Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF

Keperawatan Dasar Profesi

KELOMPOK 1

Lulu Dwi Rahmawati


Linda Nur Herlina
Milania Dewi
Etik Diyah Andreana

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS AL IRSYAD CILACAP
TAHUN PELAJARAN 2O21
Laporan Pendahuluan

Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

a. Pengertian

Bersihan jalan napas tidak efektif merupakan suatu keaadaan dimana

individu mengalami ancaman yang nyata atau potensial berhubungan

dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif (Carpenito & Moyet,

2013).

Pengertian lain juga menyebutkan bahwa bersihan jalan napas tidak

efektif merupakan ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi

jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten (Tim Pokja

SDKI DPP PPNI, 2016).

b. Etiologi

Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016), penyebab dari bersihan jalan

napas tidak efektif antara lain.

1. Spasme jalan napas

2. Hipersekresi jalan napas

3. Disfungsi neuromuscular

4. Benda asing dalam jalan napas

5. Adanya jalan napas buatan

6. Sekresi yang tertahan

7. Hyperplasia dinding jalan napas

8. Proses infeksi dan respon alergi


9. Efek agen farmakologis

c. Manifestasi Klinis

Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016), gejala dan tanda pada

masalah bersihan jalan napas tidak efektif antara lain.

a. Batuk tidak efektif

b. Tidak mampu batuk

c. Sputum berlebih

d. Mengi atau wheezing, dan/ ronki kering

e. Mekonium dijalan napas (neonates)

d. Pathways

Virus bakteri atipkal


(mikroplasma) aspirasi substansi asing

Terhirup bersama udara


melalui hidung

Edema dan fasodilatasi

Obstruksi jalan nafas

Bersihan jalan nafas tidak


efektif
e. Komplikasi

Menurut Bararah & Jauhar (2013), komplikasi yang dapat terjadi pada

bersihan jalan napas tidak efektif jika tidak ditangani antara lain.

1. Hipoksemia

Merupakan keadaan di mana terjadi penurunan konsentrasi oksigen

dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi oksigen arteri (SaO2) di

bawah normal (normal PaO2 85-100 mmHg, SaO2 95%). Pada

neonatus, PaO2 < 50 mmHg atau SaO2 < 88%. Pada dewasa, anak,

dan bayi, PaO2 < 60 mmHg atau SaO2 < 90%. Keadaan ini

disebabkan oleh gangguan ventilasi, perfusi, difusi, pirau (shunt), atau

berada pada tempat yang kurang oksigen. Pada keadaan hipoksemia,

tubuh akan melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan

pernapasan, meningkatkan stroke volume, vasodilatasi pembuluh

darah, dan peningkatan nadi. Tanda dan gejala hipoksemia di

antaranya sesak napas, frekuensi napas dapat mencapai 35 kali per

menit, nadi cepat dan dangkal serta sianosis.

2. Hipoksia

Merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak

adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi

oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen pada

tingkat seluler. Hipoksia dapat terjadi setelah 4-6 menit ventilasi

berhenti spontan. Penyebab lain hipoksia yaitu.

a) Menurunnya hemoglobin

b) Berkurangnya konsentrasi oksigen.


c) Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen

d) Menurunnya difusi oksigen dari alveoli kedalam darah seperti

pada pneumonia

e) Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok

f) Kerusakan atau gangguan ventilasi Tanda-tanda hipoksia di

antaranya kelelahan, kecemasan, menurunnya kemampuan

konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam,

sianosis, sesak napas, serta jari tabuh (clubbing finger).

3. Gagal napas

Merupakan keadaan dimana terjadi kegagalan tubuh memenuhi

kebutuhan karena pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara

adekuat sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas karbondioksida dan

oksigen. Gagal napas ditandai oleh adanya peningkatan

karbondioksida dan penurunan oksigen dalam darah secara signifikan.

Gagal napas disebabkan oleh gangguan system saraf pusat yang

mengontrol pernapasan, kelemahan neuromuskular, keracunan obat,

gangguan metabolisme, kelemahan otot pernapasan, dan obstruksi

jalan napas.

4. Perubahan pola napas

Frekuensi pernapasan normal pada anak berbeda pada masing -

masing usia. Perubahan pola napas adalah suatu keadaan dimana

frekuensi pernapasan tidak berada pada rentang normal. Perubahan

pola napas dapat berupa hal - hal sebagai berikut.

a) Dispneu, yaitu kesulitan bernapas


b) Apneu, yaitu tidak bernapas atau berhenti bernapas

c) Takipneu, pernapasan yang lebih cepat dari normal

d) Bradipneu, pernapasan lebih lambat dari normal

e) Kussmaul, pernapasan dengan panjang ekspirasi dan inspirasi

sama, sehingga pernapasan menjadi lambat dan dalam.

f) Cheyney-stokes, merupakan pernapasan cepat dan dalam

kemudian berangsur - angsur dangkal dan diikuti periode apneu

yang berulang secara teratur.

g) Biot, adalah pernapasan dalam dan dangkal disertai masa apneu

dengan periode yang tidak teratur.

f. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium

a) Leukosit 18.000 – 40.000/mm3

b) Hitung jenis di dapatkan geseran ke kiri

c) LED meningkat

2. X – foto dada Terdapat bercak – bercak infiltrat yang tersebar

(Nursalam,2013)

g. Masalah keperawatan

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Faktor yang Berhubungan :

1. Lingkungan

a) Perokok

b) Perokok Pasif

c) Terpajan asap
2. Obstruksi jalan napas

a) Adanya jalan napas buatan

b) Benda asing dalam jalan napas

c) Eksudat dalam alveoli

d) Hiperplasia pada dinding bronkus

e) Mukus berlebihan

f) Penyakit paru obstruksi kronis

g) Sekresi yang tertahan

h) Spasme jalan napas

3. Fisiologis

a) Asma

b) Disfungsi neuromuscular

c) Infeksi

d) Jalan napas alergi (Herdman T. H., 2016).

h. Penatalaksanaan:

1. Terapi farmakologi

Dengan pemberian obat-obatan, bronkodilator, anti inflamasi,

antibiotik, mukolitik, dan antitusif. Pengobatan penunjang antara lain

rehabilitasi (edukasi, berhenti merokok, latihan fisik dan respirasi,

nutrisi), terapi oksigen, ventilasi mekanik, ioperasi paru, dan vaksinasi

influenza (kemenkes RI, 2008).


2. Terapi non farmakologi

Untuk menangani kasus gangguan bersihan jalan napas dapat

diberikan rehabilitasi seperti latihan fisik, latihan pernapasan dan

fisioterapi dada, Pemberian minum air hangat.

i. Intervensi keperawatan

NOC :

Respiratory status : Ventilation

Respiratory status : Airway patency

Aspiration Control

Kriteria Hasil :

1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak

ada siaonosis dan dyspnea (mampu mengeluarkan sputum, mampu

bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

2. Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama

nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara

nafas abnormal)

3. Mmpu mengidentifikasi dan nencegah faktor yang dapat menghambat

jalan nafas.

NIC :

Manajemen jalan nafas

1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

2. Lakukan fisioterapi dada sebagai mana mestinya

3. Buang secret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau

menyedot lender
4. Instruksikan bagaimana agar bias melakukan batuk efektif

5. Auskultasi suara nafas

6. Posisikan untuk meringankan sesak nafas

Penghisapan lendir pada jalan nafas

1. Gunakan alat pelindung

2. Tentukan perlunya suksion mulut atau trachea

3. Auskultasi suara naafs sebelum dans etelah tindakan suction

4. Innstruksikan kepada pasien untuk menarik nafas dalam sebelum

dilakukan suction

5. Monitor adanya nyeri

6. Monitor status oksigenasi pasien

7. Monitor dan catat warna, jumlah dan konsistensi secret

Monitor pernafasan

1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas

2. Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan otot bantu

pernafasan dan retraksi otot

3. Monitor suara nafas tambahan

4. Monitor pola nafas

5. Auskultasi suara nafas, catat area dimana terjadi penurunan atau tidak

adanya ventilasi dan keberadaan suara nafas tambahan

6. Kaji perlunya penyedotan pada jalan nafas dengan auskultasi suara

nafas ronki di paru

7. Monitor kemampuan batuk efektif pasien

8. Berikan bantuan terapi nafas jika diperlukan (misalnya nebulizer)

Anda mungkin juga menyukai