Dibimbing Oleh:
Disusun oleh :
TINGKAT 2 REGULER 2
A. DASAR TEORI
A.1. DEFINISI DIAGNOSA KEPERAWATAN
Konstipasi adalah penurunan defekasi normal yang disertai pengeluaran feses sulit dan
tidak tuntas serta feses kering dan banyak.
A.2. PENYEBAB
Fisiologis
1. Penurunan motilitas gastrointestinal
2. Ketidakadekutan pertumbuhan gigi
3. Ketidakcukupan diet
4. Ketidakcukupan asupan serat
5. Ketidakcukupan asupan cairan
6. Aganglionik (mis. penyakit Hircsprung)
7. Kelemahan otot abdomen
Psikologis
1. Konfusi
2. Depresi
3. Gangguan emosional
Situasional
1. Perubahan kebiasaan makan (mis. jenis makanan, jadwal makanan)
2. Ketidakadekutan toileting
3. Aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan
4. Penyalahgunaan laksatif
5. Efek agen farmakologis
6. Ketidakteraturan kebiasaan defekasi
7. Kebiasaan menahan dorongan defekasi
8. Perubahan lingkungan
A.4. KONDISI KLINIS TERKAIT (Uraikan patofisiologi kondisi klinis yang terkait, boleh
ditambahkan barisnya)
1. Lesi/cedera pada medula spinalis
2. Spina bifida
3. Stroke
4. Sklerosis multipel
5. Penyakit parkinson
6. Demensia
7. Hiperparatiroidisme
8. Hipoparatiroidisme
9. Ketidakseimbangan elektrolit
10. Hemoroid
11. Obesitas
12. Pasca operasi obstruksi bowel
13. Kehamilan
14. Pembesaran prostat
15. Abses rektal
16. Fisura anorektal
17. Striktura anorektal
18. Prolaps rektal
19. Ulkus rektal
20. Rektokel
21. Tumor
22. Penyakit hircsprung
23. Impaksi feses
Patofisologi Stroke
Patofisiologi penyakit stroke yang terjadi sekitar 80% adalah iskemik, dan 20%
adalah hemoragik. Stroke iskemik dapat diklasifikasikan sebagai akibat dari thrombotik
maupun emboli. Terjadinya thrombotik yang pada umumnya akibatnya 75% menjadi
stroke iskhemik adalah hasil dari proses patofisiologi yang terjadi secara bertahap
dengan penyakit arterosklerosis
Patofisiologi Hiperparatiroidisme
Hiperparatiroidisme dapat bersifat primer (yaitu yang disebabkan oleh
hiperplasia atau neoplasma paratiroid) atau sekunder, dimana kasus biasanya
berhubungan dengan gagal ginjal kronis.Pada 80% kasus, Hiperparatiroidisme primer
disebabkan oleh adenoma paratiroid jinak; 18% kasus disebabkan hiperplasia kelenjar
paratiroid; dan 2% kasus disebabkan oleh karsinoma paratiroid.
Patofisiologi Hipoparatiroidisme
Gejala hipoparatiroidisme disebabkan oleh defisiensi parathormon yang
mengakibatkan kenaikan kadar fosfat darah (hiperfosfatemia) dan penurunan
konsentrasi kalsium darah (hipokalsemia). Tanpa adaya parathormon akan terjadi
penurunan absorpsi intestinal kalsium dari makanan dan penurunan resorpsi kalsium
dari tulang dan di sepanjang tubulus renalis. Penurunan eksresi fosfat melalui ginjal
menyebabkan hipofosfaturia dan kadar kalsium serum yang rendah mengakibatkan
hipokalsiuria.
3) Apabila pasien mengalami cedera tulang belakang, pasti akan dirawat di unit
perawatan intensif atau bahkan dapat dipindahkan ke rumah sakit yang memiliki
tim ahli bedah saraf ahli bedah ortopedi spesialis pengobatan sumsum tulang
belakang, psikolog sama perawat dan pekerja sosial dengan kalian dalam cedera
tulang belakang.
1. Intervensi :
Tentukan pola defekasi bagi klien dan latih klien untuk Menjalankannya
Rasional :
Untuk mengembalikan keteraturan pola defekasi klien
2. Intervensi :
Atur waktu yang tepat untuk defekasi klien seperti sesudah makan
Rasional:
Untuk memfasilitasi refleks defekasi
3. Intervensi:
Berikan cakupan nutrisi berserat sesuai dengan indikasi
Rasional :
Nutrisi serat tinggi untuk melancarkan eliminasi fekal
4. Intervensi :
Berikan cairan jika tidak kontraindikasi 2-3 liter per hari
Rasional :
Untuk melunakkan eliminasi feses
5. Intervensi :
Pemberian laksatif atau enema sesuai indikasi
Rasional :
Untuk melunakkan feses
DAFTAR PUSTAKA
1. Hidayat, Alimul Aziz dan Uliyah, Musrifatul. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta:Salemba Medika
2. Kardiyudiani, Ni Ketut Dan Susanti, Brigitta Ayu Dewi.2019.Keperawatan Medikal
Bedah 1.Yogyakarta: PT.Pustaka baru
3. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
4. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
5. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
6. https://evaloy.blogspot.com/2013/05/askep-pada-pasien-dengan-
konstipasi_5582.html
7. https://www.scribd.com/doc/190843810/ASKEP-Konstipasi