Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN OKSIGENASI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Dasar Profesi

Oleh :

Jajang Ahmad Saputra

NPM: 214120043

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2021
1. Konsep Dasar Gangguan Kebutuhan Dasar Oksigenasi

A. Pengertian

Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan dalam proses

kehidupan karena oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh

(Taqwaningtyas, Ficka (2013) dalam Hidayat dan Uliyan, 2015). Oksigenasi

adalah suatu proses untuk mendapatkan O2 dan mengeluarkan CO2.

Kebutuhan fisiologi oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang

digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk

mempertahankan hidupnya dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel

(Kusnanto, 2016).

Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih

tinggi dibandingkan dengan oksigen di atmosfer. Konsentrasi oksigen dalam

udara ruangan adalah 21 %. Tujuan terapi oksigen adalah memberikan

transport oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya

bernafas dan mengurangi stress pada miokardium (Mutaqqin, 2014).


B. Etiologi

Adapaun etiologi yang mempengaruhi klien mengalami gangguan

oksigenisasi yaitu.

1. Factor Fisologi

a. Menurunnya kapasitas pengikatan O2 seperti anemia.

b. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi

saluran pernapasan

c. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan

transport O2 terganggu

d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu

hamil, luka, dan lain-lain.

e. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada

kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyakit

kronik seperti TBC paru.

2. Faktor Perkembangan

a. Bayi premature yang disebabkan kurangnya pembentukan

surfaktan,

b. Bayi dan toddler adanya resiko infeksi saluran pernapasan akut.

c. Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernapasan

dan merokok.
d. Dewasa muda dan pertengahan: diet yang tidak sehat, kurang

aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-

paru.

e. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan

kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru

menurun.

3. Faktor Perilaku

a. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan

ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat

oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulka

arterioklerosis.

b. Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.

c. Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah

perifer dan koroner.

d. Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan): menyebabkan intake

nutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan haemoglobin,

alcohol, menyebabkan depresi pusat pernapasan.

e. Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat.

C. Patofisiologi

Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan transportasi.

Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar

dari dank e paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka

oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direpson
jalan nafas sebagao benda asing yang menimbulkan pengeluaran mucus.

Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu

akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selian kerusakan pada

ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume

sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat

mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2016).

D. Pathway

Sumber : Smeltzer & Bare (2013)

E. Manifestasi Klinis

Adanya penggunaan otot bantu pernapasa, fase ekpirasi memanjang, pola

napas abnormal (mis. Takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-


stokes), pernapasan pursed-lip, pernapasan cuping hidung, diameter thoraks

anterior-posterior meningkat, ventilasi semenit menurun, kapasitas vital

menurun, tekanan ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun, ekskursi

dada berubah menjadi tanda dan gejala adanya pola napas tidak efektif

sehingga menjadi gangguan oksigenisasi (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

Adanya PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia, pH arteri

meningkat/menurun, bunyi napas tambahan, sianosis, diaphoresis, gelisah,

napas cuping hidung, pola napas abnormal (cepat/lambat, regular/ireguler,

dalam/dangkal), warna kulit abnormal (mis. Pucat, kebiruan) dan kesadaran

menurun menjadi tanda dan gejala gangguan pertukaran gas (Tim Pokja SDKI

DPP PPNI, 2017).

Tanda dan gejala bersihan jalan napas tidak efektif adalah batuk tidak

efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebihan, mengi, wheezing, dan/atau

ronkhi kering, mekonium di jalan napas (pada neonates), gelisah, sianosis,

bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah, dan pola napas berubah (Tim

Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

Pada gangguan ventilasi spontan menunjukkan adanya tanda dan gejala

seperti penggunaan otot bantu napas meningkat, volume tidal menurun, PCO2

meningkat, PO2 menurun, SaO2 menurun, gelisah dan takikardia (Tim Pokja

SDKI DPP PPNI, 2017).


F. Fisiologi Perubahan Fungsi Pernafasan

Adapun perubahan fungsi pernapasan, sebagai berikut.

1. Hiperventilasi. Hiperventilasi adalah adanya ‘ketidak-beresan’ pada

dada atau jantung.Kondisi disaat tubuh lebih banyak mengeluarkan

karbon dioksida daripada menghirupnya. CO2 dalam tubuh berkurang.

Level rendah tersebut memicu penyempitan pembuluh drah yag

memasok darah ke otak. Ketika hal itu terjadi maka akan merasa

‘melayang’ dan kesemutan pada jari (Pratiwi, 2016). Tanda-tanda dan

gejala hiperventilasi adalah takikardia, napas pendek, nyeri dada (chest

pain), menurunkan kinsentrasi, disorientasi, tinnitus.

2. Hipoventilasi. Hipoventilasi didefinisikan sebagai gangguan ketika

bernapas terlalu pendek atau terlalu lambat sehingga pemenuhan

oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh terjadi sangat lambat (Savitri,

2017). Biasanya terjadi pada keadaan atelektasis (kolaps paru). Tanda-

tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala,

penurunan kesadaran, disorientasi, kardiakdisritmia,

ketidakseimbangan elektrolit, kejang dan kardiak arrest.

3. Hipoksia. Hipoksia adalah keadaan di mana terjadi defisiensi oksigen

yang mengakibatkan kerusakan sel akibat penurunan respirasi oksidatif

aerob pada sel (Kumar, 2005). Tidak adekuatnya pemenuhan O2

seluler akibat dari defesiensi O2 yang diinspirasi atau meningkatkan

penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia dapat disebabkan oleh:


a. Menurunnya Hb

b. Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung

c. Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti pada keracunan

sianida

d. Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti

peneumonia

e. Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok

f. Kerusakan/gangguan ventilasi

Menurut Martin (2005), tanda-tanda hipoksia antara lain:

kelelahan, kecemasan, menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi

meningkat, pernapasan cepat dan dalam, sianosis, sesak napas dan

clubbing.

G. Penatalaksanaan

a. Medis

1) Pemantauan Hemodinamika

2) Pengobatan Bronkodilator

3) Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh

dokter, missal. Nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu

pemberian oksigen jika diperlukan.

b. Keperawatan

1) Pembersihan jalan nafas

2) Latihan batuk efektif

3) Suctioning
4) Jalan nafas buatan

5) Atur posisi pasien (Semi fowler)

6) Pemberian oksigen

7) Teknik bernafas dan relaksasi

8) Gangguan pertukaran gas

H. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya

gangguan oksigenasi yaitu:

a. EKG : menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung,

mendeteksi transmisi impuls dan posisi listrik jantung.

b. Pemeriksaan stress latihan, digunakan mengevaluasi respond jantung

terhadap stress fisik. Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang

respond miokard terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dan

menentukan keadekuatan aliran darah koroner.

c. Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi:

pemeriksaan fungsi patu, analisis gas darah (AGD).

I. Komplikasi

Obtruksi / sumbatan jalan napas atau gangguan pernafasan dapat


mempengaruhi system organ lain terutama system kardiovaskuler misalnya
aritima dan takhikardi. Selain itu dapat mengakibatkan kondisi lain seperti
Penurunan Kesadaran, Hipoksia, Cemas, dan gelisah.
2. Asuhan Keperawatan

A. Identitas

Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,


pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
B. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama: klien mengeluh sesak nafas, nyeri dada.
b. Riwayat penyakit sekarang: asma, CHF, AMI, ISPA.
c. Riwayat penyakit dahulu: pernah menderita asma, CHF, AMI, ISPA,
batuk.
d. Riwayat penyakit keluarga: mendapatkan data riwayat kesehatan keluarga
pasien
C. Pola kesehatan fungsional
Hal-hal yang dapat dikaji pada gangguan oksigenasi adalah :
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Bagaimana perilaku individu tersebut mengatasi masalah kesehatan,
adanya faktor risiko sehubungan dengan kesehatan yang berkaitan dengan
oksigen.
b. Pola Aktivitas-latihan
Adanya kelemahan atau keletihan, aktivitas yang mempengaruhi
kebutuhan oksigenasi  seseorang. Aktivitas berlebih dibutuhkan oksigen
yang banyak. Orang yang biasa olahraga, memiliki peningkatan aktivitas
metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen.
c. Pola istirahat-tidur
Adanya gangguan oksigenasi menyebabkan perubahan pola istirahat.
d. Pola nutrisi metabolic
Kebiasaan diit buruk seperti obesitas akan mempengaruhi oksigenasi
karena ekspansi paru menjadi pendek. Klien yang kurang gizi, mengalami
kelemahan otot pernafasan.
e. Pola eliminasi
Perubahan pola defekasi (darah pada feses, nyeri saat devekasi), perubahan
berkemih (perubahan warna, jumlah, frekuensi)
f. Pola kognitif dan perceptual
Rasa kecap lidah berfungsi atau tidak, gambaran indera pasien terganggu
atau tidak, penggunaaan alat bantu dalam penginderaan pasien.
g. Pola konsep diri
Keadaan social yang mempengaruhi oksigenasi seseorang (pekerjaan,
situasi keluarga, kelompok sosial), penilaian terhadap diri sendiri (gemuk/
kurus).
h. Pola Koping
Adanya stress yang memengaruhi status oksigenasi pasien.
i. Pola seksual-reproduksi
Perilaku seksual setelah terjadi gangguan oksigenasi dikaji
j. Pola peran hubungan
Kebiasaan berkumpul dengan orang-orang terdekat yang memiliki
kebiasaan merokok sehingga mengganggu oksigenasi seseorang.

