Disusun oleh :
TINGKAT 2 REGULER
A. Definisi
B. Etiologi
Gejala mual muntah juga disebakan oleh gangguan traktus digestivus seperti
pada penderita diebetes melitus (gastroparesis diabeticorm). Hal ini
disebbkan oleh gangguan mortilitas usus pada penderita atau pada setelah
operasi vagotomi (sastrawinarta2005;65).
b. Grastitis (Muntah tanpa isi)
Vomitus yang terjadi pada saat makan atau segera sesudahnya dapat
menunjukkan vomitus psikogenetik atau ulkus peptik dengan pilorospasme.
Muntah yang terjadi 4-6 jam atau lebih setelah makan dan mengenai
eliminasi jumlah besar makanan yang tidak ditelan sering menunjukan
retensi lambung atau gangguan esofagus tertentu. Vomitus yang bersifat
proyektif atau tanpa didahului nausea menunjukan kemungkinan lesi pada
sistem saraf pusat (Horison. 2000; 243).
D. Patofisiologi
Ada yang menyatakan bahwa perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya
kadar esterogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trisemester pertama. Pengaruh
fisiologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dai sistem saraf pusat
akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan
wanita hamil, meskipn demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-
bulan (Wiknjosastro. 2005, 276-277).
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada
hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak
imbangnya elektrolit dengan alkolosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala-
gejala ini hanya terjadi pada sebagian wanita, tetapi factor psikologik merupakan
factor utama, disamping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang sebelum
kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tidak suka makan dan
mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat (Wiknjosastro.2005,
277).
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak
sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam
hidroksibutirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan
kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan
ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian
pula khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi,
sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat
makanan dan oksigen ke jaringan mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolic
yang toksik. Kekurangan kalsium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya
ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak,
dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan. Disamping
dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada
selaput lender esophagus dan lambung (Sindrom Mallory-Weiss), dengan akibat
perdarahan gastroinsestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan peredaran darah
dapat berhenti sendiri. Jarang diperlukan tranfusi atau tindakan operatif
(Wijknjosastro. 2005, 277).
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan darah, urine, dan bila
memungkinkan pemeriksaan fungsi hati dan ginjal. Bila muntah berkurang dan
kesadaran membaik, ibu hamil dapat diberikan makan minum dan mobilisasi
(Manuaba 2009; 51).
F. Penatalaksanaan
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang maka diperlukan:
4. cairan parenteral; cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
glukosa 5% dalam cairan fisiologis (2 – 3 liter/hari), dapat ditambah kalium dan
vitamin (vitamin B komplek, vitamin C), bila kekurangan protein dapat
diberiakan asam amino secara intravena, bila dalam 24 jam penderita tidak
muntah dan keadaan umum membaik dapat diberikan minuman dan lambat laun
makanan yang tidak cair. Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala –
gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik.
c. Ganggguan faal ditandai dengan: hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam
bentuk anuria, jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat, tekanan
darah menurun. (Wiknjosastro, 2005).
H. Pathway
I. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nausea dan vomitus
yang menetap.
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan akibat vomitus dan
asupan cairan yang tidak adequat.
DAFTAR PUSTAKA
Alden K.R, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Dialihbahasakan oleh Maria A.
Jakarta: EGC.
Beaty A.N, 2011. Biologi Reproduksi Kehamilan dan Persalinan. Yogyakarta: 55283.
Judith M. Wilkinson, 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Dialihbahasakan oleh Esti
W. Jakarta: EGC.
Mitayani, 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika. Oxorn H, 2010.
Ilmu Kebidanan: Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta:
ANDI; YEM.
.www. Ilmu Kesehatan.com/324/ Hubungan-Keluarga-Berencana-dengan-
Pencegahan-Kematian-Maternal-dan-Neonatal,html(jam 17.45 wib)