TINJAUAN TEORI
1.1.2 Etiologi
1) Infeksi virus saluran napas : Influenza.
2) Pemanjangan terhadap alergen tungau, debu rumah, bulu binatang.
3) Pemajan terhadap iritan asap rokok, minyak wangi.
4) Olah raga yang berlebihan
5) Stres/ ekspresi emosional : takut, marah, frustasi.
6) Obat-obat aspirin, anti inflamasi non steroid.
7) Lingkungan kerja : uap zat kimia.
8) Pengawaet makanan : sulfit.
9) Faktor lingkungan : perubahan suhu dalam lingkungan mis: udara dingin
10) Faktor keturunan
1.1.3 Fisiologi
Fisiologi pernafasan adalah serangkain proses interaksi dan koordinasi
yang kompleks yang mempunyai peranan sangat penting dalam
mempertahankan kestabilan, atau homeostasis lingkungan internal tubuh kita.
Sistem pernafasan yang berfungsi dengan baik dapat menjamin jaringan
memperoleh pasokan oksigen yang adekuat dan pembuangan karbundioksida
yang cepat. Proses ini sangat rumit, sehingga mekanisme kontrol harus dapat
memastikan terpeliharanya homeostasis sepanjang kondisi lingkungan dan
kebutuhan tubuh yang terus berubah. Pengaturan pertukaran gas antara sel-sel
tubuh dan darah yang bersirkulasi adalah ”inti” dari fisiologi pernafasan.
1
Fungsi yang kompleks ini tidak mungkin berjalan lancar tanpa adanya
integrasi antara berbagai sistem kontrol fisiologi yang mencakup keseimbangan
asam basa, air dan elektrolit, sirkulasi, dan metabolisme secara fungsional,
sistem pernafasan terdiri atas serangkain proses ” teratur” yang terintegrasi
yang mencakup ventilasi pulmonal (bernafas, pertukaran gas dalam paru-paru
dan jaringan, transpor gas oleh darah, dan regulasi pernafasan secara
keseluruhan (Asih, Effendy, 2004).
1.1.4 Patofisiologi
Infeksi, debu, bulu, asap rokok,
stres, obat, makanan
Defisit Nutrisi
2
3. Batuk berdahak
4. Mengi/ wheezing
5. Napas cuping hidung
6. Pernapasan cepat dan dangkal
1.1.7 Komplikasi
1. PK Pneumotorax.
2. PK Asidosis Respiratorik
3. PK Kegagalan Pernafasan
1.1.8 Penatalaksanaan
1. Pencegahan terhadap pemajanan alergen
2. Pencegahan juga mencakup memantau ventilasi secara berkala terutama saat
musim dingin
3. Anti-inflamasi sebagai permulaan serangan
4. Steroid inhalasi menghentikan proses peradangan
5. Agonis Beta untuk mendilatasi otot-otot polos bronkhial
6. Metilsantin mempunyai efek bronkhodilatasi/ menghilangkan spasme
7. Obat annti-kolinergik untuk mengurangi efek parasimpatis sehingga
melemaskan otot-otot polos bronkhiolus.
3
3. Bagaimana respon terhadap terapi (inhaler, nebuliser, kortikosteroid)?
Riwayat Penyakit dahulu
1. Pernahkah pasien dirawat karena asma?
2. Apakah tidur pasien terganggu karena asma?
3. Bagaimana toleransi olahraga pasien pada umumnya?
Riwayat keluarga
1. Apakah ada riwayat asma dalam keluarga ?
Obat-obatan
1. Apa obat yang biasa dipakai/ diminum pada saat serangan asma?
2. Adakah obat yang mencetuskan serangan?
3. Apakah pasien merokok?
4. Apakah pasien memiliki alergi?
1.2.1.2 Pemeriksaan Fisik
1. Apakah pasien sianosis?
2. Adakah mengi?
3. Adakah sputum/ kalau ada apa warnanya?
4. Apakah sputum menyumbat?
5. Data Subyektif :
1) Riwayat batuk dengan sputum Riwayat terpapar zat kimia : rokok.
2) Klien mengeluh mual dan muntah.
3) Nafsu makan berkurang.
4) Klien sering cepat lelah.
5) Susah tidur.
6) Data Obyektif :
1) Nafas cepat dan dangkal
2) Bibir pucat.
3) Napas cuping hidung.
4) Ekspirasi memanjang.
5) Wheezing (bunyi napas).
6) HR meningkat
7) Insomnia.
8) Takikardi.
9) Distensi Vena Jugularis.
10) Warna kulit : sianosis, memerah..
4
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif D.0001
Definisi : Ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan napas
untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.
Gejala dan Tanda Mayor Penyebab
Subjektif Fisiologis
- Tidak tersedia 1. Spasme jalan napas
Obyektif 2. Hipersekresi jalan napas
1. Batuk tidak efektif 3. Disfungsi neuromuskuler
2. Tidak mampu batuk 4. Benda asing dalam jalan napas
3. Spuntum berlebih 5. Adanya jalan napas buatan
4. Mengi, wheezing dan/atau 6. Sekresi yang tertahan
ronkhi kering 7. Hyperplasia dinding jalan
5. Mekonium di jalan napas napas
8. Proses infeksi
Gejala dan Tanda Minor 9. Respon alergi
Subjektif 10. Efek agen farmakologis
1. Dispnea Situsional
2. Sulit berbicara 1. Merokok aktif
3. Ortopnea 2. Merokok pasif
Objektif 3. Terpajan polutan
1. Gelisah
2. Sianosis Kondisi Klinis Terkait
3. Bunyi napas menurun 1. Gullian barre syndrome
4. Frekuensi napas berubah 2. Sclerosis multiple
5. Pola napas berubah 3. Myasthenia gravis
4. Prosedur diagnostik
5. Depresi system saraf pusat
6. Cedera kepala
7. Stroke
8. Kuandriplegia
9. Sindrom aspirasi mekonium
10. Infeksi saluran napas
5
1. Bising usus hiperaktif 2. Parkinson
2. Otot pengunyah lemah 3. Mobius syndrome
3. Otot menelan lemah 4. Cereble palsy
4. Membrane mukosa pucat 5. Cleft lip
5. Sariawan 6. Cleft palate
6. Serum albumin turun 7. Amyotropic lateral sclerosis
7. Rambut rontok berlebihan 8. Kerusakan neuromuscular
8. Diare 9. Luka bakar
10. Kanker
11. Infeksi
12. AIDS
13. Penyakit crohn’s
14. Enterokolitis
15. Fibrosiskistik
6
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
7
Porsi makanan 1 2 3 4 5
yang dihabiskan
Kekuatan otot 1 2 3 4 5
penguyah
Kekuatan otot 1 2 3 4 5
menelan
Serum albumin 1 2 3 4 5
Verbalisasi 1 2 3 4 5
keinginan untuk
meningkatkan
nutrisi
Pengetahuan 1 2 3 4 5
tentang pilihan
makanan yang
sehat
Pengetahuan 1 2 3 4 5
tentang pilihan
minuman yang
sehat
Pengetahuan 1 2 3 4 5
tentang standart
asupan nutrisi yang
tepat
Penyiapan dan 1 2 3 4 5
penyimpanan
makanan yang
aman
Penyiapan dan 1 2 3 4 5
penyimpanan
minuman yang
aman
Sikap terhadap 1 2 3 4 5
makanan/minuman
sesuai dengan
tujuan kesehatan
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Menigkat Menurun
Perasaan cepat 1 2 3 4 5
kenyang
Nyeri abdomen 1 2 3 4 5
Sariawan 1 2 3 4 5
Rambut rontok 1 2 3 4 5
Diare 1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburuk Membaik
Berat badan 1 2 3 4 5
Indeks masa tubuh 1 2 3 4 5
Frekuensi makan 1 2 3 4 5
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Bising usus 1 2 3 4 5
Tebal lipatan kulit 1 2 3 4 5
trisep
Membrane mukosa 1 2 3 4 5
8
2.2.4 Implementasi Keperawatan
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan sekresi tak
tertahan
Manajemen Jalan Napas (1.01011)
Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan napas
Tindakan Observasi Tindakan Terapeutik
1. Monitor pola napas 1. Pertahankan kepatenan jalan
2. Monitor bunyi napas napas dengan head-tilt dan chin-
3. Monitor spuntum lift
2. Posisikan semi fowler ataw
Tindakan Edukasi fowler
1. Anjurkan asupan cairan 3. Berikan minum hangat
2000ml/hari, jika tidak 4. Lakukan fisioterapi dada
kontraindikasi 5. Lakukan penghisapan lender
2. Anjurkan teknik batuk efektif kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda pata
dengan forsep McGill
8. Berikan oksigen jika perlu
Tindakan Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspetoran, mukolitik, jika perlu
9
Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang seimbang
Tindakan Observasi Tindakan Terapeutik
1. Identifikasi status nutrisi 1. Lakukan oral hygiene sebelum
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makan jika perlu
makanan 2. Fasilitasi menentukan pedomat diet
3. Identifikasi makanan disukai 3. Sajikan makanan secara menarik
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan dan suhu yang sesuai
jenis nutrient 4. Berikan makanan tinggi serat untuk
5. Identifikasi perlunya penggunaan mencegah konstipasi
selang nasogastric 5. Berikan makanan tinggi kalori dan
6. Monitor asupan makanan tinggi protein
7. Monitor berat badan 6. Berikan suplemen makanan jika
8. Monitor hasil pemeriksaan perlu
labortorium 7. Hentikan pemberian makan melalui
selang nasogatrik jjjika asupan
Tindakan Edukasi oral dapat ditoleransi
1. Anjurkan posisi duduk jika mampu
2. Anjurkan diet yang diprogamkan Tindakan Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan jika
perlu
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi yang perlu diperhatikan dalam memenuhi kebutuhan oksigenasi,
yaitu:
1) Pasien mampu untuk bernapas, jalan napas bersih, tidak ada sumbatan
2) Pasien dapat mempertahankan pola napas secara efektif
3) Pasien terasa lebih nyaman
DAFTAR PUSTAKA
10
Suddart dan Brunner, (2015). Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga
University Press. Surabaya.
Asih Efendi. (2015). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press.
Surabaya.
Corwin. (2015). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit EGC.
Jakarta.
Marylin E doengoes. (2015). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan /pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.Jakarta.
Nnanda. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan professional NIC-NOC. Media hardy.
Jogjakarta.
PPNI (2016). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diasnotik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2019). Standart Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
11