k. Pola Nilai dan Kepercayaan


Status ekonomi dan budaya yang mempengaruhi oksigenasi, adanya
pantangan atau larangan minuman tertentu dalam agama pasien.
D. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran: kesadaran menurun
b. TTV: peningkatan frekuensi pernafasan, suhu tinggi
c. Head to toe
1) Mata: Konjungtiva pucat (karena anemia), konjungtiva sianosis (karena
hipoksemia), konjungtiva terdapat petechie (karena emboli atau
endokarditis)
2) Mulut dan bibir: Membran mukosa sianosis, bernafas dengan
mengerutkan mulut
3) Hidung : Pernafasan dengan cuping hidung
4) Dada: Retraksi otot bantu nafas, pergerakan tidak simetris antara dada
kanan dan kiri, suara nafas tidak normal.
5) Pola pernafasan: pernafasan normal (apneu), pernafasan cepat
(tacypnea), pernafasan lambat (bradypnea)
E. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan memantau analisa gas
darah arteri dan pemeriksaan diagnostik foto thorak, EKG.
F. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan oksigenasi
adalah:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus
berlebih
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi atau
hiperventilasi
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi.
G. Intervensi
SDKI SLKI SIKI
Bersihan jalan nafas Outcome setelah Intervensi latih batuk
tidak efektif efektif
dilakukan tindakan
berhubungan dengan Aktivitas :
keperawatan selama …
spasme jalan napas 1. Identifikasi
dibuktikan dengan x24 jam klien kemampuan batuk
batuk tidak efektif 2. Atur posisi semi
diharapkan bersihan
fowler atau fowler
jalan nafas meningkat
3. Ajarkan Tarik
Kriteria hasil : napas dalam
melalui hidung
1. Batuk efektif
4. Kolaborasi
meningkat 5
pemberian
2. Frekuensi nafas mukolitik atau
membaik 5 ekspetoran

3. Pola nafas

membaik 5

Pola nafas tidak Outcome setelah Intervensi manajemen

efektif berhubungan dilakukan tindakan jalan napas

dengan deformitas keperawatan selama … Aktivitas :

dinding dada x24 jam klien 1. pertahankan jalan

dibuktikan dengan diharapkan pola napas napas dengan head-

pola napas abnormal Kriteria hasil : tilt dan chinlift

1. frekuensi napas 2. posisikan semi

membaik (5) fowler atau fowler

2. kedalaman napas 3. berikan minum

membaik (5) hangat

3. dipsnea menurun 4. lakukan

(5) penghisapan lender

4. penggunaan otot kurang dari 15

bantu napas detik

menurun (5) 5. ajarkan batuk

5. pernapasan efektif

cuping hidung

menurun (5)

Gangguan pertukaran Outcome setelah Intervensi terapi oksigen


gas berhubungan dilakukan tindakan Aktivitas :
dengan 1. Monitor tanda-
keperawatan selama …
ketidakseimbangan tanda hipoventilasi
x24 jam klien
perfusi ventilasi 2. Bersihkan secret
dibuktikan dengan diharapkan pertukaran pada mulut, hidung
pco2 menurun. dan trakea
gas meningkat
3. Pertahankan
Kriteria hasil :
kepatenan jalan
1. tingkat kesadaran napas
meningkat 5 4. Kolaborasi
2. pernapasan penentuan dosis
cuping hidung oksigen
menurun 5
3. PCO2 meningkat
4. Pola napas
membaik 5
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2016. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Hidayat & Uliyah. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Edisi 2. Jakarta:
Salemba medika.

Kusnanto. 2016. Modul Pembelajaran Pemenuhan Kebutuhan Oksigen.Surabaya:


FKUI.

Muttaqin. 2014. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan pernafasan. Salemba


Medika: Jakarta..

Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta: Salemba Medika

Pratiwi. 2016. Hiperventilasi (Napas Berlebih) Saat Panik, Berbahaykah?. (online),


https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/napas-berlebihan-hiperventilasi/,
diakses tanggal 27 Agustus 2016.

Savitri, Tania. 2017. Mengenal Gangguan Hipoventilasi: Saat Napas Terasa Pendek
Atau Lambat. (online), https://hellosehat.com/hidup-sehat/mengenal-gangguan-
hipoventilasi/, diakses 27 Agustus 2019.

Smeltzer and Bare. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth. Vol:1.
Jakarta: EGC

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP


PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP
PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : DPP
PPNI.

Anda mungkin juga menyukai