Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Stase Keperawatan Jiwa


Nama Dosen : Denny Paul Ricky S.Kep NS M.Kep Sp.Kep.J

Disusun oleh:
Rahel Nuraeni Natalia
NIM: 2153005
Lokasi : Universitas Advent Indonesia,Bandung

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA
BANDUNG
2021/2022
A. PENGERTIAN

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya
guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi
kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan
perawatan diri.

Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada pasien gangguan
jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidak pedulian merawat diri.
Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik
dalam keluarga maupun masyarakat (Yusuf, Rizky & Hanik,2015:154)
Poter, Perry (2005), dalam Anonim (2009), mengemukakan bahwa Personal Higiene
adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis. Wahit Iqbal Mubarak (2007), juga mengemukakan bahwa
higiene personal atau kebersihan diri adalah upaya seseorang dalam memelihara
kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperolah kesejahteraan fisik dan psikologis.

B. FAKTOR PREDISPOSISI DAN FAKTOR PRESIPITASI


Menurut Depkes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah:
a. Factor predisposisi
1)    Perkembangan, Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif
terganggu.

2)    Biologis, Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.

3)    Kemampuan realitas turun, Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

4)    Sosial, Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan
mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,
kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:

1)    Body Image, Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya
dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

2)    Praktik Sosial, Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.

3)    Status Sosial Ekonomi, Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4)    Pengetahuan, Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga
kebersihan kakinya.

5)   Budaya, Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.

6)   Kebiasaan seseorang, Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.

7)   Kondisi fisik atau psikis, Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya.

C. JENIS-JENIS DEFISIT PERAWATAN DIRI


Menurut Nanda (2012), jenis perawatan diri terdiri dari:
1. Defisit perawatan diri: mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktivitas
perawatan diri untuk diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri: berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian dan
berhias untuk diri sendiri
3. Defisit perawatan diri: makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan secara
mandiri
4. Defisit perawatan diri: eliminasi / toileting
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi
sendiri.

D. TANDA DAN GEJALA


Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan
diri adalah:
a. Fisik
· Badan bau, pakaian kotor
· Rambut dan kulit kotor
· Kuku panjang dan kotor
· Gigi kotor disertai mulut bau
· Penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
· Malas, tidak ada inisiatif
· Menarik diri, isolasi diri
· Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Social
· Interaksi kurang
· Kegiatan kurang
· Tidak mampu berperilaku sesuai norma
· Cara makan tidak teratur
· BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

E. RENTANG RESPON

Adaptif Maladaptif

Pola perawatan diri kadang perawatan diri Tidak melakukan


seimbang kadang tidak perawatan saat stress

F. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan nya di bagi 2 (Stuart & Sundeen,
2000), yaitu:
 Mekanisme Koping Adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan
mencapai tujuan. Kategorinya adalah: Klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri
secara mandiri.
 Mekanisme Koping Mal Adaptif
Mekanisme koping yang menghambat, fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategori nya adalah:
Tidak mau merawat diri.

G. POHON MASALAH
Effect                            Isolasi Sosial: menarik diri

Core Problem           Defisit Perawatan Diri: mandi, berdandan

Causa                                Harga Diri Rendah Kronis

H. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Defisit perawatan diri
2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah
I. DATA YANG PERLU DIKAJI

1. Data Subyektif: Klien mengatakan malas mandi, tak mau menyisir rambut, tak mau
menggosok gigi, tak mau memotong kuku, tak mau berhias, tak bisa menggunakan alat mandi
/ kebersihan diri.

2. Data Obyektif: Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor,
gigi kotor, mulut bau, penampilan tidak rapih, tak bisa menggunakan alat mandi.

J. DIAGNOSIS KEPERAWATAN JIWA

1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

2.  Defisit perawatan diri

K. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

1. Untuk Klien
Tujuan Umun: Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan
kebersihan diri.

Tujuan Khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

Kriteria evaluasi: Dalam berinteraksi klien menunjukan tanda-tanda percaya pada perawat:

1) Wajah cerah, tersenyum


2) Mau berkenalan
3) Ada kontak mata
4) Menerima kehadiran perawat
5) Bersedia menceritakan perasaannya
Intervensi

1) Berikan salam setiap berinteraksi.


2) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan.
3) Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
4) Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
5) Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
6) Buat kontrak interaksi yang jelas.
7) Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
8) Penuhi kebutuhan dasar klien.
2. Untuk Keluarga
a. Beri pendidikan kesehatan tentang merawat klien dan memotivasi klien untuk kebersihan
diri melalui pertemuan keluarga

b. Beri reinforcement positif atas partisipasi aktif keluarga


Defisit Perawatan Diri

1. Untuk Klien
Tujuan: Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi,
berpakaian, makan, dan BAB/BAK

Intervensi:

a. Mengkaji kemampuan melakukan perawatan diri secara mandiri

b. Memberikan cara melakukan mandi/membersihkan diri, berhias, makan/minum,


BAB/BAK secara mandiri

c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengawali masalah kurang perawatan
diri

2. Untuk Keluarga
a. Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh klien
agar dapat menjaga kebersihan diri

b. Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat dan memantau klien dalam merawat
klien 

c. Anjurkan klien untuk memberikan pujian atas keberhasilan klien dalam merawat diri.

L. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN

SP Pada Pasien SP Pada Keluarga

SP 1 SP I k

1.      Menjelaskan pentingnya
1.      Mendiskusikan masalah yang dirasakan
kebersihan diri keluarga dalam merawat pasien

2.      Menjelaskan cara menjaga


2.      Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
kebersihan diri defisit perawatan diri, dan jenis defisit
perawatan diri yang dialami pasien beserta
3.      Melatih pasien cara menjaga proses terjadinya
kebersihan diri
3.      Menjelaskan cara-cara merawat pasien
4.      Membimbing pasien defisit perawatan diri
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.

SP 2 p SP 2 k

        Memvalidasi masalah dan


1.      Melatih keluarga mempraktekkan cara
latihan sebelumnya. merawat pasien dengan defisit perawatan diri

        Menjelaskan cara makan yang


2.      Melatih keluarga melakukan cara merawat
baik langsung kepada pasien defisit perawatan diri
        Melatih pasien cara makan
yang baik 

        Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.

SP 3 p SP 3 k

1.      Memvalidasi masalah dan


1.      Membantu keluarga membuat jadual
latihan sebelumnya. aktivitas di rumah termasuk minum
obat  (discharge planning)
2.      Menjelaskan cara eliminasi
yang baik 2.      Menjelaskan follow up pasien setelah
pulang
3.      Melatih cara eliminasi yang
baik.

4.      Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
DAFTAR PUSTAKA

1. Herdman Ade. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha Medika.


2. Iqbal Wahit, dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai