Anda di halaman 1dari 21

Laporan Pendahuluan Hiperemesis Gravidarum

DOSEN: Dr.Ns Anita, M.Kep.,Sp.Mat

Disusun oleh :

PUTRI FADILAH (1814401052)

TINGKAT 2 REGULER

POLTEKKES TANJUNG KARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN TANJUNG KARANG

TAHUN AJARAN 2019/2020


Laporan Pendahuluan

A. Definisi

Wiknjosastro (2005;h.275) mengatakan bahwa Hiperemesis gravidarum


adalah mual dan muntah yang berlebihan pada ibu hamil, seorang ibu menderita
hiperemesis gravidarum jika seorang ibu memuntahkan segala macam yang
dimakan dan diminumnya hingga berat badan ibu sangat turun, turgor kulit
kurang diurese kurang dan timbul aseton dalam air kencing.
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur
kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana segala apa yang dimakan
dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan
pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton
dalam urin bukan karena penyakit seperti appendicitis, pielititis, dan sebagainya
( Joseph HK, M. Nugroho S. 2010;161)
Sedang berdasarkan Manuaba (2004;h 49) menyebutkan bahwa
Hiperemesis Gravidarum adalah emesis gravidarum yang berlebihan sehingga
menimbukan gejala klinis serta menggangu kehidupan sehari- hari.

B. Etiologi

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada


bukti bahwa penyakit ini belum diketahui secara pasti. Berikut ini adalah hal-hal
yang menyebabkan hiperemesis gravidarum (Hidayati. 2009;66) :
1. Sering terjadi pada :
(a) Primigravida
Dikarenakan faktor adaptasi dan hormonal yang menyebakan primigravida
beresiko terhadap hiperenesis gravidarum. Karena sebagian kecil
primigravda belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan
gonadrotopin korionik (Manuaba 2009; 48)
(b) Molahidatidosa
Menurut Manuaba (2009;48) menyebutkan bahwa pada mola jumlah
hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi sehingga menyebabkan hiperemesis
gravidarum.
(c) Kehamilan kembar (Heidi Murkoff,dkk 2006;215)
Ini merupakan gejala kehamilan yang berebihan. Biasanya jika ada janin
kembar maka ibu akan mengalami mual di pagi hari yang dapat berlipat
ganda. Akan tetapi semua ini juga bisa terjadi pada kehamilan janin tunggal.

2. Faktor organik, karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi


maternal dan perubahan metabolik.

3. Faktor psikologis : keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa


takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab
dan sebagainya.

4. Faktor endokrin lainnya yaitu


a. Diabetes

Gejala mual muntah juga disebakan oleh gangguan traktus digestivus seperti
pada penderita diebetes melitus (gastroparesis diabeticorm). Hal ini
disebbkan oleh gangguan mortilitas usus pada penderita atau pada setelah
operasi vagotomi (sastrawinarta2005;65).
b. Grastitis (Muntah tanpa isi)
Vomitus yang terjadi pada saat makan atau segera sesudahnya dapat
menunjukkan vomitus psikogenetik atau ulkus peptik dengan pilorospasme.
Muntah yang terjadi 4-6 jam atau lebih setelah makan dan mengenai
eliminasi jumlah besar makanan yang tidak ditelan sering menunjukan
retensi lambung atau gangguan esofagus tertentu. Vomitus yang bersifat
proyektif atau tanpa didahului nausea menunjukan kemungkinan lesi pada
sistem saraf pusat (Horison. 2000; 243).

C. Tanda Dan Gejala


Batas antara mual dan muntah dalam kehamilan yang masih fisiologik dengan
hiperemesis gravidarum tidak jelas, akan tetapi muntah menimbulkan gangguan
kehidupan sehari-hari dan dehidrasi memberikan petunjuk bahwa wanita hamil telah
memerlukan perawatan yang intensif. (Jack Insley 2005;166) tipe dehidrasi secara
klinik, kulit kering, lidah kering. Dehidrasi di bagi menjadi 3 tingkatan yaitu

a) Dehidrasi isotonic (ringan)


Pada dehidrasi istonik (isonatremia), terjadi kehilangan air dan natrium secara
proporsional.
Ditandai dengan :
1) kehilangan BB 3-5%
2) kesan dan kondisi umum : haus, sadar, gelisah
3) nadi : kecepatan dan tekanan normal
4) RR : normal
5) Tekanan darah sistolik : normal
6) Elastisitas kulit : cubitan segera kembali
7) Mata : normal
8) Air mata : ada
9) Keluaran kencing : normal
10) Perkiraan defisit cairan : 30-50 mL/kg

b) Dehidrasi hipotonik (sedang)


Pada dehidrasi hipotonik (hiponatremia), natrium yang hilang lebih banyak
dibanding airnya.
Ditandai dengan :
1) kehilangan BB 6-9%
2) kesan dan kondisi umum : haus, gelisah atau letragis tetap
iritabel bila dipegang, mengantuk
3) nadi :cepat dan lemah
4) RR : dalam mungkin cepat
5) Tekanan darah sistolik : normal atau rendah;
hipotensi ortostatik
6) Elastisitas kulit : cubitan kembali perlahan
7) Mata : cekung
8) Air mata : tidak ada/berkurang
9) Keluaran kencing : jumlah berkurang dan pekat
10) Perkiraan defisit cairan : 60-90 mL/kg

c) Dehidrasi hipertonik (berat)


Pada dehidrasi hipertonik (hipernatremia), terdapat kehilangan cairan dan
natrium yang tidak proporsional. (Jack Insley. 2005;116-117) Ditandai dengan :
1) kehilangan BB 10% atau lebih
2) kesan dan kondisi umum : mengantuk, ekstremitas dingin,
sianotik, lembab, bias koma
3) nadi :cepat, sangat lemah, kadang tidak teraba
4) RR : dalam dan cepat
5) Tekanan darah sistolik : rendah, mungkin tidak teratur
6) Elastisitas kulit : cubitan tidak segera kembali
7) Mata : sangat cekung
8) Air mata : tidak ada
9) Keluaran kencing : anuria/oliguria berat
10) Perkiraan defisit cairan : 100/lebih mL/kg

Menurut Manuaba (2004, 49), hiperemesi gravidarum berdasarkan


berat ringannya gejala dapat dibagi kedalam 3 tingkatan.

a. Tingkatan I.(Hidayati 2007;67)


1) Muntah berlebihan
2) Dehidras ringan
3) Nyeri pada epigastrium
4) Berat badan menurun
5) nadi meningkat sekitar 100 per menit (Winkjosastro 2005; 277)
6) Tekanan darah sistolik menurun
7) Tugor kulit menurun
8) Lidah mengering
9) Tampak lemah dan lemas (Manuaba 2007; 396).
10) Urin masih normal (Joseph HK, M. Nugroho. S 2010; 162).

b. Tingkat II, sedang


1). Tampak lemah dan pusing
2). Dehidrasi sedang
3). Tugor kulit turun
4). Lidah mengering
5). Tampak ikterus
6). Nadi meningkat, temperatur naik, tekanan darah turun
7). Hemokonsentrasi disertai oliguria
8). Badan keton dalam keringat dan air kencing

c. Tingkat III, berat


1). Keadaan umum sangat menurun
2). Kesadaran somnolen sampai koma
3). Ikterus yang semakin nyata
4). Komplikasi yang mungkin tampak
(a). Nistagmus
(b). Diplopia
(c). perubahan mental
5). Muntah disertai darah

D. Patofisiologi
Ada yang menyatakan bahwa perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya
kadar esterogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trisemester pertama. Pengaruh
fisiologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dai sistem saraf pusat
akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan
wanita hamil, meskipn demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-
bulan (Wiknjosastro. 2005, 276-277).
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada
hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak
imbangnya elektrolit dengan alkolosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala-
gejala ini hanya terjadi pada sebagian wanita, tetapi factor psikologik merupakan
factor utama, disamping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang sebelum
kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tidak suka makan dan
mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat (Wiknjosastro.2005,
277).
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak
sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam
hidroksibutirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan
kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan
ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian
pula khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi,
sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat
makanan dan oksigen ke jaringan mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolic
yang toksik. Kekurangan kalsium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya
ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak,
dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan. Disamping
dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada
selaput lender esophagus dan lambung (Sindrom Mallory-Weiss), dengan akibat
perdarahan gastroinsestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan peredaran darah
dapat berhenti sendiri. Jarang diperlukan tranfusi atau tindakan operatif
(Wijknjosastro. 2005, 277).

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan darah, urine, dan bila
memungkinkan pemeriksaan fungsi hati dan ginjal. Bila muntah berkurang dan
kesadaran membaik, ibu hamil dapat diberikan makan minum dan mobilisasi
(Manuaba 2009; 51).

F. Penatalaksanaan
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang maka diperlukan:

1. Obat – obatan; Sedativa : Phenobarbital, Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B –


kompleks, Anti histamine : dramamin, avomin, Anti emetik (pada keadaan lebih
berat) : Dislikomin hidrokloride atau khlorpromasine. Penanganan hiperemesis
gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit
2. Isolasi; Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah
danperedaran udara yang baik, catat cairan yang keluar masuk, hanya dokter dan
perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita sampai muntah berhenti
pada penderita mau makan. Tidak diberikan makanan atau minuman dan selama
24 jam. Kadang – kadang dengan isolasi saja gejala – gejala akan berkurang atau
hilang tanpa pengobatan.

3. Terapi psikologika; perlu diyakinkan kepeda penderita bahwa penyakit dapat


disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan
serta menghilangkan masalah dan konflik.

4. cairan parenteral; cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
glukosa 5% dalam cairan fisiologis (2 – 3 liter/hari), dapat ditambah kalium dan
vitamin (vitamin B komplek, vitamin C), bila kekurangan protein dapat
diberiakan asam amino secara intravena, bila dalam 24 jam penderita tidak
muntah dan keadaan umum membaik dapat diberikan minuman dan lambat laun
makanan yang tidak cair. Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala –
gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik.

5. Menghentikan kehamilan; Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan


medik dan psikiatrik, manifestasi komplikasi organis adalah delirium, takikardi,
ikterus, anuria dan perdarahan dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan
untuk mengakhiri kehamilan keadaan yang memerlukan pertimbangan gugur
kandung diantaranya:

a. Gangguan kejiwaan ditandai dengan: delirium, apatis, somnolen sampai koma,


terjadi gangguan jiwa.

b. Gangguan penglihatan ditandai dengan: pendarahan retina, kemunduran


penglihatan.

c. Ganggguan faal ditandai dengan: hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam
bentuk anuria, jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat, tekanan
darah menurun. (Wiknjosastro, 2005).
H. Pathway
I. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nausea dan vomitus
yang menetap.

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan akibat vomitus dan
asupan cairan yang tidak adequat.

3. Ketakutan berhubungan dengan efek hiperemesis pada kesejahteraan janin.

4. Gangguan rasa nyaman : nyeri (perih) berhubungan dengan muntah yang


berlebihan, peningkatan asam lambung.

5. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan berhubungan dengan


keterbatasan informasi

6. Resiko perubahan integritas kulit berhubungan dengan penurunan darah dan


nutrisi kejaringan-jaringan sekunder akibat dehidrasi

7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber energi


sekunder.
J. Tujuan Keperawatan dan Kriteria Hasil

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil


. Keperawatan
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
Perubahan nutrisi
x 24 jam, diharapkan kebutuhan nutrisi klien
kurang dari
terpenuhi dengan kriteria hasil:
kebutuhan
1. Klien akan mengkonsumsi asupan oral diet
berhubungan
yang mengandung zat gizi yang adequat.
dengan nausea
dan vomitus yang 2. Klien tidak mengalami nausea dan vomitus.
menetap.
3. Klien akan menoleransi diit yang telah di
programkan.

4. Klien akan mengalami peningkatan berat


badan yang sesuai selama hamil.

2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3


Defisit volume
x 24 jam, diharapkan kebutuhan cairan klien
cairan
terpenuhi dengan kriteria hasil:
berhubungan
1. Keseimbangan cairan dan elektrolit akan
dengan
kembali ke kondisi normal, yang terbukti
kehilangan cairan
dengan turgor kulit normal, membran mukosa
akibat vomitus
lembab, berat badan stabil, tanda-tanda vital
dan asupan cairan
dalam batas normal; elektrolit, serum,
yang tidak
hemoglobin, hematokrit, dan berat jenis urin
adequat.
akan berada dalam batas normal.
2. Klien tidak akan muntah lagi
3. Klien akan mengkonsumsi asupan dalam
jumlah yang adequat.
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
Ketakutan
x 24 jam, diharapkan ketakutan klien teratasi
berhubungan
dengan kriteria hasil:
dengan efek
1. klien memverbalisasi perasaan dan
hiperemesis pada
kekhawatirannya tentang kesejahteraan janin.
kesejahteraan
janin.

4. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3


Gangguan rasa
x 24 jam, diharapkan nyeri hilang/berkurang
nyaman : nyeri
dengan kriteria hasil:
(perih)
1. Klien mengungkapkan secara verbal.
berhubungan
2. Nyeri hilang atau berkurang
dengan muntah
3. pasien dapat beristirahat dengan tenang
yang berlebihan,
peningkatan asam
lambung.

5. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3


Kurang
x 24 jam, diharapkan klien mengerti tentang
pengetahuan
perubahan fisiologis dan pskologis yang normal
tentang penyakit
dan tanda-tanda bahaya kehamilan dengan kriteria
dan pengobatan
hasil:
berhubungan
dengan 1. Klien menjelaskan perubahan fisiologis dan
keterbatasan pskologis normal berkaitan dengan kehamilan
informasi trimester pertama.
2. Klien menunjukkan perilaku perawatan diri
sendiri yang meningkatkan kesehatan.
3. Mengidentifikasi tanda-tanda bahaya
kehamilan.

6. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3


Resiko perubahan
x 24 jam, diharapkan tidak terjadi ganguan
integritas kulit
integritas kulit dengan kriteria hasil:
berhubungan
1. Mengidentifikasi dan menunjukkan
dengan
perilaku untuk mempertahankan kulit halus,
penurunan darah
kenyal, utuh.
dan nutrisi
kejaringan-
jaringan sekunder
akibat dehidrasi

7. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3


Intoleransi
x 24 jam, diharapkan Pasien dapat beraktivitas
aktivitas
secara mandiri dengan kriteria hasil:
berhubungan
1. Pasien dapat memperlihatkan kemajuan
dengan
khususnya tingkat yang lebih tinggi.
ketidakadekuatan
2. Pasien mengidentifikasi faktor-faktor yang
sumber energi
menurunkan toleransi aktivitas.
sekunder.
K. Intervensi dan Rasional

No Daignosa Intervensi Rasional


. Keperawatan
1.
Perubahan 1. Catat intake dan output. 1. Menentukan hidrasi
nutrisi kurang 2. Anjurkan makan dalam cairan dan pengeluaran
dari porsi kecil tapi sering melalui muntah.
kebutuhan 3. Anjurkan untuk 2. Dapat mencukupi asupan
berhubungan menghindari makanan nutrisi yang dibutuhkan
dengan yang berlemak tubuh.
nausea dan 4. Anjurkan untuk makan 3. Dapat merangsang mual
vomitus yang makanan selingan dan muntah.
menetap. seperti biskuit, roti dan 4. Makanan selingan dapat
teh (panas) hangat mengurangi atau
sebelum bagun tidur 5. Untuk mempertahankan
pada siang hari dan keseimbangan nutrisi.
sebelum tidur. 6. Untuk mengetahui
5. Catat intake TPN, jika integritas inukosa mulut.
intake oral tidak dapat 7. Untuk mempertahankan
diberikan dalam integritas mukosa mulut.
periode tertentu. 8. Mengidenfifikasi adanya
6. Inspeksi adanya iritasi anemi dan potensial
atau Iesi pada mulut. penurunan kapasitas
7. Kaji kebersihan oral pcmbawa oksigen ibu.
dan personal hygiene Klien dengan kadar Hb <
serta penggunaan 12 gr/dl atau kadar Ht <
cairan pembersih mulut 37 % dipertimbangkan
sesering mungkin. anemi pada trimester
8. Pantau kadar 9. Menetapkan data dasar ;
Hemoglobin dan dilakukan secara rutin
Hemotokrit untuk mendeteksi situasi
9. Test urine terhadap potensial resiko tinggi
aseton, albumin dan seperti ketidakadekuatan
glukosa. asupan karbohidrat,
Diabetik kcloasedosis dan
Hipertensi .

