Dibimbing Oleh:
Disusun oleh :
TINGKAT 2 REGULER 2
A. DASAR TEORI
A.1. DEFINISI DIAGNOSA KEPERAWATAN
Bersihan jalan napas tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan sekret atau
obstruksi jalan napas tetap paten.
A.2. PENYEBAB
Fisiologis
1. Spasme jalan napas
2. Hipersekresi jalan napas
3. Disfungsi neuromuskuler
4. Benda asing dalam jalan napas
5. Adanya jalan napas buatan
6. Sekresi yang tertahan
7. Hiperplasia dinding jalan napas
8. Proses infeksi
9. Respon alergi
10. Efek agen farmakologis
Situasional
1. Merokok aktif
2. Merokok pasif
3. Terpajan polutan
A.4. KONDISI KLINIS TERKAIT (Uraikan patofisiologi kondisi klinis yang terkait, boleh
ditambahkan barisnya)
1. Gulian barre syndrome
2. Sklerosis multipel
3. Myasthenia gravis
4. Prosedur diagnostik (mis. Bronkoskopi,transesophageai)
5. Depresi sistem saraf pusat
6. Cedera kepala
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Sindrom aspirasi mekonium
10. Infeksi saluran napas
11. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
12. Efusi pleura
1) Penggunaan Obat
Pada pasien yang mengalami cedera otak parah Komang pasien sebaiknya
diberikan obat anti kejang. Hal ini karena pasien beresiko terkena kejang dalam
seminggu setelah cedera. Pasien juga diberikan diuretik jika cedera menyebabkan
penumpukan tekanan di otak. Dieuretik menyebabkan pasien mengelaurkan lebih
banyak cairan. Hal ini dapat membantu meringankan sebagai tekanan.Jika cedera kepala
yang dialami sangat serius, pasien perlu diberikan obat untuk membuat pasien terkena
koma sementara. Ini adalah perawatn yang tepat jika pembuluh darah pasien rusak
parah. Dalam keadaan koma, otak tidak membutuhkan banyak oksigen dan nutrisi
seperti biasanya.
2) Operasi
Pada keadaan darurat kau mau operasi harus dilakukan untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut pada otak. Operasi bertujuan untuk menghilangkan hama tomat,
memperbaiki tengkorak, dan melepaskan tekanan di otak.
3) Rehabilitasi
1. Intervensi :
Kaji fungsi pernafasan, contoh bunyi nafas, kecepatan, irama dan kedalaman serta
penggunaan otot aksesori.
Rasional :
Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektasis. Ronki, mengi menunjukkan
akumulasi sekret/ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang dapat
menimbulkan penggunaan otot aksesori pernafasan dan peningkatan kerja
pernafasan.
2. Intervensi :
Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/batuk efektif, catat karakter, jumlah
sputum, adanya hemoptisis.
Rasional :
Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal (mis. efek infeksi dan/atau tidak adekuat
hidrasi). Sputum berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan
(kavitasi) paru atau luka bronkial dan dapat memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.
3. Intervensi :
Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi. Bantu pasien untuk batuk dan latihan
nafas dalam.
Rasional :
Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya
pernafasan. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan
gerakan sekret kedalam jalan nafas besar untuk dikeluarkan.
4. Intervensi :
Bersihkan sekret dari mulut dan trakea; penghisapan sesuai keperluan.
Rasional :
Mencegah obstruksi/aspirasi.Penghisapan dapat diperlukan bila pasien tak mampu
mengeluarkan sekret.
5. Intervensi :
Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi.
Rasional :
Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan sekret, membuatnya
mudah dikeluarkan.
DAFTAR PUSTAKA
3. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
4. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
5. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI