengan faktor penyebab.
2) Intervensi :
a) Jelaskan / kuatkan penjelasan proses penyakit individu.
b) Instruksikan / kuatkan rasional untuk latihan napas, batuk efektif dan latihan kondisi
umum.
c) Anjurkan menghindari agen sedatif antiansietas kecuali diresepkan / diberikan oleh dokter
mengobatai kondisi pernapasan.
d) Tekankan pentingnya perawatan oral / kebersihan gigi.
e) Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi, misal : udara terlalu kering, angin,
lingkungan dengan suhu ekstrim, serbuk, asap tembakau, sprei aerosol, polusi udara,
dorong klien / orang terdekat untuk mencari cara mengontrol faktor ini dan faktor di
rumah. (Doenges M.E., 2000 : 162)
Sumber :
1. Arif Mansyoer(1999). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jilid I. Media Acsulapius.
FKUI. Jakarta.
2. Heru Sundaru(2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga.
BalaiPenerbit FKUI. Jakarta.