2.1 Definisi Hiperemesis Gravidarum Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Mochtar, R, 1998). Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk (Mansjoer, A dkk, 2001). Hiperemesis gravidarum merupakan kejadian mual dan muntah yang berlebihan sehingga mengganggu aktivitas ibu hamil. Hiperemesis gravidarum sering terjadi pada awal kehamilan antara umur kehamilan 8-12 minggu. Hiperemesis gravidarum apabila tidak tertangani dengan baik akan menyebabkan komplikasi bahkan kematian ibu dan janin. Prevalensi hiperemesis gravidarum antara 1-3 % atau 5-20 kasus per 1000 kehamilan (Simpson et.al, 2001). Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah lebih dari 10 kali dalam 24 jam,sehingga mengganggu kesehatan dan pekerjaan sehari-hari (Arief.B, 2009). Hyperemesis gravidarum adalah muntah yang berlebihan atau masalah muntah selama kehamilan yang menyebabkan dehidrasi, gangguan elektrolit atau defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan.
2.2 Etiologi Menurut Wiknjosastro (2007), penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik. Juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inasisi. Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai berikut : a. Faktor predisposisi Faktor predisposisi yang sering dikemukan adalah primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda
menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan. b. Faktor organik Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organik. c. Faktor alergi Sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organik. d. Faktor psikologik Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
2.3 Patofisiologi Peningkatan kadar esterogen dapat menyebabkan mual pada trimester pertama. Apabila mual muntah terjadi terus menerus dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat, dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Sehingga oksidasi lemak tidak sempurna, dan terjadi ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida dan aseton darah. Mual dapat menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Dehidrasi juga menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang. Selain terjadi dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, terjadi pula robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma molarry-weiss) yang
Menurut Wiknjosastro (2007), batas jelas manifestasi klinis antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dan hiperemesis gravidarum tidak ada tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh. Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi kedalam 3 tingkatan: a. Tingkatan I Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 permenit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit mengurang, lidah mengering dan mata cekung. b. Tingkatan II Penderita tampak lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang, lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikteris. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing. c. Tingkatan III Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi total terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati wernicke, dengan gejala : nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks, timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati.
2.5 Pemeriksaan Diagnostik Data laboratorium : kadar potassium, sodium, klorida, dan protein menurun hemoglobin dan hematokrit menurun urinalisis : adanya keton dan kadang-kadang adanya protein kadar vitamin dalam darah menurun BUN, non protein nitrogen, uric acid meningkat LFT
Sedativa yang sering digunakan adalah Luminal. Vitamin yang dianjurkan Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik seperti Avopreg,Avomin. Anti histamin ini juga dianjurkan seperti Dramamin, Avomin. Antasida 2. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang baik.. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan. 3. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini. 4. Cairan parenteral
Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu dapat ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena. 5. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital. 6. Diet
a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D. c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.
2.7 Asuhan Keperawatan A. Pengkajian Pengkajian merupakan dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu pemantauan status kesehatan dan pola pertahanan pasien, mengidentifikasi kekuatan pasien serta merumuskan diagnosa
keperawatan (Mocthar, 2006) a. 1) Data dasar pengkajian Aktifitas istirahat; tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (>100
kali per menit) 2) Integritas ego; konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan
persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan. 3) Eliminasi; perubahan pada konsistensi, defekasi, peningkatan frekuensi berkemih
Urinalis ;peningkatan konsistensi urine. 4) Makanan/cairan; mual dan muntah yang berlebihan (4-8 minggu), nyeri
epigastrium, pengurangan berat badan (5-10 kg), membrane mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering. 5) 6) 7) Pernafasan; frekuensi pernapasan meningkat. Keamanan; suhu kadang naik, badan lemah, ikterus, dan dapat jatuh dalam koma Seksualitas; penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka
dilakukan abortus terapeutik. 8) Interaksi sosial; perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran,
respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospotalisasi dan sakit, system pendukung yang kurang.
9)
apalagi kalau berlangsung lama, berat badan turun lebih dari 1/10 dari berat badab normal, turgor kulit, lidah kering, adanya aseton dalam urine.
B. Diagnosa keperawatan a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nausea dan
vomitus yang menetap. b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan akibat vomitus
dan asupan cairan yang tidak adequat. c. d. Ketakutan berhubungan dengan efek hiperemesis pada kesejahteraan janin. Gangguan rasa nyaman : nyeri (perih) berhubungan dengan muntah yang
berlebihan, peningkatan asam lambung. e. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan berhubungan dengan
keterbatasan informasi. f. Resiko perubahan integritas kulit berhubungan dengan penurunan darah dan
nutrisi kejaringan-jaringan sekunder akibat dehidrasi g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber energi
sekunder.
C. Intervensi keperawatan a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nausea dan
vomitus yang menetap. Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria hasil : 1) Klien akan mengkonsumsi asupan oral diet yang mengandung zat gizi yang
adequat. 2) 3) 4) Klien tidak mengalami nausea dan vomitus. Klien akan menoleransi diit yang telah di programkan. Klien akan mengalami peningkatan berat badan yang sesuai selama hamil.
Intervensi
Rasional
a)
a)
untuk
makanan
selingan
biskuit, roti dan teh (panas) berlebih. hangat sebelum bagun tidur pada siang hari dan sebelum tidur. e) e) untuk mempertahankan
intake oral tidak dapat diberikan dalam periode tertentu. f) f) untuk mengetahui integritas
Kaji kebersihan oral dan integritas mukosa mulut. hygiene serta mengidenfifikasi adanya
personal
Pantau kadar Hemoglobin kapasitas pcmbawa oksigen ibu. Klien dengan kadar Hb < 12 gr/dl atau kadar Ht < anemi 37 % pada
dan Hemotokrit
data rutin
dasar
terhadap dilakukan
untuk
karbohidrat,
b.
Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan akibat vomitus dan
asupan cairan yang tidak adequat. Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi Kriteria hasil : 1) Keseimbangan cairan dan elektrolit akan kembali ke kondisi normal, yang terbukti
dengan turgor kulit normal, membran mukosa lembab, berat badan stabil, tanda-tanda vital dalam batas normal; elektrolit, serum, hemoglobin, hematokrit, dan berat jenis urin akan berada dalam batas normal. 2) 3) Klien tidak akan muntah lagi Klien akan mengkonsumsi asupan dalam jumlag yang adequat.
Intervensi
rasional
a)
Tentukan
frekuensi
atau a)
beratnya mual/muntah.
peptikum, mengenyampingkan penyebab lain untuk mengatasi masalah khusus dalam mengidentifikasi intervensi.
c)
Sebagai
indikator
dalam
kulit, membran mukosa, TD, membantu mengevaluasi tingkat input/output dan berat jenis atau kebutuhan hidrasi
d)
Anjurkan
peningkatan meminimalkan
mual/muntah keasaman
asupan minuman berkarbonat, dengan makan sesering mungkin dengan lambung. jumlah sedikit. Makanan tinggi karbonat seperti : roti kering sebelum bangun dari tidur.
menurunkan
c.
Tujuan : ketakutan klien teratasi Kriteria hasil : klien memverbalisasi perasaan dan kekhawatirannya tentang kesejahteraan janin.
Intervensi
Rasional
a)
Memperlihatkan
sikap a)
Memperlihatkan
sikap
menerima rasa takut klien untuk b) Pengetahuan tentang risiko pada janin dapat
mengungkapakan kekhawatirannya.
dan potensial
menghilangkan
c)
Memberi
informasi dengan
yang c)
berhubungan
potensial yang dapat terjadi pada klien mengatasi penyakit yang janinnya. dideritanya dan efek-efek
penyakit tersebut
d.
berlebihan, peningkatan asam lambung. Tujuan : nyeri hilang/berkurang. Kriteria hasil : 1) Klien mengungkapkan secara verbal. 2) Nyeri hilang atau berkurang
Intervensi
Rasional
a)
kaji
skala
nyeri, a)
menentukan tingkat
mengevaluasi nilai skala nyeri. Mengidentifikasi sumber sumber multiple dan jenis nyeri.
b)
Anjurkan
penggunaan b)
menggunakan dengan
strategi
ini
sejalan
pemberian
analgesic untuk mengurangi atau mengalihkan c) Yakinkan pada klien bahwa nyeri. ketakutan bahwa nyari akan dapat diterima ketegangan yang nyata seperti dan dan respon terhadap
perawat mengetahui nyeri yang c) dirasakannya dan akan berusaha tidak membantu untuk
pengkajian nyeri
menunjukkan kebutuhan analgesic f) Kolaborasi pemberian tambahan alternative penatalaksanaan nyeri. f) analgesic lebih efektif bila atau pendekatan terhadap
e.
keterbatasan informasi. Tujuan: klien mengerti tentang perubahan fisiologis dan pskologis yang normal dan tanda-tanda bahaya kehamilan. Kriteria hasil: 1) Klien menjelaskan perubahan fisiologis dan pskologis normal berkaitan dengan
kehamilan trimester pertama.. 2) 3) Klien menunjukkan perilaku perawatan diri sendiri yang meningkatkan kesehatan. Mengidentifikasi tanda-tanda bahaya kehamilan.
Intervensi
Rasional
a)
Jelaskan
tentang a)
Hiperemesis Grvidarum dan kaji dalam pengetahuan pasien tentang pengetahuan pasien. penyakitnya dan tentang
kesehatan gravidarum.
hiperemesis pengetahuan
c)
Buat
hubungan
perawat- konselor
memberikan dan
antisipasi
meningkatkan tanggunmg jawab individu terhadap kesehatan. d) memberikan informasi untuk mengidentifikasi dan
d)
keyakinan berkenaan
ini kebutuhan-kebutuhan
fisiologis/psikologis yang normal pada kehamilan, serta keyakinan tentang aktivitas, perawatan diri dan sebagainya. e) ketakutan biasanya timbul
e)
Klarifikasi kesalahpahaman.
dari
kesalahan
informasi
dan
Tentukan derajad motivasi kesulitan dalam belajar kecuali kebutuhan untuk belajar tersebut jelas.
untuk belajar.
g)
terhadap klien/pasangan.
h)
Identifikasi tanda bahaya membedakan yang normal dan seperti perdarahan, abnormal sehngga membantunya mencari perawatan
kehamilan,
f.
nutrisi kejaringan-jaringan sekunder akibat dehidrasi Tujuan : Tidak terjadi ganguan integritas kulit. Kriteria hasil : mengidentifikasi dan menunjukkan perilaku untuk mempertahankan kulit halus, kenyal, utuh.
Intervensi
Rasional
a)
Observasi
kemerahan, a)
pucat, ekskoriasi.
pengobatan lebih intensif. b) Dorong mandi tiap 2 hari b) sering mandi membuat
mengurangi gatal.
meningkatkan
sirkulasidan
g.
sekunder. Tujuan : Pasien dapat beraktivitas secara mandiri. Kriteria hasil : 1) 2) Pasien dapat memperlihatkan kemajuan khususnya tingkat yang lebih tinggi. Pasien mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan toleransi aktivitas.
Intervensi
Rasional
a)
Tingkatkan
tirah a)
baring/duduk. Berikan lingkungan ketenangan. yang tenang; batasi pengunjung sesuai keperluan. b) b) meningkatkan fungsi
Berikan perawatan kulit yang baik. tekanan pada area tertentu untuk menurunkan risiko kekurangan jaringan. c) Tingkatkan aktivitas sesuai c) tirah baring lama kemampuan. dapat Ini
aktivitas d)
yang
mengganggu
Dorong penggunaan tekhnik periode istirahat. stress. progresif, Contoh d) meningkatkan relaksasi dan energy,
manajemen relaksasi
visualisasi, penghematan
bimbingan imajinasi. e)
Kolaborasi pemberian obat dan dapat meningkatkan koping. indikasi: sedatif, agen e) membantu dalam
sesuai
antiansietas,
contoh
(valium); lorazepam(ativan).
4.
Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan : a. 1) 2) 3) b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. Mengkaji tanda-tanda adanya dehidrasi Kulit kering dan turgor buruk, selaput lendir kering, mata cekung. Urine jadi lebih pekat dan ologuri Lemah, hypotensi, vertigo dan syncope Memonitor tanda-tanda vital Memberikan cairan sesuai program Memberikan nutrisi porsi kecil tapi sering Menimbang BB secara periodik Mengobservasi tanda-tanda komplikasi asidosis metabolik. Menganjurkan klieen untuk perbanyak istirahat. Menyediakan ruangan yang sejuk. Mengintervensipsikologis Memp[ertahankan kebersihan mulut Memberikan terapi anti emetik sesuai program.
5.
Evaluasi
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkandan respon pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan.
Kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan (Verney, 2005).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RUANG MASTUPA KLINIK UMUM BAITURRAHMAN GARUT A. Pengkajian 1. Identitas Klien Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Tgl Masuk Tgl Pengkajian Diagnosa Medis Alamat : Ny. S : 23 Tahun : SMA : IRT : 08-10-2010 jam 15.20 WIB : 08-10-2010 : G2P1A0 Hiperemesis Gravidarum : Kadungora Garut
Identitas Penanggung Jawab Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Alamat Hubungan Dengan Klien : Tn. D : 28 Tahun : SMA : Wiraswasta : Kadungora Garut : Suami
2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama Klien mengeluh mual dan sering muntah b. Riwayata Kesehatan Sekarang Pada tanggal 08-10-10 pukul 15.20 WIB klien datang ke Klinik Baiturrahman dengan keluhan sedang hamil 7 minggu dan selama 3 hari klien mual dan muntah-muntah, mual dan muntah terjadi bila klien memakan
asupan nutrisi (mengkonsumsi makanan seperti nas) keluhan berkurang jika klien tidak makan dan beristirahat dengan lama di tempat tidur.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu Klien mengatakan belum pernah mengalami keadaan seperti ini pada kehamilan sebelumnya. Klien mengatakan tidak mempunyai penyakit menular ataupun penyakit keturunan yang dapat mempengaruhi keadaan janinnya. d. Riwayat Kesehatan Keluarga Menurut penuturan klien dan suaminya bahwa diantara keluarga klien tidak mempunyai penyakit menular ataupun penyakit keturunan.
e. Riwayat Ginekologi Riwayat Menstruasi Menarche Siklus Lamanya Banyaknya ke dua) Warna Bau / sifat Dismenorhoe Riwayat Perkawinan Istri Usia perkawinan Pernikahan Usia Pernikahan Suami Usia perkawinan Pernikahan Usia Pernikahan : 25 Tahun : Pertama : 3 tahun : 20 Tahun : Pertama : 3 tahun : merah kehitam hitaman : Amis / cair dan ada yang menggumpal : Kadang-kadang : 13 Tahun : 30 Hari : 7 10 Hari : 3 kali ganti balutan (hari pertama dan
3.
Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum Penampilan Kesadaran Berat badan : klien lemah : Compos Mentis : BB awal : 56 kg
BB sekarang : 53 kg b. Tanda- tanda Vital T : 110 / 70 mmHg P : 100 x/menit c. Data Aspek Biologis 1. Sistem Neurologis a. Tes fungsi serebral Kesadaran Orientasi : Compos mentis : baik, terbukti klien dapat menyebutkan waktu, orang dan tempat Memori : baik, terbukti klien dapat mengingat umur pernikahannya Bicara : baik, terbukti klien dapat berbicara dengan jelas lancar dan nyambung b. Tes fungsi syaraf cranial Fungsi penciuman : baik, terbukti klien dapat membedakan bau minyak wangi dan bau minyak telon Fungsi penglihatan : bai, terbukti klien mampu membaca tulisan dengan jarak 50 cm Reflek pupil : baik, terbukti pupil klien dapat membesar dan mengecil sesuai pencahayaan Gerakan bola mata : baik, terbukti mata klien dapat digerakan ke segala arah Kesimetrisan wajah : simetris antara muka bagian kiri dan kanan, wajah tampak pucat R : 20 x/menit S : 36,6 oC
Tes pengecapan
Keseimbangan dan koordinasi Klien tidak dapat berdiri dan berjalan sendiri karena klien masih lemah Kekuatan Otot Gerakan normal penuh menentang gravitasinya dengan sedikit penahanan Tonus otot Klien mampu memfleksikan otot dan mampu menahan keadaan fleksinya dari tenaga dorongan pemeriksa d. Tes fungsi sensorik Ekstremitas atas dan bawah baik, terbukti klien dapat merasakan panas (air hangat) dan dingin (alkohol).
2. Sistem Pernafasan a. Hidung Lubang hidung kiri dan kanan simetris, kebersihan hidung bersih (tidak ada sekret), fungsi penciuman baik, terbukti klien dapat membedakan bau minyak wangi dan bau minyak telon. b. Dada Dada kiri dan kanan simetris c. Pola pernafasan Frekuensi nafas 20x/menit irama teratur d. Paru Bunyi paru vesikuler, tidak ada kelainan pada saat pemeriksaan auskultasi
3. Sistem Kardiovaskuler Bunyi jantung klien normal lub dub (S1 dan S2) Oedema tidak ada, Td 110/70 mmHg, Nadi 100x/menit, keluhan tidak ada
4. Sistem Gastrointestinal Mulut : mulut kering, tidak ada pembengkakan dan nyeri,
fungsi pengecapan baik, gigi terlihat bersih, warna gusi merah muda, lidah kering, nafsu makan berkurang, keluhan : nafsu makan berkurang Abdomen : bentuk datar, tidak terdapat asites, keadaan
bersih, klien mengeluh mual dan muntah-muntah 3 hari yang lalu dan nyeri epigastrium Hepar : tidak ada pembesaran
5. Sistem Perkemihan Produksi urine 3 x/hari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan.
6. Sistem Muskuloskeletal Extremitas atas Extremitas atas simetris dengan kekuatan otot, dan pada extremitas kanan atas terpasang infus RL + Neurobion 20 gtt/menit Extremitas bawah Extremitas bawah simetris dengan kekuatan otot, tidak ada oedema dan nyeri tekan Persendian Tidak terdapat deformitas, tidak ada kekakuan pergerakan, Keluhan : badan klien terasa lemah 7. Sistem integumen
Distribusi rambut merata, warna hitam, keadaan bersih, keadaan kuku pendek dan bersih, warna kulit sawo matang, turgor menurun, kulit agak kering.
8. Sistem endokrin Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid, distribusi rambut menyebar, merata pada bagian tubuh yang norma, keluhan : tidak ada
9. Sistem penglihatan Letak simetris antara mata kiri dan kanan, sklera putih, konjungtiva merah muda, tidak tampak adanya kotoran, fungsi penglihatan baik terbukti klien dapat membaca tulisan dari jarak 50 cm, mata cekung, keluhan : tidak ada
10. Sistem pendengaran Simetris antara telinga kanan dan kiri, tidak ada serumen, odema tidak ada, pendengaran klien baik terbukti klien merespon saat dipanggil namanya oleh perawat.
d. Data Aspek Psikologis Klien merasa cemas dengan keadaannya, karena takut terjadi apaapa terhadap perkembangan kesehatan janin yang dikandungnya.
e. Data Aspek Sosial Pola interaksi klien dengan keluarga baik dan interaksi dengan perawat juga baik
f. Data Aspek Spiritual Klien beragama Islam, klien dan keluarganya selalu berdoa untuk kesembuhan penyakit klien.
4. Aktivitas Sehari-hari No. 1. Aktivitas Klien Pola nutrisi Makan : Frekuensi makan Porsi makan Diet Nafsu makan Minum : Jenis minum Frekuensi Air putih + air teh 7-8x/hari Air putih 5-6x/hari 3x/ hari Habis 1 porsi Nasi, lauk pauk, sayuran Berkurang 3x/hari Habis porsi Makan lunak Berkurang Di Rumah Di Klinik
2.
Pola Kebersihan Frekuensi mandi Mencuci rambut Gosok gigi Potong kuku 2x/hari 2x/hari 2x/hari Bila sudah panjang 1x/hari Belum pernah 1x/hari Belum pernah
3.
Pola istirahat tidur Jam tidur siang Jam tidur malam 2 jam 8 jam Tidak pernah 6 jam
4.
Pola Eliminasi BAB : Frekuensi BAB Konsistensi 1x/hari padat 1x/hari padat
5. Pemeriksaan Penunjang No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Jenis Pemeriksaan Hb Leukosit Eritrosit Trombosit Hematokrit Diff count Eosinofil Segmen Limposit Monosit 3 56 37 5 4 70 30 4 2 - 4% 50 70 % 20 40 % 2 3% Hasil Tgl Hasil Tgl 8-10-10 9-10-10 13,0 12,5 7000 5 190.000 36 6000 4 212.000 30 Nilai Normal Lk : 14-18, Pr : 12-16 4.000 10.000 Lk : 5-6 juta, Pr : 4,5 5 juta 150.000 450.000 35% - 52%
6. Therapi Therapi oral Tanggal 08 10 10 : Bufantacyd syr 3 x 1 cth ( jam sebelum makan) Caviplex 1 x 1 tab (sesudah makan) Sanmol 3 x 1 tab : Sotatic Inj 2 x1 Vit C inj 2 x 1 : RL + Neurobin 20 gtt/menit Tanggal 09 10 10 : Bufantacyd syr 3 x 1 cth ( jam sebelum makan) Caviplex 1 x 1 tab (sesudah makan) Sanmol 3 x 1 tab Voldiamer 3 x 1 tab : Sotatic Inj 2 x1 Vit C inj 2 x 1 : RL + Neurobin 20 gtt/menit
No. 1.
Etiologi Peningkatan level hormon estrogen dan HCG Merangsang bagian dari
Do : klien lemah Klien muntah-muntah Bibir kering Lidah kering Wajah pucat Mata cekung Turgor menurun
otak (medula vomiting center) Mual dan muntah Nafsu makan (intake) berkurang, muntah (output) bertambah Defisit cairan tubuh
2.
Ds : klien mengeluh 3 hari mual dan muntahmuntah Klien mengatakan nafsu makan berkurang
Peningkatan level estrogen Gangguan pemenuhan dan HCG Merangsang bagian dari otak (medula vomiting center) Mual dan muntah Nafsu makan berkurang Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
3.
keadaannya
C. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah 1. Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan kurang dari kebutuhan sehubungan dengan tidak seimbangnya intake dan output yang ditandai dengan : Ds : klien mengeluh 3 hari mual dan muntah-muntah Do : K/u klien lemah Lidah kering Berat badan menurun 3 kg Wajah pucat Klien muntah-muntah Mata cekung Bibir kering Turgor menurun 2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan mual dan muntah yang ditandai dengan : Ds : klien mengeluh 3 hari mual dan muntah-muntah Klien mengatakan nafsu makan berkurang Do : k/u klien lemah Porsi makan habis porsi 3. Gangguan rasa aman cemas sehubungan dengan kurangnya informasi dan pengetahuan yang ditandai dengan : Ds : klien mengeluh dengan keadaannya Do : klien menanyakan tentang keadaannya Klien tampak cemas
D. Proses Keperawatan N o. 1. Diagnosa Keperawatan Gangguan keseimbangan cairan tubuh sehubungan dengan tidak seimbangnya intake dan output yang ditandai dengan : Ds : klien mengeluh 3 hari mual dan muntah-muntah Tujuan Perencanaan Intervensi Observasi tanda-tanda dehidrasi Rasionalisasi Dengan Jam 15.30 mengobservasi tanda- Tanggal 08-10-10 tanda dehidrasi dapat - Mengobservasi mengetahui seberapa tanda-tanda parah klien dehidrasi, misal mengalami kulit kering, mata kekurangan cairan cekung, berat badan turun Tanggal 08-10-10 jam 20.00 S : klien mengatakan mual berkurang O: - k/u klien lemah - berat badan tetap - klien tidak muntah - bibir kering Jam 15.30 - lidah kering - Menimbang berat - wajah pucat badan dengan - mata cekung hasil berat badan - turgor menurun turun 3 kg A : gangguan keseimbangan cairan tubuh belum teratasi Jam 15.30 P: - Menganjurkan - lanjutkan klien untuk intervensi banyak minum - lanjutkan therapi sesuai dengan advise dokter Implementasi Evaluasi
Dalam dua hari gangguan keseimbangan cairan tubuh terpenuhi dengan kriteria : - Klien tidak mual dan muntahmuntah - Klien tampak segar - Berat badan naik Do : k/u klien lemah - Bibir lembab Berat badan menurun - Lidah lembab 3 kg - Wajah segar Klien muntah-muntah - Mata tidak cekung Bibir kering - Turgor baik Lidah kering Wajah pucat Mata cekung Turgor menurun
Timbang berat Cairan dalam tubuh badan 1x/hari menempati proporsi tertinggi, dengan menimbang berat badan akan diketahui kelebihan atau kekurangan cairan Anjurkan klien Karena air merupakan untuk banyak zat yang cepat minum diabsorpsi oleh tubuh sehingga dapat mengganti cairan yang hilang Berikan cairan infus RL + Neurobion 20 gtt/menit
Dengan memberikan Jam 15.30 cairan infus maka - Memberikan kebutuhan cairan cairan infus RL + tubuh klien terpenuhi Neurobion 20 dan Neurobion adalah gtt/menit
vitamin neurotropik yang didalamnya terdapat vit B6 yang bisa mengurangi rasa mual Berikan obat anti emetik sesuai dengan advise dokter Dengan memberikan Jam 15.30 obat anti emetik maka - Memberikan obat rasa mual klien akan anti emetik sesuai hilang dengan advise dokter - Sotatic inj 2 x 1 Anjurkan klien Dengan minum air Jam 16.00 untuk minum hangat diharapkan - Menganjurkan air hangat dapat mengurangi rasa klien untuk sebelum makan mual sehingga klien minum air hangat bisa makan lebih sebelum makan banyak dari sebelumnya Anjurkan klien untuk makan sedikit-sedikit tapi sering Dengan memberikan makan sedikit-sedikit tapi sering diharapkan nutrisi dalam tubuh tetap terpenuhi Dengan memberikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik diharapkan mual berkurang dan merangsang nafsu makan
2.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan peningkatan kadar estrogen dan HCG yang ditandai dengan : Ds : - klien mengeluh 3 hari mual dan muntahmuntah - klien mengatakan nafsu makan berkurang Do : - k/u klien lemah
Dalam dua hari gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi dengan kriteria : - klien tidak mual dan muntah-muntah - nafsu makan bertambah - porsi makan habis - klien tidak lemah
Tanggal 08-10-10 jam 20.30 S: - Klien mengatakan mual berkurang - Nafsu makan ada
O: Jam 16.00 - Porsi makan habis - Menganjurkan porsi klien untuk - Klien masih lemah makan sedikit- A : gangguan sedikit tapi sering pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari Jam 16.00 kebutuhan belum - Menyajikan teratasi makanan dalam keadaan hangat P : dan menarik - Lanjutkan intervensi - Lanjutkan pemberian therapi
3.
porsi makan habis porsi Gangguan rasa aman cemas sehubungan dengan kurangnya informasi dan pengetahuan yang ditandai dengan : Ds : klien mengeluh cemas dengan penyakitnya Do : - Klien menanyakan tentang penyakitnya - Klien tampak cemas
Dalam satu hari gangguan rasa aman cemas teratasi dengan kriteria : - Klien tidak cemas - Klien mengerti dengan penyakitnya
Dengan memberikan penjelasan kepada klien tentang penyakitnya diharapkan klien bisa mengerti dan memahami tentang penyakitnya sehingga tidak akan cemas lagi
Jam 16.30 Memberikan penjelasan kepada klien tentang penyakitnya bahwa penyakitnya akan sembuh
Berikan support Dengan memberikan Jam 16.30 mental support mental pada Memberikan support klien diharapkan dapat mental A : gangguan rasa menambah keyakinan aman cemas sudah pada klien bahwa teratasi dirinya akan sembuh dan janin yang P : hentikan intervensi dikandungnya akan baik-baik saja
sesuai dengan advise dokter Tanggal 08-10-10 jam 22.00 S : klien mengatakan sudah tidak cemas O: - Klien tampak tenang - Klien tidak menanyakan tentang penyakitnya
E. Catatan Perkembangan Nama Umur No CM : Ny. S : 23 Tahun : 10636 Catatan Perkembangan Klien mengatakan mual kadangkadang Klien mengatakan dari tadi malam sudah tidak muntah Paraf
O: - Klien tidak muntah - k/u klie masih lemah - bibir lembab - lidah tidak kering - wajah segar - mata tidak cekung - turgor baik - berat badan naik 1 kg A : gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit teratasi sebagian P: I: E: S: -
lanjutkan intervensi lanjutkan therapi sesuai advise dokter melanjutkan intervensi melanjutkan therapi sesuai dengan advis dokter masalah teratasi klien mengatakan mual kadangkadang klien mengatakan nafsu makan ada
09-10-10
DP II
O: - porsi makan habis porsi A : gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan teratasi sebagian P: -
28 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
therapi oral : Bufantacyd syr 3 x 1 cth (ac) caviplex 1 x 1 tab sanmol 3 x 1 tab voldiamer 3 x 1 tab therapi parenteral : sotatic inj 2 x 1 vit c inj 2 x 1 infus : RL + Neurobion 20 gtt/menit E : Masalah teratasi
29 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
2.8 Definisi Perdarahan Antepartum Pendarahan antepartum adalah pendarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu. Pendarahan antepartum merupakan pendarahan dari traktus genitalis yang terjadi antara kehamilan minggu ke 28 awal partus. Perdarahan setelah kehamilan 28 minggu biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum kehamilan 28 minggu; oleh karena itu memerlukan penanganan yang berbeda. Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Perdarahan antepartum yang bersumber pada kelainan plasenta, yang secara klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya, yaitu plasenta previa dan solusi plasenta. Oleh karena itu klasifikasi klinis perdarahan antepartum dibagi sebagai berikut a. b. c. Plasenta previa Solusi plasenta Perdarahan antepartum yang belum jelas sumbernya(idiopatik) seperti rupture sinus
2.8.1 Plasenta previa a) Pengertian Placenta previa adalah placenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (Mansjoer, dkk, 2002). Placenta previa totalis adalah apabila setiap bagian placenta secara totalis menutupi osteum uteri internum atau seluruh ostium uteri internum tertutup ketika serviks berdilatasi lengkap (Bobak, dkk 2004)
b). Etiologi Apa sebab terjadinya implatasi plasenta didaerah segmen bawah uterus tidak dapat dijelaskan. Namun demikian terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan
Makin banyak parista ibu, makin besar kemungkinan mengalami plasenta previa Usia ibu pada saat hamil. Bila usia ibu pada saat hamil 35 tahun atau lebih, makin besar
- Pada primigravida umur diatas 35 th lebih sering dari umur dibawah 25 th. - Pada parista tinggi lebih sering dari pada parista rendah - Di Indonesia plasenta previa banyak dijumpai pada umur paritas kecil disebabkan banyak wanita Indonesia menikah pada usia muda dimana endometrium belum matang. Adanya tumor-tumor : mioma uteri, polip endometrium. Kadang-kadang pada malnutrisi
c) Klasifikasi Berdasarkan atas terabaya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu,plasenta previa dibagi dalam 4 klasifikasi yaitu : 1) 2) 3) Plasenta previa totalis apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jarngan plasenta Plasenta previa parsialis apabila sebagian pembukaan ternutup oleh jaringan plasenta Plasenta previa marginalis apabila pinggir plasenta berada terpat pada pinggir
pembukaan 4) Plasenta letak rendah apabila tepi plasenta melampau segmen bawah tetapi tepinya tidak
d). Manifestasi klinis Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi pertama kali,
biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama sering terjadi pada triwulan ketiga. Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta previa tidak mengeluh adanya rasa
sakit. Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang. Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak jarang terjadi
letak janin (letak lintang atau letak sunsang) Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya perdarahan. Sebagian
e) Gejala utama Perdarahan yang terjadi berwarna segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan
gejala utama.
31 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
f) Komplikasi Pada ibu dapat terjadi perdarahan sehingga syok akibat perdarahan, aremia karena perdarahan plasentitis dan endometris pasca persalinan. Pada janin biasanya terjadi persalinan prematur dan komplikasinya seperti asfiksia berat.
g) Patofisiologi Perdarahan anterpatum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada triwulan ketiga kehamilan . Karena pada saat itu segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan berkaitan dengan makin tuanya kehamilan . Kemungkinan perdarahan anterpatum akibat plasenta previa dapat sejak kehamilan berusia 20 minggu. Pada usia kehamilan ini segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai menipis. Makin tua usia kehamilan segmen bawah uterus makin melebar dan serviks membuka. Dengan demikian plasenta yang berimplitasi di segmen bawah uterus tersebut akan mengalami pergeseran dari tempat implantasi dan akan menimbulkan perdarahan. Darahnya berwarna merah segar, bersumber pada sinus uterus yang atau robekan sinis marginali dari plasenta.
h) Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang sebagai data untuk menunjang diagnosa placenta previa secara pasti dapat dilakukan pemeriksaan : a. USG untuk diagnosa pasti, yaitu menentukan letak placenta
i) Manajemen Therapeutik Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi. Sebelum dirujuk, anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap kiri, tidak melakukan sanggama, menghindari peningkatan tekanan rongga perut missal batuk,mengedan karena sulit buang air besar).
Pasang infuse cairan Nacl fisiologis. Bila tidak memungkinkan, beri cairan proposal. Pantau tekanan darah dan frekuensi nadi pasien secara teratur tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya hipotensi atau syok akibat perdarahan. Pantau pula BJJ dan pergerakan janin. Bila terjadi renjatan, segera lakukan resusitasi cairan dan trasfusi darah. Bila tidak teratasi, upayakan penyelamatan optimal. Bila teratasi, perhatikan usia kehamilan.
32 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
Penanganan di rumah sakit dilakukan berdasarkan usia kehamilan. Bila terdapat renjetan, usia gestasi <37 minggu, taksiran berat janin <2.500 g, maka : Bila perdarahan sedikit, rawat sampai usia kehamilan 37 minggu, lalu lakukan mobilisasi
bertahap. Beri kortikosteroid 12 mg intravena per hari salma 3 hari Bila pendarahan berulang, lakukan PDMO. Bila ada kontraksi, tangani seperti persalinan
preterm Bila tidak ada renjetan, usia gestasi 37 minggu atau lebih,taksirkan berat janin 2.500 g atau lebih, lakukan PDMO. Bila ternyata previa, lakukan persalinan perabdominan. Bila bukan, usahakan partus pervaginam.
j). Asuhan keperawatan Perawatan adalah pelayanan esensial dilakukan oleh perawatan propesional. Bagi individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan dengan tujuan menolong mereka meningkatkan kesehatan semaksimal mungkin sesuai dengan profesinya.
Pelayanan keperawatan yang diberikan pada klien HAP atas indikasi plasenta previa akan berhasil apabila asuhan keperawatan yang diberikan baik dan benar. Berdasarkan hal ini perawat dituntut memiliki pengetahuan tentang penyakit klien dan tindakan apa saja yang harus dilakukan, selain itu perawat harus berfikir dan bekerja secara dinamis. Proses kererawatan digunakan oleh perawat untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien, secara tuntas yang didasari prinsip-prinsip ilmiah sertamempertimbangkan klien sebagai makluk yang utuh (bio, psiko, social, dan spiritual) dan bersifat unik. Penerapan proses keperawatan klien ni adalah empat tahap yaitu pengkajian, intervestasi dan evaluasi. 1. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan data perkelompok dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan untuk perawatan klien. Tujuan utama pengkajian adalah untuk memberi gambaran secara terus menerus mengenai keadaan kesehatan yang memungkinkan perawat merencanakan asal keperawatan pada klien HAP. Langkah pertama dalam pengkajian terhadap klien HAP adalah mengumpulkan data. Adapun data-data yang dikumpulkan yaitu : a. Identitas umum b. Riwayat kesehatan 1. Riwayat kesehatan dahulu
- Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat diperlukan uterus seperti seksio 33 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
sasaria curettage yang berulang-ulang. - Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi DM, Hemofilia serta mengalami penyakit menular seperti hepatitis. - Kemungkinan pernah mengalami abortus 2. Riwayat kesehatan sekarang Biasanya terjadi perdarahan tanpa alasan
- Perdarahan tanpa rasa nyeri - Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau sejak kehamilan 20 minggu. 3. Riwakat kesehatan keluarga
- Kemungkinan keluarga pernah mengalami kesulitan kehamilan lainnya. - Kemungkinan ada keluarga yang menderita seperti ini - Kemungkinan keluarga pernah mengalami kehamilan ganda. - Kemungkinan keluarga menderita penyakit hipertensi DM, Hemofilia dan penyakit menular. 4. Riwayar Obstetri
- Keluhan pada haid : tidak ada keluhan nyeri haid 5. Riwayat kehamilan dan persalinan
- Lochea Rubra Bagaimana baunya, amis - Banyaknya 2 kali ganti duk besar - Tentang laktasi Colostrum ada c. Pemeriksaan tanda-tanda vital
- Suhu tubuh, suhu akan meningkat jika terjadi infeksi - Tekanan darah, akan menurun jika ditemui adanya tanda syok 34 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
- Pernapasan, nafas jika kebutuhan akan oksigen terpenuhi - Nadi, nadi melemah jika ditemui tanda-tanda shok d. Pemeriksaan fisik
- Kepala, seperti warna, keadaan dan kebersihan - Muka, biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka kelihatan pucat. - Mata biasanya konjugtiva anemis - Thorak, biasanya bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan thoracoabdominal - Abdomen Inspeksi : terdapat strie gravidarum Palpasi : Leopoid I : Janin sering belum cukup bulan,jadi fundus uteri masih rendah Leopoid II : Sering dijumpai kesalahan letak Leopoid III : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya kepala masih goyang atau terapung(floating) atau mengolak diatas pintu atas panggul. Leopoid IV : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul Perkusi : Reflek lutut +/+ Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat lambat. Normal 120.160
- Genetalia biasanya pada vagina keluar dasar berwarna merah muda - Ekstremitas. Kemungkinan udema atau varies. Kemungkinan akral dingin. e. Pemeriksaan penunjang
- Data laboraturium, memungkinkan Hb rendah. Hb yang normal (12-14gr%) leokosit meningkat (Normal 6000-1000 mm3). Trombosit menurun (normal 250ribu 500 ribu). f. Data sosial ekonomi Plaesnta previa dapat terjadi pada semua tingkat ekonomi namun pada umumnya terjadi pada golongan menengah kebawah , hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya. Dari pengkajian yang telah diuraikan diatas dapat disusun beberapa diagnosa keperawatan yang memungkinkan ditemukan pada klien HAP atas indikasi plasenta precia antara lain : 1. Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada segmen
bawah rahim ( Susan Martin Tucker,dkk 1988:523) 2. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan ketidak mampuan
merawat diri. Sekunder keharusan bedrest (Linda Jual Carpenito edisio :326)
35 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
3.
Resiko rawat janin : fital distress berhubungan dengan tidak ada kuatnya perfusi darah ke
plasenta (Lynda Jual Carpenito,2000: 1127) post seksio. 4. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot
perut (Susan Martin Tucker,dkk 1988 : 624). 5. 6. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik (Barbara Enggram :1998:371) Resiko infeksi berhubungan dengan terbukanya tempat masuknya mikro organisme
sekunder terhadap luka operasi sesarea. 7. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan dan
2.
Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah bagian selanjutnya dari proses keperawatan. Dan hasil pengkajian seorang perawat mampu menentukan rencana tindakan yang akan dilakukan pada klien. Perencanaan ini dikembangkan sesuai dengan kebutuhan klien dan mengatasi masalahnya. Adapun rencana tindakan dari diagnosa tersebut adalah : DX I Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada segmen bawah rahim Tujuan : Klien tidak mengalami perdarahan berulang Intervensi : 1. Anjurkan klien untuk membatasi perserakan
Rasional : Pergerakan yang banyak dapat mempermudah pelepasan plasenta sehingga dapat terjadi perdarahan 2. Kontrol tanda-tanda vital (TD, Nadi, Pernafasan, suhu)
Rasional : Dengan mengukur tanda-tanda vital dapat diketahui secara dini kemunduran atau kemajuan keadaan klien. 3. Kontrol perdarahan pervaginam
Rasional : Dengan mengontrol perdarahan dapat diketahui perubahan perfusi jaringan pada plasenta sehingga dapat melakukan tindakan segera. 4. Anjurakan klien untuk melaporkan segera bila ada tanda-tanda perdarahan lebih banyak
Rasional : Pelaporan tanda perdarahan dengan cepat dapat membantu dalam melakukan tindakan segera dalam mengatasi keadaan klien. 5. Monitor bunyi jantung janin 36 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
Rasional
kemungkinan terjadi gangguan perfusi pada plasenta 6. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengakhiri kehamilan
Rasional : Dengan mengakhiri kehamilan dapat mengatasi perdarahan secara dini. DX II Gangguan pemenuhan ketuban sehari-hariberhubungan dengan ketidakmampuan merawat diri sekunder keharusan bedres Tujuan Pemenuhan kebutuhan klien sehari-hari terpenuhi Intervensi 1. : :
Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien dengan menggunakan
komunikasi therapeutik Rasional : Dengan melakukan komunikasi therapeutic diharapkan klien kooperatif dalam melakukan asuhan keperawatan. 2. Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan dasar
Rasional :Dengan membantu kebutuhan klien seperti mandi, BAB,BAK,sehingga kebutuhan klien terpenuhi, 3. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
Rasional : Dengan melibatkan keluarga, klien merasa tenang karena dilakukan oleh keluarga sendiri dan klien merasa diperhatikan. 4. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien Dengan mendekatkan alat-alat kesisi klien dengan mudah dapat memenuhi
Rasional :
kebutuhannya sendiri. 5. Anjurkan klien untuk memberi tahu perawat untuk memberikan bantuan
Rasional : DX III
Resiko rawat janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darak ke plasenta Tujuan Gawat janin tidak terjadi Intervensi 1. Istirahatkan klien : :
Rasional : melalui istirahat kemungkinan terjadinya pelepasan plasenta dapat dicegah 2. Anjurkan klien agar miring kekiri
37 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
Rasional : Posisi tidur menurunkan oklusi vena cava inferior oleh uterus dan meningkatkan aliran balik vena ke jantung 3. Anjurkan klien untuk nafas dalam
Rasional : Dengan nafas dalam dapat meningkatkan konsumsi O2 pada ibu sehingga O2 janin terpenuhi 4. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian oksigen
Rasional : Dengan pemberian O2 dapat meningkatkan konsumsi O2 sehingga konsumsi pada janin meningkat. 5. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian kortikosteroit
Rasional : Korticosteroit dapat meningkatkan ketahanan sel terutama organ-organ vital pada janin. DX IV Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot perut Tujuan Rasa nyaman terpenuhi Intervensi 1. Kaji tingkat nyeri yang dirasakan klien : :
Rasional : Dengan mengkaji tingkat nyeri, kapan nyeri dirasakan oleh klien dapat disajikan sebagai dasar dan pedoman dalam merencanakan tindakan keperawatan selanjutnya. 2. Jelaskan pada klien penyebab nyeri
Rasional : Dengan memberikan penjelasan pada klien diharapkan klien dapat beradaptasi dan mampu mengatasi rasa nyeri yang dirasakan klien. 3. Atur posisi nyaman menurut klien tidak menimbulkan peregangan luka.
Rasional : Peregangan luka dapat meningkatkan rasa nyeri. 4. Alihkan perhatian klien dari rasa nyeri dengan mengajak klien berbicara.
Rasional: Dengan mengalihkan perhatian klien, diharapkan klien tidak terpusatkan pada rasa nyeri 5. Anjurkan dan latih klien teknik relaksasi (nafas dalam)
Rasional : Dengan teknik nafas dalam diharapkan pemasukan oksigen ke jaringan lancar dengan harapan rasa nyeri dapat berkurang. 6. Kontrol vital sign klien
Rasional :Dengan mengontrol/menukur vital sign klien dapat diketahui kemunduran atau kemajuan keadaan klien untuk mengambil tindakan selanjutnya. 7. Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan analgetik 38 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
2.8.2 Solusio Plasenta a) Pengertian Solutio Plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implementasinya sebelum janin lahir (Cunningham, 2005). Abrupsio Plasenta (pelepasan plasenta prematur) didefinisikan sebagai lepasnya plasenta yang tertanam normal dari dinding uterus baik lengkap maupun parsial pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih (Ben Zion Tabe, 1994). Abrupsio Plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat tertanamnya, sebelum waktunya (Helen, 2006). Solutio Plasenta adalah terlepasnya plasenta dengan implantasi normal sebelum waktunya pada kehamilan yang berusia diatas 28 minggu (Arief Mansjoer, 2001). Solutio Plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada kospus uteri sebelum janin lahir (Prof. Dr. Hanifa Wikryosastro, 1992). Solutio Plasenta adalah suatu keadaan dalam kehamilan viable dimana plasenta yang tempat implantasinya normal (pada fundus atau korpus uteri) terkelupas atau terlepas sebelum kala III (Dr. Chrisdiono M. Achadiat,Sp, 2003). Solutio Plasenta adalah pelepasan sebagian atau seluruh plasenta yang normal implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak (Obstetri dan Ginekologi, FKU Padjajaran Bandung, 1984).
b)Etiologi Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi predisposisi : 1. Faktor kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia dapat menyebabkan solution plasenta. Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik dan sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan. Dapat terlihat solusio plasenta cenderung berhubungan dengan adanya hipertensi pada ibu. 2. Faktor trauma 39 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
Trauma yang dapat terjadi antara lain : - Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli. - Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan. - Trauma langsung, seperti terjatuh atau terkena tendangan 3. Faktor usia ibu Dalam penelitian Prawirohardjo di RSUPNCM dilaporkan bahwa terjadinya peningkatan kejadian solusio plasenta sejalan dengan meningkatnya umur ibu. Hal ini dapat diterangkan karena makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun. 4. Faktor pengunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan pelepasan katekolamin, yang mana bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan dapat berakibat terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif. Angka kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu penggunan kokain dilaporkan berkisar antara 13-35%. 5. Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya 6. Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil lainnya yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya. 7. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava
c) Klasifikasi 1) a) Klasifikasi dari solusio plasenta adalah sebagai berikut: Solusio plasenta parsialis : bila hanya sebagian saja plasenta terlepas dari tempat
perlengkatannya. b) Solusio plasenta totalis ( komplek ) : bila seluruh plasenta sudah terlepas dari
tempat perlengketannya. 40 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
c)
2) a)
Solusio plasenta di bagi menurut tingkat gejala klinik yaitu : Kelas 0 : asimptomatik
Diagnosis ditegakkan secara retrospektif dengan menemukan hematoma atau daerah yang mengalami pendesakan pada plasenta. Rupture sinus marginal juga dimasukkan dalam kategori ini.
b)
Solusio plasenta ringan yaitu : rupture sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak,sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu atau janinnya. Gejala : perdarahan pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman dan sedikit sekali bahkan tidak ada,perut terasa agak sakit terus-menerus agak tegang,tekanan darah dan denyut jantung maternal normal,tidak ada koagulopati,dan tidak ditemukan tanda-tanda fetal distress. c) Kelas II : gejala klinik sedang dan terdapat hampir 27% kasus.
Solusio plasenta sedang dalam hal ini plasenta telah lebih dari seperempatnya tetapi belum sampai dua pertiga luas permukaannya.
Gejala : perdarahan pervaginan yang berwarna kehitam-hitaman,perut mendadak sakit terusmenerus dan tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam walaupun tampak sedikit tapi kemungkinan lebih banyak perdarahan di dalam,didinding uterus teraba terusmenerus dan nyeri tekan sehingga bagian bagian janin sulit diraba,apabila janin masih hidup bunyi jantung sukar di dengar dengan stetoskop biasa harus dengan stetoskop ultrasonic,terdapat fetal distress,dan hipofibrinogenemi (150 250 % mg/dl).
d)
Solusio plasenta berat,plasenta lebih dari dua pertiga permukaannya,terjadinya sangat tibatiba biasanya ibu masuk syok dan janinnya telah meninggal.
Gejala : ibu telah masuk dalam keadaan syok,dan kemungkinan janin telah meninggal,uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri,perdarahan pervaginam tampaknya tidak sesuai dengan keadaan syok ibu,perdarahan pervaginam mungkin belum sempat terjadi besar 41 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
kemungkinan telah terjadi kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal,hipofibrinogenemi (< 150 mg/dl)
3) a)
Perdarahan pervaginam > 200 cc,hipersensitifitas uterus atau peningkatan tonus,syok ringan,dapat terjadi fetal distress. c) Solusio plasenta berat
Perdarahan pervaginam luas > 500 ml,uterus tetanik,syok maternal sampai kematian janin dan koagulopati. 4) a) Berdasarkan ada atau tidaknya perdarahan pervaginam Solusio plasenta yang nyata/tampak (revealed)
Terjadi perdarahan pervaginam,gejala klinis sesuai dengan jumlah kehilangan darah,tidak terdapat ketegangan uterus,atau hanya ringan. b) Solusio plasenta yang tersembunyi (concealed)
Tidak terdapat perdarahan pervaginam,uterus tegang dan hipertonus,sering terjadi fetal distress berat. Tipe ini sering di sebut perdarahan Retroplasental. c) Solusio plasenta tipe campuran (mixed)
5) a)
Berdasarkan luasnya bagian plasenta yang terlepas dari uterus Solusio plasenta ringan
Plasenta yang kurang dari bagian plasenta yang terlepas. Perdarahan kurang dari 250 ml. b) Solusio plasenta sedang Plasenta yang terlepas bagian. Perdarahan <1000 ml,uterus tegang,terdapat fetal distress akibat insufisiensi uteroplasenta. c) Solusio plasenta berat
Plasenta yang terlepas > bagian,perdarahan >1000 ml,terdapat fetal distress sampai dengan kematian janin,syok maternal serta koagulopati.
42 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
d) Patofisiologi 1) Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk hematoma pada desidua,sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit,hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan
plasenta,pedarahan darah antara uterus dan plasenta belum terganggu,dan tanda serta gejala pun belum jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir,yang pada pemeriksaan di dapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah yang berwarna kehitam-hitaman. Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan perdarahannya. Akibatnya hematoma retroplasenter akan bertambah besar,sehingga sebagian dan seluruh plasenta lepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan menyeludup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau mengadakan ektravasasi di antara serabut-serabut otot uterus. Apabila ektravasasinya berlangsung hebat,maka seluruh permukaan uterus akan berbercak biru atau ungu. Hal ini di sebut uterus Couvelaire (Perut terasa sangat tegang dan nyeri). Akibat kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter,maka banyak trombosit akan masuk ke dalam peredaran darah ibu,sehinga terjadi pembekuan intravaskuler dimana-mana,yang akan menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya terjadi hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak hanya di uterus tetapi juga pada alat-alat tubuh yang lainnya. Keadaan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas,akan terjadi anoksia sehingga mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil yang terlepas,mungkin tidak berpengaruh sama sekali,atau juga akan mengakibatkan gawat janin. Waktu sangat menentukan beratnyaa gangguan pembekuan darah,kelainan ginjal,dan keadaan janin. Makin lama penanganan solusio plasenta sampai persalinan selesai,umumnya makin hebat komplikasinya.
2)
Pada solusio plasenta,darah dari tempat pelepasan akan mencari jalan keluar antara janin dan dinding rahim hingga akhirnya keluar dari serviks hingga
selaput
terjadilah perdarahan keluar atau perdarahan terbuka. Terkadang darah tidak keluar,tetapi berkumpul di belakang plasenta membentuk hematom retroplasenta. Perdarahan semacam ini disebut perdarahan ke dalam atau perdarahan tersembunyi. 43 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang lebih khas karena seluruh perdarahan tertahan di dalam dan menambah volume uterus. Umumnya lebih berbahaya karena jumlah perdarahan yang keluar tidak sesuai dengan beratnya syok. Perdarahan pada solusio plasenta terutama berasal dari ibu,namun dapat juga berasal dari anak.
Perdarahan keluar 1. Keadaan umum penderita relative lebih baik. 2. Plasenta terlepas sebagian atau inkomplit. 3. Jarang berhubungan dengan hipertensi. a. Keadaan penderita jauh lebih jelek.
Perdarahan tersembunyi
Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah antara plasenta dan dinding uterus yang menimbulkan gangguan penyulit terhadap ibu dan janin. Penyulit terhadap ibu 1. Berkurangnya darah dalam sirkulasi darah umum 2. Terjadi penurunan tekanan Penyulit terhadap janin
darah,peningkatan nadi dan pernapasan 3. Ibu tampak anemis 4. Dapat timbul gangguan terjadi diikuti pembekuan pembekuan hemolisis darah
darah,karena intravaskuler
setelah persalinan karena atonia uteri atau gangguan pembekuan darah 6. Dapat timbul gangguan fungsi ginjal dan terjadi emboli yang menimbulkan
44 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
komplikasi sekunder 7. Timbunan darah yang meningkat dibelakang plasenta dapat menyebabkan uterus menjadi keras,padat dan kaku. 8. Tergantung pada luasnya plasenta yang lepas dapat menimbulkan asfiksia ringan sampai kematian dalam uterus.
e) Manifestasi Klinis Gambaran klinis dari kasus-kasus solusio plasenta diterangkan atas pengelompokannya menurut gejala klinis : 1. Solusio plasenta ringan Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis, dimana terdapat pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak. Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya terus menerus.Walaupun demikian, bagian-bagian janin masih mudah diraba. Uterus yang agak tegang ini harus selalu diawasi, karena dapat saja menjadi semakin tegang karena perdarahan yang berlangsung. Salah satu tanda yang menimbulkan kecurigaan adanya solusio plasenta ringan ini adalah perdarahan pervaginam yang berwarna kehitamhitaman. 2. Solusio plasenta sedang Dalam hal ini plasenta telah terlepas lebih dari satu per empat bagian, tetapi belum dua per tiga luas permukaan. Tanda dan gejala dapat timbul perlahan-lahan seperti solusio plasenta ringan, tetapi dapat juga secara mendadak dengan gejala sakit perut terus-menerus, yang tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam.Walaupun perdarahan pervaginam dapat sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya yang jika masih hidup mungkin telah berada dalam keadaan gawat. Dinding uterus teraba tegang terus-menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar untuk diraba. Apabila janin masih hidup, bunyi jantung sukar didengar. Kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi,
45 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
walaupun
hal
tersebut
lebih
sering
terjadi
pada
solusio
plasenta
berat.
3. Solusio plasenta berat Plasenta telah terlepas lebih dari dua per tiga permukaannnya. Terjadi sangat tiba tiba. Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan janinnya telah meninggal. Uterusnya sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tampak tidak sesuai dengan keadaan syok ibu, terkadang perdarahan pervaginam mungkin saja belum sempat terjadi. Pada keadaan-keadaan di atas besar kemungkinan telah terjadi kelainan pada pembekuan darah dan kelainan/gangguan fungsi ginjal. Kelas Gejala Kelas 0 asimtomatik Gejala tidak ada Diagnosis dibuat dengan menemukan pembekuan darah yang terorganisasi atau bagian yang terdepresi pada plasenta yang sudah dilahirkan Kelas 1 ringan (Rupturan sinus marginalis atau sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak) Tidak ada atau sedikit perdarahan dari vagina yang warnan ya kehitamhitaman Rahim yang sedikit nyeri atau terus menerus agak tegang Tekanan darah dan frekuensi nadi ibu yang normal Tidak ada koagulopati Tidak ada gawat janin Kelas 2 sedang (Plasenta lepas lebih dari 1/4-nya tetapi belum sampai 2/3 luas permukaannya) Tidak ada hingga adanya perdarahan dari vagina dalam jumlah yang sedang Nyeri pada uterus yang bersifat sedang hingga berat, bisa disertai kontraksi tetanik. Nyeri perut dirasakan terus menerus, uterus teraba tegang dan nyeri tekan Takikardi pada ibu dengan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan frekuensi nadi. Ibu dapat jatuh ke dalam keadaan syok Gawat janin Hipofibrinogenemia (50 250 mg/dL), mungkin terjadi kelainan pembekuan darah Kelas 3 berat (Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3luas permukaannya) Tidak ada hingga perdarahan vagina yang berat 46 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
Kontraksi tetanik uterus yang sangat nyeri Syok pada ibu Hipofibrinogenemia (<150 mg/dL) Koagulopati Kematian janin
f) Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Laboratorium Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan leukosit. Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-match test. Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah hipofibrinogenemia, maka diperiksakan pula COT (Clot Observation test) tiap l jam, tes kualitatif fibrinogen (fiberindex), dan tes kuantitatif fibrinogen (kadar normalnya 15O mg%). PT dan APTT yang memanjang, kadar fibrinogen menurun (hipofibrinogenemia) dan kadar D-dimer meningkat. Ini menunjukkan telah terjadi komplikasi koagulopati pada pasien yaitu disseminated intravascular coagulation. Harus dilakukan pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk melihat apakah sudah terjadi komplikasi pada ginjal.
2. Pemeriksaan Plasenta Plasenta dapat diperiksa setelah dilahirkan. Biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya menempel di belakang plasenta, yang disebut hematoma retroplacenter.
3. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain : Terlihat daerah terlepasnya plasenta. Janin dan kandung kemih ibu. Darah Tepian plasenta
g) Penatalaksanaan Medis Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi. Sebelum dirujuk anjuran pasien untuk tirah baring total dengan menghadap ke kiri, tidak melakukan senggama, menghindari 47 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
peningkatan tekanan rongga perut (misalnya batuk, mengedan karena sulit buang air besar). Pasang infus cairan NaCl fisiologis. Bila tidak memungkinkan, berikan cairan peronai. Pantau tekanan darah dan frekuensi nadi tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya hipotensi atau syok akibat pendarahan. Pantau pula BJJ dan pergerakan janin.Bila terdapat rejatan,segera lakukan resusitasi cairan dan tranfusi darah. Bila tidak teratasi, Upayakan Penyelamatan optimal bila teratasi. Perhatikan keadaan janin.Setelah rejatan diatasi, pertimbangkan seksio sesarea bila janin masih hidup atau persalinan pervaginam diperkirakan akan berlangsung lama. Bila rejatan tidak dapat diatasi, upayakan tindakan penyelamatan yang optimal.Setelah syok teratasi dan janin mati, lihat pembukaan. Bila lebih dari 6 cm,pecahkan ketuban lalu infuse oksitosin. Bila kurang dari 6cm lakukan seksio sesarea.Bila tak terdapat rejatan dan usia gestasi kurang dari 37 minggu atau taksiran berat janin kurang dari 2.500 gr. Penanganan berdasarkan berat atau ringannya penyakit yaitu : a). Solusio Plasenta Ringan Ekspektatif, bila ada perbaikan (perdarahan berhenti, kontraksi uterus tidak ada, janin
hidup) dengan tirah baring atasi anemia dan KTG serial,lalu tunggu persalinan spontan. Aktif, bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, uterus berkontraksi, dapat
mengancam ibu/janin). Usahakan partus pervaginam dengan amniotomi atau infuse oksitosin bila memungkinkan. Jika terus pendarahan,skor pelvic kurang dari 5 atau persalinan masih lama, lakukan seksio sesarea. b). Solusio plasenta sedang/berat Resusitasi cairan Atasi anemia dengan pemberian transfuse darah Partus pervaginam bila diperkirakan dapat berlangsung dalam 6 jam, perabdominan bila tak dapat Bila terdapat rejatan, usia gestasi 37 minggu atau lebih, taksiran berat janin 2.500 gr atau lebih. Pikirkan partus perabdominan bila persalinan pervaginam diperkirakan berlangsung lama.
Prognosis Prognosis ibu tergantung luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus, banyaknya perdarahan, derajat kelainan pembekuan darah, ada tidaknya hipertensi menahun atau preeklamsia, tersembunyi tidaknya perdarahan. Dan jarak antara terjadinya solusio plasentae
48 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
sampai pengosongan uterus. Diperkirakan resiko kematian ibi 0.5-5% dan kematian janin 5080%.
f) Asuhan Keperawatan a). Pengkajian 1). Data Biografi Demografi Usia, jenis kelamin, pekerjaan serta identitas lain yang mendukug. 2). Riwayat Kesehatan Riwayat penyakit dahulu(DM,gagal ginjal dan hipertensi) Riwayat kesehatan keluarga Riwayat kehamilan yang lalu Riwayat ginekologis Status kesehatan sekarang Riwayat status nutrisi
3). Kebiasaan (merokok, penggunaan obat-obatan dan alkohol) 4). Status psikologis 5). Kepercayaan Keagamaan 6). Pemeriksaan Fisik Vital sign (TD, nadi, respirasi dan suhu) Tinggi badan dan berat badan (sebelum hamil dan setelah hamil) Sistem kardiovaskuler, hipotensi, tachicardi, dan cyanosis) Sistem perkemihan (intake dan output) Sistem integument (udem,pucat, kulit dingin) Sistem reproduksi (pemeriksa leopoid I IV, kontraksi uterus yang meningkat. Status serviks, perdarahan dengan darah warna merah kehitaman. Fundus uteri yang makin tinggi). Status janin (DJJ menurun, pergerakan janin menurun).
7). Pemeriksaan penunjang (EKG,USG, laboraturium{darah lengkap, urine, dan kimia darah})
b). Diagnosa Keperawatan 1) Gangguan perfusi jaringan serta umum berhubungan dengan hipovelemik shock.
49 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
2)
darah 3) Kecemasan berhubungan dengan kemungkinan efek negatif dari perdarahan atau pengeluaran kehamilan 4) Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi oksigen yang tidak
c). Intervensi Keperawatan 1) Gangguan perfusi jaringan secara umum berhubungan dengan hipovolemik shock Tujuan : pefusi jaringan adekuat Kriteria : Tanda vital dalam batas normal Kulit hangat dan kering Nadi perifer adekuat
Tindakan mandiri : a). Monitor tanda vital (TD, nadi, nafas,suhu, dan palpasi nadi perifer secara rutin)
R : permonitoran tanda vital dapat menunjukkan indikasi terjadinya pemulihan atau penurunan sirkulasi b.) Kaji dan catat perdarahan pervaginam dan peningkatan tinggi fundus uteri.
R : Sebagai petunjuk untuk tindakan kedaruratan selanjutnya c.) Monitor intake dan output untuk memperbaiki sirkulasi volume cairan. R : pemberian intake cairan (secara parenatal) dapat membantu mempertahankan volume Sirkulasi Tindakan kolaborasi : a. Pemberian oksigen sesuai indikasi
R : Pemberian oksigen dapat meningkatkan sirkulasi O2 pada jaringan b. Pemberian tranfusi darah sesuai indikasi
2). darah
50 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
Kriteria Keadaan umum ibu baik Pembekuan darah normal Tanda vital dalam batas normal Sirkulasi darah baik
R : dapat dijadikan sebagai indikator dari faktor kegagalan pembekuan darah b. Monitor sirkulasi darah serta tanda DIC (turunnya tingkat kekenyalan fibrinogen,
pertambahan prothrombin, tromboplastin dan pembekuan darah) R : dapat mengintervensi tindakan selanjutnya yang cepat dan sesuai dengan masalah yang ditemukan. c. Pemberian trasfusi dan komponen darah sesuai dengan indikasi
R : tranfusi darah dapat membantu pengurangan faktor pembekuan karena proses pembekuan yang abnormal . d. Pemberian obat sesuai dengan indikasi
R : pemberian obat untuk menghentikan perdarahan dan mengurangi kegagalan faktor pembekuan darah 3). Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi oksigen yang tidak
adekuat pada plasenta Tujuan : perfusi oksigen pada janin adekuat Kriteria DJJ normal (120-160 x/menit) Kebutuhan oksigen janin terpenuhi Kontraksi uterus normal HIS normal Pergerakan janin baik :
Tindakan mandiri : a) Monitor DJJ dan pergerakan janin R : gangguan perfusi plasenta dapat menurunkan oksigenisasi pada janin, sehingga pergerakan janin dan DJJ tidak normal b). Anjurkan ibu mempertahankan posisi tidur lateral
R : posisi lateral dapat memberikan sirkulasi yang optimum pada uterus dan plasenta Tindakan kolaborasi : 51 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
a). Pemberian Oksigen sesuai indikasi R : pemberian oksigen akan membantu sirkulasi oksigen ke janin menjadi adekuat b). Menyiapkan klien untuk memeriksakan amniosintesis jika diperlukan
R : pemeriksaan amniosintesis dapat dijadikan indicator kegawatan darurat janin. c). Persiapkan klien untuk dilakukan tindakan emergensi seperti section caesaria
R : tindakan section merupakan salah satu alternative menghindari terjadinya fetal distress
2.9 Asuhan Keperawatan Plasenta Previa Kasus Kasus (Solusio Plasenta) Ny.M (45 tahun) datang ke RSIA bersama suaminya dengan membawa surat rujukan dari bidan. Tertulis disurat status obstetri G6P4A1H37 mg dengan susp.solusio plasenta. Saat wawancara, klien mengeluh mengalami perdarahan melalui vagina berwarna kehitaman sejak tadi malam, disertai nyeri dan kram pada perut yang terus menerus serta janin bergerak aktif. Klien berfikir akan segera melahirkan dan datang ke bidan dekat rumah keesokan paginya, tapi klien justru dirujuk ke RS. Klien menceritakan selama kehamilan ini baru memeriksakan kehamilannya sekali, yaitu pada saat dinyatakan (+) hamil 12 mg oleh bidan. Setelah itu tidak pernah lagi memeriksakan kehamilan karena ini bukan kehamilan yang pertama. Sebelum kehamilan ini, klien mempunyao riwayat perdarahan dan mengalami keguguran pada usia kehamilan 16 mg. Selama pemeriksaan fisik perawat mencatat TTV sebagai berikut : TD=80/55 mmHg, N=110x/Mnt, P= 28x/Mnt, S= 36 , uterus keras , tegang, seperti papan, nyeri tekan (+), TFU=36 cm, His (-), DJJ dan palpasi j anin sulit. Klien terlihat pucat, lemah, tampak kesakitan, kulit teraba dingin, konjungtiva anemis, pembalut penuh dengan darah berwarna kehitaman. Klien kemudian melakukan pemeriksaan USG dan terlihat solusio plasenta partialis dengan hematoma, DJJ 82x/Mnt, aktifitas janin lemah, perdarahan aktif (+) C. Analisa Data Data Data Subjektif Masalah Kekurangan volume cairan Etiologi Perdarahan terus menerus
52 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
perdarahan pada kehamilan sebelumnya Data Objektif 1. TTV : TD= 80/55 mmHg Nadi : 110x/menit RR : 28x/menit Suhu: 36 oC 2. Klien lemah 3. Kulit klien teraba dingin 4. TFU = 36 cm 5. Konjungtiva anemis 6. Pembalut penuh dengan darah berwarna kehitaman 7. Hasil pemeriksaan USG terlihat solusio plasenta terlihat pucat,
parsialis dengan hematoma 8. Perdarahan aktif (+) Data tambahan 1. Dari inspekulo, tampak darah mengalir dari ostium berwarna merah kehitaman 2. Hb (6,8 g/dL) 3. turunnya kadar fibrinogen (106 mg/L), kadar dan D-
meningkatnya
53 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
Data Subjektif
1. Klien mengeluh nyeri dan nyeri (akut) keram pada perut yang
minggu (gestasi ke 6, pastus 4 kali, abortus 1 kali dan sekarang usia kehamilan 37 minggu) dengan plasenta 2. TTV : nadi = 110 x/menit RR = 28x/menit 3. Uterus keras 4. Uterus papan 5. Nyeri tekan + 6. Klien tampak kesakitan 7. Hasil pemeriksaan USG terlihat solusio plasenta Tegang seperti suspect solusio
parsialis dengan hematoma Data Subjektif 1. Klien yang mengeluh ada janin Resiko gawat janin Solusio plasenta
didalam bergerak
54 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
sekarang usia kehamilan 37 minggu) dengan plasenta 2. Dari hasil pemeriksaan fisik : His (- ), DJJ dan palpasi janin sulit 3. Dari hasil pemeriksaan USG : DJJ = 82 x /menit , Aktivitas janin lemah suspect solusio
D.Diagnosa Keperawatan 1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan terus menerus 2. Gangguan Rasa nyaman : nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan 3. Resiko gawat janin berhubungan dengan solusio plasenta
E.Rencana Asuhan Keperawatan Diagnosa Keperawatan Kekurangan volume berhubungan Tujuan dan Kriteria Intervensi Hasil Tujuan : cairan Setelah 1. Monitor intake dan 1. Perubahan dilakukan output setiap 5-10 merupakan adanya output tanda gangguan Rasional
2. Monitor tanda vital fungsi ginjal kekurangan TD 120/80 mmHg, 2. Perubahan nadi: 88 x/menit, RR vital terjadi 22 24 x/menit, suhu perdarahan umum 36-37 C) 3. Lakukan hebat masage 3. Merangsang tanda bila
volume cairan teratasi Kriteria Hasil : 1. Keadaan baik 2. Perdarahan keluar 200 ml 3. Tinggi fundus uteri
semakin
yang uterus dengan satu kontraksi uterus dan tangan serta tangan diletakan membantu pelepasan
55 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
simpisis.
simpisismencegah inversio
perineum atau terdapat hematom Kolaborasi 1. Merangsang kontraksi danmengontrol perdarahan 2. Mencegah infeksi uterus
yang mungkin terjadi 3. Membantu menormalkan volume cairan tubuh. Gangguan nyaman (akut) berhubungan dengan jaringan : Rasa Tujuan: nyeri Setelah perawatan 2x24 jam 1. Bantu dilakukan penggunaan selama pernafasan nyeri 2. Anjurkan untuk teknik akan relaksasi.Berikan instruksi bila perlu. dengan 1. mendorong tekhnik relaksasi dan
dapat
kenyamanan (pijatan, dan rasa takut, yang punggung, memperberat nyeri. bantal, 3. meningkatkan kompres relaksasi dan
2. Uterus tidakTegang gosokan seperti papan 3. Nyeri tekan (-) sandaran pemebrian
56 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
4. Klien tidak terlihat sejuk, dll) kesakitan 4. Kolaborasi memberikan sesuai dosis
meningkatkan kooping dan kontrol sedatif klien. 4. meningkatkan kenyamanan memblok nyeri. dengan impuls
1. Istirahatkan ibu
1. dengan ibu
solusio perawatan 3- 4 jam tidur miring ke kiri tidak terjadi kondisi 3. Pantau gawat janin Kriteria Hasil : 1. DJJ normal /menit) 2. His + 3. Bayi lahir dengan selamat 4. gerakan normal janin dalam darah ibu 4. Memantau batas jantung ibu x
menjadi sehingga
(120-160
kebutuhan O2 untuk janin dapat dipenuhi 2. dengan tidur miring ke vena kiri cava diharapkan dibagian
sehingga darah ke
menjadi
mengetahui
berkurang, suplai
57 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
ke
janin
mengetahui
keadaan jantung janin lemah atau menurukan menandakan suplai O2 ke placenta berkurang sehingga dapat
F.Implementasi dan Evaluasi SOAP dari Diagnosa Utama Tanggal/jam 19-01-2011 Jam 11.00 Diagnosa Keperawatan Kekurangan cairan Implementasi Evaluasi intake S : klien
volume 1. Memonitor
dengan perdarahan terus menit menerus perubahan merupakan adanya fungsi ginjal 2. Memonitor
output keluar dari vagina tanda sudah berkurang. gangguan O : TTV dalam batas normal tanda A : masalah
vital karena perubahan kekurangan tanda vital terjadi bila volume perdarahan hebat cairan
5. Melakukan masage balance uterus tangan lainnya dengan serta satu tubuh klien tangan diletakan
58 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
placenta, diatas
yang lebih hebat, bila terjadi laserasi pada serviks / perineum atau terdapat hematom Kolaborasi 1. Berkolaborasi dalam pemberian Infus atau cairan intravena karena merangsang kontraksi uterus danmengontrol perdarahan 2. Memberikan antibiotik untuk
mencegah infeksi yang mungkin terjadi 3. Transfusi blood karena (bila whole perlu)
Membantu
PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada Ny M dengan solusio plasenta parsialis dirawat di RSIA dengan memperhatikan tahapan proses 59 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan, pelaksanaan dan evaluasi. Rumusan pembahasan yang penulis buat dengan bertitik tolak dari masalah keperawatan pada Ny. M serta tinjauan teori yang penulis gunakan. Penulis dalam menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan hierarki kebutuhan dasar Maslow. Lima dari tingkat tersebut adalah kebutuhan fisiologis, keselamatan dan keamanan, mencintai dan memiliki, harga diri dan aktualisasi diri. Adapun masalah keperawatan yang muncul pada Ny. M dengan solusio plasenta parsialis adalah sebagai berikut : A. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan terus menerus Kekurangan volume cairan adalah keadaan dimana seseorang individu yang tidak menjalani puasa mengalami atau beresiko dehidrasi vaskuler, interstitial atau intravaskules. (Carpenito, 2000). Penulis merumuskan diagnosa ini karena pada pengkajian pada Ny. M diperoleh data klien mengeluh mengalami perdarahan melalui vagina berwarna kehitaman sejak tadi malam, mengatakan mempunyai riwayat perdarahan pada kehamilan sebelumnya. Hasil pemeriksaan fisik yaitu : TTV : TD= 80/55 mmHg, Nadi : 110x/menit , RR : 28x/menit, Suhu: 36 oC, Klien terlihat pucat, lemah, kulit klien teraba dingin, TFU = 36 cm, konjungtiva anemis, pembalut penuh dengan darah berwarna kehitaman, hasil pemeriksaan USG terlihat solusio plasenta parsialis dengan hematoma, perdarahan aktif (+). Data tambahan yang bisa mendukung diagnosa ini adalah dari inspekulo, tampak darah mengalir dari ostium berwarna merah kehitaman, Hb (6,8 g/dL) , turunnya kadar fibrinogen (106 mg/L), dan meningkatnya, kadar D-dimer (2,0 mg/L). Dari data inilah memunculkan diagnosa Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan terus menerus. Yang mana sebenarnya diagnosa ini tidak sesuai dengan teori. Intervensi yang sudah ditetapkan penulis pada tanggal 19 januari 2011 adalah untuk mengatasi kekurangan volume cairan, penulis mengambil perencanaan yang lebih spesifik ke arah kekurangan volume cairan. Tujuannya yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan. Adapun intervensi yang penulis tetapkan adalah Monitor intake dan output setiap 5-10 menit, Monitor tanda vital TD 120/80 mmHg, nadi: 88 x/menit, RR 22 24 x/menit, suhu 36-37 C), Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakan diatas simpisis, Batasi pemeriksaan vagina dan rectum sedangkan kolaborasi Infus atau cairan intravena, Antibiotik, Transfusi whole blood ( bila perlu ), rasionalnya adalah Perubahan output merupakan tanda adanya gangguan fungsi ginjal, Perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin hebat, Merangsang kontraksi uterus dan membantu pelepasan placenta, satu tangan diatas 60 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
simpisis mencegah terjadinya inversio uteri, Trauma meningkat terjadi perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi laserasi pada serviks / perineumatau terdapat hematom, Merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan, mencegah infeksi yang mungkin terjadi, membantu menormalkan volume cairan tubuh. Diagnosa ini kami angkat menjadi diagnosa utama karena, jika kekurangan volume cairan tidak segera diatasi maka akan terjadi shock dan mengakibatkan resiko kematian ibu dan janin B. Gangguan Rasa nyaman : nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan Nyeri adalah keadaan, individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam berespon terhadap suatu rangsangan yang berbahaya dengan batasan karakteristik individu melihatkan dan melaporkan ketidaknyamanan, tekanan darah meningkat, nadi meningkat, respiratori meningkat, posisi berhati-hati, raut wajah kesakitan, merintih. (Carpenito, 2000:52). Nyeri merupakan suatu mekanisme proteksi bagi tubuh, timbul pada jaringan yang rusak dan menyebabkan individu bereaksi untuk menghilangkan rangsang nyeri tersebut dan nyeri merupakan suatu pengalaman pribadi yang unik dan kompleks. (Long, 1996: 301). Pada Bab II, penulis merumuskan diagnosa keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri,berhubungan dengan trauma jaringan. Setelah penulis menganalisa, nyeri bukan disebabkan karena kontraksi janin melainkan karena adanya distensi uterus akibat dari hematoma, hematoma karena rupture pembuluh darah arteri spinalis. Didukung oleh data subyektif klien mengeluh nyeri apalagi dipalpasi. Data obyektif. Karena pada saat pengkajian didapatkan data klien mengeluh nyeri apalagi, saat perut ditekan. TTV : nadi = 110 x/menit, RR = 28x/menit, Uterus keras, Uterus Tegang seperti papan , Nyeri tekan +, Klien tampak kesakitan, Hasil pemeriksaan USG terlihat solusio plasenta parsialis dengan hematoma Tujuannya yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri hilang. Adapun intervensi yang akan dilakukan adalah mengkaji tingkat dan karakteristik nyeri rasionalnya untuk membantu mengevaluasi derajat nyeri dan untuk melakukan tehnik relaksasi nafas dalam rasionalnya untuk meningkatkan relaksasi ketegangan otot dan untuk mengalihkan rasa nyeri agar intensitas nyeri dapat menurun. Menciptakan lingkungan yang nyaman rasionalnya dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional klien. Memonitor tanda-tanda vital rasionalnya untuk mengetahui respon autonomik dari nyeri yaitu perubahan pada tekanan darah, peningkatan denyut nadi dan pernafasan serta perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan keluhan atau penghilangan nyeri. C. Resiko gawat janin berhubungan dengan solusio plasenta
61 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1
Resiko gawat janin adalah suatu keadaan dimana janin mengalami asfiksia, Karena uterus tetap teregang akibat adanya hasil pembuahan, organ ini tidak mampu mengadakan kontraksi yang memadai guna menekan pembuluh darah yang ruptur yang menyuplai kebutuhan nutrisi dan oksigen bagi plasenta tersebut. Dengan adanya tanda Klien mengeluh janin yang ada didalam kandungannya bergerak aktif. Dari hasil pemeriksaan fisik : His (- ), DJJ dan palpasi janin sulit. Dari hasil pemeriksaan USG : DJJ = 82 x /menit , Aktivitas janin lemah. Secara teori resiko gawat janin tidak ada namun sesuai dengan data diatas kami mengangkat diagnosa keperawatan resiko gawat janin berhubungan dengan solusio plasenta
DAFTAR PUSTAKA Heller,Luz. 1991 . Gawat darurat ginekologi dan obstetri. Jakarta: EGC Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC Doengoes, Marilynn E, dkk,. 2001. Rencana perawatan maternal atau bayi. Edisi 2. Jakarta: EGC
62 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s 1