Dibimbing Oleh:
Disusun oleh :
TINGKAT 2 REGULER 2
A. DASAR TEORI
A.1. DEFINISI DIAGNOSA KEPERAWATAN
Hipervolemi adalah peningkatan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau
intraseluler.
A.2. PENYEBAB
1. Gangguan mekanisme regulasi
2. Kelebihan asupan cairan
3. Kelebihan asupan natrium
4. Gangguan aliran balik vena
5. Efek agen farmakologis (mis.kortikosteroid, chlopropamide, tolbutamide, vincristine,
tryptilinescarbamazepine)
A.4. KONDISI KLINIS TERKAIT (Uraikan patofisiologi kondisi klinis yang terkait, boleh
ditambahkan barisnya)
1. Penyakit ginjal : gagal ginjal akut/kronis, sindrom nefrotik
2. Hipoalbuminemia
3. Gagal jantung kongestif
4. Kelainan hormon
5. Penyakit hatis (mis. sirosis, asites, kanker hati)
6. Penyakit vena perifer (mis. varises vena, trombus vena, plebitis)
7. Imobilitas
8. Glomerulonefritis
Patofisologi Glomerulonefritis:
Gangguan glomerulus pada ginjal dipertimbanhgkan sebagai respon imunologi
akibat perlawanan tubuh terhadap mikroorganisme seperti streptokokus. Reaksi antigen
dan antibodi tersebut membentuk imun yang menimbulkan respon peradangan dan
meny ebabkan kerusakan dinding kapiler. Akibat hal tersebut terjadi retensi Na dan H 20
meningkat yang menyebabkan kelebihan volume cairan (Hipervolemia).
1. Intervensi :
Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis. Ortopnea dispnea, edema, JVP/CVP
meningkat, refleks hepatojugular positif, suara napas tambahan)
Rasional :
Peningkatan menunjukkan adanya hipervolemia. Kaji bunyi jantung dan napas,
perhatikan S3 dan/atau gemericik, ronchi. Kelebihan volume cairan berpotensi gagal
jantung kongestif/ edema paru
2. Intervensi :
Identifikasi penyebab hipervolemia
Rasional :
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan hipervolemia yaitu gagal jantung
kongestif, infark miokard, penyakit katup jantung, sirosis hati, dan gagal ginjal.
3. Intervensi :
Observasi tanda-tanda vital
Rasional :
Takikardia dan hipertensi terjadi karena (1) kegagalan ginjal untuk mengeluarkan
urine, (2) pembatasan cairan berlebihan selama mengobati hipervolemia atau
perubahan fase oliguria gagal ginjal, (3) perubahan pada system renin-angiotensin.
Catatan : pengawasan invasive diperlukan untuk mengkaji volume intravascular,
khususnya pada pasien dengan fungsi jantung buruk.
4. Intervensi :
Monitor intake dan output cairan
Rasional :
Pada kebanyakn kasus, jumlah aliran harus sama atau lebih dari jumlah yang
dimasukkan. Keseimbangan positif menunjukkan kebutuhan evaluasi lebih lanjut.
5. Intervensi :
Monitor tanda hemokonsentrasi (mis. Kadar natrium, BUN, hematokrit, berat jenis
urine)
Rasional :
Kadar natrium tinggi dihubungkan dengan kelebihan cairan, edema, hipertensi, dan
komplikasi jantung. Ketidakseimbangan dapat mengganggu konduksi elektrikal dan
fungsi jantung.
6. Intervensi :
Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma (mis. Kadar protein, dan
albumin meningkat)
Rasional :
Terjadinya peningkatan tekanan onkotik plasma mengakibatkan terjadinya edema.
7. Intervensi :
Monitor kecepatan infus secara ketat
Rasional :
Mencegah terjadinya intake cairan berlebihan sehingga memperparah keadaan
kelebihan volume cairan.
8. Intervensi :
Monitor efek samping diureti (mis. Hipotensi ortortostatik, hipovolemia,
hipokalemia, hiponatremia)
Rasional :
Diuretik berfungsi membuang kelebihan garam dan air dari dalam tubuh melalui
urine. Jumlah garam, terutama natrium yang diserap kembali oleh ginjal akan
dikurangi. Natrium tersebut akan ikut membawa cairan yang ada didalam darah,
sehingga produksi urin bertambah. Akibatnya, cairan tubuh akan berkurang dan
tekanan darah akan turun.
Terapeutik
9. Intervensi :
Timbang berat badan setiap hari di waktu yang sama
Rasional :
Membantu mengevaluasi status cairan khususnya bila dibandingkan dengan berat
badan. Peningkatan berat badan antara pengobatan harus tidak lebih dari 0,5
kg/hari.
10. Intervensi :
Batasi asupan cairan dan garam
Rasional :
Menjaga agar kelebihan cairan tidak bertambah parah. Garam dapat mengikat air
sehingga akan memperparah kelebihan cairan.
11. Intervensi :
Tinggikan kepala tempat tidur 30-40o
Rasional :
Klien dengan kelebihan volume cairan juga mengalami gangguan pernafasan seperti
Takipnea, Dispnea, peningkatakan frekuensi/kedalaman (pernapasan Kussmaul).
Edukasi
12. Intervensi :
Anjurkan melapor jika BB bertambah >1 kg dalam sehari
Rasional :
Peningkatan BB > 1 kg dalam sehari mengindikasikan kelebihan volume cairan dalam
tubuh.
13. Intervensi :
Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran cairan
Rasional :
Pentingnya pengukuran intake dan output cairan agar terdokumentasi sepenuhnya.
14. Intervensi :
Ajarkan cara membatasi cairan
Rasional :
Pembatasan cairan membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak termasuk pasien
dan keluarga.
Kolaborasi
15. Intervensi :
Kolaborasi pemberian diueretik
Rasional :
Diuretik dapat meningkatkan laju aliran urine sehingga produksi urine meninggkat
guna mengurangi kelebihan volume cairan dalam tubuh.
16. Intervensi :
Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretik
Rasional :
Hanya 10% kalium yang mencapai tubulus konvolutus distal. Peningkatan aliran urin
dan natrium ditubulus distal, meningkatkan sekresi kalium di tubulus distal sehingga
dapat menyebabkan hipokalemia.
17. Intervensi :
Kolaborasi pemberian continuous renal replacemet therapy (CRRT), jika perlu.
Rasional :
Merupakan terapi yang menggantikan fungsi penyaringan darah normal dari ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hidayat, Alimul Aziz dan Uliyah, Musrifatul. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta:Salemba Medika
2. Kardiyudiani, Ni Ketut Dan Susanti, Brigitta Ayu Dewi.2019.Keperawatan Medikal
Bedah 1.Yogyakarta: PT.Pustaka baru
3. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
4. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
5. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI