Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN KEBERSIHAN DAN

PERAWATAN DIRI

OLEH

1. Maria Klarita Mouw


2. Emilia Ana Awang
3. Yane Yuningsih Aleut
4. Syane Njuruhapa
5. Norbetwan Pulu Tata
6. Yordan S Sanam
7. Lenda Momiake
8. Maria F Oematan
9. Yurex Y Buraen

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatakan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan ASKEP ini dengan
judul ” Asuhan Keperawatan Perawatan Diri “. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas kelompok mata kuliah Konsep keperawatan dasar II program studi S1 Keperawatan.

Selain itu, penyusun menyadari dalam penyusunan ASKEP ini banyak kekurangan
dan banyak kesalahan. Oleh karena itu dimohon kritik dan sarannya.

Kupang, 2 mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar............................................................................................... i
Daftar isi.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang............................................................................................ 1
1.2 Tujuan......................................................................................................... 1
BAB III PEMBAHASAN
2.1 Pengertian................................................................................................... 2
2.2 Jenis Perawatan diri ................................................................................... 2
2.3 Etiologi....................................................................................................... 3
2.4 Tanda dan Gejala........................................................................................ 5
2.5 Rentang Respon Koniktif........................................................................... 7
2.6 Pohon Masalah............................................................................................ 8
2.7 Asuhan Keperawatan.................................................................................. 8
a. Pengkajian.............................................................................................. 8
b. Analisa data........................................................................................... 9
c. Diagnosa................................................................................................ 10
d. Intervensi............................................................................................... 10
e. Implementasi.......................................................................................... 13
f. Evaluasi.................................................................................................. 17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 18
3.2 Saran........................................................................................................... 18
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya.Defisit perawatan
diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam
melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri.

Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan,


dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal hygienenya sendiri.
Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien.
Selain itu,beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktik hygiene klien.

Karena perawatan hygiene seringkali memerlukan kontak yang dekat dengan klien maka
perawat menggunakan ketrampilan komunikasi untuk meningkatkan hubungan terapeutik dan
belajar tentang kebutuhan emosional klien. Oleh karena itu penulis membahas makalah ini untuk
mempelajari tentang defisit perawatan diri dan mengkaji pasien dengan gangguan perawatan diri.

1. 2 Tujuan

Tujuan utama dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan mata kuliah Keperawatan Jiwa.Adapun tujuan lainnya yaitu:

a. Mahasiswa mengetahui dan memahami defisit perawatan diri.

b. Mahasiswa mengetahui dan memahami etiologi defisit perawatan diri.

c. Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis defisit perawatan diri

d. Mahasiswa mengetahui mekanisme koping defisit perawatan di

e. Mahasiswa mengetahui dan memahami intervensi dari defisit perawatan diri dan dapat
mengimplementasikannya.

BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat
melakukan perawatan diri . Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktifitas perawatan diri mandi, berhias, makan.

Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang
perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan
kebersihan untuk dirinya. Defisit Perawatan Diri adalah Suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri
secara mandiri.

2.2 Jenis-jenis Perawatan Diri

1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan

Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas
mandi/kebersihan diri.

2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.

Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai


pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.

3. Kurang perawatan diri : Makan

Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan


aktivitas makan.

4. Kurang perawatan diri : Toileting

Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.

2.3 Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :

1. Kelelahan fisik

2. Penurunan kesadaran

Menurut Depkes, penyebab kurang perawatan diri ada :

1. Faktor predisposisi:

a. Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga

b. perkembangan inisiatif terganggu.

c. Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan


perawatan diri.

d. Kemampuan realistis turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas
yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.

e. Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya


situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

2. Faktor presipitasi

Merupakan faktor presipitasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan


motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah / lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000 : 59) faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah

a. Body image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri, misalnya


dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan
dirinya.

b. Praktik sosia

Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri maka kemungkinan akan terjadi
perubahan pada personal hygiene.

c. Status sosial ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

d. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien diabetes mellitus ia harus menjaga
kebersihan kakinya.

e. Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.

e. Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti
penggunaan sabun, shampoo dan lain – lain.

f. Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene :

1. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya


kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan
integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan
gangguan fisik pada kuku.

2. Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah kebutuhan rasa nyaman,
kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan
interaksi sosial.

2.4 Tanda Dan Gejala

Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah

1. Fisik

a. Badan bau, pakaian kotor.

b. Rambut dan kulit kotor

c. Kuku panjang dan kotor.

d. Gigi kotor disertai mulut bau.

e. Penampilan tidak rapi.

2. Psikologis

a. Malas, tidak ada inisiatif.

b. Menarik diri, isolasi diri.

c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.


3. Sosial

a. Interaksi kurang.

b. Kegiatan kurang

c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.

d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandiri

2. 4 Mekanisme Koping

1. Regresi

2. Penyangkalan

3. Isolasi diri, menarik diri

4. Intelektualisasi

2.5 Rentang Respon Kognitif

Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri sendiri adalah :

1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri

a. Bina hubungan saling percaya.

b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.

c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri.

2. Membimbing dan menolong klien merawat diri.

a. Bantu klien merawat diri

b. Ajarkan ketrampilan secara bertahap

c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari


3. Ciptakan lingkungan yang mendukung

a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.

b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.

c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya, kamar

mandi yang dekat dan tertutup.

2.6 Pohon Masalah

1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

2. Isolasi social

3. Defisit perawatan diri : mandi, toileting, makan, berhias.

2.7 Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

1. Identitas klien

Nama : Tn. A

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 35 Tahun

tinggal :

Status :

2. Riwayat kesehatan

o RKS :lelah,badan bau,rambut kotor dan pemalas

o RKD : apakah pernah sebelumnya mengalami deficit perawatan diri,dan apa-apa


saja cara yang digunakan untuk mengatasi masalah ini.
o RKK : adakah keluarga mengalami deficit perawatan diri sebelumnya.

