Anda di halaman 1dari 17

“ MAKALAH PENDEKATAN KELUARGA

DALAM PENCAPAIAN PRIORITAS PEMBANGUNAN KESEHATAN “

OLEH :

1. UYO UMBU BURA JENGA


2. RAHAYU P.R ULUNANDO
3. MARIA KLARITA MOUW
4. NAOMI M. LAMALEI
5. DESTY S.TOULAY
6. ASRID NENOBAIS
7. SINDY SAUBELAN
8. PUTRI L.M. TANGPEN
9. MANAS M. TOLEU
10. NORBETWAN PULUTATA

KELAS : B/ VI

PRODI : S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun “MAKALAH PENDEKATAN
KELUARGADALAM PENCAPAIAN PRIORITAS PEMBANGUNAN KESEHATAN
“Adapun Maksud Dari Penyusuna Makalah Ini Adalah Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan
Keluarga. Disusunnya makalah ini tidak lepas dari peran dan bantuan beberapa pihak dan
sumber. Karena itu, penulis mengucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Kupang,17 maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................................4
B. TUJUAN...................................................................................................................................4
C. MANFAAT...............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................5
A. Pengertian konsep pendekatan keluarga...............................................................................5
B. KELUARGA SEBAGAI FOKUS PEMBERDAYAAN........................................................8
C. PELAKSANAAN PENDEKATAN KELUARGA...............................................................12
D. PENDEKATAN KELUARGA SEBAGAI KUNCI KEBERHASILAN............................14
BAB III PENUTUP...................................................................................................................16
a. Kesimpulan............................................................................................................................16
b. Saran.......................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Upaya pencapaian prioritas pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 dalam
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan mendayagunakan segenap potensi
yang ada, baik dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun masyarakat.
Pembangunan kesehatan dimulai dari unit terkecil dari masyarakat, yaitu keluarga.
Pembangunan keluarga, sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor 52
Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga serta
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, adalah upaya
mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat.
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah menetapkan kebijakan pembangunan
keluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga, untuk mendukung
keluarga agar dapat melaksanakan fungsinya secara optimal. Sebagai penjabaran dari
amanat Undang-Undang tersebut, Kementerian Kesehatan menetapkan strategi
operasional pembangunan kesehatan melalui Program Indonesia Sehat Dengan
Pendekatan Keluarga.
B. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui konsep pendekatan keluarga
2. Mahasiswa dapat mengetahui keluarga sebagai focus pemberdayaan
3. Mahasiswa dapat mengetahui pelaksanaan pendekatan keluarga
4. Mahasiswa dapat mengetahaui pendekatan keluarga sebagai kunci
keberhasilkan
C. MANFAAT
1. Bagi peneliti
Meningkatkan kemampuan peneliti dalam menganalisis masalah dan
menambah wawasan di lapangan serta pengaplikasian ilmu yang telah
didapatkan selama perkuliahan di Stikes Maranatha kupang.
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan semoga makalah ini dapat dapatkan diterapkan di masyarakat
dan dapat berguna.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian konsep pendekatan keluarga


Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan
jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di
wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar gedung
dengan mengunjungi keluarga di wilayah kerjanya.
Keluarga sebagai fokus dalam pendekatan pelaksanaan program Indonesia Sehat
karena menurut Friedman (1998), terdapat Lima fungsi keluarga, yaitu:
1. Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi kelu- arga yang utama
untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan
individu dan psikososial anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk
membina sosialisasi pada anak, membentuk normanorma tingkah laku sesuai
dengan tingkat perkembangan anak dan dan meneruskan nilai-nilai budaya
keluarga.
3. Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care Function)
adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas
keluarga di bidang kesehatan. Sedangkan tugas-tugas keluarga dalam
pemeliharaan kesehatan adalah:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota
keluarga- nya,
b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat,
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya,
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
fasilitas kesehatan.
Pendekatan keluarga yang dimaksud dalam pedoman umum ini merupakan
pengembangan dari kunjungan rumah oleh Puskesmas dan perluasan dari upaya
Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), yang meliputi kegiatan berikut.
1. Kunjungan keluarga untuk penda- taan/pengumpulan data Profil Kese- hatan
Keluarga dan peremajaan (updating) pangkalan datanya.
2. Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya promotif dan
preventif. 3. Kunjungan keluarga untuk menidak- lanjuti pelayanan kesehatan
dalam gedung.
3. Pemanfaatan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga untuk peng-
organisasian/pemberdayaan masyarakat dan manajemen Puskesmas.
Kunjungan rumah (keluarga) dilakukan secara terjadwal dan rutin, dengan
memanfaatkan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga (family folder).
Dengan demikian, pelaksanaan upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
harus diintengrasikan ke dalam kegiatan pendekatan keluarga. Dalam menjangkau
keluarga, Puskesmas tidak hanya mengandalkan upaya kesehatan berbasis masyarakat
(UKBM) yang ada sebagaimana selama ini dilaksanakan, melainkan juga langsung
berkunjung ke keluarga. Perlu diperhatikan, bahwa pendekatan keluarga melalui
kunjungan rumah ini tidak berarti mematikan UKBMUKBM yang ada, tetapi justru
untuk memperkuat UKBM-UKBM yang selama ini dirasakan masih kurang efektif.
Dengan mengunjungi keluarga di rumahnya, Puskesmas akan dapat mengenali
masalahmasalah kesehatan (dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat-PHBS) yang dihadapi
keluarga secara lebih menyeluruh (holistik). Individu anggota keluarga yang perlu
mendapatkan pelayanan kesehatan kemudian dapat dimotivasi untuk memanfaatkan UKBM
yang ada dan/atau pelayanan Puskesmas. Keluarga juga dapat dimotivasi untuk memperbaiki
kondisi kesehatan lingkungan dan berbagai faktor risiko lain yang selama ini merugikan
kesehatannya, dengan pendampingan dari kader-kader kesehatan UKBM dan/atau petugas
profesional Puskesmas (gambar 3). Untuk itu, diperlukan pengaturan agar setiap keuarga di
wilayah Puskesmas memiliki Tim Pembina Keluarga.
Pendekatan keluarga adalah pendekatan pelayanan oleh Puskesmas yang mengintegrasikan
upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) secara
berkesinambungan, dengan target keluarga, didasarkan pada data dan informasi dari Profil
Kesehatan Keluarga (gambar 4). Tujuan dari pendekatan keluarga adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan komprehensif, meliputi


pelayanan promotif dan preventif serta pelayanan kuratif dan rehabilitatif dasar.
2. Mendukung pencapaian Standar Pelayanan Minimum (SPM) Kabupaten/Kota dan
SPM Provinsi, melalui peningkatan akses dan skrining kesehatan.
3. Mendukung pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk men-jadi peserta JKN.
4. Mendukung tercapainya tujuan Program Indonesia Sehat dalam Ren- cana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2015 – 2019.

B. KELUARGA SEBAGAI FOKUS PEMBERDAYAAN


Keluarga adalah suatu lembaga yang merupakan satuan (unit) terkecil dari
masyarakat, terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Keluarga yang seperti ini disebut rumah
tangga atau keluarga inti (keluarga batih). Sedangkan keluarga yang anggotanya
mencakup juga kakek dan atau nenek atau individu lain yang memiliki hubungan darah,
bahkan juga tidak memiliki hubungan darah (misalnya pembantu rumah tangga), disebut
keluarga luas (extended family). Oleh karena merupakan unit terkecil dari masyarakat,
maka derajat kesehatan rumah tangga atau keluarga menentukan derajat kesehatan
masyarakatnya.
Sementara itu, derajat kesehatan keluarga sangat ditentukan oleh PHBS dari keluarga
tersebut. Dengan demikian, inti dari pengembangan desa dan kelurahan adalah
memberdayakan keluarga-keluarga agar mampu mempraktikkan PHBS. PHBS adalah
sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,
yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong
dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat.
Di bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit serta penyehatan lingkungan harus
dipraktikkan perilaku mencuci tangan dengan sabun, menggunakan air bersih,
menggunakan jamban sehat, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di dalam
ruangan, dan lain-lain.
Di bidang kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana harus dipraktikkan
perilaku meminta pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan, menimbang balita dan
memantau perkembangannya secara berkala, memberikan imunisasi dasar lengkap
kepada bayi, menjadi aseptor keluarga berencana, dan lain-lain.
Di bidang gizi dan farmasi harus dipraktikkan perilaku makan dengan gizi seimbang,
minum Tablet Tambah Darah (TTD) selama hamil, memberi bayi Air Susu Ibu saja (ASI
eksklusif), dan lain-lain. Sedangkan di bidang pemeliharaan kesehatan harus
dipraktikkan perilaku ikut serta dalam jaminan pemeliharaan kesehatan, aktif mengurus
dan atau memanfaatkan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM),
memanfaatkan Puskesmas dan sarana kesehatan lain, dan lain-lain. PHBS harus
dipraktikkan di semua bidang kesehatan masyarakat karena pada hakikatnya setiap
masalah kesehatan merupakan hasil perilaku, yaitu interaksi manusia (host) dengan bibit
penyakit atau pengganggu lainnya (agent) dan lingkungan (environment). Pemberdayaan
masyarakat adalah bagian dari fungsi upaya kesehatan masyarakat (UKM) dari
Puskesmas.
Karena keluarga merupakan lembaga terkecil dari masyarakat, maka pemberdayaan
masyarakat harus dimulai dari pemberdayaan keluarga. Pemberdayaan masyarakat yang
selama ini dilaksanakan di bidang kesehatan dipandu dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1529/Menkes/SK/X/ 2010 tentang Pedoman Umum Pengembangan
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Dalam pedoman ini disebutkan bahwa pemberdayaan
masyarakat desa/kelurahan merupakan kelanjutan dari pemberdayaan keluarga melalui
pengembangan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan rumah tangga. Tujuan
dari pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif itu tidak lain adalah terciptanya
Desa Sehat dan Kelurahan Sehat.
Kegiatan Puskesmas dalam melaksanakan upaya kesehatan perorangan (UKP) tingkat
pertama memang dapat menghasilkan individu sehat, yang diukur dengan Indikator
Individu Sehat (IIS). Tetapi dengan cara ini saja, Kecamatan Sehat akan sulit dicapai.
Melalui pemberdayaan masyarakat desa dan kelurahan di wilayah kerjanya, Puskesmas
akan lebih cepat mencapai Kecamatan Sehat. Dengan mengembangkan dan membina
desa dan kelurahan, Puskesmas melaksanakan pemberdayaan keluarga dan
pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan keluarga akan menghasilkan keluarga-
keluarga sehat yang diukur dengan Indeks Keluarga Sehat (IKS).
Sedangkan pemberdayaan masyarakat desa dan kelurahan akan menghasilkan peran
serta masyarakat berupa UKBM seperti Posyandu, Posbindu, Polindes, Pos UKK, dan
lain-lain. Sementara itu, kegiatan Puskesmas dalam pelaksanaan pembangunan wilayah
berwawasan kesehatan akan menghasilkan tatanan-tatanan sehat, seperti sekolah sehat,
pasar sehat, kantor sehat, masjid dan mushola sehat, dan lain-lain yang diukur dengan
Indikator Tatanan Sehat (ITS), dan masyarakat sehat yang diukur dengan Indikator
Masyarakat Sehat (IMS). Kesemua upaya Puskesmas tersebut akhirnya akan bermuara
pada terciptanya Kecamatan Sehat, seperti pada skema gambar 5.

Pentingnya pendekatan keluarga juga diamanatkan dalam Rencana Strategis (Renstra)


Kementerian Kesehatan Tahun 2015 – 2019. Dalam Renstra disebutkan bahwa salah satu
acuan bagi arah kebijakan Kementerian Kesehatan adalah penerapan pendekatan
pelayanan kesehatan yang terintegrasi dan berkesinambungan (continuum of care). Hal
ini berarti bahwa pelayanan kesehatan harus dilakukan terhadap seluruh tahapan siklus
hidup manusia (life cycle), sejak masih dalam kandungan, sampai lahir menjadi bayi,
tumbuh menjadi anak balita, anak usia sekolah, remaja, dewasa muda (usia produktif),
dan akhirnya menjadi dewasa tua atau usia lanjut (lihat gambar 6). Untuk dapat
melaksanakan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan terhadap seluruh tahapan
siklus hidup manusia, maka fokus pelayanan kesehatan harus pada keluarga. Dalam
pemberian pelayanan kesehatan, individuindividu harus dilihat dan diperlakukan sebagai
bagian dari keluarganya.
Melalui pendekatan keluarga, yaitu mengunjungi setiap keluarga di wilayah kerja,
diharapkan Puskesmas dapat menangani masalah-masalah kesehatan dengan pendekatan
siklus hidup (life cycle). Dengan demikian, upaya mewujudkan Keluarga Sehat menjadi
titik awal terwujudnya masyarakat sehat (lihat gambar 7). Hal ini berarti pula bahwa
keberhasilan upaya membina PHBS di keluarga merupakan kunci bagi keberhasilan
upaya menciptakan kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu, Indikator Keluarga Sehat
sebaiknya dapat sekaligus digunakan sebagai Indikator PHBS.

C. PELAKSANAAN PENDEKATAN KELUARGA


Yang dimaksud satu keluarga adalah satu kesatuan keluarga inti (ayah, ibu, dan anak)
sebagaimana dinyatakan dalam Kartu Keluarga. Jika dalam satu rumah tangga terdapat
kakek dan atau nenek atau individu lain, maka rumah tangga tersebut dianggap terdiri
lebih dari satu keluarga. Untuk menyatakan bahwa suatu keluarga sehat atau tidak
digunakan sejumlah penanda atau indikator. Dalam rangka pelaksanaaan Program
Indonesia Sehat telah disepakati adanya 12 indikator utama untuk penanda status
kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator utama tersebut adalah sebagai berikut.
1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
5. Balita mendapatkan pemantauan per- tumbuhan
6. Penderita tuberkulosis paru mendapat- kan pengobatan sesuai standar
7. Penderita hipertensi melakukan pengo- batan secara teratur
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jami- nan Kesehatan Nasional (JKN)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12. Keluarga mempunyai akses atau meng- gunakan jamban sehat.

Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga Sehat (IKS)