2. 1. Tentukan frekuensi 1. Memberikan data


Defisit
atau beratnya berkenaan dengan semua
volume
mual/muntah. kondisi. Peningkatan
cairan
2. Tinjau ulang riwayat kadar hormon Korionik
berhubungan
kemungkinah masalah gonadotropin (HCG),
dengan
medis lain (misalnya perubahan metabolisme
kehilangan
Ulkus peptikum, karbohidrat dan
cairan akibat
gastritis. penurunan motilitas
vomitus dan
3. Kaji suhu badan dan gastrik memperberat
asupan cairan
turgor kulit, membran mual/muntah pada
yang tidak
mukosa, TD, kehamilan. \
adequat.
input/output dan berat 2. Membantu dalam
jenis urine. Timbang mengenyampingkan
BB klien setiap hari. penyebab lain untuk
4. Anjurkan peningkatan mengatasi masalah khusus
asupan minuman dalam mengidentifikasi
berkarbonat, makan intervensi.
sesering mungkin 3. Sebagai indikator dalam
dengan jumlah sedikit. membantu mengevaluasi
Makanan tinggi tingkat atau kebutuhan
karbonat seperti : roti hidrasi.
kering sebelum bangun 4. Membantu dalam
dari tidur. meminimalkan
mual/muntah dengan
menurunkan keasaman
lambung.
3.
Ketakutan
1. Memperlihatkan sikap 1. Sikap yang
berhubungan
menerima rasa takut menerima takut
dengan efek
klien klien akan
hiperemesis
2. Mendorong untuk memungkinkan
pada
mengungkapakn komunikasi terbuka
kesejahteraan
perasaan dan tentang sumber ketakutan.
janin.
kekhawatirannya. 2. Pengetahuan tentang
3. Memberi informasi risiko potensial pada janin
yang berhubungan dapat membantunya
dengan risiko potensial menghilangkan rasa takut.
yang dapat terjadi pada 3. Strategi koping yang
janinnya. efektif dibutuhkan untuk
memampukan klien
mengatasi penyakit yang
dideritanya dan efek-efek
penyakit tersebut
4. 1. Kaji skala nyeri, 1. Menentukan perubahan
Gangguan
karakteristik, kualitas, dalam tingkat nyeri dan
rasa nyaman :
frekuensi dan lokasi mengevaluasi nilai skala
nyeri (perih)
nyeri. nyeri. Mengidentifikasi
berhubungan
2. Anjurkan penggunaan sumber sumber multiple
dengan
tekhnik relaksasi dan dan jenis nyeri.
muntah yang
distraksi 2. Menggunakan strategi ini
berlebihan,
3. Yakinkan pada klien sejalan dengan pemberian
peningkatan
bahwa perawat analgesic untuk
asam
mengetahui nyeri yang mengurangi atau
lambung.
dirasakannya dan akan mengalihkan respon
berusaha membantu terhadap nyeri.
untuk mengurangi 3. Ketakutan bahwa nyari
nyeri tersebut. akan tidak dapat diterima
4. Berikan kembali skala seperti peningkatan
pengkajian nyeri ketegangan dan ansietas
5. Catat keparahan nyeri yang nyata dan
pasien dengan bagan. menurunkan toleransi
6. Kolaborasi pemberian nyeri.
analgesik sesuai 4. Memungkinkan
indikasi. pengkajian terhadap
keefektifan analgesic dan
mengidentifikasi
kebutuhan terhadap tindak
lanjut bila tidak efektif.
5. Membantu dalam
menunjukkan kebutuhan
analgesic tambahan atau
pendekatan alternative
terhadap penatalaksanaan
nyeri.
6. Analgesic lebih efektif
bila diberikan pada awal
siklus nyeri.
5. 1. Jelaskan tentang 1. Untuk mengetahui
Kurang
Hiperemesis seberapa dalam
pengetahuan
Grvidarum dan kaji pengetahuan pasien
tentang
pengetahuan pasien. tentang penyakitnya dan
penyakit dan
2. Berikan pendidikan tentang
pengobatan
kesehatan tentang penatalaksanaannya di
berhubungan
hiperemesis rumah.
dengan
gravidarum. 2. Untuk meningkatkan
keterbatasan
3. Buat hubungan pengetahuan pasien
informasi
perawat-klien yang tentang hiperemesis
mendukung dan terus gravidarum.
menerus. 3. Peran penyuluh atau
4. Evaluasi pengetahuan konselor dapat
dan keyakinan budaya memberikan bimbingan
saat ini berkenaan antisipasi dan
dengan perubahan meningkatkan tanggunmg
fisiologis/psikologis jawab individu terhadap
yang normal pada kesehatan.
kehamilan, serta 4. Memberikan informasi
keyakinan tentang untuk membantu
aktivitas, perawatan mengidentifikasi
diri dan sebagainya. kebutuhan-kebutuhan dan
5. Klarifikasi membuat rencana
kesalahpahaman. keperawatan.
6. Tentukan derajat 5. Ketakutan biasanya
motivasi untuk belajar. timbul dari kesalahan
7. Pertahankan sikap informasi dan dapat
terbuka terhadap mengganggu
keyakinan pembelajaran selanjutnya.
klien/pasangan. 6. Klien dapat mengalami
8. Jawab pertanyaan kesulitan dalam belajar
tentang perawatan dan kecuali kebutuhan untuk
pemberian makan bayi. belajar tersebut jelas.
9. Identifikasi tanda 7. Penerimaan penting untuk
bahaya kehamilan, mengembangkan dan
seperti perdarahan, mempertahankan
kram, nyeri abdomen hubungan.
akut, sakit punggung, 8. Memberikan informasi
edema, gangguan yang dapat bermanfaat
penglihatan, sakit untuk membuat pilihan.
kepala dan tekanan 9. Membantu klien
pelvis. membedakan yang normal
dan abnormal sehngga
membantunya dalam
mencari perawatan
kesehatan pada waktu
yang tepat
6. 1. Observasi kemerahan, 1. Area ini meningkat
Resiko
pucat, ekskoriasi. risikonya untuk kerusakan
perubahan
2. Dorong mandi tiap 2 dan memerlukan
integritas
hari 1x, pengganti pengobatan lebih intensif.
kulit
mandi tiap hari. 2. Sering mandi membuat
berhubungan
3. Gunakan krim kulit dua kekeringan kulit.
dengan
kali sehari dan setelah 3. Melicinkan kulit dan
penurunan
mandi. mengurangi gatal.
darah dan
4. Diskusikan pentingnya 4. Meningkatkan
nutrisi
perubahan posisi sirkulasidan perfusi kulit
kejaringan-
sering, perlu untuk dengan mencegah tekanan
jaringan
mempertahankan lama pada jaringan.
sekunder
aktivitas. 5. Perbaikan nutrisi dan
akibat
5. Tekankan pentingnya hidrasi akan memperbaiki
dehidrasi
masukan nutrisi/cairan kondisi kuulit.
adequat.
7. 1. Tingkatkan tirah 1. Meningkatkan istirahat
Intoleransi
baring/duduk. Berikan dan ketenangan.
aktivitas
lingkungan yang 2. Meningkatkan fungsi
berhubungan
tenang; batasi pernapasan dan
dengan
pengunjung sesuai meminimalkan tekanan
ketidakadeku
keperluan. pada area tertentu untuk
atan sumber
2. Ubah posisi dengan menurunkan risiko
energi
sering. Berikan kekurangan jaringan.
sekunder.
perawatan kulit yang 3. Tirah baring lama dapat
baik. menurunkan kemampuan.
3. Tingkatkan aktivitas Ini dapat terjadi karena
sesuai toleransi, bantu keterbatasan aktivitas
melakukan latihan yang mengganggu periode
rentang gerak sendi istirahat.
pasif/aktif. 4. Meningkatkan relaksasi
4. Dorong penggunaan dan penghematan energy,
tekhnik manajemen memusatkan kembali
stress. Contoh relaksasi perhatian dan dapat
progresif, visualisasi, meningkatkan koping.
bimbingan imajinasi. 5. Membantu dalam
5. Kolaborasi pemberian Manajemen
obat sesuai indikasi: kebutuhan tidur.
sedatif, agen
antiansietas, contoh
diazepam (valium);
lorazepam(ativan).

DAFTAR PUSTAKA
Alden K.R, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Dialihbahasakan oleh Maria A.
Jakarta: EGC.
Beaty A.N, 2011. Biologi Reproduksi Kehamilan dan Persalinan. Yogyakarta: 55283.
Judith M. Wilkinson, 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Dialihbahasakan oleh Esti
W. Jakarta: EGC.
Mitayani, 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika. Oxorn H, 2010.
Ilmu Kebidanan: Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta:
ANDI; YEM.
.www. Ilmu Kesehatan.com/324/ Hubungan-Keluarga-Berencana-dengan-
Pencegahan-Kematian-Maternal-dan-Neonatal,html(jam 17.45 wib)

Anda mungkin juga menyukai