Anda di halaman 1dari 106

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.1.1 Hiperemesis Grvidarum Kehamilan merupakan hal yang fisiologis, meskipun selama kehamilan banyak hal yang berubah dalam tubuh. Kehamilan yang menyangkut nyawa ibu dan anak harus diperhatikan, sebab kehamilan bukanlah sekedar menyimpan anak dalam jangka waktu 9 bulan kemudian siap dilahirkan. Namun kehamilan harus memperhatikan kesehatan ibu dan anak. Selama masa kehamilan banyak hal patologis juga yang dialami ibu sesuai dengan situasi dan kondisi. Salah satu hal patologis ialah hyperemesis gravidarum dan Abortus.

Hyperemesis Gravidarum merupakan mual dan muntah yang berlebihan disaat kehamilan, yang menyebabkan dehidrasi, defisiensi nutrisi, penurunan berat badan dan mengganggu pekerjaan sehari-hari. Ibu hamil membutuhkan nutrisi yang baik agar pertumbuhan dan perkembangan bayi secara sempurna, namun bila ibu hamil mengalami Hyperemesis Gravidarum, nutrisi ibu berkurang sehingga mengancam pertumbuhan dan perkembangan bayi. Masalah ini perlu diatasi dan ditanggulangi, dalam menangani ibu hamil yang mengalami hal ini harus sesuai dengan keadaan ibu.

1.1.2 Perdarahan Antepartum Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 420 per 100.000 kelahiran hidup, rasio tersebut sangat tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya (Mauldin, 1994). Langkah utama yang paling penting untuk menurunkan angka kematian ibu adalah mengetahui penyebab utama kematian. Di Indonesia sampai saat ini ada tiga penyebab utama kematian ibu yaitu perdarahan, pre eklampsia-eklampsia, dan infeksi. Perdarahan sebelum, sewaktu, dan sesudah bersalin adalah kelainan yang berbahaya dan mengancam ibu. Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus,

1|Keperawatan Mternitas I

sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua ialah kehamilan 28 minggu (dengan berat janin 1000 gram), meningat kemungkinan hidup janin diluar uterus (Wiknjosastro, 1999). Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu (Mochtar, R, 1998). Frekuensi perdarahan antepartum kira-kira 3% dari seluruh persalinan. Di Rumah Sakit Tjipto Mangunkusumo (1971-1975) dilaporkan 14,3% dari seluruh persalinan; R.S. Pirngadi Medan kira-kira 10% dari seluruh persalinan, dan di Kuala Lumpur, Malaysia (1953-1962) 3% dari seluruh persalinan (Wiknjosastro, 1999). Perdarahan ante partum dapat disebabkan oleh plasenta previa, solusio plasenta, ruptura sinus marginalis, atau vasa previa. Yang paling banyak menurut data RSCM jakarta tahun 1971-1975 adalah solusio plasenta dan plasenta previa. Diagnosa secara tepat sangat membantu menyelamatkan nyawa ibu dan janin. Ultrasonografi merupakan motede pertama sebagai pemeriksaan penunjang dalam penegakkan plasenta previa. Plasenta Previa adalah suatu kesulitan kehamilan yang terjadi pada trimesters kedua dan ketiga kehamilan. Dapat mengakibatkan kematian bagi ibu dan janin. Ini adalah salah satu penyebab pendarahan vaginal yang paling banyak pada trimester kedua dan ketiga. Plasenta Previa biasanya digambarkan sebagai implantation dari plasenta di dekat ostium interna uteri (didekat cervix uteri). Di AS plasenta previa ditemukan kira-kira 5 dari 1.000 persalinan dan mempunyai tingkat kematian 0.03%. Data terbaru merekam dari 1989-1997 plasenta previa tercatat didapat pada 2,8 kelahiran dari 1000 kelahiran hidup. Di Indonesia, RSCM Jakarta mencatat plasenta previa terjadi pada kira-kira 1 diantara 200 persalinan. Antara tahun 1971-1975 terjadi 37 kasus plasenta previa diantara 4781 persalinan yang terdaftar, atau kira-kira 1 dari 125 persalinan. Angka kematian maternal karena plasenta previa berkisar 0,03%. Bayi yang lahir dengan plasenta previa cenderung memiliki berat badan yang rendah dibandingkan bayi yang lahir tanpa plasenta previa. Resiko kematian neonatal juga tinggi pada bayi dengan plasenta previa, dibandingkan dengan bayi tanpa plasenta previa. Maternal tingkat kematian yang sekunder ke plasenta previa kira-kira 0.03%. Bayi wanita-wanita sudah takdir dengan plasenta previa [tuju/ cenderung] untuk menimbang

2|Keperawatan Mternitas I

kurang dari bayi wanita-wanita sudah takdir tanpa plasenta previa. Resiko neonatal [dapat mati/angka kematian] adalah yang lebih tinggi untuk plasenta previa bayi (me)lawan kehamilan tanpa plasenta previa. Solusio plasenta digambarkan sebagai separasi prematur dari plasenta dari dinding uterus. Pasien dengan solusio plasenta secara khas memiliki gejala dengan pendarahan, kontraksi uteri, dan fetal distres. Di AS frekwensi solusio plasenta kira-kira 1%, dan solusio plasenta yang mengakibatkan kematian didapatkan sebanyak 0.12% dari jumlah kehamilan (1:830). Secara keseluruhan tingkat kematian janin pada solusio plasenta adalah 20-40%, tergantung pada tingkat lepasnya plasenta. Nilai ini semakin tinggi tinggi pada pasien dengan riwayat merokok. Sekarang ini, solusio plasenta adalah bertanggung jawab untuk kira-kira 6% kematian maternal. Resiko solusio plasenta meningkatkan pada pasien dengan umur dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun.

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana laporan pendahuluan Hiperemesis Gravidarum ? 1.2.2 Bagaimana Asuhan Keperawatan Hiperemesis Gravidarum ? 1.2.3 Bagaimana laporan pendahuluan perdarahan antepertum : plasenta previa? 1.2.4 Bagaimana Asuhan Keperawatan plasenta preivia ? 1.2.5 Bagaimana laporan pendahuluan perdarahan antepertum : solutio plasenta ? 1.2.6 Bagaimana Asuhan Keperawatan solutio plasenta ?

1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan umum Tujuan umum dari penulisan ini adalah diharapkan mahasiswi keperawatan mampu memahami tentang hiperemesis gravidarum dan perdarahan antepartum: plasenta previa, solutio plasenta serta melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien hiperemesis gravidarum dan perdarahan antepartu: plasenta previa,solutio plasenta.

1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.3 Mahasiswa mampu menjelaskan isi dari laporan pendahuluan Hiperemesis Gravidarum ?

3|Keperawatan Mternitas I

1.3.4 Mahasiswa Gravidarum?

mampu

menjelaskan

Asuhan

Keperawatan

Hiperemesis

1.3.5 Mahasiswa mampu menjelaskan isi dari laporan pendahuluan perdarahan antepertum : plasenta previa? 1.3.6 Mahasiswa mampu menjelaskan Asuhan Keperawatan plasenta preivia ? 1.3.7 Mahasiswa mampu menjelaskan isi dari laporan pendahuluan perdarahan antepertum : solutio plasenta ? 1.3.8 Mahasiswa mampu menjelaskan Asuhan Keperawatan solutio plasenta ?

1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Diharapkan kepada pembaca terutama mahasisiwi keperawatan untuk mengerti dan memahami tentang hiperemesis gravidarum sehingga dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum.

1.4.2 Diharapkan kepada pembaca terutama mahasisiwi keperawatan untuk mengerti dan memahami tentang perdarahan antepartum :plasenta previa, solutio plasenta sehingga dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan pada ibu hamil yang mengalami perdarahan antepartum :plasenta previa, solutio plasenta.

4|Keperawatan Mternitas I

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Definisi Hiperemesis Gravidarum Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Mochtar, R, 1998). Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk (Mansjoer, A dkk, 2001). Hiperemesis gravidarum merupakan kejadian mual dan muntah yang berlebihan sehingga mengganggu aktivitas ibu hamil. Hiperemesis gravidarum sering terjadi pada awal kehamilan antara umur kehamilan 8-12 minggu. Hiperemesis gravidarum apabila tidak tertangani dengan baik akan menyebabkan komplikasi bahkan kematian ibu dan janin. Prevalensi hiperemesis gravidarum antara 1-3 % atau 5-20 kasus per 1000 kehamilan (Simpson et.al, 2001). Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah lebih dari 10 kali dalam 24 jam,sehingga mengganggu kesehatan dan pekerjaan sehari-hari (Arief.B, 2009). Hyperemesis gravidarum adalah muntah yang berlebihan atau masalah muntah selama kehamilan yang menyebabkan dehidrasi, gangguan elektrolit atau defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan.

2.2 Etiologi Menurut Wiknjosastro (2007), penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik. Juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inasisi. Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai berikut : a. Faktor predisposisi

5|Keperawatan Mternitas I

Faktor predisposisi yang sering dikemukan adalah primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan. b. Faktor organik Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organik. c. Faktor alergi Sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organik. d. Faktor psikologik Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup. 2.3 Klasifikasi dan Manifestasi Klinis Hiperemesisi Gravidarum Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 (tiga) tingkatan yaitu :

1. Tingkat I a. Muntah terus menerus sehingga menimbulkan : 1) Dehidrasi : turgor kulit turun 2) Nafsu makan berkurang 3) Berat badan turun 4) Mata cekung dan lidah kering b. Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esofagus c. Nadi meningkat dan tekanan darah turun d. Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit

6|Keperawatan Mternitas I

e. Tampak lemah dan lemas

2. Tingkat II a. Dehidrasi semakin meningkat akibatnya : 1) Turgor kulit makin turun 2) Lidah kering dan kotor 3) Mata tampak cekung dan sedikit ikteris b. Kardiovaskuler 1) Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit 2) Nadi kecil karena volume darah turun 3) Suhu badan meningkat 4) Tekanan darah turun c. Liver Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus d. Ginjal Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang yang menyebabkan : 1) Oliguria 2) Anuria 3) Terdapat timbunan benda keton aseton.Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan e. Kadang kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus dan pecahnya mukosa lambung pada sindrom mallory weiss.

3. Tingkat III a. Keadaan umum lebih parah b. Muntah berhenti c. Sindrom mallory weiss d. Keadaan kesadran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma e. Terdapat ensefalopati werniche :\ 1) Nistagmus 2) Diplopia 3) Gangguan mental f. Kardiovaskuler

7|Keperawatan Mternitas I

Nadi kecil, tekanan darh menurun, dan temperatur meningkat g. Gastrointestinal 1) Ikterus semakin berat 2) Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam h. Ginjal Oliguria semakin parah dan menjadi anuria 2.4 Patofisiologi Peningkatan kadar esterogen dapat menyebabkan mual pada trimester pertama. Apabila mual muntah terjadi terus menerus dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat, dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Sehingga oksidasi lemak tidak sempurna, dan terjadi ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida dan aseton darah. Mual dapat menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Dehidrasi juga menyebabkan

hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang. Selain terjadi dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, terjadi pula robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma molarry-weiss) yang

berakibat perdarahan gastrointestinal (Mansjoer,2000).

2.5 Pemeriksaan Penunjang Data laboratorium : kadar potassium, sodium, klorida, dan protein menurun hemoglobin dan hematokrit menurun urinalisis : adanya keton dan kadang-kadang adanya protein kadar vitamin dalam darah menurun BUN, non protein nitrogen, uric acid meningkat LFT

2.6. Penatalaksanaan Medis Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan pcnerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang 8|Keperawatan Mternitas I

fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang flsiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan da n minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin. 1. Obat-obatan

Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik sepeiti Disiklomin hidrokhloride atau Khlorpromasin. Anti histamin ini juga dianjurkan seperti Dramamin, Avomin 2. Isolasi

Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang baik. Tidak diberikan makan/minuman setama 24 -28 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

3.

Terapi psikologik

Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.

4.

Cairan parenteral

Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu dapat ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena.

5.

Penghentian kehamilan

Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi

9|Keperawatan Mternitas I

organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.

6.

Diet

a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari. b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D. c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.

2.7 Asuhan Keperawatan A. Pengkajian Pengkajian merupakan dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu pemantauan status kesehatan dan pola pertahanan pasien, mengidentifikasi kekuatan pasien serta merumuskan diagnosa

keperawatan (Mocthar, 2006) a. 1) Data dasar pengkajian Aktifitas istirahat; tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (>100

kali per menit) 2) Integritas ego; konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan

persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan. 3) Eliminasi; perubahan pada konsistensi, defekasi, peningkatan frekuensi berkemih

Urinalis ;peningkatan konsistensi urine. 4) Makanan/cairan; mual dan muntah yang berlebihan (4-8 minggu), nyeri

epigastrium, pengurangan berat badan (5-10 kg), membrane mukosa mulut iritasi dan

10 | K e p e r a w a t a n M t e r n i t a s I

merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering. 5) 6) 7) Pernafasan; frekuensi pernapasan meningkat. Keamanan; suhu kadang naik, badan lemah, ikterus, dan dapat jatuh dalam koma Seksualitas; penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka

dilakukan abortus terapeutik. 8) Interaksi sosial; perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran,

respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospotalisasi dan sakit, system pendukung yang kurang. 9) Pembelajaran dan penyuluhan; segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan,

apalagi kalau berlangsung lama, berat badan turun lebih dari 1/10 dari berat badab normal, turgor kulit, lidah kering, adanya aseton dalam urine.

B. Diagnosa keperawatan 1. Defisit volume cairan dan elektrolit b/d kehilangan cairan akibat muntah dan

intake cairan yang tidak adekuat. 2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah yang

menetap. 3. 4. 5. Nyeri pada epigastrium b/d muntah berulang. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan akibat tidak adekuatnya nutrisi. Ketakutan b/d efek hyperemesis pada kesejahteraan janin.

C. Intervensi keperawatan 1. Diagnosa Keperawatan I

Kriteria Hasil: Keseimbangan cairan kembali ke kondisi normal Klien tidak muntah lagi Klien mengkonsumsi makanan dan minuman dalam jumlah adekuat

Intervensi: a. Kaji status intake dan output cairan

R/ Pengkajian tersebut menjadi dasar rencana askep dan evaluasi intervensi b. Timbang BB setiap hari

11 | K e p e r a w a t a n M t e r n i t a s I

R/ Penurunan BB dapat terjadi karena muntah berlebihan c. Beri cairan intravena yg terdiri dari glukosa, elektrolit dan vitamin

R/ mencegah kekurangan cairan dan memperbaiki keseimbangan asam basa d. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi cairan peroral dengan perlahan

R/ Pemberian cairan dan makanan sesuai dengan toleransi klien

2.

Diagnosa Keperawatan II

Kriteria Hasil: Klien mengkonsumsi diet oral yg mengandung gizi adekuat Klien tidak mengalami mual muntah Klien mengalami peningkatan BB yang sesuai selama kehamilan Batasi intake oral selama 24 48 jam

Intervensi: a.

R/ Pembatasan dianjurkan untuk klien agar lambung istirahat b. Anjurkan klien menghindari makanan berlemak

R/ Dapat menstimulasi mual dan muntah c. Tingkatkan jumlah makanan secara perlahan sesuai kemampuan pasien

R/ Nutrisi dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan nutrisi dan pertumbuhan janin d. Anjurkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan atau setelah muntah

R/ Meningkatkan kenyamanan, mengurangi asam yg mengenai gigi. e. Pantau TFU dan DJJ

R/ Malnutrisi klien berdampak terhadap pertumbuhan janin dan mengakibatkan kemunduran perkembangan janin

3.

Diagnosa Keperawatan III

Kriteria Hasil: Rasa nyaman terpenuhi

Intervensi: a. Kaji tingkat nyeri

R/ Mengetahui tingkat nyeri dan menentukan rencana tindakan selanjutnya b. Atur posisi dengan kepala lebih tinggi selama 30 menit setelah makan

12 | K e p e r a w a t a n M t e r n i t a s I

R/ Dapat mengurangi tekanan pada gastrointestinal c. Alihkan perhatian klien pada hal yang menyenangkan

R/ Dapat melupakan rasa nyeri d. mint R/ Untuk mengurangi rasa mual dan muntah pada ibu hamil e. Kolaborasi dalam pemberian antiemetic dan sedative Anjurkan klien untuk mengonsumsi jahe (dalam bentuk teh jahe) dan permen rasa

R/ Mengurangi muntah dan membuat tenang sehingga mengurangi nyeri

4.

Diagnosa Keperawatan IV

Kriteria Hasil: Klien menunjukan peningkatan kemampuan dalam beraktivitas sesuai

kemampuan

Intervensi: a. Anjurkan klien dalam membatasi dengan istirahat yang cukup

R/ Menghemat energy dan meminimalkan kelelahan uterus b. Bantu klien beraktivitas secara bertahap jika muntah berkurang

R/ Aktivitas bertahap meminimalkan terjadinya trauma dan meringankan klien dalam memenuhi kebutuhannya c. Bantu Klien dalam memenuhi kebersihan diri

R/ Kebersihan diri dapat meningkatkan kenyamanan dan menumbuhkan kondisi sehat serta sejahtera

5.

Diagnosa Keperawatan V

Kriteria Hasil: janin Intervensi: a. Perlihatkan sikap menerima rasa takut klien Klien akan mengungkapkan perasaan dan kekhawatirannya tentang kesejahteraan

R/ Sikap menerima rasa takut klien memungkinkan komunikasi terbuka b. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaaan dan kekhawatirannya

13 | K e p e r a w a t a n M t e r n i t a s I

R/ Ditakutkan akan berdampak buruk terhadap kondisi janin c. Bantu klien dalam mengidentifikasi kekuatan dirinya dan mekanisme koping

R/ Dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan klien mengatasi penyakit dan efekefeknya d. Beri klien informasi tentang risiko potensial yang dapat terjadi pada janinnya

R/ Pengetahuan tentang risiko potensial pada janin dapat membantunya menghilangkan rasa takut.

4.

Implementasi

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan : a. b. c. d. e. f. g. h. i. Mengkaji status intake dan output cairan Menimbang BB setiap hari Memberikan cairan intravena yg terdiri dari glukosa, elektrolit dan vitamin Menganjurkan klien untuk mengkonsumsi cairan peroral dengan perlahan Membatasi intake oral selama 24 48 jam Menganjurkan klien menghindari makanan berlemak Meningkatkan jumlah makanan secara perlahan sesuai kemampuan pasien Menganjurkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan atau setelah muntah Memantau TFU dan DJJ

5.

Evaluasi

Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkandan respon pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan. Kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan (Verney, 2005).

14 | K e p e r a w a t a n M t e r n i t a s I

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RUANG MASTUPA KLINIK UMUM BAITURRAHMAN GARUT A. Pengkajian 1. Identitas Klien Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Tgl Masuk Tgl Pengkajian Diagnosa Medis Alamat : Ny. S : 23 Tahun : SMA : IRT : 08-10-2010 jam 15.20 WIB : 08-10-2010 : G2P1A0 Hiperemesis Gravidarum : Kadungora Garut

Identitas Penanggung Jawab Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Alamat Hubungan Dengan Klien : Tn. D : 28 Tahun : SMA : Wiraswasta : Kadungora Garut : Suami

2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama Klien mengeluh mual dan sering muntah b. Riwayata Kesehatan Sekarang Pada tanggal 08-10-10 pukul 15.20 WIB klien datang ke Klinik Baiturrahman dengan keluhan sedang hamil 7 minggu dan selama 3 hari klien mual dan muntah-muntah, mual dan muntah terjadi bila klien memakan asupan nutrisi (mengkonsumsi makanan seperti nasi) keluhan berkurang jika klien tidak makan dan beristirahat dengan lama di tempat tidur.

15 | K e p e r a w a t a n M t e r n i t a s I

c. Riwayat Kesehatan Dahulu Klien mengatakan belum pernah mengalami keadaan seperti ini pada kehamilan sebelumnya. Klien mengatakan tidak mempunyai penyakit menular ataupun penyakit keturunan yang dapat mempengaruhi keadaan janinnya.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga Menurut penuturan klien dan suaminya bahwa diantara keluarga klien tidak mempunyai penyakit menular ataupun penyakit keturunan.

e. Riwayat Ginekologi Riwayat Menstruasi Menarche Siklus Lamanya Banyaknya ke dua) Warna Bau / sifat Dismenorhoe Riwayat Perkawinan Istri Usia perkawinan Pernikahan Usia Pernikahan Suami Usia perkawinan Pernikahan Usia Pernikahan : 25 Tahun : Pertama : 3 tahun : 20 Tahun : Pertama : 3 tahun : merah kehitam hitaman : Amis / cair dan ada yang menggumpal : Kadang-kadang : 13 Tahun : 30 Hari : 7 10 Hari : 3 kali ganti balutan (hari pertama dan

3.

Pemeriksaan Fisik

16 | K e p e r a w a t a n M t e r n i t a s I

a. Keadaan Umum Penampilan Kesadaran Berat badan : klien lemah : Compos Mentis : BB awal : 56 kg

BB sekarang : 53 kg b. Tanda- tanda Vital T : 110 / 70 mmHg P : 100 x/menit c. Data Aspek Biologis 1. Sistem Neurologis a. Tes fungsi serebral Kesadaran Orientasi : Compos mentis : baik, terbukti klien dapat menyebutkan waktu, orang dan tempat Memori : baik, terbukti klien dapat mengingat umur pernikahannya Bicara : baik, terbukti klien dapat berbicara dengan jelas lancar dan nyambung b. Tes fungsi syaraf cranial Fungsi penciuman : baik, terbukti klien dapat membedakan bau minyak wangi dan bau minyak telon Fungsi penglihatan : bai, terbukti klien mampu membaca tulisan dengan jarak 50 cm Reflek pupil : baik, terbukti pupil klien dapat membesar dan mengecil sesuai pencahayaan Gerakan bola mata : baik, terbukti mata klien dapat digerakan ke segala arah Kesimetrisan wajah : simetris antara muka bagian kiri dan kanan, wajah tampak pucat Tes pengecapan : baik, terbukti klien dapat membedakan rasa makanan yang dimakannya Fungsi mengunyah : klien dapat mengunyah makanan R : 20 x/menit S : 36,6 oC

17 | K e p e r a w a t a n M t e r n i t a s I

Fungsi menelan dengan baik c. Tes Fungsi Motorik

: klien dapat menelan makanannya

Keseimbangan dan koordinasi Klien tidak dapat berdiri dan berjalan sendiri karena klien masih lemah Kekuatan Otot Gerakan normal penuh menentang gravitasinya dengan sedikit penahanan Tonus otot Klien mampu memfleksikan otot dan mampu menahan keadaan fleksinya dari tenaga dorongan pemeriksa d. Tes fungsi sensorik Ekstremitas atas dan bawah baik, terbukti klien dapat merasakan panas (air hangat) dan dingin (alkohol).

2. Sistem Pernafasan a. Hidung Lubang hidung kiri dan kanan simetris, kebersihan hidung bersih (tidak ada sekret), fungsi penciuman baik, terbukti klien dapat membedakan bau minyak wangi dan bau minyak telon. b. Dada Dada kiri dan kanan simetris c. Pola pernafasan Frekuensi nafas 20x/menit irama teratur d. Paru Bunyi paru vesikuler, tidak ada kelainan pada saat pemeriksaan auskultasi

3. Sistem Kardiovaskuler

18 | K e p e r a w a t a n M t e r n i t a s I

Bunyi jantung klien normal lub dub (S1 dan S2) Oedema tidak ada, Td 110/70 mmHg, Nadi 100x/menit, keluhan tidak ada

4. Sistem Gastrointestinal Mulut : mulut kering, tidak ada pembengkakan dan nyeri,

fungsi pengecapan baik, gigi terlihat bersih, warna gusi merah muda, lidah kering, nafsu makan berkurang, keluhan : nafsu makan berkurang Abdomen : bentuk datar, tidak terdapat asites, keadaan

bersih, klien mengeluh mual dan muntah-muntah 3 hari yang lalu dan nyeri epigastrium Hepar : tidak ada pembesaran

5. Sistem Perkemihan Produksi urine 3 x/hari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan.

6. Sistem Muskuloskeletal Extremitas atas Extremitas atas simetris dengan kekuatan otot, dan pada extremitas kanan atas terpasang infus RL + Neurobion 20 gtt/menit Extremitas bawah Extremitas bawah simetris dengan kekuatan otot, tidak ada oedema dan nyeri tekan Persendian Tidak terdapat deformitas, tidak ada kekakuan pergerakan, Keluhan : badan klien terasa lemah 7. Sistem integumen Distribusi rambut merata, warna hitam, keadaan bersih, keadaan kuku pendek dan bersih, warna kulit sawo matang, turgor menurun, kulit agak kering.

19 | K e p e r a w a t a n M t e r n i t a s I

8. Sistem endokrin Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid, distribusi rambut menyebar, merata pada bagian tubuh yang norma, keluhan : tidak ada

9. Sistem penglihatan Letak simetris antara mata kiri dan kanan, sklera putih, konjungtiva merah muda, tidak tampak adanya kotoran, fungsi penglihatan baik terbukti klien dapat membaca tulisan dari jarak 50 cm, mata cekung, keluhan : tidak ada

10. Sistem pendengaran Simetris antara telinga kanan dan kiri, tidak ada serumen, odema tidak ada, pendengaran klien baik terbukti klien merespon saat dipanggil namanya oleh perawat.

d. Data Aspek Psikologis Klien merasa cemas dengan keadaannya, karena takut terjadi apaapa terhadap perkembangan kesehatan janin yang dikandungnya.

e. Data Aspek Sosial Pola interaksi klien dengan keluarga baik dan interaksi dengan perawat juga baik

f. Data Aspek Spiritual Klien beragama Islam, klien dan keluarganya selalu berdoa untuk kesembuhan penyakit klien.

20 | K e p e r a w a t a n M t e r n i t a s I

4. Aktivitas Sehari-hari No. 1. Aktivitas Klien Pola nutrisi Makan : Frekuensi makan Porsi makan Diet Nafsu makan Minum : Jenis minum Frekuensi Air putih + air teh 7-8x/hari Air putih 5-6x/hari 3x/ hari Habis 1 porsi Nasi, lauk pauk, sayuran Berkurang 3x/hari Habis porsi Makan lunak Berkurang Di Rumah Di Klinik

2.

Pola Kebersihan Frekuensi mandi Mencuci rambut Gosok gigi Potong kuku 2x/hari 2x/hari 2x/hari Bila sudah panjang 1x/hari Belum pernah 1x/hari Belum pernah

3.

Pola istirahat tidur Jam tidur siang Jam tidur malam 2 jam 8 jam Tidak pernah 6 jam

4.

Pola Eliminasi BAB : Frekuensi BAB Konsistensi 5.Warna Feces BAK : Frekuensi Warna urine 4-5x/hari Khas urine 3x/hari Khas urine (kuning jernih) 1x/hari padat Khas kuning feces 1x/hari padat Khas kuning feces

21 | K e p e r a w a t a n M t e r n i t a s I

5. Pemeriksaan Penunjang No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Jenis Pemeriksaan Hb Leukosit Eritrosit Trombosit Hematokrit Diff count Eosinofil Segmen Limposit Monosit 3 56 37 5 4 70 30 4 2 - 4% 50 70 % 20 40 % 2 3% Hasil Tgl Hasil Tgl 8-10-10 9-10-10 13,0 12,5 7000 5 190.000 36 6000 4 212.000 30 Nilai Normal Lk : 14-18, Pr : 12-16 4.000 10.000 Lk : 5-6 juta, Pr : 4,5 5 juta 150.000 450.000 35% - 52%

6. Therapi Therapi oral Tanggal 08 10 10 : Bufantacyd syr 3 x 1 cth ( jam sebelum makan) Caviplex 1 x 1 tab (sesudah makan) Sanmol 3 x 1 tab : Sotatic Inj 2 x1 Vit C inj 2 x 1 : RL + Neurobin 20 gtt/menit Tanggal 09 10 10 : Bufantacyd syr 3 x 1 cth ( jam sebelum makan) Caviplex 1 x 1 tab (sesudah makan) Sanmol 3 x 1 tab Voldiamer 3 x 1 tab : Sotatic Inj 2 x1 Vit C inj 2 x 1 : RL + Neurobin 20 gtt/menit

Therapi Parenteral Infus Therapi Oral

Therapi Parenteral Infus B. Analisa Data No. 1. Data

Etiologi Peningkatan level hormon estrogen dan HCG Merangsang bagian dari

Masalah Gangguan keseimbangan cairan tubuh kurang dari kebutuhan

Ds : klien mengeluh 3 mual dan muntahmuntah

22 | K e p e r a w a t a n M t e r n i t a s I

Do : klien lemah Klien muntah-muntah Bibir kering Lidah kering Wajah pucat Mata cekung Turgor menurun

otak (medula vomiting center) Mual dan muntah Nafsu makan (intake) berkurang, muntah (output) bertambah Defisit cairan tubuh

2.

Ds : klien mengeluh 3 hari mual dan muntahmuntah Klien mengatakan nafsu makan berkurang

Peningkatan level estrogen Gangguan pemenuhan dan HCG Merangsang bagian dari otak (medula vomiting center) Mual dan muntah Nafsu makan berkurang Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

Do : klien lemah Porsi makan habis porsi

3.

Ds : klien mengaku cemas dengan keadaannya

Kurangnya informasi dan pengetahuan Stimulus cemas Gangguan rasa aman cemas

Gangguan rasa aman cemas

Do : klien menanyakan tentang penyakitnya Klien tampak cemas

23 | K e p e r a w a t a n M t e r n i t a s I

C. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah 1. Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan kurang dari kebutuhan sehubungan dengan tidak seimbangnya intake dan output yang ditandai dengan : Ds : klien mengeluh 3 hari mual dan muntah-muntah Do : K/u klien lemah Lidah kering Berat badan menurun 3 kg Wajah pucat Klien muntah-muntah Mata cekung Bibir kering Turgor menurun 2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan mual dan muntah yang ditandai dengan : Ds : klien mengeluh 3 hari mual dan muntah-muntah Klien mengatakan nafsu makan berkurang Do : k/u klien lemah Porsi makan habis porsi 3. Gangguan rasa aman cemas sehubungan dengan kurangnya informasi dan pengetahuan yang ditandai dengan : Ds : klien mengeluh dengan keadaannya Do : klien menanyakan tentang keadaannya Klien tampak cemas

24 | K e p e r a w a t a n M t e r n i t a s I

D. Proses Keperawatan N o. 1. Diagnosa Keperawatan Gangguan keseimbangan cairan tubuh sehubungan dengan tidak seimbangnya intake dan output yang ditandai dengan : Ds : klien mengeluh 3 hari mual dan muntah-muntah Tujuan Perencanaan Intervensi Observasi tanda-tanda dehidrasi Rasionalisasi Dengan Jam 15.30 mengobservasi tanda- Tanggal 08-10-10 tanda dehidrasi dapat - Mengobservasi mengetahui seberapa tanda-tanda parah klien dehidrasi, misal mengalami kulit kering, mata kekurangan cairan cekung, berat badan turun Tanggal 08-10-10 jam 20.00 S : klien mengatakan mual berkurang O: - k/u klien lemah - berat badan tetap - klien tidak muntah - bibir kering Jam 15.30 - lidah kering - Menimbang berat - wajah pucat badan dengan - mata cekung hasil berat badan - turgor menurun turun 3 kg A : gangguan keseimbangan cairan tubuh belum teratasi Jam 15.30 P: - Menganjurkan - lanjutkan klien untuk intervensi banyak minum - lanjutkan therapi sesuai dengan advise dokter Implementasi Evaluasi

Dalam dua hari gangguan keseimbangan cairan tubuh terpenuhi dengan kriteria : - Klien tidak mual dan muntahmuntah - Klien tampak segar - Berat badan naik Do : k/u klien lemah - Bibir lembab Berat badan menurun - Lidah lembab 3 kg - Wajah segar Klien muntah-muntah - Mata tidak cekung Bibir kering - Turgor baik Lidah kering Wajah pucat Mata cekung Turgor menurun

Timbang berat Cairan dalam tubuh badan 1x/hari menempati proporsi tertinggi, dengan menimbang berat badan akan diketahui kelebihan atau kekurangan cairan Anjurkan klien Karena air merupakan untuk banyak zat yang cepat minum diabsorpsi oleh tubuh sehingga dapat mengganti cairan yang hilang Berikan cairan infus RL + Neurobion 20 gtt/menit

Dengan memberikan Jam 15.30 cairan infus maka - Memberikan kebutuhan cairan cairan infus RL + tubuh klien terpenuhi Neurobion 20

25 | K e p e r a w a t a n M t e r n i t a s I

dan Neurobion adalah vitamin neurotropik yang didalamnya terdapat vit B6 yang bisa mengurangi rasa mual Berikan obat anti emetik sesuai dengan advise dokter

gtt/menit

2.

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan peningkatan kadar estrogen dan HCG yang ditandai dengan : Ds : - klien mengeluh 3 hari mual dan muntahmuntah - klien mengatakan nafsu makan berkurang Do :

Dalam dua hari gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi dengan kriteria : - klien tidak mual dan muntah-muntah - nafsu makan bertambah - porsi makan habis - klien tidak lemah

Dengan memberikan Jam 15.30 obat anti emetik maka - Memberikan obat rasa mual klien akan anti emetik sesuai hilang dengan advise dokter - Sotatic inj 2 x 1 Anjurkan klien Dengan minum air Jam 16.00 untuk minum hangat diharapkan - Menganjurkan air hangat dapat mengurangi rasa klien untuk sebelum makan mual sehingga klien minum air hangat bisa makan lebih sebelum makan banyak dari sebelumnya Anjurkan klien untuk makan sedikit-sedikit tapi sering Dengan memberikan Jam 16.00 makan sedikit-sedikit - Menganjurkan tapi sering diharapkan klien untuk nutrisi dalam tubuh makan sedikittetap terpenuhi sedikit tapi sering

Tanggal 08-10-10 jam 20.30 S: - Klien mengatakan mual berkurang - Nafsu makan ada O: - Porsi makan habis porsi - Klien masih lemah A : gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan belum teratasi

Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik

Dengan memberikan Jam 16.00 makanan dalam - Menyajikan keadaan hangat dan makanan dalam menarik diharapkan keadaan hangat P : mual berkurang dan dan menarik - Lanjutkan merangsang nafsu intervensi makan - Lanjutkan

26 | K e p e r a w a t a n M t e r n i t a s I

3.

k/u klien lemah porsi makan habis porsi Gangguan rasa aman cemas sehubungan dengan kurangnya informasi dan pengetahuan yang ditandai dengan : Ds : klien mengeluh cemas dengan penyakitnya Do : - Klien menanyakan tentang penyakitnya - Klien tampak cemas

Dalam satu hari gangguan rasa aman cemas teratasi dengan kriteria : - Klien tidak cemas - Klien mengerti dengan penyakitnya

Berikan penjelasan kepada klien tentang penyakitnya

Dengan memberikan penjelasan kepada klien tentang penyakitnya diharapkan klien bisa mengerti dan memahami tentang penyakitnya sehingga tidak akan cemas lagi

Jam 16.30 Memberikan penjelasan kepada klien tentang penyakitnya bahwa penyakitnya akan sembuh

Berikan support Dengan memberikan Jam 16.30 mental support mental pada Memberikan support klien diharapkan dapat mental A : gangguan rasa menambah keyakinan aman cemas sudah pada klien bahwa teratasi dirinya akan sembuh dan janin yang P : hentikan intervensi dikandungnya akan baik-baik saja

pemberian therapi sesuai dengan advise dokter Tanggal 08-10-10 jam 22.00 S : klien mengatakan sudah tidak cemas O: - Klien tampak tenang - Klien tidak menanyakan tentang penyakitnya

27 | K e p e r a w a t a n M t e r n i t a s I

E. Catatan Perkembangan Nama Umur No CM : Ny. S : 23 Tahun : 10636 Catatan Perkembangan Klien mengatakan mual kadangkadang Klien mengatakan dari tadi malam sudah tidak muntah Paraf

Tanggal Diagnosa 09-10-10 DP I S: -

O: - Klien tidak muntah - k/u klie masih lemah - bibir lembab - lidah tidak kering - wajah segar - mata tidak cekung - turgor baik - berat badan naik 1 kg A : gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit teratasi sebagian P: I: E: S: -

lanjutkan intervensi lanjutkan therapi sesuai advise dokter melanjutkan intervensi melanjutkan therapi sesuai dengan advis dokter masalah teratasi klien mengatakan mual kadangkadang klien mengatakan nafsu makan ada

09-10-10

DP II

O: - porsi makan habis porsi A : gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan teratasi sebagian P: -

lanjutkan intervensi lanjutkan therapi sesuai dengan advise dokter

I: melanjutkan therapi sesuai dengan advise dokter

28 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

therapi oral : Bufantacyd syr 3 x 1 cth (ac) caviplex 1 x 1 tab sanmol 3 x 1 tab voldiamer 3 x 1 tab therapi parenteral : sotatic inj 2 x 1 vit c inj 2 x 1 infus : RL + Neurobion 20 gtt/menit E : Masalah teratasi

29 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

2.8 Perdarahan Antepartum

Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu. (Rustam M, 1998: 269). Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan di atas 28 minggu atau lebih dan sering disebut atau digolongkan perdarahan trimester ketiga. (Ida Bagus Gde Manuaba, 1998: 253). Perdarahan antepartum adalah perdarahan dari trektus genitalis setelah kehamilan 28 minggu, yang mungkin disebabkan karena vaginitis, polip serviks, servisitis, varises vagina dan serviks dan lesi ganas pada vagina atau serviks. (Wagstaff, T. Ian, 1997: 137). Perdarahan Antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada akhir kehamilan dan merupakan ancaman serius terhadap kesehatan dan jiwa baik ibu maupun anak. (M Hakimi, 1995: 425) Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada triwulan terakhir kehamilan, yaitu usia kehamilan 20 minggu atau lebih. Pada triwulan terakhir kehamilan sebab-sebab utama perdarahan adalah plasenta previa, solusio plasenta dan ruptura uteri. Selain oleh sebab-sebab tersebut juga dapat ditimbulkan oleh luka-luka pada jalan lahir karena trauma, koitus atau varises yang pecah dan oleh kelainan serviks seperti karsinoma, erosi atau polip.

Klasifikasi Perdarahan Antepartum Perdarahan Antepartum dikelompokkan sebagai berikut Perdarahan yang ada hubungannya dengan kehamilan: 1 Plasenta previa 2 Solusi plasenta 3 Perdarahan antepartum yang tidak jelas sumbernya (idiopatik) seperti:Perdarahan pada plasenta letak rendah,rupture sinus marginalis, vasa previa dan Plasenta Sirkumvalata

Perdarahan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan: 1 Pecahnya varises vagina 2 Perdarahan polipus servikalis 3 Perdarahan perlukaan serviks 4 Perdarahan karena keganasan serviks

2.8.1 Plasenta previa a) Pengertian

30 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

Placenta previa adalah placenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (Mansjoer, dkk, 2002).

Placenta previa totalis adalah apabila setiap bagian placenta secara totalis menutupi osteum uteri internum atau seluruh ostium uteri internum tertutup ketika serviks berdilatasi lengkap (Bobak, dkk 2004).

Plasenta previa adalah perdarahan yang terjadi pada implantasi plasenta yang menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum (Manuaba, 2008).

Beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum dan menyebabkan terjadinya perdarahan.

b). Etiologi Apa sebab terjadinya implatasi plasenta didaerah segmen bawah uterus tidak dapat dijelaskan. Namun demikian terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan

peningkatan kekerapan terjadi plasenta previa yaitu : Parista

Makin banyak parista ibu, makin besar kemungkinan mengalami plasenta previa Usia ibu pada saat hamil. Bila usia ibu pada saat hamil 35 tahun atau lebih, makin besar

kemungkinan kehamilan plasenta previa. Umur dan parista

- Pada primigravida umur diatas 35 th lebih sering dari umur dibawah 25 th. 31 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

- Pada parista tinggi lebih sering dari pada parista rendah - Di Indonesia plasenta previa banyak dijumpai pada umur paritas kecil disebabkan banyak wanita Indonesia menikah pada usia muda dimana endometrium belum matang. Adanya tumor-tumor : mioma uteri, polip endometrium. Kadang-kadang pada malnutrisi

c) Klasifikasi Berdasarkan atas terabaya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu,plasenta previa dibagi dalam 4 klasifikasi yaitu : 1) Plasenta previa totalis apabila seluruh pembukaan jalan lahir tertutup oleh jaringan

plasenta 2) Plasenta previa parsialis apabila sebagian pembukaan jalan lahir tertutup oleh jaringan

plasenta 3) Plasenta previa marginalis apabila pinggir plasenta berada terpat pada pinggir

pembukaan jalan lahir. 4) Plasenta letak rendah apabila tepi plasenta melampaui segmen bawah tetapi tepinya tidak

mencapai ostium internum.

d) Patofisiologi Perdarahan anterpatum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada triwulan ketiga kehamilan . Karena pada saat itu segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan berkaitan dengan makin tuanya kehamilan. . Kemungkinan perdarahan anterpatum akibat plasenta previa dapat sejak kehamilan berusia 20 minggu. Pada usia kehamilan ini segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai menipis. Makin tua usia kehamilan segmen bawah uterus makin melebar dan serviks membuka. Dengan demikian plasenta yang berimplitasi di segmen bawah uterus tersebut akan mengalami pergeseran dari tempat implantasi dan akan menimbulkan perdarahan. Darahnya berwarna merah segar, bersumber pada sinus uterus yang atau robekan sinis marginali dari plasenta.

e). Manifestasi klinis Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi pertama kali,

biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu lebih 32 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama sering terjadi pada triwulan ketiga. Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta previa tidak mengeluh adanya rasa

sakit. Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang. Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak jarang terjadi

letak janin (letak lintang atau letak sunsang) Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya perdarahan. Sebagian

besar kasus, janinnya masih hidup.

Gejala utama Perdarahan yang terjadi berwarna segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan

gejala utama.

f) Komplikasi 1. Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena perdarahan plasentitis, dan endometritis pasca persalinan.

2. Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasi seperti Asfiksi berat. ( Mansjoer, 2002)

g) Pemeriksaan Penunjang 1. Ultrasonografi

Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografi sangat tepat dan tidak menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin. 2. Pemeriksaan dalam

Adalah senjata dan cara paling akhir yang paling ampuh dibidang obstetric untuk diagnostic plasenta previa namun harus hati hati karena bahayanya sangat besar. 3. Pemeriksaan darah

Yaitu golongan darah, hemoglobin , hematokrit serta darah lengkap dan kimia darah untuk menunjang persiapan operasi 4. Sinar X

Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian tubuh janin. 5. vaginal

33 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar. 6. 7. Isotop Scanning : atau lokasi penempatan placenta Pemeriksaan inspekula

Hati hati dengan memakai sepekulum dilihat dari mana asal perdarahan apakah dalam uterus atau dari kelainan serviks vagina varices yang pecah dan lain lain. 8. Pemeriksaan radio isotop macam macam pemeriksaan ini antara lain: a) b) c) d) e) f) plasentografi jaringan lunak sitografi plasentografi inderek anterigrafi amnigrafi radio isotopik plasentografi

i) Penatalaksanaan Medis 1. Terapi ekspektatif Tujuan terapi skspektatif adalah supaya janin tidak terlahi premature, pasien dirawat

tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kenalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasive. Pemantauan klinis dilaksanakan secara ketat dan baik. a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti. b. Belum ada tanda-tanda in partu. c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal) d. Janin masih hidup. Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotic profilaksis. Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi placenta, usia

kehamilan,profil biofisik, letak dan persentasi janin. 1. 2. 3. Berikan kotolitik bila ada kontraksi: MgSO4 4 gr IV dosis awal dilanjutkan 4 gr tiap 6 jam Nifedipin 3 x 20 mg/hari Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin 34 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

Uji pematangan paru janin dengan tes kocok (Bubble Test) dari test amniosentesis. Bila setelah usia kehamilan diatas 3 minggu placenta masih berada di sekitar ostinum

uteri internum, maka dugaan placenta previa menjadi jelas sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat. Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien

dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien diluar kota dan jarak untuk mencapai RS lebih dari 2 jam) dengan pesan segera kembali ke RS apa bila terjadi pendarahan ulang.

2.

Terapi aktif (tindakan segera) Wanita hamil diatas 22 minggu dengan pendarahan pervaginam yang aktif dan banyak

harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin. Untuk diagnosis placenta previa dan menentukan cara menyelesaikan persalinan,

setelah semua persyaratan di penuhi, dilakukan PDOM jika: Infuse / tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap Kehamilan 37 minggu (BB 2500 gram) dan in partum Janin telah meninggal atau terdapat anomaly congenital mayor (missal : anensefali) Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati PAP (2/5 atau 3/5

palpasi luar).

Cara menyelesaikan persalinan dengan placenta previa adalah : 1. Seksio Cesaria (SC) Prinsip utama dalam melakukan SC adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga

walaupun janin meninggal atau tak punya harapan hidup tindakan ini tetap dilakukan. Tujuan SC antara lain: Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan

menghentikan perdarahan. Menghindarkan kemungkinan terjadinyarobekan pada servik uteri, jika janin dilahirkan

pervaginam. Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi sehingga servik uteri

dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek. Selain itu, bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi sumber perdarahan karena adanya perbedaan vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus uteri. Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu. 35 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

Lakukan perawatan lanjut pascabedah termasuk pemantauan perdarahan, infeksi, dan

keseimbangan cairan elektrolit. 3. Melahirkan pervaginam Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta, penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: Amniotomi dan akselerasi

Umumnya dilakuka pada plasenta previa lateralis / marginalis dengan pembukaan >3 cm serta presentasi kepala. Dengan memecah ketuban, placenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan di tekan oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah akselerasi dengan infuse oksitoksin. Versi Braxton Hicks

Tujuan melakukan versi Braxton Hicks adalah mengadakan temponade placenta dengan bokong dan kaki janin. Versi Braxton Hicks tidak di lakukan pada janin yang masih hidup. Traksi dengan Cunam Willet

Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian diberi beban secukupnnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk menekan placenta dan sering kali menyebabkan perdarahan pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan perdarahan yang tidak efektif.

j). Asuhan keperawatan Perawatan adalah pelayanan esensial dilakukan oleh perawatan propesional. Bagi individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan dengan tujuan menolong mereka meningkatkan kesehatan semaksimal mungkin sesuai dengan profesinya.

Pelayanan keperawatan yang diberikan pada klien HAP atas indikasi plasenta previa akan berhasil apabila asuhan keperawatan yang diberikan baik dan benar. Berdasarkan hal ini perawat dituntut memiliki pengetahuan tentang penyakit klien dan tindakan apa saja yang harus dilakukan, selain itu perawat harus berfikir dan bekerja secara dinamis. Proses kererawatan digunakan oleh perawat untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien, secara tuntas yang didasari prinsip-prinsip ilmiah sertamempertimbangkan klien sebagai makluk yang utuh (bio, psiko, social, dan spiritual) dan bersifat unik. Penerapan proses keperawatan klien ni adalah empat tahap yaitu pengkajian, intervestasi dan evaluasi. 1. Pengkajian

36 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

Pengkajian adalah pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan data perkelompok dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan untuk perawatan klien. Tujuan utama pengkajian adalah untuk memberi gambaran secara terus menerus mengenai keadaan kesehatan yang memungkinkan perawat merencanakan asal keperawatan pada klien HAP. Langkah pertama dalam pengkajian terhadap klien HAP adalah mengumpulkan data. Adapun data-data yang dikumpulkan yaitu : a. Identitas umum b. Riwayat kesehatan 1. Riwayat kesehatan dahulu

- Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat diperlukan uterus seperti seksio sasaria curettage yang berulang-ulang. - Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi DM, Hemofilia serta mengalami penyakit menular seperti hepatitis. - Kemungkinan pernah mengalami abortus 2. Riwayat kesehatan sekarang Biasanya terjadi perdarahan tanpa alasan

- Perdarahan tanpa rasa nyeri - Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau sejak kehamilan 20 minggu. 3. Riwakat kesehatan keluarga

- Kemungkinan keluarga pernah mengalami kesulitan kehamilan lainnya. - Kemungkinan ada keluarga yang menderita seperti ini - Kemungkinan keluarga pernah mengalami kehamilan ganda. - Kemungkinan keluarga menderita penyakit hipertensi DM, Hemofilia dan penyakit menular. 4. Riwayar Obstetri

Riwayat Haid/Menstruasi - Minarche - Siklus - Lamanya - Baunya : 28 hari : 7 hari : amis : 12 th

- Keluhan pada haid : tidak ada keluhan nyeri haid 5. Riwayat kehamilan dan persalinan

- Multigravida - Kemungkinan abortus 37 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

- Kemungkinan pernah melakukan curettage 6. Riwayat nipas

- Lochea Rubra Bagaimana baunya, amis - Banyaknya 2 kali ganti duk besar - Tentang laktasi Colostrum ada c. Pemeriksaan tanda-tanda vital

- Suhu tubuh, suhu akan meningkat jika terjadi infeksi - Tekanan darah, akan menurun jika ditemui adanya tanda syok - Pernapasan, nafas jika kebutuhan akan oksigen terpenuhi - Nadi, nadi melemah jika ditemui tanda-tanda shok d. Pemeriksaan fisik

- Kepala, seperti warna, keadaan dan kebersihan - Muka, biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka kelihatan pucat. - Mata biasanya konjugtiva anemis - Thorak, biasanya bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan thoracoabdominal - Abdomen Inspeksi : terdapat strie gravidarum Palpasi : Leopoid I : Janin sering belum cukup bulan,jadi fundus uteri masih rendah Leopoid II : Sering dijumpai kesalahan letak Leopoid III : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya kepala masih goyang atau terapung(floating) atau mengolak diatas pintu atas panggul. Leopoid IV : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul Perkusi : Reflek lutut +/+ Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat lambat. Normal 120.160

- Genetalia biasanya pada vagina keluar dasar berwarna merah muda - Ekstremitas. Kemungkinan udema atau varies. Kemungkinan akral dingin. e. Pemeriksaan penunjang

- Data laboraturium, memungkinkan Hb rendah. Hb yang normal (12-14gr%) leokosit meningkat (Normal 6000-1000 mm3). Trombosit menurun (normal 250ribu 500 ribu). f. Data sosial ekonomi 38 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

Plaesnta previa dapat terjadi pada semua tingkat ekonomi namun pada umumnya terjadi pada golongan menengah kebawah , hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya.

2. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan ditandai dengan conjungtiva

anemis, acral dingin, Hb turun, muka pucat & lemas. 2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus di tandai terjadi

distress / pengerasan uterus , nyeri tekan uterus. 3. 4. 5. Gangguan psikologi ( cemas ) berhubungan dengan keadaan yang dialami . Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri perut Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi darah ke plasenta

berkurang. 6. 7. 8. Resti defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan. Resiko tinggi infeksi berhubngan dengan sisa plasenta yang tertinggal di uterus. Resti gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia

3. 1.

Intervensi Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan ditandai dengan conjunctiva

anemis, acrar dingin, Hb turun, muka pucat, lemas. Tujuan : suplai / kebutuhan darah kejaringan terpenuhi Kriteria hasil a. Conjunctiva tidak anemis, acral hangat, Hb normal muka tidak pucat, tida lemas. Bina hubungan saling percaya dengan pasien

Rasional : pasien percaya tindakan yang dilakukan b. Jelaskan penyebab terjadi perdarahan

Rasional : pasien paham tentang kondisi yang dialami c. Monitor tanda-tanda vital

Rasional : tensi, nadiyang rendah, RR dan suhu tubuh yang tinggi menunjukkangangguan sirkulasi darah. d. Kaji tingkat perdarahan setiap 15 30 menit

Rasional : mengantisipasi terjadinya syok e. Catat intake dan output

Rasional : produsi urin yang kurang dari 30 ml/jam menunjukkan penurunan fungsi ginjal. 39 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

f.

Kolaborasi pemberian cairan infus isotonik

Rasional : cairan infus isotonik dapat mengganti volume darah yang hilang akiba perdarahan. Rasional : tranfusi darah mengganti komponen darah yang hilang akibat perdarahan.

2.

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus di tandai terjadi

distress / pengerasan uterus , nyeri tekan uterus. Tujuan : klien dapat beradaptasi dengan nyeri Kriteria hasil : a. Klien dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri. Klien kooperatif dengan tindakan yang dilakukan. Jelaskan penyebab nyeri pada klien

Rasional : dengan mengetahui penyebab nyeri, klien kooperatif terhadap tindakan b. Kaji tingkat nyeri

Rasional : menentukan tindakan keperawatan selanjutnya. c. Bantu dan ajarkan distraksi relaksasi

Rasional : dapat mengalihkan perhatian klien pada nyeri yang dirasakan. d. Memberikan posisi yang nyaman (miring kekiri / kanan)

Rasional : posisi miring mencegah penekanan pada vena cava. e. Berikan masage pada perut dan penekanan pada punggung

Rasional : memberi dukungan mental. f. Libatkan suami dan keluarga

Rasional : memberi dukungan mental g. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik

Rasional : pemberian analgesik dapat membantu gurangi nyeri yang dirasakan

3.

Gangguan psikologi ( cemas ) berhubungan dengan keadaan yang dialami .

Tujuan : klien tidak cemas dan dapat mengerti tentang keadaannya. Kriteria hasil : a. penderita tidak cemas, penderita tenang, klie tidak gelisah. Anjurkan klilen untuk mengemukakan hal-hal yang dicemaskan.

Rasional : dengan mengungkapkan perasaannyaaka mengurangi beban pikiran. b. Ajak klien mendengarkan denyut jantung janin

Rasional : mengurangi kecemasan klien tentag kondisi janin. 40 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

c.

Beri penjelasan tentang kondisi janin

Rasional : mengurangi kecemasan tentang kondisi / keadaan janin. d. Beri informasi tentang kondisi klien

Rasional : mengembalikan kepercayaan dan klien. e. Anjurkan untuk manghadirkan orang-orang terdekat Anjurkan klien untuk berdoa kepada tuhan

Rasional : dapat memberi rasa aman dan nyaman bagi klien f.

Rasional : dapat meningkatkan keyakinan kepada Tuhan tentang kondisi yang dilami. g. Menjelaskan tujuan dan tindakan yang akan diberikan

Rasional : penderita kooperatif

4.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri perut : Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri

Tujuan

Kriteria Hasil : a. Kebutuhan personal hygiene terpenuhi Klien nampak rapi dan bersih. Pertahankan pelaksanaan aktivitas rekreasi terapeutik (radio, koran, kunjungan

teman/keluarga) sesuai keadaan klien. Rasional : Memfokuskan perhatian, meningkatakan rasa kontrol diri/harga diri, membantu menurunkan isolasi sosial. b. Bantu latihan rentang gerak pasif aktif pada ekstremitas yang sakit maupun yang sehat

sesuai keadaan klien. Rasional : Meningkatkan sirkulasi darah muskuloskeletal, mempertahankan tonus otot, mempertahakan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi dan mencegah reabsorbsi kalsium karena imobilisasi. c. Bantu dan dorong perawatan diri (kebersihan/eliminasi) sesuai keadaan klien.

Rasional : Meningkatkan kemandirian klien dalam perawatan diri sesuai kondisi keterbatasan klien. d. Ubah posisi secara periodik sesuai keadaan klien.

Rasional : Menurunkan insiden komplikasi kulit dan pernapasan (dekubitus, atelektasis, penumonia) e. Dorong/pertahankan asupan cairan 2000-3000 ml/hari.

Rasional : Mempertahankan hidrasi adekuat, men-cegah komplikasi urinarius dan konstipasi. f. Kolaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi. 41 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

Rasional : Kerjasama dengan fisioterapis perlu untuk menyusun program aktivitas fisik secara individual. g. Evaluasi kemampuan mobilisasi klien dan program imobilisasi.

Rasional : Menilai perkembangan masalah klien.

5.

Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi darah ke plasenta

berkurang. Tujuan : tidak terjadi fetal distress Kriteria hasil : a. DJJ normal / terdengar, bisa berkoordinasi, adanya pergerakan bayi, bayi lahir selamat. Jelaskan resiko terjadinya dister janin / kematian janin pada ibu

Rasional : kooperatif pada tindakan b. Hindari tidur terlentang dan anjurkan tidur ke posisi kiri

Rasional tekanan uterus pada vena cava aliran darah kejantung menurun sehingga terjadi perfusi jaringan. c. Observasi tekanan darah dan nadi klien

Rasional : penurunan dan peningkatan denyut nadi terjadi pad sindroma vena cava sehingga klien harus di monitor secara teliti. d. Oservasi perubahan frekuensi dan pola DJ janin

Rasional: penurunan frekuensi plasenta mengurangi kadar oksigen dalam janin sehingga menyebabkan perubahan frekuensi jantung janin. e. Berikan O2 10 12 liter dengan masker jika terjadi tanda-tanda fetal distress

Rasional: meningkat oksigen pada janin

6.

Resti defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.

Tujuan : Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas. Kriteria Hasil : a. TTV dalam keadaan normal Perdarahan berkurang sampai dengan berhenti\ Kulit tidak pucat Kaji kondisi status hemodinamika

Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi 42 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

b.

Ukur pengeluaran harian

Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal c. Catat haluaran dan pemasukan

Rasional: Mengetahuai penurunanan sirkulasi terhadap destruksi sel darah merah. d. Observasi Nadi dan Tensi Rasional : Mengetahui tanda hipovolume (perdarahan). e. Berikan diet halus Rasional : Memudahkan penyerapan diet f. Nilai hasil lab. HB/HT Rasional : Menghindari perdarahan spontan karena proliferasi sel darah merah. g. Berikan sejumlah cairan IV sesuai indikasi Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif

7.

Resiko tinggi infeksi berhubngan dengan sisa plasenta yang tertinggal di uterus :Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan

Tujuan

Kriteria Hasil : a. Tidak ada tanda-tanda infeksi Luka membaik Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau

Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi b. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan

Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar c. Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart

Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart d. Lakukan perawatan vulva

Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi. e. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda infeksi

Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi f. Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama selama masa

perdarahan 43 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat g. Berikan obat sesuai terapi.

Rasional : Antibiotika profilaktik atau pengobatan

8.

Resti gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria : a. Nafsu makan baik BB ideal sesuai dengan umur dan kondisi tubuh Hasil pemeriksaan laborat protein dalam batas normal (3-5 mg/dalam) Berikan HE. Rasional : klien mengerti akan pentingnya nutrisi untuk mempercepat kesembuhan b. Berikan diit sesuai dengan indikasi. Rasional : Diit yang tepat dapat membantu proses penyembuhan c. Hidangkan makanan selagi hangat. Rasional : Makanan yang hangat dapat meningkatkan nafsu makan dan dapat mencegah muntah d. Disajikan semenarik mungkin

Rasional : Makanan yang menarik dapat menambah selera makan. e. Anjurkan makan sedikit tapi sering. Rasional : Asupan makanan( nutrisi) terpenuhi. f. Laksanakan kolaborasi dengan tim medis lainnya. Rasional : Membantu mengatasi atau mengurangi rasa mual.

4. Implementasi Implementasi merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.

5.

Evaluasi

44 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara

berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan rencana kegiatan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan perawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Evaluasi dapat berupa : masalah teratasi dan masalah teratasi sebagian.

45 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

ASKEP PLASENTA PREVIA \ PERIODE ANTENATAL

Tempat : Ruang Flamboyan RSMS I. IDENTITAS A. PASIEN 1. Nama : Ny U 2. Tempat/tgl lahir/umur : Bumiayu/ 24 Januari 1968/ 41 tahun 3. Agama : Islam 4. Status perkawinan : Menikah 5. Pendidikan terakhir : SMA 6. Pekerjaan : Ibu rumah tangga 7. Alamat : Pruwatan RT 7/ RW 3 Bumiayu 8. Suku Bangsa : Jawa 9. Diagnosa Medis : Perdarahan antepartum, plasenta previa totalis. 10. Nomor RM/CM : 772552 11. Tanggal Masuk RS : 1 Juni 2009 B. PENANGGUNG JAWAB 1. Nama : Tn S 2. Umur : 41 tahun 3. Pendidikan terakhir : SMA 4. Pekerjaan : Swasta 5. Alamat : Pruwatan RT 7/ RW 3 Bumiayu 6. Hubungan dengan pasien : Suami II. RIWAYAT KESEHATAN 1. Keluhan utama: Perdarahan saat kehamilan 2. Riwayat kesehatan sekarang: Klien datang/kiriman dari Rumah Bersalin (RB) Alam Medica pada tanggal 1 Juni 2009, G3P2A0 dengan plasena previa totalis. Kenceng-kenceng tiak ada, rembesan air tidak ada, perdarahan pervaginam bergumpal sejak tanggal 1 Juni 2009 jam 01.30 . 3. Riwayat kesehatan dahulu 46 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

Klien tidak memiliki riwayat penyakit yang menyertai kehamilan, seperti penyakit jantung, paru, hipertensi, DM. 4. Riwayat obstetrik yang lalu: G3 P2 A0 No Masalah kehamilan 1. Tidak ada VE Tipe persalinan Keadaan bayi Masalah pada masa nifas Bayi lahir aterm, Tidak jenis kelamin laki- masalah laki, BBL 4 kg, selama lahir langsung nifas. masa ada

menangis. 2. Tidak ada VE Bayi lahir aterm, Tidak jenis kelamin masalah ada

perempuan, BBL selama masa 3,1 kg, lahir nifas.

langsung menangis. 3. Hamil sekarang ini Belum mengalami perdarahan pervaginam, placenta totalis. previa mengalami persalinan. -

5. Riwayat kehamilan saat ini: HPHT : 30-10-2008 HPL : 6-8-2009 TB : 155 cm BB sebelum hamil : 56 kg Penambahan BB selama hamil : 8 kg Lila : 25 cm

47 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

Usia gestasi 30 minggu

Keluhan

TFU

Letak janin/presentasi

DJJ

Data lain

Perdarahan pervaginam antepartum dengan pasenta previa.

28 cm

Presentasi kepala.

+ (12,11,12)

Punggung janin bagian kanan (PUKA), kepala belum masuk PAP. di

6. Riwayat kesehatan keluarga Keluarga klien tidak memiliki riwayat penyakit yang menurun, seperti penyakit jantung, paru, hipertensi, dan DM. Dalam keluarga, tidak ada anggota keluarga lain yang pernah mengalami penyakit yang serupa dengan yang diderita oleh klien. 7. Pola kesehatan fungsional (menurut Gordon, Handerson/modifikasi) a. Pola nutrisi Sebelum masuk RS, klien dalam sehari makan 3x sehari dengan menghabiskan 1 porsi makan. Saat hamil ini terkadang klien merasa mual, sehingga klien kadang makan tidak teratur yaitu 2x dalam sehari. Setalah klien masuk RS pola nutrisi klien tidak banyak mengalami perubahan, yaitu klien tetap makan 3x sehari dengan menghabiskan 1 porsi makan yang diberikan dari RS. b. Pola eliminasi Sebelum masuk RS pola eliminasi klien dalam hal BAB tidak ada masalah yaitu dalam sehari klien BAB 1x sehari. Sedangkan elama hamil untuk BAK, klien mengalami peningkatan frekuensi BAK, yaitu klien lebih sering BAK tetapi dalam BAK tidak ada keluhan yang dapat mengganggu klien BAK. Setelah masuk RS pola eliminasi (BAB dan BAK) klien tidak ada masalah yang dapat mengganggu dalam proses BAB dan BAK klien. c. Pola aktivitas, istirahat dan tidur Saat dirumah, sebelum klien mengalami perdarahan dan masuk RS, aktivitas klien sebagai ibu rumah tangga. Kegiatan hariannya hanya membersihkan rumah dan mengurus suami saja. Namun setelah hamil aktivitas yang berat-berat saat dirumah sudah dikurangi oleh klien.

48 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

Dalam kesehariaanya klien tidur jam 21.00 malam dan bangun jam 04.00. terkadang klien tidur siang dan terkadang tidak. Tidur siang biasanya lamanya 2 jam. d. Pola kebersihan diri Sebelum sakit klien bisa melakukan ADL secara mandiri, namun setelah sakit dan dirawat di RS dalam memenuhi ADLnya klien memerlukan banuan minimal. Dalam hal kebersihandiri, klien bisa melakukan kebersihan diri secara mandiri. e. Pola reproduksi seksual: Menstruasi pertama 12 tahun, lama siklus 7-8 hari, keputihan terkadang ada,

dismenore ada dan biasanya terjadi pada hari pertama dan kedua haid, permasalahan dalam hubungan seksual tidak ada masalah, operasi pada alat reproduksitidak pernah. f. Aspek mental, intelektual, sosial, spiritual: Konsep diri: Identitas diri: Klien adalah seorang wanita dengan umur 41 th, pernah hamil 3x, melahirkan 2x, abortus belum pernah. Pertama haid, klien berumur 12 tahun. Kondisi genetalia klien normal tidak ada masalah. Harga diri: Dalam kesehariannya klien sering berkumpul dengan tetangganya dirumah, klien juga aktif mengikuti kegiatan yang diadakan dikampungnya yaitu seperti arisan PKK, pengajian ibuibu, kerja bakti dll. Dalam berhubungan dengan orang lain klien tidak pernah merasa minder atau malu. Intelektual (pengetahuan tentang penyakit yang diderita dan kesehatan secara umum): Menurut klien kesehatan itu merupakan hal yang sangat penting, sehingga selama hamil klien selalu rutin memeriksakan kehamilannya di bidan praktek yang ada di kampungnya. Namun saat klien mengalami perdarahan saat hamil ini klien belum mengetahui secara jelasmengenai sakit yang dideritanya dan klien belum paham mengenai penyebab sakit yang dialaminya sekarang. Hubungan interpersonal/sosial: hubungan perkawinan, keluarga dan masyarakat: Dalam beruhungan dengan anggota keluarga yang lain, hungungan dengan masyarakat klien tidak ada masalah. Mekanisme koping individu: Dalam mengatasi masalah yang sedang dihadapi sekarang klien berusaha untuk sabar dan tegar menghadapi sakitnya ini, walaupun klien terkadang merasa cemas dengan kondisi janin yang ada dalam rahimnya bila sering terjadi perdarahan. 49 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

III. PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan umum: tingkat kesadaran CM status gizi tidak ada masalah, gizi tercukupi. 2. TTV: suhu 37,1 0C, nadi 84 x/mnt, tekanan darah 100/70 mmHg, respirasi 20 x/mnt. 3. Pemeriksaan head to to: a. Kepala: kesan wajah (chloasma gravidarum) ada dibagian pipi, kondisi rambut: rambut klien pendek berwarna hitam, kebersihan rambut agak kotor karena selama masuk RS klien belum pernah keramas. b. Mata: kebersihan bersih, discharge tidak ada, refleks terhadap cahayanormal,

konjuctiva normal yaitu tidak pucat, sclera normal yaitu warna sklera putih tidak ada kemerahan. c. Hidung: simetris, bersih, discharge tidak ada. d. Telinga: bentuk normal, kebersihan bersih dan discharge tidak ada, fungsi

pendengaran normal. e. Mulut dan tenggorokan: kemampuan bicara tidak terdapat masalah, klien dapat bicara secara normal, kebersihan bersih, tidak ada sianosis, adakah deviasi tidak ada. f. Leher: peningkatan JVP tidak ada, tiroid: pembesaran kelenjar tiroid tidak ada. g. Tengkuk: kaku kuduk tidak ada. h. Dada: inspeksi bentuk dada simetris, retraksi dinding dada tidak ada,gerakan nafas tidak ada usaha napas tambahan, palpasi suara napasvesikuler, suara ronkhi dan wezing tidak ada, nyeri tekan tidak ada, perkusi bunyi paru dan batas jantung dan paru perkusi paru sonor, batas antara jantung dan paru jelas, auskultasi suara paru vesikuler, bunyi jantung (I, II, III) S1 > S2, irama jantung reguler, murmur tidak ada, gallop tidak ada. i. Payudara: bentuk simetris, ukurannya mulai membesar, kebersihan bersih, aerola terjadi peningkatan pigmentasi, ASI belum keluar, kolostrumbelum keluar, konsistnsi/massa tidak ada, putting: menonjol. j. Abdomen: dinding perut supel, tidak ada pembesaran hati dan limpa, peristaltik usus normal yaitu 12 x/mnt. k. Punggung: vertebrae, ginjal dalam batas normal. l. Panggul: normal m. Genetalia wanita: edema vulva ada, varises ada, keputihan tidak ada, kebersihan bersih, condiloma tidak ada, pembesaran kelenjar Bartolini tidak ada. n. Anus dan rectum: pembesaran vena tidak ada, haemoroid tidak ada, massatidak ada.

50 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

o. Ekstremitas atas dan bawah: kelengkapan anggota gerak lengkap edemabagian kedua kaki, tonus otot normal, varises ada, refleks: refleks patologis positif dan refleks patologis negatif, turgor kulit baik (<> 4. Pemeriksaan khusus obstetrik: Dilakukan pemeriksaan USG abdomen dengan hasil: a. Tampak janin tunggal hidup intrauteri b. Tampak plasenta previa menutupi orifisium uteri interna dengan disertai gambaran hipoekoik diantaranya. IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan urin lengkap (protein, reduksi, urobilin, bilirubin) Pemeriksaan urin lengkap tidak dilakukan. 2. Pemeriksaan darah lengkap (Hb, golongan darah,VDRL- papsmear bila ada indikasi) a. Pemeriksaan darah lengkap 1) Hb = 9,1 gr/dL (L = 14-18, P = 13-16 gr/dL) 2) Leukosit = 8.000 / L (5.000-10.000 / L) 3) Ht = 28 % (L = 40-48, P = 37-43 %) 4) Eritrosit = 3,61 jt/ L (L = 4,5 5,5 jt/ L, P = 4-5 jt/ L) 5) Trombosit = 179.000 / L (150.000-400.000 / L) 6) MCV = 77,8 fl (80-97 fl) 7) MCH = 25,2 pgr (26-32 pgr) 8) MCHC = 32,4 % (31-36 %) b. Pemeriksaan hitung jenis 1) Basofil = 0 % (0-1 %) 2) Eosinofil = 1 % (1-4 %) 3) Batang = 0 % (2-5 %) 4) Segmen = 73 % (40-70 %) 5) Limfosit = 21 % (19-48 %) 6) Monosit = 5 % (3-9 %) c. Faal hemostasis 1) PT = 13,8 dtk (10,8-14,4 dtk) 2) APTT = 29,7 dtk (24-36 dtk) V. TERAPI 1. Vicillin 1x1 gr 2. Konservatif s/d aterm 51 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

3. Histolan tab 3x1 4. Dexametason 2x6 mg (2 hari) 5. Diit biasa VI. PERSIAPAN PERSALINAN Senam hamil: Tidak dilakukan. Rencana tempat melahirkan: Klien berencana melahirkan di RS. Perlengkapan kebutuhan bayi: Sudah dipersiapkan tetapi baru sedikit. Kesiapan mental ibu dan keluarga: Ibu dan keluarga sudah siap mental untuk melahirkan karena ini sebelumnya klien sudah pernah melahirkan 2x. Pengetahuan ibu tentang tanda-tanda melahirkan, cara menangani nyeri, proses persalinan: Ibu sudah mengetahui tanda-tanda saat akan melahirkan yaitu terjadi kontraksi di bagian perut bawah, kontraksi makin lama makin kenceng. Keluar cairan ketuban saat akan melahirkan. Menurut klien saat persalinan biasanya klien dibimbing oleh perawat RS atau bidan tempat klien melahirkan untuk melakukan mengejan dan pengaturan napas pada saat melahirkan. Tetapi klien belum mengetahui cara menangani nyeri pada saat persalinan. Klien hanya mengetahui untuk mengurangi nyeeri saat persalinan yaitu klien diberikan obat. Perawatan payudara: selama kehamilan anak pertama dan ke dua, klien telah diajari cara melakukan perawatan payudara agar ASI yang diberikan untuk bayi bisa keluar. Dll

52 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

ANALISA DATA Nama klien : Ny U Ruang : Flamboyan Tgl/jam 2 Juni 09 Jam 12.00 DS: Klien Data Masalah Gangguan Etiologi Hipovolemia

mengatakan perfusi jaringan karena kehilangan

mengalami perdarahan sejak (plasental) tidak darah tanggal 1 Juni 2009 mulai efektif. jam 01.30 WIB. Klien usia saat mengatakan kehamilannya ini baru 30 (perdarahan).

minggu. Menurut perdarahan yang bentuknya bergumpal. Klien mengatakan klien, pertama keluar

saat ini perdarahan yang keluar sudah

agak berkurang dari pada kemarin. DO: Hasil diperoleh plasenta menutupi USG gambaran previa orifisium

uteri interna dengan disertai hipoekoik diantaranya. Hb 9,1 gr/dL gambaran

53 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

Ht 28 % Eritrosit 3,61 jt/ L Konjungtiva pucat Suhu 37,1 0C, nadi 84 x/mnt, TD 100/70 mmHg, X/mnt. 2 Juni 09 Jam 12.00 DS: Klien mengatakan Cemas Perubahan menyertai kehamilan. yang RR 20 klien

terkadang merasa cemas dengan kondisi janin yang ada dalam rahimnya bila sering terjadi perdarahan. Klien mengatakan takut kalu mengalami keguguran. DO: Klien gelisah dan lebih sering diam. Klien melamun. lebih sering

2 Juni DS: 09 Jam 12.00

Kurang

Keterbatasan informasi mengenai plasenta previa.

Klien mengatakan kurang pengetahuan mengetahui tentang kelainan kehamilan yang dialaminya. Klien mengatakan lebih kelainan ingin banyak dalam

mengetahui mengenai

kehamilannya saat ini. DO: Klien bingung ketika di tanya mengenai penyebab kelainan dalam

54 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

kehamilannya saat ini.

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan perfusi jaringan (plasental) tidak efektif b.d. hipovolemia karena kehilangan darah (perdarahan). 2. Kurang pengetahuan b.d. keterbatasan informasi mengenai plasenta previa. 3. Cemas b.d. perubahan yang menyertai kehamilan.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Nama Klien : Ny U Ruang : Flamboyan Tgl/Jam Diagnosis Keperawatan 2 Juni 09 Jam 12.00 Gangguan perfusi jaringan (plasental) tidak efektif hipovolemia karena kehilangan darah (perdarahan). b.d. Setelah tindakan selama Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan dilakukan Kaji keperawatan terjadinya 3x24 jam perdarahan(abrasi plasenta merokok, penyebab Paraf & Nama

diharapkan pasien dapat plasenta, menunjukkan yang adekuat, perfusi previa,

dengan penggunaan kokain, PIH (pregnance

kriteria hasil: Tanda-tanda vital stabil Membrane

induced hiertention).

mukosa Kaji secara akurat kemunginan harapan janin, kaji kapan

berwarna merah muda

Pengisian kapiler normal hidup (<> Haluaran urin adekuat. Pernapasan adekuat juga

menstruasi terakhir ibu, prioritaskan yang dari atau

pelaporan didapat Ultrasound

riwayat obstetrik. Inspeksi perineum, keadaan hitung

55 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

jumlah karkateristik perdarahan. Monitor TTV

dan

Lakukan persiapan prosedur emergency antepartum , partum, seperti oksigen, terapi terapi

parenteral IV dan mungkin parallel. Catat masukan dan pengeluaran makanan minuman. Elevasikan ekstremitas bawah dan infuse

untuk meningkatkan perfusi ke organ

vital dan fetus. 2 Juni 09 Jam 12.00 Kurang Setelah dilakukan tindakan Pembelajaran : dala

pengetahuan b.d. keperawatan selama 3X24 kelainan keterbatasan informasi mengenai plasenta previa. jam, klien dan keluarga kehamilan mampu pengetahuan memperoleh Kaji mengenai pengetahuan

tingkat klien plasenta

kelainan dalam kehamilan tentang yang ditandai dengan: Mengenal previa.

kelinan Jelaskan tanda dan plasenta

kehamilan yang sedang gejala dialami klien. Mengetahui penyebab atau previa.

faktor Identifikasi faktor kemungkinan

56 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

pencetus Mengetahui tanda gejala Mengetahuikomplikasi dari plesenta previa Mengetahui cara mencegah komplikasi Menjelaskan penatalaksanaan previa.

penyebab dan previa.

plasenta

Berikan informasi tentang klien. Berikan informasi tentang pemeriksaan plasenta diagnostik. Diskusikan tentang pilihan terapi. Instruksikan klien untuk tanda melaporkan dan gejala hasil kondisi

kepada petugas. Jelaskan mencegah komplikasi. Jelaskan penatalaksaan plsaenta previa. 2 Juni 09 Jam 12.00 Cemas b.d. Setelah dilakukan tindakan Membantu klien cara cara

perubahan yang keperawatan selam 3x24 mengidentifikasi menyertai kehamilan. jam dapat: diharapkan klien penyebab cemas

yang dialaminya. klien

Tidak terjadi trauma fisik Mengajari selama perawatan. Mempertahankan cara

melakukan

teknik relaksasi dapat

tindakan yang mengontrol Klien cemas. Mengidentifikasi tindakan diberikan yang ketika menyebutkan penyebab harus yang

cemas di

sedang

terjadi alaminya.

57 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

cemas.

Memberikan kepada mengenai penyakit sedang

Memonitor faktor risiko penjelasan dari lingkungan. klien kondisi yang dialaminya.

CATATAN KEPERAWATAN Nama Klien : Ny U Ruang : Flamboyan No Dx Tgl/Jam Implementasi Respon Paraf Nama 1 2 Juni 2009 . Jam 14.00 Jam 16.00 Jam 17.30 Jam 20.30 3 Juni 2009 Jam 08.00 Jam 10.30 Mengkaji perdarahan penyebab Perdarahan karena plasenta previa. &

Memonitor TTV (nadi, N = 84 x/mnt, S = suhu, TD, RR). Memonitor KU klien. 360C, TD = 100/60, RR = 21 x/mnt. mengeluh lemes dan KU

Mengobservasi membran Klien mukosa klien. Memonitor mengobservasi perdarahan. Mengobservasi (konjungtiva) agak

mengantuk. dan cukup, CM. Konjungtiva

kesadaran

klien

jumlah masih agak pucat. Perdarahan masih keluar, dari tadi

dan bentuk perdarahan. Mengecek suhu klien.

Mengganti plabot infus pagi dengan tranfusi set. Mengobservasi pengeluaran urin. sekarang

sampai sudah

ganti pembalut 2x. Jumlah perdarahan 2x ganti penuh

Mengecek kapiler revil dalam pada jari tangan. Mengobservasi

pembalut

DJJ semua. Perdarahan

58 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

janin. Memposisikan yang nyaman.

bentuknya klien gumpalan dan cair. Suhu klien

Memonitor TTV ( suhu, 36,60C. nadi, TD). Memonitor Darah masuk

masukan melalui tranfusi set sebanyak 500cc. Dalam sehari klien BAK 4x,

cairan dan makanan. Observasi Ku klien.

Mengganti transfusi set sudah dengan RL. Mengobservasi perdaraha n. Mengobservasi KU klien.

jumlah setengah gelas belimbing. Kapiler revil baik (<>

Mengecek TTV (suhu, DJJ + nadi,TD). Mengobservasi memeriksa konjungtiva klien. Memonitor jumlah, perdarahan. Mengobservasi kondisi janin. Mengobservasi kapiler revil. Melepas/ aff infus. Memberikan discharge planning sebelum Tidur/istirahat dan dengan posisi

warna fowler/semi fowler. S = 36,90C, N =

perdarahan, 96 x/mnt, TD = bentuk 100/70 mmHg. Cairan infus + RL 500 masuk setengahnya, tranfusi set (PRC) 500 cc, makanan dari RS habis, cc sudah

klien minum sudah 5 gelas belimbing. klien KU klien cukup,

pulang meliputi: - Menganjurkan

untuk tetap mengkonsumsi kesadaran CM. makanan seimbang. dengan gizi Infus RL masuk. Perdarahan masih

59 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

- Menganjurkan untuk aktifitas/lebih istirahat. - Menganjurkan untuk kontrol rutin. - Menganjurkan untuk tidak

klien ada, jumlah mulai

mengurangi berkurang dari jam banyak 14.00 siang sampai sekarang klien ganti lagi. klien Ku klien cukup, belum pembalut

melakukan kesadaran CM. selama S = 360C, N = 84 x/mnt, TD =

hubungan

sex

kehamilan ini.

110/70 mmHg. Konjungtiva klien sudah tidak pucat. Perdarahan keluar yang hanya di tidak

bercak-bercak, pembalut

penuh, dan ganti pembalut baru 1x setelah mandi pagi tadi. DJJ + Kapiler revil baik (<> Klien pulang. Klien mau persiapan

menyimak discharge planning diberikan. 2 2 Juni 2009 . Jam 14.00 Memberikan informasi Klien mau dan yang

mengenai plasenta previa mendengarkan kepada klien.

menyimak informasi

60 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

3 Juni 2009 Jam 10.30

Menjelaskan tanda dan

penyebab, yang diberikan. gejala, USG, hasil Sekarang cara mengetahui kelainan klien

pemeriksaan

mencegah komplikasi dari mengenai plecenta previa.

dalam kehamilannya

Menganjurkan klien untuk saat ini dan kondisi tidak melakukan hubungan kehamilannya. sex selama kehamilan ini. Klien mau saran

Menganjurkan klien untuk mengikuti lebih banyak istirahat/tidak yang diberikan. banyak aktivitas. Mengevaluasi

melakukan Klien lebih banyak tiduran saat

dan diberikan informasi.

mengobservasi pengetahuan Klien merasa klien mengenai cara senang karena telah penjelasan masalah

mencegah perdarahan yang diberi berulang previa. Memberikan discharge planning sebelum pada plasenta mengenai

kehamilannya. Klien bisa dengan cara

klien menjawab benar

pulang meliputi:

- Menganjurkan klien untuk mencegah tetap makanan seimbang. mengkonsumsi perdarahan berulang dengan gizi pada pervia. mau plasenta

- Menganjurkan klien untuk Klien mengurangi

aktifitas/lebih menyimak discharge planning yang

banyak istirahat.

- Menganjurkan klien untuk diberikan dan mau kontrol rutin. mengikuti saran

- Menganjurkan klien untuk yang diberikan. tidak melakukan hubungan sex selama kehamilan ini.

61 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

3 2 Juni 2009 . Jam 16.00 Jam 17.30 3 Juni 2009 Jam 08.30 Jam 10.30

Mengidentifikasi penyebab Klien cemas yang dialami klien. Mengajari relaksasi klien dengan khawatir

mengatakan dengan

teknik kondisi cara kehamilannya ini. saat

distraksi dan napas dalam. Mengobservasi klien. Mengobservasi perasaan

perasaan Klien mau diajari cara cemas mengontrol dengan

klien mengenai kecemasan distraksi dan napas yang dialaminya. Mengobservasi teknik dalam. Klien mengatakan mulai rasa

relaksasi yang digunakan sudah klien untuk mengatasi berkurang cemasnya.

kecemasan. Memberikan discharge planning sebelum

Klien merasa sudah

klien tidak cemas. Klien

pulang meliputi:

- Menganjurkan klien untuk menggunakan napas tetap makanan seimbang. mengkonsumsi dalam dengan gizi mengatasi kecemasan. mau untuk

- Menganjurkan klien untuk Klien mengurangi

aktifitas/lebih menyimak discharge planning yang

banyak istirahat.

- Menganjurkan klien untuk diberikan dan mau kontrol rutin. mengikuti saran

- Menganjurkan klien untuk yang diberikan. tidak melakukan hubungan sex selama kehamilan ini. - Menganjurkan klien untuk tetap menggunakan teknik relaksasi yang telah

diajarkan untuk mengurangi

62 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

perasaan cemas. CATATAN PERKEMBANGAN Nama Klien : Ny U Ruang : Flamboyan Tgl/Jam No Dx 2 Juni 2009 Jam 21.00 3 Juni 2009 Jam 14.00 1. 1. S: Klien mengeluh agak lemes dan mengantuk. Klien mengatakan perdarahan masih keluar, dari tadi pagi sampai sekarang sudah ganti pembalut 2x. Klien mengatakan perdarahan masih ada, jumlahnya mulai berkurang dari jam 14.00 siang sampai sekarang belum ganti pembalut lagi. O: S = 36,90C, N = 96 x/mnt, TD = 100/70 mmHg. Cairan infus + RL 500 cc sudah masuk setengahnya, tranfusi set Status masalah klien perkembangan Paraf Nama &

(PRC) 500 cc, makanan dari RS habis, minum sudah 5 gelas belimbing. KU cukup. Konjungtiva klien masih agak pucat. Dalam sehari klien sudah BAK 4x, jumlah setengah gelas belimbing. Kapiler revil baik (<> DJJ + Posisi klien tidur/istirahat dengan posisi fowler/semi fowler. A: Masalah teratasi sebagian yang

63 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

ditandai dengan KU klien cukup, kapiler refil baik (<> P: Lanjutkan intervensi: Observasi perdarahan Pantau tanda vital Cek Hb Berikan injeksi Dexametason 2x5 mg sesuai instruksi dokter. S: Menurut klien perdarahan yang

keluar sekarang hanya bercak-bercak, di pembalut tidak penuh, dan ganti pembalut baru 1x setelah mandi pagi tadi. Klien persiapan pulang. Klien mau menyimak discharge planning yang diberikan. O: Ku klien cukup, kesadaran CM. S = 360C, N = 84 x/mnt, TD = 110/70 mmHg. Konjungtiva klien sudah tidak pucat. DJJ + Kapiler revil baik (<> A: Masalah teratasi sebagian yang

ditandai perdarahan yang keluar saat ini hanya bercak-bercak, dan baru ganti pembalut 1x setelah mandi pagi. Dan pasien persiapan untuk pulang. P: Memberikan discharge planning

64 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

sebelum klien pulang meliputi: - Menganjurkan klien untuk tetap mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang. - Menganjurkan mengurangi istirahat. - Menganjurkan klien untuk kontrol rutin. - Menganjurkan klien untuk tidak melakukan hubungan sex selama klien untuk banyak

aktifitas/lebih

kehamilan ini. 2 Juni 2009 Jam 21.00 3 Juni 2009 Jam 14.00 2. 2. S: Klien mengatakan mau mengikuti saran yang diberikan yaitu tidak malakukan hubungan ini sex dan selama banyak

kehamilannya beristirahat.

Klien merasa senang karena telah diberi penjelasan mengenai masalah kehamilannya. O: Klien mau mendengarkan dan

menyimak informasi yang diberikan. Sekarang mengenai klien kelainan mengetahui dalam

kehamilannya saat ini dan kondisi kehamilannya. Klien lebih banyak tiduran saat

diberikan informasi. A: Masalah teratasi yang ditandai dengan klien merasa senang mengenai

65 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

penjelasan yang telah diberikan, klien mengerti cara penataksanaan

kehamilan dengan placenta previa. P: Pertahankan intervensi. S: Klien mencegah mengatakan terjadinya cara-cara perdarahan

berulang pada plasenta previiak boleh melakukan hubungan sex selama

kehamilannya ini. Klien mengatakan mau mengikuti saran yang telah diberikan. O: Klien menyimak discharge planning yang diberikan. A: Masalah teratasi. P: Memberikan discharge planning

sebelum klien pulang meliputi: - Menganjurkan klien untuk tetap mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang. - Menganjurkan mengurangi istirahat. - Menganjurkan klien untuk kontrol rutin. - Menganjurkan klien untuk tidak melakukan hubungan sex selama klien untuk banyak

aktifitas/lebih

kehamilan ini. 2 Juni 2009 3. S:

66 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

Jam 21.00 3 Juni 2009 Jam 14.00

3.

Klien mengatakan khawatir dengan kondisi kehamilannya saat ini. Klien mengatakan mau diajari cara mengontrol cemas dengan distraksi dan napas dalam. Klien mengatakan sudah mulai

berkurang rasa cemasnya. O: Teknik relaksasi distraksi dan napas dalam telah diajarkan. A: Masalah teratasi sebagian yang

ditandai klien sudah berkurang rasa cemasnya. P: Lanjutkan intervensi: Menganjurkan klien untuk

melakukan teknik relksasi distraksi dan napas dalam bila rasa cemasnya muncul. S: Klien merasa sudah tidak cemas. Klien mengatakan mau saran yang diberikan. Klien napas mengatakan dalam menggunakan mengatasi mengikuti

untuk

kecemasan. O: Klien mau menyimak discharge

planning yang diberikan A: Masalah P: teratasi

67 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

Memberikan discharge

planning

sebelum klien pulang meliputi: - Menganjurkan klien untuk tetap mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang. - Menganjurkan mengurangi istirahat. - Menganjurkan klien untuk kontrol rutin. - Menganjurkan klien untuk tidak melakukan hubungan sex selama klien untuk banyak

aktifitas/lebih

kehamilan ini. - Menganjurkan klien untuk tetap menggunakan teknik relaksasi yang telah diajarkan untuk mengurangi perasaan cemas. LEMBAR PENDELEGASIAN Nama Klien : Ny U Ruang : Flamboyan Tgl/Jam No Dx 2 Juni 2009 Jam 21.00 3 Juni 2009 Jam 14.00 Setelah 1 dilakukan . tindakan 1 keperawatan . selama Kaji penyebab Mengkajipenye S: bab perdarahan Klien Memonitor TT agak mengeluh lemes dan Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi (SOAP)

terjadinya perdarahan Kaji

secara V (nadi, suhu, mengantuk. TD, RR). Klien mengatakan masih tadi

3x24 akurat

jam diharapkan kemunginan pasien dapat harapan janin

Memonitor KU perdarahan hidup klien. keluar, dari

menunjukkan perfusi

Mengobservasi pagi membran mukosa sekarang

sampai sudah

yang Inspeksi

adekuat, dengan keadaan kriteria hasil:

ganti pembalut 2x. Klien mengatakan

perineum, hitung (konjungtiva)

68 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

Tanda-tanda vital stabil Membrane mukosa

jumlah karkateristik perdarahan.

dan klien.

perdarahan

masih

Memonitor dan ada, mengobservasi perdarahan. mulai dari

jumlahnya berkurang jam 14.00 sampai belum

Monitor TTV

berwarna merah Catat masukan Mengobservasi siang muda Pengisian kapiler (<> dan pengeluaran jumlah makanan dan bentuk perdarahan. dan sekarang

ganti pembalut lagi. O:

normal minuman. Elevasikan

Mengganti plab S = 36,90C, N = ot infus dengan 96 x/mnt, TD =

Haluaran urin ekstremitas adekuat. Pernapasan adekuat bawah

untuk tranfusi set.

100/70 mmHg.

meningkatkan

Mengobservasi Cairan infus + RL 500 cc sudah

perfusi ke organ pengeluaran vital dan fetus. urin.

masuk setengahnya,

Mengecek kapi tranfusi set (PRC) ler revil pada 500 cc, makanan jari tangan. dari RS habis,

Mengobservasi minum sudah 5 DJJ janin. gelas belimbing.

Memposisikan KU cukup. klien nyaman. yang Konjungtiva klien masih agak pucat. sehari

Memonitormas Dalam

ukan cairan dan klien sudah BAK makanan. Mengganti transfusi dengan RL. 4x, jumlah gelas

setengah set belimbing.

Kapiler revil baik

Mengobservasi (<> KU klien. Mengecek TTV nadi,TD). DJJ + Posisi klien

(suhu, tidur/istirahat dengan posisi

69 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

Mengobservasi fowler/semi fowler. dan memeriksa A: warna konjungtiva klien. Memonitor perdarahan, Masalah sebagian teratasi yang

ditandai dengan KU klien cukup, kapiler refil baik (<>

jumlah, bentuk P: perdarahan. Lanjutkan

Mengobservasi intervensi: kondisi janin. Observasi

Mengobservasi perdarahan kapiler revil. Melepas/ infus. Pantau tanda vital aff Cek Hb Berikan injeksi 2x5

Memberikandis Dexametason

charge planning mg sesuai instruksi sebelum klien dokter.

pulang meliputi: S: - Menganjurkan Menurut klien tetap mengkonsumsi makanan dengan seimbang. untuk perdarahan keluar hanya klien yang sekarang bercak-

bercak, di pembalut gizi tidak penuh, dan ganti pembalut baru

- Menganjurkan 1x setelah mandi klien untuk pagi tadi. Klien pulang. mau persiapan

mengurangi aktifitas/lebih

banyak istirahat. Klien - Menganjurkan menyimak klien

untuk discharge planning

70 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

kontrol rutin.

yang diberikan.

- Menganjurkan O: klien untuk Ku klien cukup,

tidak melakukan kesadaran CM. hubungan selama kehamilan ini. sex S = 360C, N = 84 x/mnt, TD = 110/70 mmHg. Konjungtiva klien sudah tidak pucat. DJJ + Kapiler revil baik (<> A: Masalah sebagian teratasi yang

ditandai perdarahan yang keluar saat ini hanya bercak-

bercak, dan baru ganti pembalut 1x setelah mandi pagi. Dan persiapan pulang. P: Memberikandischar ge sebelum planning klien pasien untuk

pulang meliputi: - Menganjurkan klien untuk tetap mengkonsumsi makanan dengan

71 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

gizi seimbang. - Menganjurkan klien mengurangi aktifitas/lebih banyak istirahat. - Menganjurkan klien untuk kontrol rutin. - Menganjurkan klien untuk tidak melakukan hubungan selama ini. 2 Juni 2009 Jam 21.00 3 Juni 2009 Jam 14.00 Setelah 2 dilakukan . tindakan 2 keperawatan . selama Pembelajaran kelainan kehamilan Kaji : Memberikaninf S: dala ormasi mengenai Klien mengatakan mau mengikuti yang yaitu sex untuk

kehamilan

tingkat plasenta previa saran kepada klien. diberikan tidak

3X24 pengetahuan

jam, klien dan klien keluarga mampu memperoleh pengetahuan mengenai

tentang Menjelaskan

malakukan sex

plasenta previa. Jelaskan dan

penyebab, tanda hubungan

tanda dan gejala, hasil selama gejala pemeriksaan USG, kehamilannya ini

plasenta previa.

cara dan beristirahat.

banyak

Berikan informa mencegah

kelainan dalam si tentang kondisi komplikasi dari Klien merasa kehamilan yang klien. plecenta previa. senang karena telah penjelasan

ditandai dengan: Berikan informa Menganjurkan diberi Mengenal kelinan si tentang hasil klien pemeriksaan

untuk mengenai masalah

tidak melakukan kehamilannya. hubungan sex O: Klien mau

kehamilan yang diagnostik.

sedang dialami Diskusikantenta selama

72 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

klien. Mengetahui

ng pilihan terapi. kehamilan ini. Instruksikan

mendengarkan dan

Menganjurkan menyimak untuk informasi banyak diberikan. Sekarang mengetahui mengenai kelainan dalam kehamilannya saat ini dan kondisi klien yang

faktor penyebab klien atau pencetus

untuk klien

faktor melaporkan tanda lebih

dan gejala kepada istirahat/tidak banyak cara melakukan aktivitas. Mengevaluasi cara dan mengobservasi pengetahuan

Mengetahui ta petugas. nda dan gejala Jelaskan

Mengetahuiko mencegah mplikasi dari komplikasi. Jelaskan

plesenta previa

Mengetahui ca penatalaksaan ra mencegah plsaenta previa.

kehamilannya. Klien lebih

komplikasi Menjelaskan penatalaksanaan plasenta previa.

klien mengenai banyak tiduran saat cara mencegah diberikan perdarahan yang informasi. berulang pada A: teratasi ditandai klien senang

plasenta previa. Masalah Memberikandis yang charge planning dengan sebelum klien merasa

pulang meliputi: mengenai - Menganjurkan penjelasan klien tetap mengkonsumsi makanan dengan seimbang. untuk telah yang

diberikan,

klien mengerti cara penataksanaan kehamilan dengan

gizi placenta previa. P:

- Menganjurkan Pertahankan klien untuk intervensi. S: Klien mengatakan

mengurangi aktifitas/lebih

banyak istirahat. cara-cara mencegah

73 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

- Menganjurkan terjadinya klien untuk perdarahan berulang pada previiak melakukan sex

kontrol rutin.

- Menganjurkan plasenta klien untuk boleh

tidak melakukan hubungan hubungan selama kehamilan ini. sex selama

kehamilannya ini. Klien mengatakan mau saran mengikuti yang telah

diberikan. O: Klien menyimak

discharge planning yang diberikan. A: Masalah teratasi. P: Memberikandischa rge sebelum planning klien

pulang meliputi: - Menganjurkan klien untuk tetap mengkonsumsi makanan dengan

gizi seimbang. - Menganjurkan klien mengurangi aktifitas/lebih banyak istirahat. untuk

74 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

- Menganjurkan klien untuk kontrol rutin. - Menganjurkan klien untuk tidak melakukan hubungan selama ini. 2 Juni 2009 Jam 21.00 3 Juni 2009 Jam 14.00 Setelah 3 dilakukan . tindakan 3 keperawatan . Membantu klien Mengidentifika S: mengidentifikasi si penyebab cemas cemas penyebab Klien mengatakan yang khawatir kondisi kehamilannya saat dengan sex

kehamilan

yang dialaminya. dialami klien.

selam 3x24 jam Mengajari klien Mengajari diharapkan klien dapat: Tidak trauma selama perawatan. cara melakukan klien

teknik ini.

teknik relaksasi

relaksasi dengan Klien mengatakan distraksi mau diajari cara

terjadi Klien

dapat cara dan

fisik menyebutkan

napas mengontrol cemas dengan distraksi

penyebab cemas dalam.

yang sedang di Mengobservasi dan napas dalam. perasaan klien. Klien mengatakan sudah berkurang klien cemasnya. O: Teknik relaksasi mulai rasa

Mempertahank alaminya. an yang mengontrol cemas. tindakan Memberikan penjelasan kepada

mengenai kondisi yang

Mengidentifik penyakit asi yang tindakan sedang harus dialaminya.

distraksi dan napas dalam diajarkan. A: Masalah sebagian teratasi yang telah

diberikan ketika Mengobservasi terjadi cemas. Memonitor faktor perasaan mengenai klien

risiko kecemasan yang

dari lingkungan. dialaminya.

ditandai klien sudah

75 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

Mengobservasite knik yang klien mengatasi kecemasan. Memberikandisc harge sebelum planning klien relaksasi digunakan untuk

berkurang cemasnya. P: Lanjutkan intervensi: Menganjurkan klien melakukan relksasi

rasa

untuk teknik distraksi

pulang meliputi: - Menganjurkan klien untuk tetap mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang. - Menganjurkan klien mengurangi aktifitas/lebih banyak istirahat. - Menganjurkan klien untuk untuk

dan napas dalam bila rasa cemasnya muncul. S: Klien merasa

sudah tidak cemas. Klien mengatakan mau saran diberikan. Klien mengatakan menggunakan napas dalam untuk mengatasi kecemasan. O: Klien sex maumenyimakdisch arge planning yang diberikan A: Masalah P: Memberikandischar teratasi mengikuti yang

kontrol rutin. - Menganjurkan klien untuk tidak melakukan hubungan

selama kehamilan ini. - Menganjurkan klien untuk tetap menggunakan teknik relaksasi

76 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

yang diajarkan mengurangi

telah untuk

ge sebelum

planning klien

pulang meliputi: - Menganjurkan klien untuk tetap mengkonsumsi makanan dengan

perasaan cemas.

gizi seimbang. - Menganjurkan klien mengurangi aktifitas/lebih banyak istirahat. - Menganjurkan klien untuk kontrol rutin. - Menganjurkan klien untuk tidak melakukan hubungan selama ini. - Menganjurkan klien untuk tetap menggunakan teknik yang diajarkan mengurangi perasaan cemas. relaksasi telah untuk sex untuk

kehamilan

77 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

2.8.2 Solusio Plasenta a) Pengertian Solutio Plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implementasinya sebelum janin lahir (Cunningham, 2005). Solutio Plasenta adalah terlepasnya plasenta dengan implantasi normal sebelum waktunya pada kehamilan yang berusia diatas 28 minggu (Arief Mansjoer, 2001). Solutio Plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada kospus uteri sebelum janin lahir (Prof. Dr. Hanifa Wikryosastro, 1992). Solutio Plasenta adalah suatu keadaan dalam kehamilan viable dimana plasenta yang tempat implantasinya normal (pada fundus atau korpus uteri) terkelupas atau terlepas sebelum kala III (Dr. Chrisdiono M. Achadiat,Sp, 2003). Solutio Plasenta adalah pelepasan sebagian atau seluruh plasenta yang normal implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak (Obstetri dan Ginekologi, FKU Padjajaran Bandung, 1984).

b)Etiologi Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi predisposisi : 1. Faktor kardio-reno-vaskuler

Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia dapat menyebabkan solution plasenta. Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik dan sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan. Dapat terlihat solusio plasenta cenderung berhubungan dengan adanya hipertensi pada ibu. 2. Faktor trauma

Trauma yang dapat terjadi antara lain : - Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli. - Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan. - Trauma langsung, seperti terjatuh atau terkena tendangan 3. Faktor usia ibu

78 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

Dalam penelitian Prawirohardjo di RSUPNCM dilaporkan bahwa terjadinya peningkatan kejadian solusio plasenta sejalan dengan meningkatnya umur ibu. Hal ini dapat diterangkan karena makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun. 4. Faktor pengunaan kokain

Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan pelepasan katekolamin, yang mana bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan dapat berakibat terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif. Angka kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu penggunan kokain dilaporkan berkisar antara 13-35%. 5. Faktor kebiasaan merokok

Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya 6. Riwayat solusio plasenta sebelumnya

Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil lainnya yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya. 7. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava

inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan.

c) Klasifikasi 1) a) Klasifikasi dari solusio plasenta adalah sebagai berikut: Solusio plasenta parsialis : bila hanya sebagian saja plasenta terlepas dari tempat

perlengkatannya. b) Solusio plasenta totalis ( komplek ) : bila seluruh plasenta sudah terlepas dari

tempat perlengketannya. c) Prolapsus plasenta : kadang-kadang plasenta ini turun ke bawah dan dapat

teraba pada pemeriksaan dalam.

2) a)

Solusio plasenta di bagi menurut tingkat gejala klinik yaitu : Kelas 0 : asimptomatik

79 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

Diagnosis ditegakkan secara retrospektif dengan menemukan hematoma atau daerah yang mengalami pendesakan pada plasenta. Rupture sinus marginal juga dimasukkan dalam kategori ini.

b)

Kelas 1 : gejala klinis ringan dan terdapat hampir 48 % kasus.

Solusio plasenta ringan yaitu : rupture sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak,sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu atau janinnya. Gejala : perdarahan pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman dan sedikit sekali bahkan tidak ada,perut terasa agak sakit terus-menerus agak tegang,tekanan darah dan denyut jantung maternal normal,tidak ada koagulopati,dan tidak ditemukan tanda-tanda fetal distress. c) Kelas II : gejala klinik sedang dan terdapat hampir 27% kasus.

Solusio plasenta sedang dalam hal ini plasenta telah lebih dari seperempatnya tetapi belum sampai dua pertiga luas permukaannya.

Gejala : perdarahan pervaginan yang berwarna kehitam-hitaman,perut mendadak sakit terusmenerus dan tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam walaupun tampak sedikit tapi kemungkinan lebih banyak perdarahan di dalam,didinding uterus teraba terusmenerus dan nyeri tekan sehingga bagian bagian janin sulit diraba,apabila janin masih hidup bunyi jantung sukar di dengar dengan stetoskop biasa harus dengan stetoskop ultrasonic,terdapat fetal distress,dan hipofibrinogenemi (150 250 % mg/dl).

d)

Kelas III : gejala berat dan terdapat hampir 24% kasus.

Solusio plasenta berat,plasenta lebih dari dua pertiga permukaannya,terjadinya sangat tibatiba biasanya ibu masuk syok dan janinnya telah meninggal.

Gejala : ibu telah masuk dalam keadaan syok,dan kemungkinan janin telah meninggal,uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri,perdarahan pervaginam tampaknya tidak sesuai dengan keadaan syok ibu,perdarahan pervaginam mungkin belum sempat terjadi besar kemungkinan telah terjadi kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal,hipofibrinogenemi (< 150 mg/dl)

3) a)

Berdasarkan ada atau tidaknya perdarahan pervaginam Solusio plasenta ringan 80 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

Perdarahan pervaginam <100 -200 cc. b) Solusio plasenta sedang

Perdarahan pervaginam > 200 cc,hipersensitifitas uterus atau peningkatan tonus,syok ringan,dapat terjadi fetal distress. c) Solusio plasenta berat

Perdarahan pervaginam luas > 500 ml,uterus tetanik,syok maternal sampai kematian janin dan koagulopati. 4) a) Berdasarkan ada atau tidaknya perdarahan pervaginam Solusio plasenta yang nyata/tampak (revealed)

Terjadi perdarahan pervaginam,gejala klinis sesuai dengan jumlah kehilangan darah,tidak terdapat ketegangan uterus,atau hanya ringan. b) Solusio plasenta yang tersembunyi (concealed)

Tidak terdapat perdarahan pervaginam,uterus tegang dan hipertonus,sering terjadi fetal distress berat. Tipe ini sering di sebut perdarahan Retroplasental. c) Solusio plasenta tipe campuran (mixed)

Terjadi perdarahan baik retroplasental atau pervaginam,uterus tetanik.

5) a)

Berdasarkan luasnya bagian plasenta yang terlepas dari uterus Solusio plasenta ringan

Plasenta yang kurang dari bagian plasenta yang terlepas. Perdarahan kurang dari 250 ml. b) Solusio plasenta sedang Plasenta yang terlepas bagian. Perdarahan <1000 ml,uterus tegang,terdapat fetal distress akibat insufisiensi uteroplasenta. c) Solusio plasenta berat

Plasenta yang terlepas > bagian,perdarahan >1000 ml,terdapat fetal distress sampai dengan kematian janin,syok maternal serta koagulopati. d) Patofisiologi 1) Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk hematoma pada desidua,sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit,hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan

plasenta,pedarahan darah antara uterus dan plasenta belum terganggu,dan tanda serta gejala pun belum jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir,yang pada pemeriksaan di

81 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

dapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah yang berwarna kehitam-hitaman. Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan perdarahannya. Akibatnya hematoma retroplasenter akan bertambah besar,sehingga sebagian dan seluruh plasenta lepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan menyeludup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau mengadakan ektravasasi di antara serabut-serabut otot uterus. Apabila ektravasasinya berlangsung hebat,maka seluruh permukaan uterus akan berbercak biru atau ungu. Hal ini di sebut uterus Couvelaire (Perut terasa sangat tegang dan nyeri). Akibat kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter,maka banyak trombosit akan masuk ke dalam peredaran darah ibu,sehinga terjadi pembekuan intravaskuler dimana-mana,yang akan menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya terjadi hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak hanya di uterus tetapi juga pada alat-alat tubuh yang lainnya. Keadaan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas,akan terjadi anoksia sehingga mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil yang terlepas,mungkin tidak berpengaruh sama sekali,atau juga akan mengakibatkan gawat janin. Waktu sangat menentukan beratnyaa gangguan pembekuan darah,kelainan ginjal,dan keadaan janin. Makin lama penanganan solusio plasenta sampai persalinan selesai,umumnya makin hebat komplikasinya.

2)

Pada solusio plasenta,darah dari tempat pelepasan akan mencari jalan keluar antara janin dan dinding rahim hingga akhirnya keluar dari serviks hingga

selaput

terjadilah perdarahan keluar atau perdarahan terbuka. Terkadang darah tidak keluar,tetapi berkumpul di belakang plasenta membentuk hematom retroplasenta. Perdarahan semacam ini disebut perdarahan ke dalam atau perdarahan tersembunyi. Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang lebih khas karena seluruh perdarahan tertahan di dalam dan menambah volume uterus. Umumnya lebih berbahaya karena jumlah perdarahan yang keluar tidak sesuai dengan beratnya syok. Perdarahan pada solusio plasenta terutama berasal dari ibu,namun dapat juga berasal dari anak.

82 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

Perdarahan keluar 1. Keadaan umum penderita relative lebih baik. 2. Plasenta terlepas sebagian atau inkomplit. 3. Jarang berhubungan dengan hipertensi. a. Keadaan penderita jauh lebih jelek.

Perdarahan tersembunyi

1. Plasenta terlepas luas,uterus keras/tegang. 2. Sering berkaitan dengan hipertensi.

Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah antara plasenta dan dinding uterus yang menimbulkan gangguan penyulit terhadap ibu dan janin. Penyulit terhadap ibu 1. Berkurangnya darah dalam sirkulasi darah umum 2. Terjadi penurunan tekanan Penyulit terhadap janin

darah,peningkatan nadi dan pernapasan 3. Ibu tampak anemis 4. Dapat timbul gangguan terjadi diikuti pembekuan pembekuan hemolisis darah

darah,karena intravaskuler

sehingga fibrinogen makin berkurang dan memudahkan terjadinya perdarahan

(hipofibrinogenemia) 5. Dapat timbul perdarahan packapartum

setelah persalinan karena atonia uteri atau gangguan pembekuan darah 6. Dapat timbul gangguan fungsi ginjal dan terjadi emboli yang menimbulkan

komplikasi sekunder 7. Timbunan darah yang meningkat dibelakang plasenta dapat menyebabkan uterus menjadi keras,padat dan kaku. 8. Tergantung pada luasnya plasenta yang lepas dapat menimbulkan asfiksia ringan 83 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

sampai kematian dalam uterus.

e) Manifestasi Klinis Gambaran klinis dari kasus-kasus solusio plasenta diterangkan atas pengelompokannya menurut gejala klinis : 1. Solusio plasenta ringan Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis, dimana terdapat pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak. Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya terus menerus.Walaupun demikian, bagian-bagian janin masih mudah diraba. Uterus yang agak tegang ini harus selalu diawasi, karena dapat saja menjadi semakin tegang karena perdarahan yang berlangsung. Salah satu tanda yang menimbulkan kecurigaan adanya solusio plasenta ringan ini adalah perdarahan pervaginam yang berwarna kehitamhitaman. 2. Solusio plasenta sedang Dalam hal ini plasenta telah terlepas lebih dari satu per empat bagian, tetapi belum dua per tiga luas permukaan. Tanda dan gejala dapat timbul perlahan-lahan seperti solusio plasenta ringan, tetapi dapat juga secara mendadak dengan gejala sakit perut terus-menerus, yang tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam.Walaupun perdarahan pervaginam dapat sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya yang jika masih hidup mungkin telah berada dalam keadaan gawat. Dinding uterus teraba tegang terus-menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar untuk diraba. Apabila janin masih hidup, bunyi jantung sukar didengar. Kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi, walaupun hal tersebut lebih sering terjadi pada solusio plasenta berat.

3. Solusio plasenta berat Plasenta telah terlepas lebih dari dua per tiga permukaannnya. Terjadi sangat tiba tiba. Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan janinnya telah meninggal. Uterusnya sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tampak tidak sesuai dengan keadaan syok ibu, terkadang perdarahan pervaginam mungkin saja belum sempat terjadi.

84 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

Pada keadaan-keadaan di atas besar kemungkinan telah terjadi kelainan pada pembekuan darah dan kelainan/gangguan fungsi ginjal. Kelas Gejala Kelas 0 asimtomatik Gejala tidak ada Diagnosis dibuat dengan menemukan pembekuan darah yang terorganisasi atau bagian yang terdepresi pada plasenta yang sudah dilahirkan Kelas 1 ringan (Rupturan sinus marginalis atau sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak) Tidak ada atau sedikit perdarahan dari vagina yang warnanya kehitam hitaman Rahim yang sedikit nyeri atau terus menerus agak tegang Tekanan darah dan frekuensi nadi ibu yang normal Tidak ada koagulopati Tidak ada gawat janin Kelas 2 sedang (Plasenta lepas lebih dari 1/4-nya tetapi belum sampai 2/3 luas permukaannya) Tidak ada hingga adanya perdarahan dari vagina dalam jumlah yang sedang Nyeri pada uterus yang bersifat sedang hingga berat, bisa disertai kontraksi tetan ik. Nyeri perut dirasakan terus menerus, uterus teraba tegang dan nyeri tekan Takikardi pada ibu dengan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan frekuensi nadi. Ibu dapat jatuh ke dalam keadaan syok Gawat janin Hipofibrinogenemia (50 250 mg/dL), mungkin terjadi kelainan pembekuan darah Kelas 3 berat (Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3luas permukaannya) Tidak ada hingga perdarahan vagina yang berat Kontraksi tetanik uterus yang sangat nyeri Syok pada ibu Hipofibrinogenemia (<150 mg/dL) Koagulopati Kematian janin

85 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

f) Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Laboratorium Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan leukosit. Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-match test. Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah hipofibrinogenemia, maka diperiksakan pula COT (Clot Observation test) tiap l jam, tes kualitatif fibrinogen (fiberindex), dan tes kuantitatif fibrinogen (kadar normalnya 15O mg%). PT dan APTT yang memanjang, kadar fibrinogen menurun (hipofibrinogenemia) dan kadar D-dimer meningkat. Ini menunjukkan telah terjadi komplikasi koagulopati pada pasien yaitu disseminated intravascular coagulation. Harus dilakukan pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk melihat apakah sudah terjadi komplikasi pada ginjal.

2. Pemeriksaan Plasenta Plasenta dapat diperiksa setelah dilahirkan. Biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya menempel di belakang plasenta, yang disebut hematoma retroplacenter.

3. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain : Terlihat daerah terlepasnya plasenta. Janin dan kandung kemih ibu. Darah Tepian plasenta

g) Penatalaksanaan Medis Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi. Sebelum dirujuk anjuran pasien untuk tirah baring total dengan menghadap ke kiri, tidak melakukan senggama, menghindari peningkatan tekanan rongga perut (misalnya batuk, mengedan karena sulit buang air besar). Pasang infus cairan NaCl fisiologis. Bila tidak memungkinkan, berikan cairan peronai. Pantau tekanan darah dan frekuensi nadi tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya hipotensi atau syok akibat pendarahan. Pantau pula BJJ dan pergerakan janin.Bila terdapat rejatan,segera lakukan resusitasi cairan dan tranfusi darah. Bila tidak teratasi, Upayakan Penyelamatan optimal bila teratasi. Perhatikan keadaan janin.Setelah rejatan diatasi, 86 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

pertimbangkan seksio sesarea bila janin masih hidup atau persalinan pervaginam diperkirakan akan berlangsung lama. Bila rejatan tidak dapat diatasi, upayakan tindakan penyelamatan yang optimal.Setelah syok teratasi dan janin mati, lihat pembukaan. Bila lebih dari 6 cm,pecahkan ketuban lalu infuse oksitosin. Bila kurang dari 6cm lakukan seksio sesarea.Bila tak terdapat rejatan dan usia gestasi kurang dari 37 minggu atau taksiran berat janin kurang dari 2.500 gr. Penanganan berdasarkan berat atau ringannya penyakit yaitu : a). Solusio Plasenta Ringan Ekspektatif, bila ada perbaikan (perdarahan berhenti, kontraksi uterus tidak ada, janin

hidup) dengan tirah baring atasi anemia dan KTG serial,lalu tunggu persalinan spontan. Aktif, bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, uterus berkontraksi, dapat

mengancam ibu/janin). Usahakan partus pervaginam dengan amniotomi atau infuse oksitosin bila memungkinkan. Jika terus pendarahan,skor pelvic kurang dari 5 atau persalinan masih lama, lakukan seksio sesarea. b). Solusio plasenta sedang/berat Resusitasi cairan Atasi anemia dengan pemberian transfuse darah Partus pervaginam bila diperkirakan dapat berlangsung dalam 6 jam, perabdominan bila tak dapat Bila terdapat rejatan, usia gestasi 37 minggu atau lebih, taksiran berat janin 2.500 gr atau lebih. Pikirkan partus perabdominan bila persalinan pervaginam diperkirakan berlangsung lama.

Prognosis Prognosis ibu tergantung luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus, banyaknya perdarahan, derajat kelainan pembekuan darah, ada tidaknya hipertensi menahun atau preeklamsia, tersembunyi tidaknya perdarahan. Dan jarak antara terjadinya solusio plasentae sampai pengosongan uterus. Diperkirakan resiko kematian ibi 0.5-5% dan kematian janin 5080%.

f) Asuhan Keperawatan a). Pengkajian 1). Data Biografi Demografi

87 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

Usia, jenis kelamin, pekerjaan serta identitas lain yang mendukug. 2). Riwayat Kesehatan Riwayat penyakit dahulu(DM,gagal ginjal dan hipertensi) Riwayat kesehatan keluarga Riwayat kehamilan yang lalu Riwayat ginekologis Status kesehatan sekarang Riwayat status nutrisi

3). Kebiasaan (merokok, penggunaan obat-obatan dan alkohol) 4). Status psikologis 5). Kepercayaan Keagamaan 6). Pemeriksaan Fisik Vital sign (TD, nadi, respirasi dan suhu) Tinggi badan dan berat badan (sebelum hamil dan setelah hamil) Sistem kardiovaskuler, hipotensi, tachicardi, dan cyanosis) Sistem perkemihan (intake dan output) Sistem integument (udem,pucat, kulit dingin) Sistem reproduksi (pemeriksa leopoid I IV, kontraksi uterus yang meningkat. Status serviks, perdarahan dengan darah warna merah kehitaman. Fundus uteri yang makin tinggi). Status janin (DJJ menurun, pergerakan janin menurun).

7). Pemeriksaan penunjang (EKG,USG, laboraturium{darah lengkap, urine, dan kimia darah})

b). Diagnosa Keperawatan 1) Gangguan perfusi jaringan serta umum berhubungan dengan hipovelemik shock. 2) Gangguan perfusi jaringan : perdarahan berhubungan dengan gangguan pembekuan

darah 3) Kecemasan berhubungan dengan kemungkinan efek negatif dari perdarahan atau pengeluaran kehamilan 4) Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi oksigen yang tidak

adekuatnya pada plasenta

88 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

c). Intervensi Keperawatan 1) Gangguan perfusi jaringan secara umum berhubungan dengan hipovolemik shock Tujuan : pefusi jaringan adekuat Kriteria : Tanda vital dalam batas normal Kulit hangat dan kering Nadi perifer adekuat

Tindakan mandiri : a). Monitor tanda vital (TD, nadi, nafas,suhu, dan palpasi nadi perifer secara rutin)

R : permonitoran tanda vital dapat menunjukkan indikasi terjadinya pemulihan atau penurunan sirkulasi b.) Kaji dan catat perdarahan pervaginam dan peningkatan tinggi fundus uteri.

R : Sebagai petunjuk untuk tindakan kedaruratan selanjutnya c.) Monitor intake dan output untuk memperbaiki sirkulasi volume cairan. R : pemberian intake cairan (secara parenatal) dapat membantu mempertahankan volume Sirkulasi Tindakan kolaborasi : a. Pemberian oksigen sesuai indikasi

R : Pemberian oksigen dapat meningkatkan sirkulasi O2 pada jaringan b. Pemberian tranfusi darah sesuai indikasi

R : pemberian tranfusi darah dapat membantu sirkulasi ke jaringan

2). darah

Gangguan perfusi jaringan : perdarahan berhubungan dengan gangguan pembekuan

Tujuan : perfusi jaringan adekuatnya dan perdarahan teratasi Kriteria Keadaan umum ibu baik Pembekuan darah normal Tanda vital dalam batas normal Sirkulasi darah baik :

Tindakan mandiri : a. Kaji dan monitor perdarahan pervaginam yang abnormal

89 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

R : dapat dijadikan sebagai indikator dari faktor kegagalan pembekuan darah b. Monitor sirkulasi darah serta tanda DIC (turunnya tingkat kekenyalan fibrinogen,

pertambahan prothrombin, tromboplastin dan pembekuan darah) R : dapat mengintervensi tindakan selanjutnya yang cepat dan sesuai dengan masalah yang ditemukan. c. Pemberian trasfusi dan komponen darah sesuai dengan indikasi

R : tranfusi darah dapat membantu pengurangan faktor pembekuan karena proses pembekuan yang abnormal . d. Pemberian obat sesuai dengan indikasi

R : pemberian obat untuk menghentikan perdarahan dan mengurangi kegagalan faktor pembekuan darah 3). Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi oksigen yang tidak

adekuat pada plasenta Tujuan : perfusi oksigen pada janin adekuat Kriteria DJJ normal (120-160 x/menit) Kebutuhan oksigen janin terpenuhi Kontraksi uterus normal HIS normal Pergerakan janin baik :

Tindakan mandiri : a) Monitor DJJ dan pergerakan janin R : gangguan perfusi plasenta dapat menurunkan oksigenisasi pada janin, sehingga pergerakan janin dan DJJ tidak normal b). Anjurkan ibu mempertahankan posisi tidur lateral

R : posisi lateral dapat memberikan sirkulasi yang optimum pada uterus dan plasenta Tindakan kolaborasi : a). Pemberian Oksigen sesuai indikasi R : pemberian oksigen akan membantu sirkulasi oksigen ke janin menjadi adekuat b). Menyiapkan klien untuk memeriksakan amniosintesis jika diperlukan

R : pemeriksaan amniosintesis dapat dijadikan indicator kegawatan darurat janin. c). Persiapkan klien untuk dilakukan tindakan emergensi seperti section caesaria

R : tindakan section merupakan salah satu alternative menghindari terjadinya fetal distress

90 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

d).

Implementasi

Implementasi merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.

e).

Evaluasi

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara

berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan rencana kegiatan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan perawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Evaluasi dapat berupa : masalah teratasi dan masalah teratasi sebagian.

Tabel perbedaan plasenta previa dan solusio plasenta No. 1. 2. 3. segar 4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah Adanya anemia dan renjatan yang tidak sesuai dengan keluarnya darah 5. 6. Timbulnya perlahan-lahan Waktu terjadinya saat hamil Timbulnya tiba-tiba Waktu inpartu 7. 8. His biasanya tidak ada Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi 9. Denyut jantung janin ada Denyut jantung janin biasanya tidak ada 10. Teraba jaringan plasenta Teraba ketuban yang tegang pada His ada Rasa tegang saat palpasi terjadinya saat hamil Ciri-ciri plasenta previa Perdarahan tanpa nyeri Perdarahan berulang Warna perdarahan merah Ciri-ciri solusio plasenta Perdarahan dengan nyeri Perdarahan tidak berulang Warna perdarahan merah coklat

91 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

pada periksa dalam vagina 11. Penurunan kepala tidak

periksa dalam vagina Penurunan kepala dapat masuk pintu atas panggul mungkin Tidak berhubungan dengan

masuk pintu atas panggul 12. Presentasi abnormal.

presentasi

92 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

ASUHAN KEPERAWTAN SOLUTIO PLASENTA

Kasus (Solusio Plasenta) Ny.M (45 tahun) datang ke RSIA bersama suaminya dengan membawa surat rujukan dari bidan. Tertulis disurat status obstetri G6P4A1H37 mg dengan susp.solusio plasenta. Saat wawancara, klien mengeluh mengalami perdarahan melalui vagina berwarna kehitaman sejak tadi malam, disertai nyeri dan kram pada perut yang terus menerus serta janin bergerak aktif. Klien berfikir akan segera melahirkan dan datang ke bidan dekat rumah keesokan paginya, tapi klien justru dirujuk ke RS. Klien menceritakan selama kehamilan ini baru memeriksakan kehamilannya sekali, yaitu pada saat dinyatakan (+) hamil 12 mg oleh bidan. Setelah itu tidak pernah lagi memeriksakan kehamilan karena ini bukan kehamilan yang pertama. Sebelum kehamilan ini, klien mempunyao riwayat perdarahan dan mengalami keguguran pada usia kehamilan 16 mg. Selama pemeriksaan fisik perawat mencatat TTV sebagai berikut : TD=80/55 mmHg, N=110x/Mnt, P= 28x/Mnt, S= 36 , uterus keras , tegang, seperti papan, nyeri tekan (+), TFU=36 cm, His (-), DJJ dan palpasi j anin sulit. Klien terlihat pucat, lemah, tampak kesakitan, kulit teraba dingin, konjungtiva anemis, pembalut penuh dengan darah berwarna kehitaman. Klien kemudian melakukan pemeriksaan USG dan terlihat solusio plasenta partialis dengan hematoma, DJJ 82x/Mnt, aktifitas janin lemah, perdarahan aktif (+) C. Analisa Data Data Data Subjektif 1. Klien mengalami melalui vagina mengeluh perdarahan berwarna Masalah Kekurangan volume cairan Etiologi Perdarahan terus menerus

kehitaman sejak tadi malam 2. Klien mempunyai mengatakan riwayat

93 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

perdarahan pada kehamilan sebelumnya Data Objektif 1. TTV : TD= 80/55 mmHg Nadi : 110x/menit RR : 28x/menit Suhu: 36 oC 2. Klien lemah 3. Kulit klien teraba dingin 4. TFU = 36 cm 5. Konjungtiva anemis 6. Pembalut penuh dengan darah berwarna kehitaman 7. Hasil pemeriksaan USG terlihat solusio plasenta terlihat pucat,

parsialis dengan hematoma 8. Perdarahan aktif (+) Data tambahan 1. Dari inspekulo, tampak darah mengalir dari ostium berwarna merah kehitaman 2. Hb (6,8 g/dL) 3. turunnya kadar fibrinogen (106 mg/L), kadar dan D-

meningkatnya

dimer (2,0 mg/L). Data Subjektif Gangguan Rasa nyaman : Trauma jaringan

1. Klien mengeluh nyeri dan nyeri (akut) keram pada perut yang

terus-menerus Data Objektif 1. Tertulis di surat status

94 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

obstetric

G6P4A1H37

minggu (gestasi ke 6, pastus 4 kali, abortus 1 kali dan sekarang usia kehamilan 37 minggu) dengan plasenta 2. TTV : nadi = 110 x/menit RR = 28x/menit 3. Uterus keras 4. Uterus papan 5. Nyeri tekan + 6. Klien tampak kesakitan 7. Hasil pemeriksaan USG terlihat solusio plasenta Tegang seperti suspect solusio

parsialis dengan hematoma Data Subjektif 1. Klien yang mengeluh ada janin Resiko gawat janin Solusio plasenta

didalam bergerak

kandungannya aktif Data Objektif

1. Tertulis di surat status obstetric G6P4A1H37

minggu (gestasi ke 6, pastus 4 kali, abortus 1 kali dan sekarang usia kehamilan 37 minggu) dengan plasenta 2. Dari hasil pemeriksaan fisik : His (- ), DJJ dan suspect solusio

95 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

palpasi janin sulit 3. Dari hasil pemeriksaan USG : DJJ = 82 x /menit , Aktivitas janin lemah

D.Diagnosa Keperawatan 1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan terus menerus 2. Gangguan Rasa nyaman : nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan 3. Resiko gawat janin berhubungan dengan solusio plasenta

E.Rencana Asuhan Keperawatan Diagnosa Keperawatan Kekurangan volume berhubungan Tujuan dan Kriteria Intervensi Hasil Tujuan : cairan Setelah 1. Monitor intake dan 1. Perubahan dilakukan output setiap 5-10 merupakan adanya output tanda gangguan Rasional

perawatan selama 1 x menit

dengan perdarahan 24 terus menerus jam

2. Monitor tanda vital fungsi ginjal kekurangan TD 120/80 mmHg, 2. Perubahan nadi: 88 x/menit, RR vital terjadi 22 24 x/menit, suhu perdarahan umum 36-37 C) 3. Lakukan hebat masage 3. Merangsang tanda bila

volume cairan teratasi Kriteria Hasil : 1. Keadaan baik 2. Perdarahan keluar 200 ml 3. Tinggi fundus uteri

semakin

yang uterus dengan satu kontraksi uterus dan tangan serta tangan diletakan simpisis. membantu pelepasan

lainnya placenta, satu tangan diatas diatas simpisismencegah inversio

4. Batasi pemeriksaan terjadinya vagina dan rectum Kolaborasi uteri

4. Trauma meningkat perdarahan

1. Infus atau cairan terjadi intravena

yang lebih hebat, bila

96 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

2. Antibiotik 3. Transfusi

terjadi laserasi pada whole serviks /

blood ( bila perlu )

perineum atau terdapat hematom Kolaborasi 1. Merangsang kontraksi danmengontrol perdarahan 2. Mencegah infeksi uterus

yang mungkin terjadi 3. Membantu menormalkan volume cairan tubuh. Gangguan nyaman (akut) berhubungan dengan jaringan : Rasa Tujuan: nyeri Setelah perawatan 2x24 jam 1. Bantu dilakukan penggunaan selama pernafasan nyeri 2. Anjurkan untuk teknik akan relaksasi.Berikan instruksi bila perlu. dengan 1. mendorong tekhnik relaksasi dan

memberikan klien cara klien mengatasi dan tingkat

trauma berkurang Kriteria Hasil : 1. klien mengungkapkan

menggunakan mengontrol nyeri. 2. relaksasi membantu

dapat

penatalaksanaan atau 3. Berikan reduksi nyeri

tindakan menurunkan tegangan

kenyamanan (pijatan, dan rasa takut, yang punggung, memperberat nyeri. bantal, 3. meningkatkan kompres relaksasi meningkatkan kooping dan kontrol sedatif klien. 4. meningkatkan kenyamanan memblok dengan impuls dan

2. Uterus tidakTegang gosokan seperti papan 3. Nyeri tekan (-) sandaran pemebrian

4. Klien tidak terlihat sejuk, dll) kesakitan 4. Kolaborasi memberikan sesuai dosis

97 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

nyeri. Resiko gawat janin Tujuan : berhubungan dengan plasenta Setelah 1. Istirahatkan ibu 1. dengan ibu

dilakukan 2. Anjurkan ibu agar mengistirahatkan diharapkan

solusio perawatan 3- 4 jam tidur miring ke kiri tidak terjadi kondisi 3. Pantau gawat janin Kriteria Hasil : 1. DJJ normal /menit) 2. His + 3. Bayi lahir dengan selamat 4. gerakan normal janin dalam darah ibu 4. Memantau batas jantung ibu x

tekanan metabolism menurun bunyi peredaran placenta adekuat,

tubuh dan darah ke

menjadi sehingga

(120-160

kebutuhan O2 untuk janin dapat dipenuhi 2. dengan tidur miring ke vena kiri cava diharapkan dibagian

kanan tidak tertekan oleh uterus yang

membesar aliran placenta lancar 3. untuk

sehingga darah ke

menjadi

mengetahui

keadaan aliran darah ke placenta seperti

tekanan darah tinggi, aliran placenta sehingga oksigen berkurang. 4. dapat mengetahui ke darah ke

berkurang, suplai janin

keadaan jantung janin lemah atau menurukan menandakan suplai O2

98 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

ke placenta berkurang sehingga dapat

direncanakan tindakan selanjutnya.

F.Implementasi dan Evaluasi SOAP dari Diagnosa Utama Tanggal/jam 19-01-2011 Jam 11.00 Diagnosa Keperawatan Kekurangan cairan Implementasi Evaluasi intake S : klien

volume 1. Memonitor

berhubungan dan output setiap 5-10 mengatakan karena perdarahan yang

dengan perdarahan terus menit menerus perubahan merupakan adanya fungsi ginjal 2. Memonitor

output keluar dari vagina tanda sudah berkurang. gangguan O : TTV dalam batas normal tanda A : masalah

vital karena perubahan kekurangan tanda vital terjadi bila volume perdarahan hebat cairan

semakin teratasi sebagian P : pertahankan cairan

5. Melakukan masage balance uterus tangan lainnya dengan serta satu tubuh klien tangan diletakan

diatas simpisis untuk Merangsang kontraksi uterus dan membantu pelepasan satu tangan placenta, diatas

simpisismencegah terjadinya uteri 3. Membatasi inversio

99 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

pemeriksaan

vagina

dan rectum karena trauma terjadi meningkat perdarahan

yang lebih hebat, bila terjadi laserasi pada serviks / perineum atau terdapat hematom Kolaborasi 1. Berkolaborasi dalam pemberian Infus atau cairan intravena karena merangsang kontraksi uterus danmengontrol perdarahan 2. Memberikan antibiotik untuk

mencegah infeksi yang mungkin terjadi 3. Transfusi blood karena (bila whole perlu)

Membantu

menormalkan volume cairan tubuh

PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada Ny M dengan solusio plasenta parsialis dirawat di RSIA dengan memperhatikan tahapan proses keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan, pelaksanaan dan evaluasi. Rumusan pembahasan yang penulis buat dengan bertitik tolak dari masalah keperawatan pada Ny. M serta tinjauan teori yang penulis gunakan. Penulis dalam menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan hierarki kebutuhan dasar Maslow. Lima dari tingkat tersebut adalah kebutuhan fisiologis, keselamatan dan keamanan, mencintai dan memiliki, harga diri dan aktualisasi diri. 100 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

Adapun masalah keperawatan yang muncul pada Ny. M dengan solusio plasenta parsialis adalah sebagai berikut : A. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan terus menerus Kekurangan volume cairan adalah keadaan dimana seseorang individu yang tidak menjalani puasa mengalami atau beresiko dehidrasi vaskuler, interstitial atau intravaskules. (Carpenito, 2000). Penulis merumuskan diagnosa ini karena pada pengkajian pada Ny. M diperoleh data klien mengeluh mengalami perdarahan melalui vagina berwarna kehitaman sejak tadi malam, mengatakan mempunyai riwayat perdarahan pada kehamilan sebelumnya. Hasil pemeriksaan fisik yaitu : TTV : TD= 80/55 mmHg, Nadi : 110x/menit , RR : 28x/menit, Suhu: 36 oC, Klien terlihat pucat, lemah, kulit klien teraba dingin, TFU = 36 cm, konjungtiva anemis, pembalut penuh dengan darah berwarna kehitaman, hasil pemeriksaan USG terlihat solusio plasenta parsialis dengan hematoma, perdarahan aktif (+). Data tambahan yang bisa mendukung diagnosa ini adalah dari inspekulo, tampak darah mengalir dari ostium berwarna merah kehitaman, Hb (6,8 g/dL) , turunnya kadar fibrinogen (106 mg/L), dan meningkatnya, kadar D-dimer (2,0 mg/L). Dari data inilah memunculkan diagnosa Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan terus menerus. Yang mana sebenarnya diagnosa ini tidak sesuai dengan teori. Intervensi yang sudah ditetapkan penulis pada tanggal 19 januari 2011 adalah untuk mengatasi kekurangan volume cairan, penulis mengambil perencanaan yang lebih spesifik ke arah kekurangan volume cairan. Tujuannya yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan. Adapun intervensi yang penulis tetapkan adalah Monitor intake dan output setiap 5-10 menit, Monitor tanda vital TD 120/80 mmHg, nadi: 88 x/menit, RR 22 24 x/menit, suhu 36-37 C), Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakan diatas simpisis, Batasi pemeriksaan vagina dan rectum sedangkan kolaborasi Infus atau cairan intravena, Antibiotik, Transfusi whole blood ( bila perlu ), rasionalnya adalah Perubahan output merupakan tanda adanya gangguan fungsi ginjal, Perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin hebat, Merangsang kontraksi uterus dan membantu pelepasan placenta, satu tangan diatas simpisis mencegah terjadinya inversio uteri, Trauma meningkat terjadi perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi laserasi pada serviks / perineumatau terdapat hematom, Merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan, mencegah infeksi yang mungkin terjadi, membantu menormalkan volume cairan tubuh.

101 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

Diagnosa ini kami angkat menjadi diagnosa utama karena, jika kekurangan volume cairan tidak segera diatasi maka akan terjadi shock dan mengakibatkan resiko kematian ibu dan janin B. Gangguan Rasa nyaman : nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan Nyeri adalah keadaan, individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam berespon terhadap suatu rangsangan yang berbahaya dengan batasan karakteristik individu melihatkan dan melaporkan ketidaknyamanan, tekanan darah meningkat, nadi meningkat, respiratori meningkat, posisi berhati-hati, raut wajah kesakitan, merintih. (Carpenito, 2000:52). Nyeri merupakan suatu mekanisme proteksi bagi tubuh, timbul pada jaringan yang rusak dan menyebabkan individu bereaksi untuk menghilangkan rangsang nyeri tersebut dan nyeri merupakan suatu pengalaman pribadi yang unik dan kompleks. (Long, 1996: 301). Pada Bab II, penulis merumuskan diagnosa keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri,berhubungan dengan trauma jaringan. Setelah penulis menganalisa, nyeri bukan disebabkan karena kontraksi janin melainkan karena adanya distensi uterus akibat dari hematoma, hematoma karena rupture pembuluh darah arteri spinalis. Didukung oleh data subyektif klien mengeluh nyeri apalagi dipalpasi. Data obyektif. Karena pada saat pengkajian didapatkan data klien mengeluh nyeri apalagi, saat perut ditekan. TTV : nadi = 110 x/menit, RR = 28x/menit, Uterus keras, Uterus Tegang seperti papan , Nyeri tekan +, Klien tampak kesakitan, Hasil pemeriksaan USG terlihat solusio plasenta parsialis dengan hematoma Tujuannya yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri hilang. Adapun intervensi yang akan dilakukan adalah mengkaji tingkat dan karakteristik nyeri rasionalnya untuk membantu mengevaluasi derajat nyeri dan untuk melakukan tehnik relaksasi nafas dalam rasionalnya untuk meningkatkan relaksasi ketegangan otot dan untuk mengalihkan rasa nyeri agar intensitas nyeri dapat menurun. Menciptakan lingkungan yang nyaman rasionalnya dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional klien. Memonitor tanda-tanda vital rasionalnya untuk mengetahui respon autonomik dari nyeri yaitu perubahan pada tekanan darah, peningkatan denyut nadi dan pernafasan serta perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan keluhan atau penghilangan nyeri. C. Resiko gawat janin berhubungan dengan solusio plasenta Resiko gawat janin adalah suatu keadaan dimana janin mengalami asfiksia, Karena uterus tetap teregang akibat adanya hasil pembuahan, organ ini tidak mampu mengadakan kontraksi yang memadai guna menekan pembuluh darah yang ruptur yang menyuplai kebutuhan nutrisi dan oksigen bagi plasenta tersebut. Dengan adanya tanda Klien mengeluh janin yang ada

102 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

didalam kandungannya bergerak aktif. Dari hasil pemeriksaan fisik : His (- ), DJJ dan palpasi janin sulit. Dari hasil pemeriksaan USG : DJJ = 82 x /menit , Aktivitas janin lemah. Secara teori resiko gawat janin tidak ada namun sesuai dengan data diatas kami mengangkat diagnosa keperawatan resiko gawat janin berhubungan dengan solusio plasenta.

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan
Hiperemesis Gravidarum Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Mochtar, R, 1998). 103 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk (Mansjoer, A dkk, 2001).

Perdarahan Antepartum Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu (Mochtar, R, 1998). Perdarahan ante partum dapat disebabkan oleh plasenta previa, solusio plasenta, ruptura sinus marginalis, atau vasa previa. . Diagnosa secara tepat sangat membantu menyelamatkan nyawa ibu dan janin.

Plasenta Previa Placenta previa adalah placenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (Mansjoer, dkk, 2002).

Placenta previa totalis adalah apabila setiap bagian placenta secara totalis menutupi osteum uteri internum atau seluruh ostium uteri internum tertutup ketika serviks berdilatasi lengkap (Bobak, dkk 2004).

Solutio Plasenta Solutio Plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implementasinya sebelum janin lahir (Cunningham, 2005). Solutio Plasenta adalah terlepasnya plasenta dengan implantasi normal sebelum waktunya pada kehamilan yang berusia diatas 28 minggu (Arief Mansjoer, 2001).

3.2 Saran 3.2.1 Diharapkan mahasisiwi keperawatan untuk mengerti dan memahami tentang hiperemesis gravidarum sehingga dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum.

3.2.2 Melakukan deteksi dini kemungkinan terjadinya perdarahan antepartum dan membantu penatalaksanaan secara dini sehingga dapat mengurangi angka mortalitas. 104 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

3.2.3 Penatalaksanaan perdarahan antepartum yang baik dapat mengurangi angka mortalitas dan morbiditas ibu dan janin. 3.2.4 Jika terjadi perdarahan antepartum sebagai tenaga kesehatan harus melakukan penanganan sesegera mungkin. Bila perlu harus melakukan rujukan ke Rumah sakit yang memiliki fasilitas operasi dan tranfusi darah.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak dkk. 1995. Keperawatan maternitas. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC

Doengoes, Marilynn E, dkk,. 2001. Rencana perawatan maternal atau bayi. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Hamilton, Persis Mary, 1995, Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, Jakarta : EGC

105 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

Llwellyn Jones, Derek.(2011). Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi. Jakarta. EGC

Mansjoer,Arif dkk : Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta,2001 Mochtar,Rustam:Sinopsis Obstetri.Jakarta,1998.

Manuaba, IBG. (2007). Pengantar kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

106 | K e p e r a w a t a n M a t e r n i t a s I

Anda mungkin juga menyukai