OLEH
KELOMPOK 1
KUPANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi atau pengertian
Keseimbangan cairan dan elektrolit mencakup komposisi dan perpindahan
berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan
zat tertentu (zat terlarut). Gangguan volume cairan adalah suatu keadaan ketika
individu beresiko mengalami penurunan, peningkatan, atau perpindahan cepat dari
satu kelainan cairan intravaskuler, interstisial dan intraseluer .(Carpenito,2000).
Pada ganggua volume cairan dapat ditetapkan dua diagnosa yaitu kelebihan volume
cairan dan kekurangan volume cairan .
Kekurangan volumencairan terjadi jika air dan elektrolit hilang pada proporsi
yang sama ketika mereka berada dalam cairan tubuh normal, sehingga rasio elektrolit
serum terhadap air tetap sama. Penyebab kekurangan volume cairan termasuk
kehilangan cairan yang tidak normal, seperti yang terjadi akibat muntah-muntah, diare
, suksion gastro intestinal , dan berkeringat dan penurunn masukan seperti pada
adanya mual atau ketidak mampuan untuk memperoleh cairan (Smeltzer,2001).
Kelebihan volume cairan mengacu pada perluasan isotonic dari CES yang di
sebabkan oleh retensi air dan natrium yang abnormal dalam propori yang kurang lebih
sama dimana mereka secara normal berada dalam CES . Penyebab kelebihan volume
cairan mungkin berhubungan dengan kelebihan cairan biasa atau penurunan fungsi
dari mekanisme hemeostatis yang bertanggung jawab untuk mengatur keseimbangan
cairan (Smeltzer,2001). Klien yang beresiko mengalami kelebihan volume caira ini
meliputi klien yang menderita gagal jantung kongestif, gagal ginjal dan sirosis
(Weldy, 1992 dalam Potter, 2005).
2. ETIOLOGI
Selama satu tahun didapatkan 742 responden, dan yang mengalami gangguan
elektrolit sebesar 637. Usia termudah 60 tahun dan usia tertua 85. Kelompok usia
terbanyak yang mengalami gangguan elektrolit adalah keompok usia 65-69 tahun
sebanyak 240 (37,7%). Laki-laki yang mengalami gangguan elektrolit sebesar 420
(65,9%), perempuan sebesar 217 (34,1%). Jenis gangguan elektrolit yang terjadi
adalah hiperklorida sebesar 224 (35,2%), kemudian hiponatremi sebesar
133 (20,9%),(Aras, 2007).
Penyebab / faktor predisposisi
a. Usia
Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh dan ektivitas organ , sehingga
dapat memperngaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektolit. Kebutuhan cairan
pada anak tergantung berat badan, sampai 10 kg kira-kira perlu 100ml/kg berat
badan. Kebutuhna cairan pada orang dewasa yaitu 50cc/kg berat badan.
b. Temperatur yang tinggi
Dapat menyebabkan proes pengeluaran cairan melalui keringat cukup banyak,
sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.
c. Diet
Apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan memecah cadangan makanan
yang tersimpan daam tubuh sehingga terjadi pergerakan cairan intrestisial ke
interseluler yang dapat berpengaruh pada jumlah pemenuhan kebutuha cairan.
d. Stres
Dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, melalui proses
peningkatan produksi ADH karena pada proses ini dapat meningkatkan
metabolisme sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat
menimbulkan ratensi natrium dan air.
e. Sakit
Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk
memperbaikinya sel membutuhkan proses pemenuhan kebutuhna cairan yang
cukup. Keadaan sakit menimbulkan ketidak seimbangan sistem dalam tubuh
seperti ketikdak seimbangan hormonal yang dapat mengganggu keseimbangan
kebutuhan cairan.
f. Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, di karenakan kehilangan darah selama
pembedahan.
3. patofisiologi terjadinya ganguan keseimbangan cairan
PATHWAY
ETIOLOGI
Gangguan Kognitif
Penurunan Motivasi
Kelemahan
PATOFISIOLOGI
Fisik
Badan bau Rambut dan kulit kotor kuku panjang dan kotor gigi kotor dan mulut
bau
Psikologi
Social
DEFISIT KEPERAWATAN
DIRI
4. MANIFESTASI KLINIS
Kelebihan volume cairan air Pemeriksaan fisik: berat badan meningkat, edema
dan natrium ditahan pada (terutama pada area yang bergantung bebas), hipertensi,
jumlah yang isotonik poliuria (jika mekanisme ginjal normal), disertai vena
leher, meningkatnya tekanan darah dan vena , bunyi
krekles pada paru, konfusi
Hipokalsemia Pemeriksaan fisik: perasaan mati rasa dan geli pada jari
dan sirkumoral (sekitar mulut), refleks hiperaktif, tanda
Trousseau’s positif (spasme karpopedal disertai hipoksia),
tanda Chvostek’s positif (kontraksi otot wajah ketika
saraf wajah tidak berfungsi), tetanus, kram otot, dan
frakturpatologis (hipokalsemia kronik)
5.KLASIFIKASI
a. integumen:keadaan turgor kulit, edema, kelelahan otot, tetani, dan sensasi rasa
b. kardiovaskuler: distensi venajugularis, tekanan darah.
c. Mata: cekung, air mata kering
d. Neurologi : refleks, tinggkat kesadaran, ganguan sensorik dan motorik
e. Gastrointestinal : keadaan muklosamulut, mulut dan lidah, muntah-muntah,
dan bising usus.
6. DATA PENUNJANG
ELEKTROLIT
Natrium (Na) 138 135-147 mmol/L
Kalium (K) 2,2* 3,5-5,0 mmol/L
Chloride (Cl) 9,8 98-106 mmol/L
Komplikasi
Gagal ginjal
Gangguan pertukaran gas
Gangguan eliminasi fekal
Batu ginjal
Gangguan proses berpikir (konfusi atau bingung).
Gangguan integritas kulit
Gangguan penglihatan
DAFTAR PUSTAKA
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tn.RS
Umur : 33 Tahun
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Umur : 36 Tahun
Pekerjaan : Swasta
2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Sekitar 2 bulan yang lalu pasien mengalami diare dan dibawa ke
dokter lalu diberi obat dan injeksi, namun tidak sembuh-sembuh.
Kemudian keluarga mencoba pengobatan non-medis, dan dikatanya
pasien terkena penyakit magic, namun tidak sembuh juga. Setelah
beberapa minggu kondisi pasien semakin memburuk, sehingga istri
pasien membawa pasien ke RS.Ganesha pada tanggal 30 juli 2012,
pada pukul 20.00 Wita. Sesampainya di RS pasien langsung dirujuk
ke IGD, keadaan pasien saat itu lemes, pusing, dan enek di bagian ulu
hati, sehinggga perawat memberikan tindakan medis seperti memasang
infus, mengukur TTV dan akhirnya dibawa ke ruang rawat inap lantai
2 RS.Ganesha. Pada saat pengkajian pasien mengeluh masih sedikit
pusing, enek di ulu hati serta saat BAB fesesnya masih encer dan
bercampur darah .
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Hal yang pertama dilakukan keluarga pasien adalah membawa
pasien berobat ke dokter.
b. Satus Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan bahwa ia pernah mengalami penyakit
seperti batuk, pilek, dan demam.
2) Pernah dirawat
Pasien mengatakan bahwa ia tidak pernah dirawat di rumah
sakit sebelumnya.
3) Alergi
B. DIAGNOSA
Medis dan therapy
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Toileting
Berpakaian
Berpindah
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat,
4: tergantung total
2) Latihan
a) Paru
Bentuk paru terlihat simetris, tidak terlihat adanya lesi dan
udim, terlihat adanya tatto,tidak teraba massa dan nyeri tekan,
terdengar suara sonor pada ICS 2-8.
b) Jantung
Terlihat iktus kordis,terdengar suara S1 dan S2 tunggal
reguler tidak teraba massa dan nyeri tekan.
a) Atas
Tangan terlihat simetris, tidak terlihat adanya lesi dan udim, tidak
terlihat hiperpigmentasi, terlihat adanya tatto, dan turgor kulit kering,
terjadi refleks bisep, dan kekuatan otot 4.
b) Bawah
Kaki terlihat simetris, tidak terlihat adanya lesi dan udim, tidak terlihat
hiperpigmentasi, terlihat adanya tatto, dan turgor kulit kering, terjadi
refleks babinskyn, terjadi refleks patela, dan kekuatan otot 4.
h. Neurologis :
a. Pemeriksaan refleks :
b. Semua refleks pada pasien berfungsi secara normal
diagnosis/ kriteria diagnosis
1. Terapi cairan
Terapi cairan dibutuhkan jika tubuh tidak dapat memasukan air, elektrolit, dan
zat-zat makanan secara oral misalnya pada keadaan pasien harus puasa lama
(misal karena pembedahan saluran cerna), perdarahan banyak, syok
hipofolemik, anoreksia berat, mual muntah terus menerus dll. Dengan terapi
cairan kebutuhan air dan elektrolit dapat terpenuhi. Selain itu, dalam keadaan
tertentu terapi cairan dapat digunakan sebagai tambahan untuk memasukkan
obat dan zat makanan secara rutin atau dapat juga digunakan untuk
keseimbangan asam basa
a. Teknik pemberian
Prioritas utama dalam mengantikan volume cairan yang hilang adalah
melalui rute enteral/ fisiologis misalnya minum atau melaui NGT.
Untuk pemberian terapi cairan dalam waktu singkat dapat digunakan
vena-vena dipungung tangan, sekitar daerah pergelangan tangan,
lengan bawah atau daerah cubiti.
Pengunaan jarum anti – karat atau keteter plastik anti
trombogenik pada vena perifer biasanya perlu diganti setiap 1-3 hari
untuk menghindari infeksi dan macetnya tetesan. Pemberian cairan
infus lebih dari 3 hari sebaiknya mengunakan kateter besar dan
panjang yang ditusukkan pada vena femoralis,vena cubiti,vena
subclavia, vena jugularis, eksternal atau intena.
2. Monitor vital sign
3. Monitor status nutrisi
4. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
5. Kolaborasi dengan dokter
6. Mengukur intake dan ouput
Merupakan suatu tindakan mengukur jumlah cairan yang mauk ke dalam
tubuh (intake) dan mengukur jumlah cairan yang keluar dari tubuh (output)
Tujuan
1. Menentukan status keseimbangan cairan tubuh klien
2. Menentukan tingkat dehidrasi klien
Prosedur pelaksanaan
ANALISA DATA
A. Tabel Analisa Data
Pasien mengatakan
biasa minum air putih ±5
gelas/hari.
Pasien mengatakan
bahwa ia BAK ±4 x/hari,
dengan karakter urinenya
kuning pekat dan berbau
obat.
DO :
Kulit pasien terlihat
kering dan turgor kulit
tidak elastis
konjungtiva anemis
mukosa bibir kering
TD = mmHg
DO:
Konjungtiva anemis
Wajah pasien terlihat
pucat
Pasien terlihat lemas
Mukosa bibir kering
C.INTERVENSI
D. IMPLEMENTASI
1,2 Memberikan obat oral tri mexol DS: pasien bersedia diberikan
Pkl. forte, trans fector, govasol obat
08.15Wita
DO: obat diberikan secara oral
Pkl.
1,2 Mengkaji TTV DS : pasien mengatakan lemas
11.00Wita
dan nyeri saat menelan
DO:
Nadi = 80
Pkl.
Suhu = 37 ̊C
16.10Wita TD = mmHg,
RR = 20
Pkl. DO:
05.00Wita
Nadi = 80
Suhu = 38,3 ̊C
TD = mmHg
RR = 20
Pkl.
05.15Wita 3 Memandikan pasien DS : pasien menolak untuk
dimandikan
08.15Wita
1,2 Memberikan obat tri mexol forte, DS: pasien bersedia diberikan
trans fector, govasol, ripal bumin obat
Suhu = 37,3 ̊C
TD = mmHg
RR = 20
DO:
Nadi = 80
Suhu = 36,7 ̊C
TD = mmHg
RR = 20
1,2 Memberikan obat oral tri mexol DS: pasien bersedia diberikan
forte obat
DO:
Pkl.
05.00Wita Nadi = 80
Suhu = 36,7 ̊C
TD = mmHg
Pkl. RR = 20
05.20Wita
1,2 Memberikan obat oral tri mexol DS: pasien bersedia diberikan
forte, trans fector, , ripal bumin, obat
govasol
DO: tidak terlihat adanya
reaksi alergi
DO:
Pkl.
Nadi = 80
11.15Wita Suhu = 37, ̊C
TD = mmHg
RR = 20
Nadi = 80
Suhu = 36,7 ̊C
TD = mmHg
RR = 20
1,2 Memberikan obat oral tri mexol DS: pasien bersedia diberikan
forte, trans fector, , ripal bumin obat
T
Hari/Tgl No
No Evaluasi T
Jam Dx
d
3. Minggu, 3.S = pasien mengatakan lebih nyaman dan dapat tidur dengan nyenyak
O = tempat tidur pasien terlihat lebih bersih dan lingkaran hitam pada
5-8-2012 mata terlihat berkurang
Pkl 07.15 A = Masalah sudah teratasi
Wita P = Pertahankan kondisi