dari setiap keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indikator, mencerminkan
kondisi PHBS dari keluarga yang bersangkutan. Dalam pelaksanaan pendekatan keluarga
ini tiga hal berikut harus diadakan atau dikembangkan, yaitu:
1.Instrumen yang digunakan di tingkat keluarga.
2.Forum komunikasi yang dikembangkan untuk kontak dengan keluarga.
3.Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra Puskesmas.
Instrumen yang diperlukan di tingkat keluarga adalah sebagai berikut.
1. Profil Kesehatan Keluarga (selanjutnya disebut Prokesga), berupa family
folder, yang merupakan sarana untuk merekam (menyimpan) data keluarga dan data
individu anggota keluarga. Data keluarga meliputi komponen rumah sehat (akses/
ketersediaan air bersih dan akses/penggunaan jamban sehat). Data individu anggota
keluarga mencantumkan karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pendidikan,
dan lain-lain) serta kondisi individu yang bersangkutan: mengidap penyakit
(hipertensi, tuberkulosis, dan gangguan jiwa) serta perilakunya (merokok, ikut KB,
memantau pertumbuhan dan perkembangan balita, pemberian ASI eksklusif, dan
lain-lain).
2. Paket Informasi Keluarga (selanjutnya disebut Pinkesga), berupa flyer, leaflet,
buku saku, atau bentuk lainnya, yang diberikan kepada keluarga sesuai masalah
kesehatan yang dihadapinya. Misalnya: Flyer tentang Kehamilan dan Persalinan
untuk keluarga yang ibunya sedang hamil, Flyer tentang Pertumbuhan Balita untuk
keluarga yang mempunyai balita, Flyer tentang Hipertensi untuk mereka yang
menderita hipertensi, dan lain-lain.
Forum komunikasi yang digunakan untuk kontak dengan keluarga dapat berupa forum-forum
berikut.
1. Kunjungan rumah ke keluarga-kelu- arga di wilayah kerja Puskesmas.
2. Diskusi kelompok terarah (DKT) atau biasa dikenal dengan focus group
discussion (FGD) melalui Dasa Wisma dari PKK.
3. Kesempatan konseling di UKBM- UKBM (Posyandu, Posbindu, Pos UKK,
dan lain-lain).
4. Forum-forum yang sudah ada di ma- syarakat seperti majelis taklim, rem-
bug desa, selapanan, dan lain-lain.
Sedangkan keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra dapat diupayakan dengan
menggunakan tenagatenaga berikut.
1. Kader-kader kesehatan, seperti kader Posyandu, kader Posbindu, kader Poskestren,
kader PKK, dan lain-lain.
2. Pengurus organisasi kemasyaraka- tan setempat, seperti pengurus PKK, pengurus
Karang Taruna, pengelola pengajian, dan lain-lain.
D. PENDEKATAN KELUARGA SEBAGAI KUNCI KEBERHASILAN
Banyak bukti yang menunjukkan bahwa pendekatan keluarga mutlak harus dilakukan
untuk melengkapi dan memperkuat pemberdayaan masyarakat. Data Riskesdas
menunjukkan hal itu. Sebagai contoh berikut ini disajikan bukti tentang pentingnya
pendekatan keluarga dalam penanggulangan stunting dan pengendalian penyakit tidak
menular.
1. Pendekatan Keluarga dalam penang- gulangan stunting, Riskesdas tahun 2013
menemukan bahwa proporsi bayi yang lahir stunting (panjang badan ≤48 CM) adalah
sebesar 20,2%, pada kelompok balita terdapat 37,2% yang mende- rita stunting. Ini
menunjukkan bahwa dalam perjalanan dari saat lahir ke balita, terjadi pertumbuhan
yang melambat, sehingga proporsi stunting justru bertambah. Untuk menanggu- langi
stunting, harus dilakukan deteksi dan intervensi sedini mungkin. Yaitu dengan
melakukan pemantauan per- tumbuhan secara ketat, melalui penim- bangan
bayi/balita di Posyandu setiap bulan. Akan tetapi, ternyata data Riskesdas
menunjukkan bahwa proporsi balita yang tidak pernah ditimbang selama 6 bulan
terakhir cenderung meningkat, yaitu dari 25,5% pada tahun 2007 menjadi 34,3%
pada tahun 2013. Jadi jika kita hanya mengandalkan Posyandu, maka masih ada
sepertiga jumlah bayi/balita yang tidak terpantau. Oleh karena itu, mereka yang tidak
datang ke Posyandu harus dikunjungi ke rumahnya. Jelas bahwa pendekatan keluarga
mutlak harus dilakukan, bila kita ingin deteksi dini stunting terlaksana dengan baik.
2. Salah satu penyakit tidak menular yang cukup penting dalam Pendeka- tan Keluarga
adalah hipertensi (teka- nan darah tinggi). Prevalensi hiper- tensi pada orang dewasa
menurut Riskesdas tahun 2013 adalah 25,8% atau sama dengan 42,1 juta jiwa. Dari
sejumlah itu baru 36,8% yang telah kontak dengan petugas keseha- tan, sementara
sisanya sekitar 2/3 tidak tahu kalau dirinya menderita hipertensi. Hal ini
menunjukkan bahwa bila tidak menggunakan pen- dekatan keluarga, 2/3 bagian atau
sekitar 28 juta penderita hipertensi tidak akan tertangani. Sekali lagi, hal ini
menunjukkan bahwa pende- katan keluarga mutlak harus dilaku- kan bila kita ingin
pengendalian penyakit hipertensi berhasil.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan
jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di
wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar
gedung dengan mengunjungi keluarga di wilayah kerjanya. Keluarga sebagai fokus
dalam pendekatan pelaksanaan program Indonesia Sehat.
b. Saran
Semoga makalah yang di buata oleh penulis dapat bermanfaat bagi para pembaca
untuk menambah wawasan dan pengetahuan dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Untung Suseno Sutarjo (Sekretaris Jenderal), Anung Sugihantono (Direktur Jenderal


Kesehatan Masyarakat), M. Subuh (Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit), Bambang Wibowo (Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan), Maura Linda
Sitanggang (Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan), Purwadi (Inspektur
Jenderal), Siswanto (Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan), Usman
Sumantri (Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan).

Anda mungkin juga menyukai