OLEH :
NPM: 18220100181
A. DEFINISI
B. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit.
1. Ginjal.
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam
mengatur kebutuhan cairan dan elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal,
yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah,
pengatur keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi bahan buangan
atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh
kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus dalam menyaring cairan.
Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc plasma yang
mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring keluar. Cairan yang
tersaring (filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis
yang sel-selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine
yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron
dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.
2. Kulit.
3. Paru.
4. Gastrointestinal.
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam
mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air.
Dalam kondisi normal, cairan hilang dalam system ini sekitar 100-200
ml/hari. Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui system
endokrin, seperti: system hormonal contohnya:
a). ADH.
Memiliki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormone ini
dibentuk oleh hipotalamus di hipofisis posterior, yang mensekresi
ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan
ekstrasel.
b). Aldosteron.
Berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar
adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur
oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium dan system
angiotensin rennin.
c.) Prostaglandin.
Merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfunsi
merespons radang, mengendalikan tekanan darah dan konsentrasi
uterus, serta mengatur pergerakan gastrointestul. Pada ginjal, asam
lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
d.) Glukokortikoid.
Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi
natrium.
e.) Mekanisme rasa haus.
Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara
merangsang pelepasan rennin yang dapat menimbulkan produksi
angiostensin II sehingga merangsang hipotalamus untuk rasa haus.
D. PATOFISIOLOGI/PATWAY
Kelebihan Cairan
& Elektrolit
E. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
ETIOLOGI
Etiologi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (Burner &
Sudarrth, 2002) :
(a) Ketidakseimbangan Volume Cairan
1. Kekurangan volume cairan (Hipovolemik)
Kehilangan cairan dari system gastrointestinal
seperti diare, muntah.
Keringat berlebihan, demam, penurunan asupan
cairan per oral, penggunaan obat-obatan diuretic.
G. MASALAH KEPERAWATAN
1. Hipovolemik.
Adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstra seluler (CES) dan dapat terjadi karena kehilangan melalui
kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan
syok hipovolemik. Mekanisme nya adalah peningkatan rangsangan
saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung
dan tekanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormone ADH dan
adosteron. Gejala: pusing, lemah, letih, anoreksia, mual muntah,
rasa haus, gangguan mental, konstipasi dan oliguri, penurunan TD,
HR meningkat, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah terasa
kering dan kasar, mukosa mulut kering. Tanda-tanda penurunan
berat badan dengan akut, mata cekung, pengosongan vena
jugularis. Pada bayi dan anak adanya penurunan jumlah air mata.
2. Hipervolemik
Adalah penambahan/kelebihan volume CES dapat terjadi
pada saat:
a. Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air.
b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium
dan air.
c. Kelebihan pemberian cairan.
d. Perpindahan cairan interstisial ke plasma.
e. Gejala: sesak napas, peningkatan dan penurunan TD, nadi
kuat, asites, adema, adanya ronchi, kulit lembab, distensi
vena leher, dan irama gallop.
RENCANA KEPERAWATAN
-mempertahankan
urine output sesuai
Kolaborasikan
dengan usia dan Untuk mengganti
dengan tim medis
BB, BJ urine
dengan pemberian cairan yang
normal. keluar.
cairan IV.
Monitor BB
-tidak ada tanda-
tanda volume
cairan turun, Untuk memantau
elastisitas turgor Anjurkan px BB px.
baik, membran menambahan
mukosa lembab, intake oral (cairan
Untuk memenuhi
tidak ada rasa haus maupun nutrisi)
kebutuhan cairan
berlebihan. dan nutrisi px.
2. Kelebihan Volume Tujuan : setelah Pasang urine Untuk memonitor
Cairan dilakukan tindakan kateter bila jika output
asuhan diperlukan berlebih terus
keperawatan menerus.
diharapkan : Untuk memonitor
Monitor TTV
Cairan & TTV dalam batas
Elektrolit normal
seimbang Mengetahui
Hidrasi, Monitor indikasi tanda-tanda
dengan : retensi atau kelebihan cairan
kelebihan cairan
( cracles, CVP,
K.H : edema, asites)
-terbebas dari
edema. Monitor BB
Mengontrol BB
Tentukan riwayat
jumlah dan tipe
-terbebas dari Mengetahui
intake cairan dan
kelelahan, riwayat dan tipe
eliminasi
intake cairan dan
kecemasan atau
eliminasi
kebingungan. Tentukan
kemungkinan
Untuk
faktor resiko dari
mengetahui
ketidakseimbangan
-bunyi nafas bersih penyebab
cairan
kelebihan cairan
tidak (Hipertermia,
elektrolit
dyspneu/ortopneu. terapi diuretik,
kelainan renal,
gagal jantung,
disfungsi hati)
-menjelaskan
indikator kelebihan
cairan.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan darah lengkap (jumlah sel darah, Hb, Hematokrit).
- PH dan Berat jenis urine.
- Pemeriksaan elektrolit serum.
- Analisa gas darah (astrup).
J. PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi cairan IV.
2. Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah lengkap.
3. Terapi obat-obatan.
4. Transfusi darah (jika diperlukan).
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Menghitung tetesan infus.
Rumus dasar dalam satuan menit
Rumus dasar dalam satuan jam
2. Rehidrasi oral.
3. Menghitung keseimbangan cairan.
IWL = (15 x BB ) : 24 jam = .... cc/jam
DAFTAR PUSTAKA
Tamsuri, anas. 2004. Klien dengan gangguan cairan/ elektrolit seri asuhan
keperawatan.Jakarta:EGC