3. Keluhan utama

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri,Defisit perawatan diri dan Isolasi Sosial

B. Analisa Data

Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah :

1. Data subyektif

o Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin atau di RS tidak
tersedia alat mandi.

o Klien mengatakan dirinya malas berdandan.

o Klien mengatakan ingin di suapi makan.

o Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK atau BAB.

o Pasien merasa lemah

o Malas untuk beraktivitas

o Merasa tidak berdaya.

2. Data obyektif

o Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi


kotor, kulit berdaki, dan berbau, serta kuku panjang dan kotor.

o Ketidakmampuan berapakaian/berhias ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian


kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur (laki-laki), atau tidak
berdandan (wanita).

o Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan


mengambil makan sendiri
o Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai BAB/BAK tidak pada
tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK

o Rambut kotor, acak – acakan

o Badan dan pakaian kotor dan bau

o Mulut dan gigi bau.

o Kulit kusam dan kotor

o Kuku panjang dan tidak terawatt

C. Diagnosa Keperawatan

Menurut Depkes (2000: 32) diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien defisit
perawatan diri yaitu:

a. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

b. Defisit perawatan diri.

c. Isolasi Sosial.

D. Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan: penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri.

Tujuan Umum

Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan kebersihan diri.

Tujuan Khusus

TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

Kriteria evaluasi

Dalam berinteraksi klien menunjukan tanda-tanda percaya pada perawat:

a. Wajah cerah, tersenyum


b. Mau berkenalan

c. Ada kontak mata

d. Menerima kehadiran perawat

e. Bersedia menceritakan perasaanny

Intervensi :

a. Berikan salam setiap berinteraksi.

b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan.

c. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.

d. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.

e. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.

f. Buat kontrak interaksi yang jelas.

g. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.

h. Penuhi kebutuhan dasar klien.

TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri.

Kriteria evaluasi

Klien dapat menyebutkan kebersihan diri pada waktu 2 kali pertemuan, mampu
menyebutkan kembali kebersihan untuk kesehatan seperti mencegah penyakit dan klien
dapat meningkatkan cara merawat diri.

Intervensi

a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.

b. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian
tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.
c. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.

d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap hal yang
berhubungan dengan kebersihan diri.

e. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan diri.

f. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti kebersihan diri.

g. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan sore, sikat
gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir
rambut, gunting kuku jika panjang.

TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat.

Kriteria evaluasi

Klien berusaha untuk memelihara kebersihan diri seperti mandi pakai sabun dan disiram
pakai air sampai bersih, mengganti pakaian bersih sehari–hari, dan merapikan penampilan.

Intervensi

a. Motivasi klien untuk mandi.

b. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk mendemonstrasikan cara
memelihara kebersihan diri yang benar.

c. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.

d. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.

e. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan kebersihan


diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.

f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti odol,
sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.
TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri.

Kriteria evaluasi

Setelah satu minggu klien dapat melakukan perawatan kebersihan diri secara rutin dan
teratur tanpa anjuran, seperti mandi pagi dan sore, ganti baju setiap hari, penampilan bersih
dan rapi.

Intervensi

Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk
mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.

TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.

Kriteria evaluasi

Klien selalu tampak bersih dan rapi.

Intervensi

Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.

TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.

Kriteria evaluasi

Keluarga selalu mengingatkan hal–hal yang berhubungan dengan kebersihan diri,


keluarga menyiapkan sarana untuk membantu klien dalam menjaga kebersihan diri, dan
keluarga membantu dan membimbing klien dalam menjaga kebersihan diri.

Intervensi

a. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri.

b. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien selama di RS


dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS.
c. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan yang telah
dialami di RS.

d. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga kebersihan
diri klien.

e. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri.

f. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan diri

g. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya:

3. mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain.

E. Implementasi.

DX. a. Memberikan salam setiap berinteraksi.

b. Memperkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan.

c. Menanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.

d. Menunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.

e. Menanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.

f. Membuat kontrak interaksi yang jelas.

g. Mendengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.

h. Memenuhi kebutuhan dasar klien.

DX. a. Membina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi

terapeutik.

b. Bediskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara

menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.

c. Mendorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.


d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap

hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.

e. Membantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara

kebersihan diri.

f. Memberi reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti

kebersihandiri.

g. Mengingatkan klien untukmemelihara kebersihandiri seperti: mandi 2 kali pagi dan

sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas

dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang.

DX. a. Memotivasi klien untuk mandi.

b.Memberi kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk

mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.

c. Menganjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.

d. Mengkaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.

e. Berkolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan

kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.

f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti

odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.

DX. Memonitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk

mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.
DX . 1. Memberi reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.

DX. a. Menjelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga

kebersihan diri.

b. Berdiskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien

selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS.

c. Menganjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan

yang telah dialami di RS.

d.Menjelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga

kebersihan diri klien.

e. Menganjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri.

f. Berdiskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan

diri

g. Berdiskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya:

mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain.

F. Evalusi

Setelah diberikan asuhan keperawatan terhadap klien, kebutuhan perawatan diri klien
terpenuhi
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan
kondisi kesehatannya

3.1 Saran

Semoga Askep ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan saran sangat
diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.

Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.

Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta :
Momedia

Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan.
Jakarta : CV Sagung Seto

Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima
Medika.

Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.

Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri edisi 3.
Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai