R DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN UTAMA POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF PADA
PASIEN DENGAN VIRAL MENINGITIS DI RUANG HIGH CARE UNIT
RSUD PROF Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gadar
Kritis Program Studi Pendidikan Profesi Ners A
Disusun Oleh :
2021
i
HALAMAN PENGESAHAN
PEMBIMBING
ii
ii
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Pola napas tidak efektif merupakan suatu keadaan dimana inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan
ventilasi adekuat (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
B. Etiologi
Pola napas tidak efektif dapat disebabkan oleh beberapa hal menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) yaitu :
1) Depresi pusat pernapasan
2) Hambatan upaya napas (mis. Nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan).
3) Deformitas dinding dada.
4) Deformitas tulang dada.
5) Gangguan neuromuskuler.
6) Gangguan neurologis (mis.EEG positif, cedera kepala, gangguan kejang).
7) Imaturitas neurologis.
8) Penurunan energi.
9) Obesitas.
10) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru.
11) Sindrom hipoventilasi.
12) Kerusakan inervasi diagfragma (kerusakan saraf C5 ke atas)
13) Cedera pada medulla spinalis
14) Efek agen farmakologis
15) Kecemasan
C. Batasan Karakteristik
Pola napas tidak efektif terdiri dari gejala dan tanda mayor serta gejala dan tanda Gejala minor (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2016).
a. Gejala dan tanda mayor
Tabel 1
Gejala dan tanda maayor pola napas tidak efektif
Subyektif Objektif
1. Dispnea 1. Penggunaan otot bantu
pernapasan.
2. Fase ekspirasi memanjang
3. Pola napas abnormal.
3
b. Gejala dan tanda minor
Tabel 2.
Gejala dan tanda minor pola napas tidak efektif
Subyektif Objektif
1. Ortopnea 1. Pernapasan pursed-lip
2. Pernapasan cuping hidung
3. Diameter thoraks anterior-posterior
meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah
Pola Napas Tidak Efektif Adalah keadaan dimana terjadinya perubahan frekuensi napas, perubahan dalamnya
inspirasi, perubahan irama napas, rasio antara durasi inspirasi dengan durasi ekspirasi (Djojodibroto, 2014).
a. Takipnea adalah bernapas dengan cepat dimana frekuensi napas lebih dari 24x/menit (Donna L. Wong, 2003).
Keadaan ini biasanya menunjukkan adanya penurunan keteregangan paru atau rongga dada.
b. Bradipnea adalah penurunan frekuensi napas atau pernapasan yang melambat. Keadaan ini ditemukan pada
depresi pusat pernapasan.
c. Hiperventilasi merupakan cara tubuh dalam mengompensasi peningkatan jumlah oksigen dalam paru-paru agar
pernafasan lebih cepat dan dalam. Proses ini ditandai dengan adanya peningkatan denyut nadi, nafas pendek, adanya
nyeri dada, menurunnya konsentrasi CO2, dan lain-lain. Keadaan demikian dapat disebabkan oleh adanya infeksi,
4
keseimbangan asam basa, atau gangguan psikologis. Hiperventilasi dapat menyebabkan hipokapnea, yaitu
berkurangnya CO2 tubuh di bawah batas normal, sehingga rangsangan terhadap pusat pernafasan menurun.
d. Kussmaul merupakan pernapasan dengan panjang ekspirasi dan inspirasi sama, sehingga pernapasan menjadi
lambat dan dalam.
e. Cheyne-stokes merupakan pernapasan cepat dan dalam kemudian berangsur – angsur dangkal dan diikuti periode
apnea yang berulang secara teratur.
F. FOKUS PENGKAJIAN
1. Breating
Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum,sesakb nafas, penggunaan otot bantu nafas, dan peningkatan
frekuensi,yang sering didapatkan pada klien meningitis yang disertai dengan adanya gangguan pada system
pernafasan.
2. blood
pengkajian pada system kartahap lanjut seperti apabila klien sudah mengalami rdivaskuler terutama dilakukan
pada klien meningitis tahap lanjut apabila klien mengalami syok, infeksi fulminasi 10 % klien dengan meningitis
meningokokus, dengan tanda-tanda septicemia.
3. brain
merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap dibanding pemeriksaan lainnya
4. blader
pemeriksaan pada system perkemihan biasanya didapatkan berkurangnya volume urin, hal ini berhubungan dengan
penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal
5. Bowel
Mual sampai muntah disesababka oleh produksi asam lambung. Pemenuhan nutrisi pada klien meningitis menurun
karena anoreksia dan adanya kejang
6. Bone
Adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi besar (khususnya lutut dan pergelangan kaki)klien sering mengalami
penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik secara umum sehingga mengganggu adl
5
tengkorak dapat menimbulkan meningitis, dimana terjadi hubungan antara Cerebral spinalfluid (CSF) dan dunia
luar.Masuknya mikroorganisme kesusunan saraf pusat melalui ruang sub arachnoid dan menimbulkan respon
peradangan pada via, arachnoid, CSF dan ventrikel, dari reaksi radang muncul eksudat dan perkembangan infeksi
pada ventrikel, edema dan skar jaringan sekeliling ventrikel menyebabkan obstruksi pada CSF dan menimbulkan
Hidrosefalus. Meningitis bakteri; netrofil,monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan sel respon radang. Eksudet
terdiri dari bakteri fibrin dan leukosit yang di bentuk di ruang sub arachnoid. Penumpukan pada CSF akan bertambah
dan mengganggu aliran CSF di sekitar otak dan medula spinalis. Terjadi vasodilatasi yang cepat dari pembuluh darah
dapat menimbulkan ruptur atau trombosis dinding pembuluh darah dan jaringan otak yang berakibat menjadi
infarctCSF (Suriadi & Yuliani, 2010).
PATHWAY
6
7
E. MASALAH KEPERAWATAN LAIN YANG MUNCUL
1. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisik d.d Mengeluh Nyeri
2. Resiko Infeksi b.d Efek Prosedur Invasif d.d Leukosit Tinggi
3. Intoleransi Aktivitas b.d Imobilitas
G. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa (SDKI) Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI) Rasional
D.0005 pola nafas Pola nafas (L.01004) Manajemen jalan 1. RR yang meningkat
tidak efektif Ekspektasi : Membaik nafas(I.0101111) mengisyaratkan kebutuhan
berhubungan Kriteria Hasil : 1. Monitor pola oksigenasi belum tercukupi
dengan penurunan - Dispnea menurun napas 2. Penurunan kesadaran berpotensi
energi dibuktikan - Penggunaan otot bantu 2. Monitor bunyi menyebabkan obstruksi jalan nafas
dengan pola nafas nafas menurun napas tambahan 3. Meningkatkan ekspansi paru
abnormal - Frekuensi nafas 3. Posisikan semi- 4. Membantu memenuhi kebutuhan
membaik fowler atau fowler oksigenasi
4. Berikan terapi
oksigen
8
NIM :
Tgl/ Jam : 13-12-2021/09.00 WIB Tanggal MRS : 09-12-2021
Ruangan : ICU Diagnosis Medis : viral meningitis
Saat dilakukan pengkajian pasien penurunan kesadaran, GCS yang didapatkan saat pengkajian:
E1M1V1
Riwayat penyakit saat ini (saat pengkajian):
Pasien mengalami penurunan kesadaran dan terdiagnosa viral meningitis.
SEKARANG
Riwayat di IGD :-
RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Keluarga pasien mengatakan keluarga tidak mempunyai penyakit yang serupa dengan pasien yang
saat ini dialami, dari keluarga tidak mempunyai penyakit menurun seperti, asma, hipertensi dan dm.
DAN
9
Jalan Nafas : √ Paten Tidak Paten
Suara Nafas : Snoring Gurgling Stridor √ Tidak ada
Nafas : √ Spontan Tidak Spontan
Obstruksi : Lidah Cairan Benda Asing √ Tidak Ada
Muntahan Darah
Oedema Gerakan dinding dada: √ Simetris
Asimetris RR : 28 x/mnt
Sesak Nafas : √ Ada Tidak Ada
Irama Nafas : √ Cepat Dangkal Normal
Pola Nafas : Teratur √Tidak Teratur
Jenis : Normal Kusmaul Cyene Stoke √ Dispnea
Bradypnea Tachypnea
BREATHING
10
Pulse Oxymetri:
Nadi : √ Teraba Tidak teraba N: 80x/mnt SaO2
: √ Normal Tidak Normal Nilai: 100 %
Palpitasi : Ada √ Tidak ada
Irama Jantung : Sinus takikardi
Tekanan Darah : 129/76 mmHg
MAP: 90 mmHg
Clubbing Finger: Ya √ Tidak
Muka (kulit, bibir dan membran mukosa): √ pucat sianosis Tidak
BLOO
Masalah Keperawatan: -
Kesadaran: Composmentis Delirium Somnolen Apatis √ Koma GCS
: Eye 1 Verbal 1 Motorik 1
Pupil : √ Isokor Unisokor Pinpoint Midriasis
Refleks Cahaya: √ Ada Tidak Ada
Refleks Muntah: Ada √ Tidak Ada
Refleks fisiologis: Patela (+/+) Lain-lain -… …
Refleks patologis : Kaku Kuduk (-) Babinzky (-) Kernig (-) Lain-lain ... ...
BRAIN
11
Masalah Keperawatan: perfusi serebral tidak efektif
Nyeri pinggang: Ada √ Tidak
Nokturia: Ada √ Tidak Ada
BAK : √ Lancar Inkontinensia Anuri
BLADDER
12
(Muskuloskletal & Integumen)
BONE
13
Contusio : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Abrasi : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Penetrasi : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Laserasi : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Luka Bakar : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Grade : - Luas - %
Jika ada luka/ vulnus, kaji:
Ada Luka di bagian
abdomen
Aktivitas dan latihan : 0 1 2 3 √4
Makan/minum : 0 1 2 3 √ 4
Mandi : 0 1 2 3 √ 4
Toileting : 0 1 2 3 √4
Berpakaian : 0 1 2 3 √4
Mobilisasi di tempat tidur : 0 1 2 3 √ 4
Berpindah : 0 1 2 3 √ 4
Ambulasi : 0 1 2 3 √ 4
Lain-lain: …
14
Lesi : Ada √ Tidak Lokasi ... ...
Retraksi otot bantu nafas : √ tidak ada Ada
Vokal fremitus: Ada √ Tidak
Perkusi : √ Normal Tidak , dengan bunyi Redup
Bunyi Paru : √Vesikuler Bronchovasikuler bronchial
Bunyi tambahan Paru: √Ronchi Wheezing crachless
Dada; Jantung
Denyut : Terlihat √ Tidak Lokasi ... ...
Denyut : Teraba √ Tidak Lokasi ... ...
Perkusi : √ normal Tidak normal, redup
Bunyi Jantung: √ normal ada suara tambahan
Suara tamabahan: gallop murmur friction rub
Abdomen
Inspeksi:
Bentuk: √ datar cembung cekung
Asites: Ada √ Tidak Ada
Luka Jahit: Ada √ Tidak Ada
Ruam: Ada √ Tidak Ada
Ekimosis: Ada √ Tidak Ada
Dilatasi vena: Ada √ Tidak Ada
Pulsasi aorta: Ada, lokasi……… √ Tidak Ada
Lingkar Perut: 50 cm
Auskultasi, bising usus: 10 x
Palpasi:
Distensi: Ada √ Tidak Ada
Nyeri: Ada, Lokasi : √ Tidak Ada
Hepar: Teraba √ Tidak Teraba
Perkusi, Pekak √ Timpani
Ekstremitas
Edema: , Ada √ Tidak Ada
Lokasi:
Pitting Edema:
Terpasang IVFD: √ perifer central
15
Syringe pump: Ada, jenis obat :, √ Tidak Ada
Infus pump: √Ada cairan : nacl dan RL
Kulit
Sianosis: Ada √ Tidak Ada
Pallor: Ada √ Tidak Ada
Eritema: Ada √ Tidak Ada
Jaundice: Ada √ Tidak Ada
Petekie: Ada √ Tidak Ada
Lesi: Bula pustula vesikel sisik √ Tidak Ada
16
Data Sekunder
1. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan hasil Nilai rujukan
Cd4 61
b. Pemeriksaan ST Scan (hasil gambarannya) Tanggal : ada tetapi hasil belum dibacakan
