Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1.1 Latar belakang Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya. Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri. Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu,
keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal hygienenya sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien. Selain itu,beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktik hygiene klien. Karena perawatan hygiene seringkali memerlukan kontak yang dekat dengan klien maka perawat menggunakan ketrampilan komunikasi untuk meningkatkan hubungan terapeutik dan belajar tentang kebutuhan emosional klien. Oleh karena itu penulis membahas makalah ini untuk mempelajari tentang defisit perawatan diri dan mengkaji pasien dengan gangguan perawatan diri. 1.2 Tujuan Penulis 1.2.1 Tujuan Umum Setelah membuat dan mempresentasikan makalah ini diharapkan mahasiswa mengerti dan mengetahui tentang gangguan defisit perawatan diri. 1.2.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Keperawatan Jiwa.Adapun tujuan lainnya yaitu: 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.2.4 Mahasiswa mengetahui dan memahami defisit perawatan diri. Mahasiswa mengetahui dan memahami etiologi defisit perawatan diri. Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis defisit perawatan diri. Mahasiswa mengetahui mekanisme koping defisit perawatan diri.
1.2.5
Mahasiswa mengetahui dan memahami intervensi dari defisit perawatan diri dan dapat mengimplementasikannya.
1.3 Metode Penulis Dalam penulisan makalah ini menggunakan penulisan metode studi pustaka, diskusi kelompok dan browsing internet.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Defisit Perawatan Diri
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004). Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000). Tanda dan Gejala : Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut acak-acakan, pakain kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki bercukur, pada pasien perempuan tidak berdandan. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai oleh ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makana tidak pada tempatnya Ketidakmampuan eliminasi sevara mandiri, ditandai dengan buang air besar atau buang air kecil tidak pada tempatnya, dan tidak membersihakan diri dengan baik setelah BAB/BAK
2.2
1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri. 2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias. Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan
3|Defisit Perawatan Diri
memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri. 3. Kurang perawatan diri : Makan Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan. 4. Kurang perawatan diri : Toileting Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79 ).
2.3
Penyebab
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut : kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut DepKes (2000: 20) Penyebab kurang perawatan diri adalah : 1. Faktor Predisposisi Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yangkurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2.
Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Tanda dan Gejala Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah: a. Fisik
4|Defisit Perawatan Diri
Badan bau, pakaian kotor. Rambut dan kulit kotor. Kuku panjang dan kotor Gigi kotor disertai mulut bau Penampilan tidak rapi a. Psikologis b. Sosial Interaksi kurang Kegiatan kurang Tidak mampu berperilaku sesuai norma. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat Malas, tidak ada inisiatif. Menarik diri, isolasi diri. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah: 1. Body Image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya. 2. Praktik Sosial Pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene. 3. Status Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. 4. Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
5|Defisit Perawatan Diri
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya. 5. Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan. 6. Kebiasaan Seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain lain. 7. Kondisi Fisik atau Psikis Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
2.4
2.5
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri sendiri adalah : 1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri a. b. c. 2. Bina hubungan saling percaya. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan. Kuatkan kemampuan klien merawat diri.
Membimbing dan menolong klien merawat diri. a. b. c. Bantu klien merawat diri Ajarkan ketrampilan secara bertahap Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
3.
Ciptakan lingkungan yang mendukung a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi. b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien. c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien
Isolasi sosial
2.7 Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji a) Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri Data subyektif a. Klien mengatakan saya tidak mampu mandi, tidak bisa melakukan apaapa, Data obyektif a. Klien terlihat lebih kurang memperhatikan kebersihan, halitosis, badan bau, kulit kotor b) Isolasi Sosial Data subyektif a. Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri. Data obyektif b. Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan c) Defisit Perawatan Diri Data subyektif a. Pasien merasa lemah b. Malas untuk beraktivitas c. Merasa tidak berdaya. Data obyektif
7|Defisit Perawatan Diri
a. Rambut kotor, acak acakan b. Badan dan pakaian kotor dan bau c. Mulut dan gigi bau. d. Kulit kusam dan kotor e. Kuku panjang dan tidak terawat
2.8 Diagnosa Keperawatan a. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri b. Isolasi Sosial c. Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK
2.9 Rencana Tindakan Keperawatan Diagnosa 1 : Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
Tujuan Umum : Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan kebersihan diri Tujuan Khusus : TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat. Intervensi a. Berikan salam setiap berinteraksi. b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan. c. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien. d. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi. e. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien. f. Buat kontrak interaksi yang jelas. g. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati. h. Penuhi kebutuhan dasar klien.
TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri. Intervensi a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik.
b. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih. c. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri. d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri. e. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan diri. f. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti kebersihan diri. g. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang.
TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat. Intervensi a. Motivasi klien untuk mandi. b. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk
mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar. c. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari. d. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut. e. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi. f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.
TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri. Intervensi a. Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.
9|Defisit Perawatan Diri
TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri. Intervensi a. Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.
TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri. Intervensi a. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri. b. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS. c. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan yang telah dialami di RS. d. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga kebersihan diri klien. e. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga
kebersihan diri. f. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan diri. g. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya: mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lainlain.
Diagnosa 2
: Isolasi sosial
Tujuan Umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi Tujuan Khusus TUK I Intervensi : : Klien dapat membina hubungan saling percaya
10 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu. b. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab. c. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburuburu, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
TUK II Intervensi
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tandatandanya b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau mau bergaul b. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul c. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
TUK III : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. Intervensi A. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain B. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain
11 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
b.
Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
c.
Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
TUK IV : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial Intervensi a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
TUK
IV
berhubungan dengan orang lain Intervensi a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain
Diagnosa 3
Tujuan Khusus
Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
12 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
Pasien mampu melakukan makan dengan baik Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
Intervensi 1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri. b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri 2) Melatih pasien berdandan/berhias Untuk pasien laki-laki latihan meliputi : a) Berpakaian b) Menyisir rambut c) Bercukur Untuk pasien wanita, latihannya meliputi : a) Berpakaian b) Menyisir rambut c) Berhias 3) Melatih pasien makan secara mandiri a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan b) Menjelaskan cara makan yang tertib c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik 4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
Nn.Zana 20 th menunjukkan tanda sebagai berikut : malam keluyuran, siang tidur terus menerus, mengalami kemunduran dalam kebersihan diri, dari badannya tercium bau kurang sedap, rambut acak-acakan dan baju kotor. Sekolah kacau dan sering bolos, teman bergaulnya bukan anak sekolah. Malam minggu klien dibawa oleh polisi karena berada di diskotik dengan gejala mengulang-ulang perilaku, curiga,agresif,mual,muntah dan euphoria. Kepada temannya ia mengatakan kurang
13 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
percaya diri, merasa tidk aman dan lebih suka menyendiri, terutama setelah ke dua orag tuanya becerai.
Pohon Masalah
Faktor predisposisi
Faktor prepipitasi
(perceraian orangtua)
1.
Tujuan keperawatan
14 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
a) b) c) d)
Pasien mammpu melakukan kebersihan diri secara mandiri Pasien mampu melakukan berhias secara baik Pasien mampu melakukan makan dengan baik Pasien mampu melakukan eliminasi secara mandiri
2.
Tindakan keperawatan
a) 1. 2. 3. 4.
Melatih pasien cara perawatan kebersihan diri dengan cara: Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri Melatih pasien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri
b)
Latihan berhias pada pria harus dibedakan dengan wanita. pada pasien laki-laki, latihan meliputi latihan berpakaian, menyisir rambut, mencukur rambut, sedangkan pada pasien perempuan latihan meliputi latihan berpakaian , menyisir rambut, dan berhias/ berdandan.
c) 1. 2.
Melatih pasien makan secara mandiri dengan cara: Menjelaskan cara mempersiapkan makan Menjelaskan cara makan yang tertib
3. 4.
Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan Mempraktikkan cara makan yang baik
d) 1) 2) 3)
Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri dengan cara: Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
SP 1 pasien: mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri dan melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri.
15 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
Tahap tahap dalam terapi aktivitas kelompok. Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase fase dalam terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut : 1. Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi leader, anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan kelompok, menjelaskan sumber sumber yang diperlukan kelompok seperti proyektor dan jika memungkian biaya dan keuangan. 2. Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi, konflik atau kebersamaan. Orientasi. Anggota mulai mengembangkan system social masing masing, dan leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota. Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang akan terjadi. Kebersamaan Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota mulai menemukan siapa dirinya.
3.
Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan engatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistic, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif.
4.
Fase terminasi
16 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses. 2.10 Format Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
A.
Proses keperawatan
Kondisi klien
Pasien menunjukkan tanda sebab: Malam keluyuran, siang tidur terus menurus, mengalami kemunduran dalam kebersihan diri, dari badannya tercium bau kurang sedap, rambut acak-acakan dan baju kotor. Sekolahnya kacau dan sering bolos, teman bergaulnya bukan anak sekolah. Pada waktu malam minggu pasien dibawa oleh polisi karena berada di diskotik dengan gejala mengulang-ngulang perilakunya, curiga, agresif, mual muntah dan eforia. Kepada temannya ia mengatakan kurang percaya diri, merasa tidak aman dan lebih suka menyendiri, terutama setelah kedua orangtuanya bercerai.
Diagnosa Keperawatan
a. FASE ORIENTASI 1. Salam terapeutik Selamat pagi mbak, kenalkan saya suster Ratna, saya biasa dipanggil Ana. Mbak siapa namanya dan senang dipanggil apa? Saya yang akan merawat mbak pagi ini. 2. Evaluasi/validasi Bagaimana perasaan mbak Zana hari ini ? Dari tadi, saya lihat mbak menggarukgaruk badanya, gatal ya? 3. Kontrak Topik : Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri ?
17 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
Waktu : Berapa lama kita berbicara ? 30 menit ya....? Tempat : Mau dimana.....? Disini saja ya? Baiklah jadi kita akan berbicara di sini tentang kebersihan diri selama 30 menit
b. FASE KERJA Berapa kali mbak Zana mandi dalam sehari? Apakah mbak Zana sudah mandi hari ini? Menurut mbak Zana apa tidak bisa kegunaanya merawat mandi? Apa
manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa ya.? Badan gatal ,mulut bau , apa lagi....? Kalau tidak teratur menjaga kebersihan masalah apa menurut mbak Zana yang bisa muncul? Betul ada kudis, kutu........... dan lain lain? Apa yang mbak Zana lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan sajambak Zana menyisir rambut? Bagaimana dengan merias muka? Apa maksud dan tujuan menyisir dan berhias? Berapa kali mbak Zana makan sehari? Apa pula yang dilakukan setelah makan? Betul, kita harus menyikat gigi sesudah makan. Dimana biasanya mbak Zana buang air besar / buang air kecil? Bagaimana membersihkannya? iya..... kita buang air kecil dan besar harus di WC. Nah itu WC di ruangan ini, lalu jangan lupa membersihkan pakai air dan sabun. Menurut mbak Zana kalau mandi itu kita harus bagaimana? Sebelum mandi apa yang perlu kita persiapkan? Benar sekali, mbak Zana perlu menyiapkan pakaian ganti, handuk, sikat gigi, sampo, sabun, dan sisir. Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi , saya akan
membimbing mbakZana melakukannya. Sekarang, buka pakaian, dan siram seluruh tubuh mbak Zanatemasuk rambut lalu ambil shampo gosokaan pada kepala mbak Zana sampai berbusa lalu bilas sampai bersih. Bagus sekali selanjutnya ambil sabun, gosokkan di seluruh tubuh secara merata lalu siram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol, giginya disikat mulai dari arah atas ke bawah. Gosok seluruh gigimbak Zana mulai dari depan sampai belakang. Bagus, lalu kumur- kumur sampai bersih. Terakhir siram lagi seluruh tubuh mbak Zana sampai bersih lalu keringkan dengan handuk. Mbak Zana bagus
18 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
sekali melakukannya. Selanjutnya, mbak Zanapakai baju dan sisir rambutnya dengan baik.
c.
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan Bagaimana mandi dan mengganti pakaian ?
Cobambak Zana sebutkan lagi apa saja cara- cara mandi yang baik yang sudah mbakZana lakukan tadi? Bagaimana perasaan mbak Zana setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya kebersihan diri tadi ? Sekarang coba mbak Zana ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi. Bagus sekali ! 2. Rencana tindak lanjut Nah.., mbak Zana mau berapa kali mandi dan sikat gigi....? dua kali pagi dan sore, Mari .... kita masukkan dalam jadwal aktivitas harian ! Nah...... lakukan ya mbak Zana...., ini saya beri lembar aktivitas harian dan beri tanda kalau sudah dilakukan seperti pada kolom M ( mandiri ) kalau dilakukan tanpa disuruh , B ( bantuan ) kalau diingatkan baru dilakukan , dan T (tidak) tidak melakukan. 3. Kontrak yang akan datang Topik : Baik, besok kita latihan berdandan ya. Waktu : Bagaimana kalau sesudah makan pagi besok? Jam 9 mungkin? mau berapa lama? 30 menit ya. Tempat : tempatnya dimana? di sini saja ya Jadi besok kita akan berlatih cara berdandan jam 9 pagi di sini (kamar Zana).
2.12
A. Pengkajian 1. Identitas Klien Nama Umur Alamat Pekerjaan : Nn.Z : 20 tahun : Jalan Sriti 4, Malang : Mahasiswi
19 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
Tanggal Pengkajian : 12-06-2011 Ruang Rawat Dx Dr 2. Alasan Masuk Keluarga pasien mengatakan anaknya mengurung diri dan mengalami kemunduran dalam kebersihan diri. 3 Riwayat Penyakit Sekarang dan Faktor Presipitasi Keluarga pasien mengatakan pasien kurang percaya diri dan merasa tidak aman dan lebih suka menyendiri, terutama setelah kedua orangtuanya bercerai. 4. Faktor Predisposisi a. Riwayat Penyakit Masa Lalu 1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu Ya Tidak Jika Ya, jelaskan: sebelumnya klien mengalami depresi dan menarik diri dari lingkungan keluarganya. 2. Pengobatan sebelumnya Berhasil Kurang berhasil Tidak berhasil : Mawar : Defisit Keperawatan diri : Dr. B
Jelaskan: klien tidak pernah mengonsumsi obat sebelumnya untuk mengatasi masalah kejiwaannya. 3. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang) Ya Tidak Bila Ya, jelaskan: klien tidak pernah mengalami penyakit fisik dari kecil hingga saat ini. 5. Riwayat Trauma
20 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
Trauma 1. Aniaya fisik 2. Aniaya seksual 3. Penolakan 4. Kekerasan dalam keluarga 5. Tindakan criminal
Usia -
Pelaku -
Korban -
Saksi -
20 tahun
Polisi
Klien
Teman klien
Jelaskan:klien pernah dibawa oleh polisi saat berada di tempat diskotik bersama teman yang tidak satu sekolah dengan pasien 1. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (bio, psiko, sosio, kultural, dan spiritual) Semasa kecilnya klien selalu tidak diperhatikan oleh
orangtuanya karena kedua orangtuanya sering mengalami masalah dan sering bertengkar sehingga menyebabkan kurang perhatian kepada anak. Diagnosa keperawatan: deficit perawatan diri. 6. Riwayat Penyakit Keluarga 1. Anggota keluarga yang gangguan jiwa? Ada Tidak
Kalau ada: Hubungan keluarga: hubungan keluarga tidak harmonis karena kedua orangtua klien bercerai. Gejala: klien tampak merasa sekelilingnya tidak aman dan lebih suka menyendiri. Riwayat pengobatan: tidak ada Diagnosa keperawatan : deficit perawatan diri.
7. Status Mental a. Penampilan Tidak rapi Penggunaan pakaian tidak sesuai Cara berpakaian tidak seperti biasanya
21 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
Jelaskan: cara berpenampilan klien tidak rapi, rambut acak-acakkan, baju yang dipakai kotor dan bau badan tidak sedap. Diagnosa keperawatan: defisit perawatan diri. b.Kesadaran Menurun: Compos mentis Sopor Apatis/Sedasi Subkoma Somnolensia Koma Meninggi Hipnosa Gangguan Tidur: Ya Disosiasi: Berubah Gangguan perhatian
Jelaskan: setiap malam klien pergi ke diskotik bersama temannya. Klien mengulang-ulang perilaku yang sama, agresif dan efhoria. Diagnosa keperawatan: gangguan istirahat tidur c.Disorientasi Waktu Tempat Orang
Jelaskan: pasien pada malam hari pergi keluyuran, dan pada saat siang hari pasien justru menghabiskan waktunya untuk tidur. Diagnosa keperawatan : .defisit perawatan diri d. Pembicaraan Cepat Keras Gagap Apatis Lambat Membisu
22 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
e. Aktifitas Motorik/Psikomotor a. Kelambatan Hipokinesia, hipoaktifitas Katalepsi Sub stupor katatonik Fleksibilitas serea
b. Peningkatan Hiperkinesia, hiperaktifitas Gagap Stereotipi Gaduh Gelisah Katatonik Mannarism Katapleksi Tik Ekhopraxia Command automatism Grimace Otomatisma Negativisme Reaksi konversi Tremor Verbigerasi Berjalan kaku/Rigid Kompulsif: sebutkan .....
23 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
Merasa kesepian Apatis Marah Dangkal/Datar Inadekuat Labil Anhedonia Eforia Ambivalensi Depresi/Sedih Cemas (Ringan, Sedang, Berat dan Panik)
24 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
Tidak ada
h.Proses Pikir a. Arus pikir Koheren Inkoheren Sirkumstansial Neologisme Tangensial Logorea Kehilangan asosiasi Bicara lambat Flight of idea Bicara cepat Irrelevansi Main kata-kata Blocking Pengulangan pembicaraan/Perseverasi Afasia Asosiasi bunyi
Jelaskan: saat membicarakan suatu topik biasanya klien bicara terus menerus, dan eforia Diagnosa keperawatan: gangguan prooses pikir (arus pikir). b. Isi pikir Obsesif Ekstasi Fantasi Alienasi Pikiran bunuh diri Pre okupasi Pikiran isolasi sosial
25 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
c.
Ide yang terkait Pikiran rendah diri Pesimisme Pikiran magis Pikiran curiga Fobia, sebutkan ..... Waham: Agama Somatik/Hipokondria Kebesaran Kejar/Curiga Nihilistik Dosa Sisip pikir Siar Pikir Kontrol pikir Bentuk pikir Realistik Non realistik Dereistik Otistik
Jelaskan:pasien mengatakan kurang percaya diri dan merasa tidak nyaman dan lebih suka menyendiri. Diagnosa keperawatan: harga diri rendah.
i.Interaksi Selama Wawancara Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung Kontak mata kurang Defensif Curiga
26 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
Jelaskan: saat pengkajian klien menunjukkan tidak kooperatif, kontak mata dengan klien kurang, dan klien menaruh rasa curiga terhadap perawat yang baru dijumpai, klien merasa terancam dengan kehadiran perawat yang baru. Diagosa keperawatan: resiko menciderai orang lain.
j.Memori Gangguan daya ingat jangka panjang (>1 bulan) Gangguan daya ingat jangka pendek (1 hari-1 bulan) Gangguan daya ingat saat ini (<24 jam) Amnesia Paraamnesia Konfabulasi Dejavu Jamaisvu Fausereconnaissance Hiperamnesia
Jelaskan: klien lupa dengan kejadian-kejadian yang baru saja dialaminya. Diagnosa keperawatan : gangguan memori.
k.Tingkat Konsentrasi Dan Berhitung Mudah beralih Tidak mampu berkonsentrasi Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan: saat sedang mengobrol satu topik tiba-tiba klien bercerita tentang hal lain yang tidak ada kaitannya dengan topik yang sedang dibicarakan bersama perawat. Diagnosa keperawatan: ketidakmampuan berkonsentrasi.
Jelaskan: klien menyangkal bahwa klien saat ini sedang menderita penyakit jiwa. Yang klien tahu hanya orangtuanya sudah bercerai. Diagnosa keperawatan: kurangnya daya tilik diri.
8.Pemeriksaan Fisik Tanggal : a.Keadaan Umum: cukup b.Tanda Vital: Tekanan darah: 120/70 mmHg Nadi: 85 kali/menit Suhu: 36,5C RR: 20 kali/menit TB: 165cm
Jelaskan: sebelum sakit, klien memiliki BB 60 kg, karena semua aktivitasnya menurun karena suka keluyuran malam ke diskotik sehingga berat badannya menjadi turun. e. Pemeriksaan Fisik (head to toe): Tidak ada abnormalitas pada bagian tubuh. Rambut tampak berminyak, acak-acakkan, dan kulit kotor. Klien memiliki bau badan yang tidak sedap. Jelaskan: hanya penampilan klien yang tidak rapi,acak-acakan,baju px kotor. Diagnosa keperawatan: defisit perawatan diri. 9. Pengkajian Psikososial a. Konsep Diri a. Citra tubuh: klien mengatakan tidak suka dengan keadaannya yang seperti itu apalagi semenjak orangtuanya bercerai.
28 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
b. Identitas: klien mengatakan bahwa ia adalah seorang mahasiswi namun sekarang sering tidak masuk kuliah. c. Peran: klien merasa tidak berguna bagi keluarganya karena keluargaklien tidak lagi harmonis(orangtua bercerai). d. Ideal diri: klien hanya ingin keluarganya kembali harmonis dan menjadi anak yang berguna bagi kedua orangtuanya dan keluarga lainnya. e. Harga diri: klien mengalami harga diri rendah karena klien merasa tidak aman dan kurang percaya diri dengan kondisinya sekarang. Diagnosa keperawatan: harga diri rendah, perubahan peran, gangguan citra tubuh.
b. Hubungan sosial a. Orang yang berarti/terdekat: keluarga dan teman/sahabatnya. b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: sebelum sakit klien biasa mengikuti kegiatan keagamaan. c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: saat sakit klien hanya menyendiri saja, klien sering keluyuran malam dan pergi ke diskotik. Diagnosa keperawatan: isolasi sosial. c. Spiritual a. Nilai dan keyakinan: saat ini klien tidak bisa menjelaskan tentang
spiritualitasnya. b. Kegiatan ibadah: klien tidak lagi menjalankan ibadah Diagnosa keperawatan: ketidakefektifan kegiatan keagamaan. 10. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Makan Bantuan minimal Bantuan total Jelaskan: klien hanya mampu untuk makan sendiri tetapi klien tidak mampu dalam menyiapkan makanannya sendiri, sehingga membutuhkan orang untuk menyiapkan makanannya. b. BAK/BAB
29 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
Jelaskan: klien mampu BAK dan BAB dengan mandiri. c. Mandi Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan: klien mampu mandi dengan mandiri hanya saja klien butuh arahan pada saat akan mandi harus diingatkan untuk mandi. d. Berpakaian/Berhias Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan: klien hanya perlu diingatkan untuk mengganti pakaiannya dan berhias karena klien malas melakukan aktifitas kebersihan dirinya. e. Istirahat dan tidur Tidur siang, lama : tidur sepanjang siang hari Tidur malam, lama: jarang tidur malam karena klien sering kluyuran malam
dengan pergi ke diskotek Aktifitas sebelum dan/sesudah tidur: Jelaskan: klien biasanya saat siang hari hanya menghabiskan waktunya untuk
tidur, jarang tidur malam karena klien sering kluyuran malam dengan pergi ke diskotek f.Penggunaan obat Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan: klien hanya perlu disiapkan obatnya dan perawat harus menunggui klien minum obat dan memastikan obat sudah benar-benar diminum oleh klien.
g.Pemeliharaan kesehatan
30 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
Tidak
h. Aktifitas dalam rumah Ya Mempersiapkan makanan Menjaga kerapihan rumah Mencuci pakaian Pengaturan keuangan i. Aktifitas di luar rumah Ya Belanja Transportasi x x Tidak x x x x Tidak
Jelaskan: klien keluyuran pada malam hari dengan pergi ke diskotik Diagnosa keperawatan: hipoaktifitas
11.
Mekanisme Koping Adaptif Maladaptif Minum alkohol Reaksi lambat/berlebihan Bekerja berlebihan Menghindar Mencederai diri
Bicara dengan orang lain Mampu menyelesaikan masalah Teknik relaksasi Aktifitas konstruktif Olah raga
Diagnosa keperawatan: inefektif koping, resiko menciderai diri dan orang lain.
12.
31 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
dukungan dari kelompok, terutama teman sebaya untuk membantu menahan emosinyaa. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya lingkungan sekitar klien
memberikan stigma yang buruk terhadap klien bahwa klien adalah orang gila dan tidak bisa disembuhkan. Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya klien tidak pernah mengikuti perkuliahan
dan tidak pernah memperhatikan kebersihan dirinya. Masalah dengan perumahan, spesifiknya klien ditolak oleh lingkungan sekitar. Masalah dengan ekonomi, pasien memiliki status ekonomi yang cukup dalam
mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya klien tidak pernah masuk
13.
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang tentang suatu hal? Penyakit/Gangguan jiwa Sistem pendukung Faktor presipitasi Mekanisme koping Penyakit fisik Obat-obatan
Jelaskan: klien menyangkal bahwa klien sedang mengalami gangguan jiwa, mekanisme koping yang digunakan klien juga tidak efektif dalam menghadapi suatu masalah, selain itu klien juga tidak mengetahui obat-obatan apa yang dikonsumsi klien dan manfaatnya. Diagnosa keperawatan: kurang pengetahuan.
NO.
32 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
DS:
Keluargapasien mengatakkan sejak kebesaran kedua orangtuanya bercerai pasien mengatakan kurang percaya
diri .dan sering menyendiri. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien kurang percaya diri dengan keadaannya yang seperti itu. keluarga mengatakan ia adalah anak yang tidak diinginkan oleh orang tuannya. Keluarga pasien mengatakkan bahwa pasien mengalami kemunduran
dalam kebersihan dirinya. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah masuk sekolah dan sering bolos . .keluarga pasien mengatakan pasien sering kluyuran malam dan pergi kediskotik klien mengatakan tidak pernah
melakukan ibadah lagi DO: Rambut pasien acak acakan Badan dan pakaian kotor tampak kotor dan
dan bautidak sedap Mulut dan gigi kotor dan bau tidak sedap Kulit kusam dan kotor, kuku panjang
2. Isolasi sosial. 3. Ketidakefektifan kegiatan keagamaan. 4. Harga diri rendah. 5. Perubahan peran. 6. Gangguan citra tubuh. 7. Gangguan proses pikir (arus pikir). 8. Gangguan tidur. 9. Defisit perawatan diri. 1. 2. 3. 4. 5. Prioritas Diagnosa Keperawatan Deficit perawatan diri Ketidakefektifan kegiatan keagamaan Gangguan proses pikir (arus pikir). Perubahan peran Gangguan tidur
NO. DX. I
Rencana Tindakan RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN DIAGNOSA TUJUAN Klien mampu KRITERIA HASIL INTERVENSI
Defisit Keperawatan
melakukan
Diri : Higiene kebersihan diri, kebersihan Diri, Berhias, berhias, makan diri Makan dan dan eliminasisecara baik baik
Eliminsasi
Klien dapat diri, berhias secara baik 2. Jelaskan tujuan interaksi, 3. Ciptakan lingkungan yg tenang, 4.Buat kontrak yang jelas
Klien mampu
Klien
mampu BAB/BAK secara mandiri TUK2: Melatih Pasien cara perawatan kebersihan diri Intervensi Menjelaskan perawatan diri Menjelaskan alat alat untuk kebersihan diri Menjelaskan cara cara pentingnya
dibedakan antara laki-laki dan perempuan, latihan untuk klien laki-laki meliputi : 1. Bepakaian 2. Menyisir rambut 3. Bercukur,dll. Untuk meliputi : 1. Berpakaian 2. Menyisir rambut 3. Berhias / berdandan,dll. klien perempuan
secara mandiri Intervensi 1. Menjelaskan mempersiapkan makan 2. Menjelaskan yang tertib 3. Menjelaskan cara merapikan peralatan makan 4. Mempraktikan cara makan yang baik makan setelah cara makan cara
TUK5: Mengajarkan Klien melakukan BAB/BAK secara mandiri Intervensi 1. Menjelaskan BAB/BAK yang sesuai 2. Menjelaskan cara membersih kan diri setelah BAB/BAK 3. Menjelaskan cara membersih kan tempat BAB/BAK tempat
Ruang: Mawar TINDAKAN KEPERAWATAN BHSP dengan klien. Melatih Pasien cara perawatan kebersihan diri EVALUASI S S: klien kan
mampu pentingnya
menjelas perawa
36 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
Berhias,
Makan
tan diri klien klien mampu menyebut kan alat alat untuk per
dan Eliminsasi
Menjelaskan alat alat untuk awatan diri kebersihan diri Menjelaskan cara klien mampu menjelas
cara kan cara-cara pera watan diri Klien praktikan mampu cara mem menjaga
kebersihan diri
O: klien menjelaskan
pentingnya perawatan diri klien Klien menyebutkan alat alat untuk per awatan diri Klien mampumenjelaskan cara-cara perawatan diri Klien mempraktikan mampu cara
37 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri. Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000).
3.2
Saran
1) Sebagai mahasiswa/mahasiswi calon perawat agar dapat lebih memperdalam ilmu serta wawasan mengenai gangguan jiwa pada klien dengan defisitperawatan diri dan dapat mengaplikasikannya dalam dunia keperawatan.
38 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
2) Bagi masyarakat agar lebih peduli dan berpartisipasi dalam menjaga kesehatan dan jangan mengabaikan tanda dan gejala yang muncul sebagai penyakit yang wajar tetapi segera periksakan kedokter atau pelayanaan kesehatan yang terdekat untuk mencegah komplikasi dan prognosis yang buruk.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC. Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3 . Jakarta : EGC Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 2006. Jakarta : Prima Medika.
39 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC. Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta. Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta. EGC
40 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i