Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR CAIRAN DAN ELEKTROLIT

OLEH :

TB. WAHYU RAHAYU

NPM: 18220100181

KELAS EKTENSI CIANJUR


KEBUTUHAN DASAR CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A. DEFINISI

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga


kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam
tubuh adalah salah satu bagian dari fisiologi homeostasis. Keseimbangan
cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai
cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari (pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan. Cairan dan Elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,
minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang
normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang
lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya. (Tamsuri.2004)

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: cairan


intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang
berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler
adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu:
cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.

Cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena


metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap untuk melakukan
respons terhadap keadaan fisiologis dan lingkungan. (Tamsuri.2004).

B. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit.

1. Ginjal.
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam
mengatur kebutuhan cairan dan elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal,
yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah,
pengatur keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi bahan buangan
atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh
kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus dalam menyaring cairan.
Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc plasma yang
mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring keluar. Cairan yang
tersaring (filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis
yang sel-selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine
yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron
dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.

2. Kulit.

Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait


dengan proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur
panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan
mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan
vasokontriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara
penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung banyaknya
darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses
pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran
panas ke udara sekitar, konduksi (pengalihan panas ke benda yang
disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas ke permukaan yang
lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di
bawah pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu
dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat dilepaskan, kurang lebih
setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan
dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi
suhu tubuh yang panas.

3. Paru.

Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan


insensible water loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran
cairan terkait dengan respons akibat perubahan upaya kemampuan
bernapas.

4. Gastrointestinal.
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam
mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air.
Dalam kondisi normal, cairan hilang dalam system ini sekitar 100-200
ml/hari. Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui system
endokrin, seperti: system hormonal contohnya:

a). ADH.
Memiliki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormone ini
dibentuk oleh hipotalamus di hipofisis posterior, yang mensekresi
ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan
ekstrasel.
b). Aldosteron.
Berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar
adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur
oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium dan system
angiotensin rennin.
c.) Prostaglandin.
Merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfunsi
merespons radang, mengendalikan tekanan darah dan konsentrasi
uterus, serta mengatur pergerakan gastrointestul. Pada ginjal, asam
lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
d.) Glukokortikoid.
Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi
natrium.
e.) Mekanisme rasa haus.
Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara
merangsang pelepasan rennin yang dapat menimbulkan produksi
angiostensin II sehingga merangsang hipotalamus untuk rasa haus.

C. KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT BAGI TUBUH

Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kenutuhan dasar manusia secara


fisiologis proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat
badan tubuh, sementara itu merupakan bagian padat dari tubuh, secara
keseluruhan, persentase tubuh dapat dikategorikan berdasarkan umur
adalah : bayi baru lahir 75% dari total berat badan tubuh pria dewasa 57 %
dari total BB, wanita dewasa 55 % dari BB dan dewasa tua 45% dari total
BB, persentase Jumlah cairan tubuh berpariasi bergantung pada faktor
usia lemak dalam lubuh,dan jenis kelamin jika lemak tubuh sedikit maka
cairan dalam tubuh pun lebih besar.
Kebutuhan air berdasarkan umur dan berat badan :

Umur Kebutuhan air Ml/Kg BB


Jumlah air dalam 24 jam

3 hari 250 -  300  80 – 100

1 tahun 1150 – 1300 120 – 135

2 tahun 1350 – 1500 115 – 125

4 tahun 1600 – 1800 100 – 110

10 tahun 2000 – 2500 70 – 85

14 tahun 2200 – 2700 50 – 60

18 tahun 2200 – 2700 40 – 50

Dewasa 2400 – 2600 20 – 30

D. PATOFISIOLOGI/PATWAY
Kelebihan Cairan
& Elektrolit
E. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
 ETIOLOGI
Etiologi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (Burner &
Sudarrth, 2002) :
(a) Ketidakseimbangan Volume Cairan
1. Kekurangan volume cairan (Hipovolemik)
 Kehilangan cairan dari system gastrointestinal
seperti diare, muntah.
 Keringat berlebihan, demam, penurunan asupan
cairan per oral, penggunaan obat-obatan diuretic.

2. Kelebihan volume cairan (Hipervolemik)


Gagal jantung kongestif, gagal ginjal, sirosis, asupan
natrium berlebih.
(b) Ketidakseimbangan Elektrolit
1. Hiponatremia
Penyakit ginjal insufisiensi adrenal kehilangan melalui
gastrointestinal pengeluaran diuretic.
2. Hipernatremia
Mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat,
Pemberian larutan salin hipertonik lewat IV secara
iatrogenic.
3. Hipokalemiagastrointestial
Penggunaan diuretic yang dapat membuang kalium,
diare, muntah atau kehilangan cairan lain melalui
saluran.
4. Hiperkalemia
Gagal ginjal, dehidrasi hipertonik, kerusakan selular
yang parah seperti akibat luka bakar dan trauma.
5. Hipokalsemia
Pemberian darah yang mengandung sitrat dengan cepat,
hipoalbuminemia, hopoparatiroidisme, difisiensi
vitamin D, penyakit-penyakit neoplastik, pancreatitis.
6. Hiperkalsemia
Metastase tumor tulang, osteoporosis, imobilisasi yang
lama.

F. MANIFESTASI KLINIS / TANDA DAN GEJALA


1. Kelelahan
2. Kram otot dan kejang
3. Mual
4. Pusing
5. Pingsan
6. Lekas marah
7. Muntah
8. Mulut kering
9. Denyut jantung lambat
10. Kejang
11. Palpitasi
12. Tekanan darah naik turun
13. Kurangnya koordinasi
14. Sembelit
15. Kekakuan sendi
16. Rasa haus
17. Suhu naik
18. Anoreksia
19. Berat badan menurun

G. MASALAH KEPERAWATAN
1. Hipovolemik.
Adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstra seluler (CES) dan dapat terjadi karena kehilangan melalui
kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan
syok hipovolemik. Mekanisme nya adalah peningkatan rangsangan
saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung
dan tekanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormone ADH dan
adosteron. Gejala: pusing, lemah, letih, anoreksia, mual muntah,
rasa haus, gangguan mental, konstipasi dan oliguri, penurunan TD,
HR meningkat, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah terasa
kering dan kasar, mukosa mulut kering. Tanda-tanda penurunan
berat badan dengan akut, mata cekung, pengosongan vena
jugularis. Pada bayi dan anak adanya penurunan jumlah air mata.

2. Hipervolemik
Adalah penambahan/kelebihan volume CES dapat terjadi
pada saat:
a. Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air.
b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium
dan air.
c. Kelebihan pemberian cairan.
d. Perpindahan cairan interstisial ke plasma.
e. Gejala: sesak napas, peningkatan dan penurunan TD, nadi
kuat, asites, adema, adanya ronchi, kulit lembab, distensi
vena leher, dan irama gallop.

H. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL

a. Gangguan cairan dan elektrolit( kurang dari kebutuhan tubuh)


berhubungan dengan peningkatan output cairan yang
berlebihan di tandai dengan:
-Mual Muntah.
-BAB cair (Diare).
-Keringat yang berlebihan.
b. Gangguan cairan dan elektrolit lebih dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan gangguan mekanisme regulator sekunder
akibat gagal ginjal, dll.

 RENCANA KEPERAWATAN

NO DX NOC NIC RASIONAL


KEPERAWATAN

1. Kekurangan Tujuan: setelah  Monitor status  Untuk


Volume Cairan dilakukan tindakan hidrasi mengetahui
asuhan (kelembabpan perkembangan
keperawatan membran mukosa, status rehidrasi.
diharapkan : nadi adekuat,
 Cairan tekanan darah
seimbang ortostatik), jika
 Hidrasi diperlukan.
 Status
Nutrisi :  Monitor TTV.
intake
cairan &
nutrisi,  Untuk memantau
dengan : TTV px dalam
K.H : batas normal.

-mempertahankan
urine output sesuai
 Kolaborasikan
dengan usia dan  Untuk mengganti
dengan tim medis
BB, BJ urine
dengan pemberian cairan yang
normal. keluar.
cairan IV.

-tekanan darah,  Monitor status


nadi, suhu tubuh cairan termasuk  Untuk memantau
dalam batas intake & output status cairan px.
normal. cairan.

 Monitor BB
-tidak ada tanda-
tanda volume
cairan turun,  Untuk memantau
elastisitas turgor  Anjurkan px BB px.
baik, membran menambahan
mukosa lembab, intake oral (cairan
 Untuk memenuhi
tidak ada rasa haus maupun nutrisi)
kebutuhan cairan
berlebihan. dan nutrisi px.
2. Kelebihan Volume Tujuan : setelah  Pasang urine  Untuk memonitor
Cairan dilakukan tindakan kateter bila jika output
asuhan diperlukan berlebih terus
keperawatan menerus.
diharapkan :  Untuk memonitor
 Monitor TTV
 Cairan & TTV dalam batas
Elektrolit normal
seimbang  Mengetahui
 Hidrasi,  Monitor indikasi tanda-tanda
dengan : retensi atau kelebihan cairan
kelebihan cairan
( cracles, CVP,
K.H : edema, asites)
-terbebas dari
edema.  Monitor BB
 Mengontrol BB
 Tentukan riwayat
jumlah dan tipe
-terbebas dari  Mengetahui
intake cairan dan
kelelahan, riwayat dan tipe
eliminasi
intake cairan dan
kecemasan atau
eliminasi
kebingungan.  Tentukan
kemungkinan
 Untuk
faktor resiko dari
mengetahui
ketidakseimbangan
-bunyi nafas bersih penyebab
cairan
kelebihan cairan
tidak (Hipertermia,
elektrolit
dyspneu/ortopneu. terapi diuretik,
kelainan renal,
gagal jantung,
disfungsi hati)
-menjelaskan
indikator kelebihan
cairan.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan darah lengkap (jumlah sel darah, Hb, Hematokrit).
- PH dan Berat jenis urine.
- Pemeriksaan elektrolit serum.
- Analisa gas darah (astrup).

J. PENATALAKSANAAN
 PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi cairan IV.
2. Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah lengkap.
3. Terapi obat-obatan.
4. Transfusi darah (jika diperlukan).
 PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Menghitung tetesan infus.
Rumus dasar dalam satuan menit
Rumus dasar dalam satuan jam

Faktor tetes infus (Dewasa) :


o MerekOtsuka
Faktortetes = 15 tetes/ml
o Merek Terumo
Faktortetes = 20 tetes/ml

2. Rehidrasi oral.
3. Menghitung keseimbangan cairan.
IWL = (15 x BB ) : 24 jam = .... cc/jam

DAFTAR PUSTAKA

Burrner & Suddarth. 2002.anatomi & fisiologi.Jakarta:EKG

Nanda International. 2013.Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi.


Jakarta:EGC

Tamsuri, anas. 2004. Klien dengan gangguan cairan/ elektrolit seri asuhan
keperawatan.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai