Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL TERAPI BERMAIN ‘’GAMES EDUKASI’’

DI RUANG ALAMANDA RS. ABDUL MOELOK


OLEH MAHASISWA DIII KEPERAWATAN POLTEKKES TANJUNGKARANG

DOSEN PEMBIMBING :
Rohayati S.Kep., M.Kes

Oleh kelompok 2
Lutfi Alawiyah (1814401061)
Ratna Apriyanti (1814401062)
Nadila Hidayah (1814401063)
Atika Rahma Ayu (1814401064)
Melly Oktari (1814401065)
Nabila Syafira (1814401066)
Cyndi Andarnanti (1814401067)
Riris Novriyani (1814401068)
Muhammad Faisyal (1814401069)
Pande Nyoman Septian Yogi (1814401070)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


DIII KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
PROPOSAL TERAPI BERMAIN ‘’GAMES EDUKASI’’

DI RUANG ALAMANDA RS. ABDUL MOELOK

OLEH MAHASISWA DIII KEPERAWATAN POLTEKKES TANJUNGKARANG

Pokok Pembahasan : Terapi Pada Anak Prasekolah (Usia 4Tahun)

Sub pokok pembahasan : Bermain Games Edukasi

Tempat : Ruang Kelas D Keperawatan

Sasaran : Anak usia Prasekolah (Usia 4 Tahun)

Waktu : 60 menit

Persiapan : 10 Menit

Perkenalan : 5 menit

Bermain games edukasi : 25 menit

Menyimak : 5 menit

Tanya jawab : 10 menit

Terminasi : 5 menit

I. Latar belakang

Latar Belakang Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan
dipengaruhi dengan segala macam hal yang baru. Anak prasekolah sering menunjukan
perilaku yang aktif, dinamis, antusias, dan hampir seluruh hidupnya disertai oleh rasa
ingin tahu terhadap apa yang didengaratau dilihatnya (Utami, 2014). Dalam
kenyataannya tidak semua anak mengalami masa yang menyenangkan, sakit dan dirawat
di rumah sakit merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan bagi anak pra sekolah
karena berhadapan dengan lingkungan yang baru serta melakukan kontak dengan orang
asing selain keluarga dan biasanya anak dapat mengalami dampak hospitalisasi
(Utami,2014). Hospitalisasi pada anak mengharuskan anak agar tinggal dirumah sakit
untuk menjalani terapi dan perawatan yang dapat menyebabkan kecemasan dan stres
pada anak. Menurut hasil penelitian Utami (2014) anak dapat mengalami stres
hospitalisasi dikarenakan oleh banyak faktor antara lain yaitu lingkungan rumah sakit,
berpisah dengan orang yang sangat berarti, kurangnya informasi, hilangnya kebebasan
dan kemandirian, pengalaman kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan
atau interaksi dengan petugas rumah sakit. Adanya dampak hospitalisasi ini dapat
memberikan efek negatif seperti anak tidak kooperatif dalam pelayanan kesehatan.

Di Indonesia, jumlah anak berdasarkan survei sosial ekonomi nasional (SUSEN AS)
tahun 2010 sebesar 20,72% dari jumlah total penduduk Indonesia dan diperkirakan 35
per 100 anak menjalani hospitalisasi. Survei awal penelitian yang dilakukan peneliti di
Rumah Sakit Gotong Royong, Surabaya didapatkan data umum jumlah anak yang dirawat inap
bulan Januaritahun 2017sebanyak 40 orang anak, bulan Februaritahun 2017sebanyak 35orang
anak dan dibulan Maret tahun 2017sebanyak 42 orang anak. Dari jumlah anak yang dirawat,
dikelompokkan berdasarkan usia yang terdiri dari usia bayi (3 bulan-1 tahun), toddler (1-3
tahun), anak usia prasekolah(3-6tahun) dan anak usia sekolah (7-14 tahun). Dilihat dari
kelompok umur tersebut, ternyata anak usia prasekolah yang paling banyak dirawat di Rumah
Sakit Gotong Royong, Surabayaselama rentang waktu (Januari-Maret 2017). Rumah Sakit
Gotong Royong, Surabaya belum menarapkan terapi bermain, sehingga setiap anak yang
hospitalisasi dihari pertama menunjukan perilaku tidak kooperatif. Hasilwawancara yang peneliti
lakukan di Rumah Sakit Gotong Royong, Surabaya dengan mewawancarai 10 orang tua yang
memiliki anak usia 3-6 tahun dan sedang dirawat didapatkan 7 dari 10 orang anak, setelah
dirawat inap pada hari ke 2, orangtua mengungkapkan bahwa anaknya sering menangis dan
bahkan tidak mau tidur, anaknya hanya meminta untuk pulang kerumah.

Anak usia prasekolah memandang hospitalisasi sebagai sebuah pengalaman yang menakutkan.
MenurutHockenbery & Wilson (2009) stresor dari stres hospitalisasi adalah cemas yang dimulai
dari fase protes, fase putus asa dan fase pelepasan. Pada fase protes,anak menunjukan sikap
protes dengan menangis terus-menerus dan hanya berhenti jika lelah. Pendekatan orang asing
dapat mencetuskan peningkatan stres. Pada fase putus asa perilaku yang dapat diobservasi adalah
tidak aktif, menarik diri dari orang lain, depresi, sedih, tidak tertarik terhadap lingkungan, tidak
komunikatif, mundur ke perilaku awal.
II. Tujuan
a. Tujuan umum
Setelah melakukan games edukasi,diharapkan anak dapat mengembangkan kreativitas
dan meningkatkan konsentrasi dalam mengingat.
b. Tujuan khusus
1. Mengeksplorasi berbagai macam sayur – sayuran.
2. Meningkatkan kemampuan dan kreativitas mengenal angka dan huruf.
3. Memberikan pemahaman tentang berbagai macam hewan.
4. Mengekspresikan perasaan,keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
III. Metode
Metode terapi bermain yang digunakan adalah individu di dalam individu, pada anak
usia 4 tahun diletakan di ruang terbuka. Tujuannya adalah untuk mengasah keterampilan
awalnya, yakni dalam mengetahui pada gambar dan mengekspresikan keinginanya.
IV. Media dan Alat
1. Mistar
2. Bwerbagai macam gambar (angka, huruf, buah – buahan, sayur – sayuran, dan hewan)
3. Kertas
4. Pensil dan penghapus
V. Kegiatan permainan

No Kegiatan Respon anak Waktu


.
1 Persiapan Ruangan, alat, anak, 10 menit
Menyiapkan ruangan dan keluarga siap
Menyiapkan alat-alat
Menyiapkan anak dan keluarga
2. Pembukaan Menjawab salam, 5 menit
Membuka dengan mengucap salam memperkenalkan diri
dan memperkenalkan diri
3. Isi Bermain bersama 5 menit
Menjelaskan pada anak dan keluarga dengan antusiasi 25 menit
tentang tujuan dan manfaat bermain, mengungkapkan 10 menit
menjelaskan cara permainan perasaannya dan
Mengajak anak bermain games tanggungjawab
edukasi (mengenal berbagai macam
hewan, sayur – sayuran, buah –
buahan, huruf, dan angka)
Mengevaluasi respon anak dan
keluarga
4. Penutup Memperhatikan dan 5 menit
Menyimpulkan dan mengucapkan menjawab salam
salam

VI. Pengorganisasian
a. Leader
Bertanggungjawab terhadap terlaksananya terapi bermain, yaitu membuka dan
menutup acara ini.
b. Co- Leader
Menjelaskan pelaksanaan dan mendemonstrasikan aturan dan cara bermain dalam
terapi bermain.
c. Fasilitator
Mempersiapkan alat dan tempat permainan serta mendampingi peserta dalam terapi
bermain.
d. Observer
Menyimpulkan jalannya terapi bermain dari awal hingga akhir kegiatan

VII. Setting Tempat


Terapi bermain ini dilakukan di ruang kelas dengan setting tempat sebagai berikut.

Keterangan :

= Anak = Co Leader = Leader

= Observer = Fasilitator

Anda mungkin juga menyukai