c. Pemeriksaan Thoraks :
11 september 2021
Kesan : Cor tak membesar
Pneumonia : DD/ TB paru
Efusi pleura kiri
d. Pemeriksaan EKG (melampirkan gambarnya) : -
2. Terapi
ANALISA DATA
No Tanggal Data Etiologi Masalah
13/12/2021
- TD: 129/64mmHg
- N: 100 x/menit
- S : 36.2 derajat
19
- Rr : 29 x/menit
- Spo2 : 97 %
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola Nafas tidak efektif
2. Resiko perfusi serebral tidak efektif
3. Intoleransi aktivitas b.d imobilitas
RENCANA KEPERAWATAN
20
IMPLEMENTASI
22
EVALUASI KEPERAWATAN
Dx Keperawatan SOAP TTD
Senin , 13 Desember 2021
Pola nafas tidak efektif S: - Ratna
O:terpasang Nrm 10 lx/m
Spo2 100%
P: -
23
28x/menit GCS :3 E1 M1 V1
P: lanjut intervensi
P : lanjutkan inervensi
Spo2 100%
P: -
P: lanjut intervensi
P : lanjutkan inervensi
24
a. monitor pola jam tidur
b. ajarkan tirah baring
Spo2 100%
P: -
P: lanjut intervensi
P : lanjutkan inervensi
Posisi kepala 30º (elevasi) merupakan suatu posisi untuk menaikan kepala dari
tempat tidur sekitar 30º dan posisi tubuh dalam keadaan sejajar (Bahrudin,
2008). Mengatur posisi pasien dengan elevasi kepala 300 juga untuk meningkatkan
venous drainage dari kepala dan elevasi kepala dapat menurunkan tekanan darah
sistemik mungkin dapat dikompromi oleh tekanan perfusi serebral tanpa mengurangi
cerebral perfusion pressure (CPP) (Sunardi, 2006).
Cerebral perfusion pressure (CPP) adalah jumlah aliran darah dari sirkulasi sitemik
yang diperlukan untuk memberikan oksigen dan glukosa yang adekuat untuk
metabolisme otak (Black & Hawks, 2005). Otak yang normal memiliki kemampuan
autoregulasi, yaitu kemampuan organ mempertahankan aliran darah meskipun terjadi
perubahan sirkulasi arteri dan tekanan perfusi. Autoregulasi menjamin aliran darah
yang konstan melalui pembuluh darah serebral diatas rentang tekanan perfusi dengan
mengubah diameter pembuluh darah dalam merespon perubahan tekanan arteri. Pada
klien dengan gangguan autoregulasi, beberapa aktivitas yang dapat meningkatkan
tekanan darah seperti batuk, suctioning, dapat meningkatkan aliran darah otak
sehingga juga meningkatkan tekanan TIK ( Huda, 2013). Elevasi kepala berdasarkan
pada respon fisiologis merupakan perubahan posisi untuk meningkatkan aliran darah
ke otak dan mencegah terjadinya peningkatan TIK. Peningkatan TIK adalah
komplikasi serius karena penekanan pada pusatpusat vital di dalam otak (herniasi)
dan dapat mengakibatkan kematian sel otak (Rosjidi, 2014). Hasil implementasi
elevasi kepala 300 terhadap peningkatan perfusi serebral Tn. S selama 2 hari di
dapatkan hasil terjadi peningkatan pada perfusi jaringan serebral yang di tandai
dengan peningkatan kesadaran dan tanda-tanda vital dalam batas normal. Posisi head
up 300 perfusi dari dan ke otak meningkat sehingga kebutuhan oksigen dan
26
metabolisme meningkat ditandai dengan peningkatan status kesadaran diikuti oleh
tanda-tanda vital yang lain. Tandatanda vital yang tetap terjaga konstan memperbaiki
aliran darah sehingga meningkatkan status neurologis (Huda, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Huda, Nuh. (2013). Efektifitas Elevasi Kepala 300 Dalam Meningkatkan Perfusi Serebral Pada
Pasien Post Trepanasi di Rumah Sakit Mitra Surabaya.
PPNI. (2018). Standard Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
27
28